
[Support author dengan memberikan tips, yuk! Bisa dengan memberikan tips di bawah, atau menggunakan QRIS di sini: https://saweria.co/arrinknight]
Sudut pandang orang pertama (disingkat POV 1) adalah sudut pandang dalam sebuah narasi di mana cerita diceritakan dari sudut pandang orang yang menjadi pelaku utama atau tokoh utama dalam cerita tersebut. Dalam POV 1, penulis menggunakan kata ganti "aku" untuk menceritakan pengalaman, perasaan, dan pemikiran si tokoh utama. POV 1 memberikan keuntungan dalam menggambarkan tokoh utama dan memberikan kedalaman emosi dan pemikiran yang sulit dicapai dengan sudut pandang lainnya. Namun, POV 1 juga memiliki kelemahan karena terbatas pada pengalaman dan pengetahuan tokoh utama, sehingga seringkali tidak memberikan gambaran yang lengkap tentang cerita secara keseluruhan.
>> Berikut adalah contoh kalimat dengan POV 1:
Aku terbangun dengan suara gemuruh di luar jendela. Aku merasakan getaran dari langit-langit yang berguncang-guncang. Aku merasa takut, tidak bisa bergerak. Aku hanya bisa duduk di tempat tidur, menunggu hingga segalanya berakhir.
Dalam contoh ini, penulis menggunakan POV 1 untuk menceritakan apa yang sedang dilakukan oleh tokoh utama yang sedang mengalami kejadian yang menakutkan. Dengan menggunakan "aku" sebagai kata ganti orang pertama, pembaca mungkin dapat merasakan ketakutan dan ketidakpastian yang dirasakan oleh tokoh utama.
>> Keuntungan menggunakan POV 1:
- Keintiman dengan Tokoh Utama: Dalam POV 1, kita melihat dunia cerita melalui sudut pandang si tokoh utama atau narator cerita. Hal ini memungkinkan kita untuk mendapatkan wawasan yang lebih dalam tentang pikiran, perasaan, dan pengalaman tokoh utama secara langsung. Dengan demikian, tokoh utama biasanya dapat dikembangkan dengan lebih kompleks.
- Koneksi Emosional yang Kuat: POV 1 dapat memungkinkan pembaca untuk merasa lebih terhubung secara emosional dengan tokoh utama. Kita dapat merasakan emosi, perasaan, dan perspektif karakter utama dengan lebih intens, karena kita menceritakan cerita tersebut melalui sudut pandangnya. Hal ini dapat memperkuat ikatan emosional pembaca terhadap cerita dan si tokoh utama.
- Keaslian dan Keunikan Setiap Sudut Pandang Tokoh: Setiap narator dalam POV 1 memiliki suara, gaya bahasa, dan sudut pandang yang unik. Ini dapat memberikan nuansa dan karakteristik khusus pada cerita, dan membuat cerita lebih hidup dan menarik. Narator dapat menjadi tokoh cerita yang menarik dalam dirinya sendiri, dan memberikan perspektif yang khas pada alur cerita.
- Kejutan: Dalam POV 1, kita mengikuti cerita dari sudut pandang tokoh utama, sehingga kita hanya mengetahui apa yang diketahui oleh si “aku”. Hal ini dapat menciptakan ketegangan, dan kejutan, karena kita tidak tahu apa yang mungkin terjadi di luar pikiran tokoh utama. Ini dapat menambah daya tarik cerita dan membuat pembaca ingin terus membaca untuk mengetahui apa yang akan terjadi selanjutnya.
- Fleksibilitas dalam Menggunakan Gaya Bahasa dari Narator: POV 1 memberikan fleksibilitas kepada penulis untuk bermain dengan gaya bahasa si narator. Setiap sudut pandang tokoh dapat memiliki gaya bahasa yang berbeda-beda, sesuai dengan kepribadian dan latar belakang tokoh tersebut. Hal ini dapat menambah keunikan pada cerita dan memberikan kebebasan kreatif bagi penulis dalam menciptakan cerita yang menarik.
>> Kekurangan menggunakan POV 1:
- Terbatasnya Perspektif: Dalam POV 1, kita hanya melihat dunia cerita melalui sudut pandang tokoh utama atau narator cerita. Hal ini dapat membuat kita terbatas dalam melihat pandangan objektif dan tokoh lain. Kita hanya mengetahui apa yang diketahui oleh tokoh utama, dan mungkin melewatkan informasi penting yang hanya diketahui oleh tokoh lain.
- Keterbatasan dalam Menyampaikan Informasi: Dalam POV 1, penulis terbatas dalam cara menyampaikan informasi kepada pembaca. Semua informasi harus disampaikan melalui sudut pandang dan pengalaman tokoh utama, dan tidak dapat disampaikan langsung oleh narator sebagai pengamat objektif. Hal ini dapat membuat penyampaian informasi menjadi terbatas atau memerlukan kreativitas dalam mencari cara-cara untuk mengungkapkan informasi dalam cerita.
- Potensi Bias dan Ketidakobjektifan: Karena kita melihat dunia cerita melalui sudut pandang tokoh utama atau narator, POV 1 memiliki potensi untuk bias dan ketidakobjektifan. Tokoh utama atau narator cerita dapat memiliki pandangan yang terbatas, dan tidak selalu objektif dalam menggambarkan tokoh lain atau kejadian dalam cerita. Hal ini perlu diwaspadai agar cerita tetap berimbang dan dapat dipahami oleh pembaca.
- Terbatasnya Pengungkapan Perasaan dan Pikiran Tokoh Lain: Dalam POV 1, kita hanya dapat mengetahui pikiran, perasaan, dan pengalaman si tokoh utama, dan bukan tokoh lain secara langsung. Hal ini dapat membuat kita terbatas dalam memahami motivasi dan emosi dari tokoh lain, dan hanya mengandalkan apa yang dikomunikasikan oleh tokoh utama atau narator. Informasi tentang tokoh lain dapat menjadi terbatas atau hanya bisa ditebak berdasarkan interaksi dengan tokoh utama.
- Tidak Fleksibel untuk Melibatkan Aksi di Tempat Lain: Dalam POV 1, kita hanya bisa mengikuti tokoh utama atau narator cerita dalam aksi dan peristiwa yang terjadi di sekitarnya. Tidak mudah untuk memasukkan aksi atau peristiwa yang terjadi di tempat lain dalam cerita, kecuali melalui informasi yang diceritakan oleh tokoh utama. Hal ini dapat membuat cerita terbatas dalam hal ruang lingkup dan lokasi.
>> Tips untuk menggunakan POV 1:
- Pahami Tokoh Utama Kamu: Karena akan menceritakan cerita melalui sudut pandang karakter utama, penting untuk benar-benar memahami tokoh tersebut. Ketahui latar belakang, kepribadian, emosi, dan motivasi tokoh utama kamu.
- Buat Gaya Bahasa Narator yang Unik: Sebagai narasi orang pertama, gaya bahasa narator atau tokoh utama akan menjadi sangat penting. Buatlah gaya bahasa narator yang unik, sesuai dengan karakter dan kepribadian mereka. Pertimbangkan pilihan kata dan cara pandang yang konsisten dengan tokoh utama kamu, untuk menciptakan pengalaman membaca yang intim.
- Hindari Info Dump: Dalam POV 1, informasi hanya dapat diberikan melalui pengalaman dan pandangan tokoh utama. Hindari melakukan info dump atau memberikan terlalu banyak informasi dalam satu bagian. Sebarkan informasi secara alami melalui dialog, tindakan, atau refleksi tokoh utama untuk menghindari membebani pembaca dengan terlalu banyak informasi sekaligus.
- Manfaatkan Inner Monologue: Dalam POV 1, kamu memiliki kesempatan untuk menjelajahi pikiran dan perasaan tokoh utama melalui inner monologue atau monolog dalam pikiran. Gunakan inner monologue dengan bijaksana untuk mengungkapkan pemikiran, perasaan, dan konflik internal tokoh utama, yang dapat menambah kedalaman dan kompleksitas cerita.
- Gunakan Dialog untuk Mengungkapkan Tokoh Lain: Dalam POV 1, kamu mungkin memiliki keterbatasan dalam mengungkapkan pikiran dan perasaan tokoh lain secara langsung. Gunakan dialog antara tokoh untuk mengungkapkan pemikiran dan perasaan mereka. Dialog dapat menjadi alat yang efektif untuk membangun hubungan antara karakter dan menggambarkan dinamika interpersonal dalam cerita.
- Perhatikan Ketidakobjektifan: Ingatlah bahwa dalam POV 1, sudut pandang terbatas pada tokoh utama atau narator cerita, yang dapat membuat cerita menjadi subjektif. Sadari potensi bias dan ketidakobjektifan dalam penggambarkan tokoh lain dan kejadian dalam cerita. Tetap berusaha menjaga keseimbangan dan objektivitas dalam penyampaian cerita.
- Berikan Perhatian pada Lingkungan dan Tindakan: Dalam POV 1, kita cenderung fokus pada pandangan tokoh utama. Namun, jangan lupakan untuk memberikan perhatian pada lingkungan, tindakan, dan detail di sekitar tokoh utama kamu. Deskripsikan lingkungan, tindakan, dan objek dengan cermat untuk menghidupkan dunia cerita alias showing.
- Edit dengan Teliti: Setelah menulis dalam POV 1, penting untuk melakukan editan yang teliti. Pastikan tidak ada pergeseran tiba-tiba dalam sudut pandang atau gaya bahasa yang tidak sesuai dengan tokoh utama.
- Gunakan Transisi yang Jelas: Ketika menggunakan POV 1, penting untuk menggunakan transisi yang jelas saat ada perubahan sudut pandang, waktu, atau tempat dalam cerita. Hindari perubahan sudut pandang yang tiba-tiba atau membingungkan bagi pembaca. Gunakan frasa atau tanda baca yang jelas, seperti pemisah atau tanda kutip, untuk membedakan antara ucapan langsung, dialog, atau inner monologue tokoh utama kamu.
>> Tips agar tidak kebanyakan “-ku”:
- Variasi dalam kalimat: Cobalah untuk memvariasikan konstruksi kalimat dan menghindari pengulangan penggunaan "-ku" secara berlebihan. Misalnya, daripada menggunakan "aku" atau "aku ini" secara berulang-ulang dalam setiap kalimat, gunakan variasi kalimat seperti menggunakan frasa atau klausa yang lebih kompleks, atau menghindari penyebutan diri sama sekali jika tidak diperlukan.
- Pilihan kata ganti yang tepat: Pilih kata yang tepat dalam konteks cerita kamu. Gunakan kata yang dapat menggantikan "-ku" atau "aku" dengan kata ganti orang pertama atau kata ganti penunjuk yang sesuai. Misalnya, "saya", "saya ini", "diriku", "badanku", "hantukan", atau "pribadiku". Pastikan untuk menggunakan kata ganti atau penunjuk yang tepat agar cerita tetap jelas dan terbaca dengan baik.
- Deskripsi fisik atau emosional: Gunakan deskripsi fisik atau emosional untuk mengungkapkan pemikiran, perasaan, atau reaksi karakter tanpa harus menggunakan kata ganti atau penunjuk. Misalnya, daripada mengatakan "aku merasa senang" atau "aku merasa cemas", kamu bisa menggambarkan ekspresi wajah, gestur tubuh, atau tanda-tanda emosi lainnya untuk mengindikasikan perasaan tokohmu.
- Gunakan dialog: Dialog dapat menjadi alternatif yang baik untuk menghindari penggunaan berlebihan dari "-ku" dalam POV 1. Dalam dialog, semua tokoh bisa berbicara langsung tanpa harus terus-menerus menyebutkan diri mereka sendiri dalam narasi. Gunakan dialog untuk mengungkapkan pemikiran, perasaan, atau tindakan tokoh lain secara alami.
- Revisi dan pengeditan: Setelah menulis, lakukan revisi dan pengeditan untuk mengidentifikasi penggunaan berlebihan dari "-ku" dalam tulisan kamu. Baca ulang dengan saksama dan perhatikan penggunaan "-ku" yang tidak perlu atau berlebihan.
Untuk menghindari POV 1 yang bocor, penting bagi penulis untuk selalu menjaga konsistensi dalam penggunaan narasi orang pertama, menghindari memberikan informasi atau pandangan dari sudut pandang tokoh lain atau sudut pandang ketiga, dan memilih kata-kata dan gaya bahasa yang sesuai dengan tokoh utama. Merevisi dan mengedit tulisan secara teliti juga dapat membantu mengidentifikasi dan memperbaiki potensi "kebocoran" dalam POV 1.
Karya ini GRATIS! Tapi kamu boleh kok kasih tip biar kreator hepi 🥰
