Cara Membuat Dialog yang Natural

0
0
Deskripsi

[Support author dengan memberikan tip, yuk! Bisa dengan memberikan tip di bawah, atau menggunakan QRIS di sini: https://trakteer.id/arrinknight/tip]

Apa yang membuat sebuah dialog terasa nyata? Mengapa dialog dalam beberapa cerita begitu mudah diingat, sementara yang lain terasa hambar? Salah satu kunci jawabannya terletak pada bagaimana kamu, penulis, menyusun dialog dalam cerita. Pernahkah kamu membaca sebuah novel dan merasa dialog tokoh-tokohnya terdengar terlalu kaku atau tidak alami? Atau, mungkin, kamu kesulitan membuat percakapan antartokoh atau monolog yang terdengar hidup dalam ceritamu? 

Dialog yang natural adalah KOENTJI untuk membuat cerita fiksi terasa lebih nyata dan memikat pembaca. Dalam materi kali ini, saya akan membahas beberapa tips dan trik untuk membuat dialog yang natural, mulai dari penggunaan bahasa sehari-hari hingga cara membangun karakter si tokoh, melalui dialog. Ada beberapa penulis yang klaim bahwa dialog dengan penulisan baku adalah mutlak, padahal gak juga, sih.

Mengapa dialog terkesan kaku dan tidak natural? Mungkin, karena beberapa alasan berikut, beserta solusinya:

  1. Terlalu formal: dialog yang terlalu formal atau berbelit-belit, tampak tidak mencerminkan cara orang berbicara sehari-hari. Solusi: gunakan bahasa sehari-hari dan percakapan yang lebih santai sesuai dengan karakteristik si tokoh dan konteks dialognya. Jika terlalu formal, bisa dikira terjemahan mesin (seperti Google Translate atau DeepL)/AI, loh.
    Contoh dialog yang ditulis dengan latar tahun 2023:
    "Aku merasa sangat lapar sekarang dan berpikir untuk pergi ke restoran untuk makan malam," kata Andi.
    "Tentu, Andi. Aku juga merasa lapar dan mungkin kita bisa memesan makanan," jawab Budi.
    Terasa tidak natural, bukan? Kita ubah seperti ini saja:
    "Laper banget, mau makan di mana, nih, enakan?" tanya Andi.
    "Terserah, yang penting cepat. Aku udah nggak tahan," jawab Budi. (Boleh pakai aku atau gue, tergantung daerah. Kata takbaku silakan ditulis italic/miring.)
  2. Kalimat terlalu panjang: orang jarang berbicara dalam kalimat panjang dan kompleks, kecuali jika sedang menjelaskan sesuatu atau sedang berpidato. Nah, dialog yang terdiri dari kalimat panjang bisa terdengar tidak alami. Solusi: pecahkan kalimat panjang menjadi beberapa kalimat pendek. Biarkan dialog mengalir seperti percakapan nyata. Atau, jika memang sedang berpidato, biasanya ada jeda seperti berdehem, dan kamu bisa memanfaatkannya dengan membuat paragraf baru untuk dialog lanjutannya.
  3. Jika semua tokoh berbicara dengan cara yang sama, dialog bisa terasa monoton dan tidak hidup. Solusi: berikan setiap tokoh suara yang unik dengan cara menggunakan kosakata, ritme, dan gaya bicara yang berbeda. Kamu harus paham karakteristik tokohmu sendiri, loh.
  4. Penjelasan berlebihan: dialog yang terlalu banyak menjelaskan bisa terdengar seperti percakapan yang dipaksakan, bukan alami. Solusi: cobalah menunjukkan informasi melalui tindakan dan reaksi si tokoh, bukan hanya melalui kata-kata.
  5. Terlalu banyak dialog tag: penggunaan penanda dialog yang berlebihan seperti "katanya" "jawabnya" dll., dapat mengganggu alur percakapan. Solusi: gunakan penanda dialog secukupnya. Jika percakapan sudah jelas siapa yang berbicara, kamu boleh menghilangkan penanda dialognya. Atau, gunakan saja dialog aksi. Namun, ingat: dialog tag terus menerus dapat memperlambat suatu cerita, dan dialog aksi berlebihan bisa membuat cerita menjadi terlalu cepat.
  6. Dialog tidak relevan: dialog yang tidak memiliki tujuan alias dialog basa-basi dan tidak ada hubungannya dengan alur cerita, bisa saja terasa membosankan dan tidak alami. Solusi: pastikan setiap dialog memiliki tujuan yang jelas, baik itu mengembangkan si tokoh, memajukan plot, atau mengungkapkan misteri. Basa-basi boleh, tapi perhatikan porsinya.

 

Nah, apa saja hal-hal yang harus kita perhatikan ketika hendak membuat dialog yang alami dan natural? Ada beberapa tips, kalau kamu mau menulis dialog yang terkesan alami:

  1.  Kenali tokohmu sendiri: setiap tokoh harus memiliki suara yang unik. Kamu bisa pertimbangkan latar belakang, usia, pendidikan, dan kepribadian mereka saat menulis dialognya.
    Contoh: Remaja mungkin akan berbicara dengan cara yang berbeda dibandingkan seorang profesor.
  2. Gunakan bahasa sehari-hari: dialog harus mencerminkan cara orang berbicara dalam kehidupan nyata. Hindari kalimat yang terlalu formal atau berbelit-belit, deh
    Contoh: "Aku lapar banget, kita makan di luar yuk.", terdengar lebih alami daripada ini: "Saya merasa sangat lapar, mari kita makan di restoran."
  3. Sebaiknya pendek dan jelas: hindari kalimat yang terlalu panjang dalam dialog. Orang jarang berbicara dalam paragraf, kecuali dia memang lagi pidato atau menjelaskan sesuatu secara rinci. Potong kalimat panjang menjadi beberapa kalimat pendek.
    Contoh: "Aku nggak yakin, sih, tapi, mungkin bisa dicoba.", lebih baik daripada: "Saya tidak yakin dengan hal ini, tetapi mungkin kita bisa mencobanya."
  4. Gunakan subteks: kadang-kadang, yang tidak dikatakan lebih penting daripada yang dikatakan. Biarkan tindakan dan reaksi si tokoh mengisi dialognya sendiri. 
    Contoh: alih-alih menulis, "Aku marah padamu.", kamu bisa menulis, "Aku nggak percaya kamu kek gitu," ujar si Hanjay sambil mengepalkan tangan kanan.
  5. Variasi ritme dan diksi: orang berbicara dengan berbagai ritme dan struktur kalimat. Campurkan kalimat pendek, panjang, tanya, dan seru dalam dialog si tokoh.
    Contoh: "Kamu tau, nggak? Aku baru aja dapet kabar baik. Seneng banget!"
  6. Perhatikan diksi dan frasa: setiap tokoh harus memiliki cara bicara khas. Seorang ilmuwan mungkin menggunakan istilah teknis, sementara seorang anak muda mungkin menggunakan slang. Nah, pada novel terjemahan, dialognya bisa saja ditulis dengan tata bahasa dan kata-kata baku.
    Contoh: seorang anak muda mungkin berkata, "Ini keren banget!", sementara seorang ilmuwan mungkin berkata, "Ini sangat menarik dari sudut pandang ilmiah."
  7. Hindari ekspresi klise: dialog yang terlalu sering digunakan atau klise, bisa membuat pembaca bosan. Cobalah untuk membuat dialog yang segar dan asli.
    Contoh: daripada menggunakan "waktu adalah uang.", cobalah sesuatu yang lebih unik seperti “setiap detik itu berharga, jadi jangan buang-buang waktu".
  8. Gunakan dialog tag secukupnya: gunakan tag dialog seperti "kata" "tanya" atau "seru" secukupnya. Terlalu banyak tag bisa mengganggu alur cerita, membuatnya lebih pendek.
  9. Dengarkan percakapan di kehidupan nyata: perhatikan cara orang di sekitarmu berbicara. Dengarkan percakapan semua orang, dan jika perlu, catat pola bicara orang-orang di sana.
    Contoh: amati percakapan di kafe atau transportasi umum untuk menangkap ritme, gaya, dan cara berbicara orang-orang.
  10. Baca dialogmu sendiri: kamu bisa ambil cermin, lalu berpura-pura alias akting menirukan “suara” dari tokohmu sendiri.

     

    Materi ini murni berasal dari pengalaman saya pribadi, disertai dengan bantuan Gemini dan Copilot untuk menyusuk kalimatnya. Diedit ulang dengan mata saya sendiri.
     

Karya ini GRATIS! Tapi kamu boleh kok kasih tip biar kreator hepi 🥰

Selanjutnya Semua Tentang Hook dan Tips agar Ceritamu Mendapat Perhatian
1
0
[Support author dengan memberikan tip, yuk! Bisa dengan memberikan tip di bawah, atau menggunakan QRIS di sini: https://trakteer.id/arrinknight/tip]
Apakah konten ini melanggar ketentuan yang berlaku sesuai syarat dan persetujuan? Laporkan