
[Support author dengan memberikan tips, yuk! Bisa dengan memberikan tips di bawah, atau menggunakan QRIS di sini: https://saweria.co/arrinknight]
Pernahkah kamu menemukan teori konyol tentang huruf kapital, seperti di bawah ini?
Panggilan pada dialog wajib kapital, tidak pada narasi. Begitu juga dengan POV (sudut pandang/point of view). Jika memakai POV 1, panggilan wajib kapital, tidak dengan POV 3.
Saya sumpah, gak tahu itu mereka bikin teori dari mana, tapi jelas banget, pernyataan di atas adalah sesat! Sampah! Saya akan merangkum semua secara lengkap, apa saja yang boleh kamu kapital, apa yang tidak.
CATATAN: ABAIKAN TEORI KONYOL DI ATAS. SUMPAH! ITU KONYOL!
Sebelumnya, saya tegaskan bahwa cara penggunaan huruf kapital di bawah ini, seluruhnya berasal dari situs resmi EYD V dan TBBBI (Tata Bahasa Baku Bahasa Indonesia), bukan teori main asal bikin sendiri! Mari kita mulai. PERHATIKAN HURUF KAPITAL DAN TANDA BACA YANG DI-BOLD, PADA SETIAP CONTOH.
Gunakan huruf kapital, untuk ketentuan berikut:
- Awal kalimat.
- Narasi: Hanjay capek setelah pergi jauh. Dia hendak makan.
- Dialog: “Aduh, saya lupa minum!” - Nama orang, termasuk julukan/gelar yang mengikuti nama.
- Narasi: Raja memerintahkan Amir Khan dan Jenderal Hanjay untuk berlabuh, termasuk Kolonel Hanjim dan Putri Hanjir.
- Dialog: “Panggil aku Hanjay Jelita. Itu namaku. Orang tuaku adalah Raja Hanjim dan Putri Hanjir.”
“Siap, Jenderal Hanjay!” - Nama si pembuat/penerima teori, hukum, dan rumus, serta nama mata pelajaran.
- Narasi: Aku menggunakan teori Darwin dan rumus Phytagoras. Di kampus, saya hari ini ada mata kuliah Matematika, Biologi, dan Ilmu Fisika.
- Dialog: “Kamu tadi memakai hukum Archimedes untuk menjawab soal, bukan?” - Awal kalimat dalam petikan langsung (dialog tag/aksi).
- Narasi: -
- Dialog: “Kamu sudah gila,” teriaknya keras, “aku capek, Hanjay!” (Dialog kedua adalah lanjutan dari dialog pertama, bisa jadi belum selesai diucap atau ada jeda atau sambungan dari kalimat sebelumnya. Jadi, dialog kedua wajib huruf kecil).
“Kamu itu menyebalkan!” ujarnya. “Kamu gila!”
Hanjay membalas, “Astaga! Enggak!”
Hanjir menutup pintu. “Dasar stres!” - Nama agama, kitab suci, dan Tuhan, termasuk sebutan dan kata ganti Tuhan serta singkatan nama Tuhan.
- Narasi: Dia beragama Islam, saya Buddha, mereka Kristen. Kitab sucinya adalah Al-Qur’an, Tripitaka, juga Alkitab.
- Dialog: “Aku yakin bahwa Allah Yang Maha Kuasa akan menunjukkan jalan-Nya. Ya, Tuhan, bimbinglah hamba ke jalan yang Engkau beri rahmat.” - Nama gelar kehormatan, kebangsawanan, keturunan, keagamaan, atau akademik yang diikuti nama orang.
- Narasi: Dia adalah Doktor Hanjay, dosen yang akan mengajarku nanti. Kiai Hanjim juga adalah guru besar di pesantrenku.
- Dialog: “Dosen kita adalah Hanjir, Sarjana Komputer. Yang ada di rumah sakit adalah Dokter Hanjay.” - Sapaan, baik dengan atau tanpa diikuti nama orang.
- Narasi: Aku tidak sengaja melihat Bu Hanjay bertemu Pak Hanjir di belakang sekolah.
- Dialog: “Selamat malam, Pak!”
“Hai, Dokter!”
“Siap, Jenderal Hanjir!” - Nama, jabatan, dan pangkat yang diikuti nama orang, atau yang digunakan sebagai pengganti nama orang, nama instansi, atau nama tempat (pengacuan).
- Narasi: Aku bertemu Nenek kemarin, bersama dengan Paman dan Bibi. Tidak hanya itu, aku juga bertemu Gubernur Papua Barat. (Mengacu kepada anggota keluarga yakni Nenek, Paman, Bibi, dan seseorang yang menjabat sebagai gubernur dari wilayah Papua Barat.) Aku juga kemarin menemui Mas dan Mbak.(Mengacu kepada orang lain yang dikenalnya.)
- Dialog: “Presiden kemarin bertemu dengan Profesor Hanjay dan Sekretaris Jenderal Kementerian Luar Negeri.” (Mengacu kepada seseorang yang menjabat sebagai sekertaris jenderal untuk Kementerian Luar Negeri.)
“Aduh! Anaknya itu, Bu, jatuh!” (Mengacu kepada tokoh seorang ibu.)
“Kemarin aku bertemu dengan Mas. Kamu mau minta apa kepada Kakak dan Bapak yang akan segera pergi ke Kalimantan?” (Mengacu kepada anggota keluarga.)
“Hei! Apa yang sedang Saudara lakukan?!” (Mengacu kepada orang lain.) - Nama bangsa, suku, bahasa, dan aksara.
- Narasi: Kita adalah bangsa Indonesia, suku Jawa, orang Jakarta.
- Dialog: “Kamu itu orang Jepang! Kenapa malah pakai bahasa Indonesia?
Akan saya lanjutkan ke BAGIAN 2.
Karya ini GRATIS! Tapi kamu boleh kok kasih tip biar kreator hepi 🥰
