
Deskripsi
Sore ini, disini, ditempatku mencuri bayanganmu, hanya ada dingin yang ku rasa. Udara kita sama. Tapi awan di langit sana, belum mampu menjamah jarak, apalagi mengantarai pengagum dan seorang yang dikagumi. Tapi, ketika sejauh itu pun, jiwa sang pengagum tak henti tersenyum, dadanya terpeluk hangat. Lebih hangat dari sapuan matahari pagi yang biasa kau rasakan. Satu hal mengapa dirinya bisa bertahan dengan cara demikian ialah bayangan kekasih yang menemani siang dan malamnya
Di tengah hiruk pikuk...
Karya ini GRATIS! Tapi kamu boleh kok kasih tip biar kreator hepi 🥰

Selanjutnya
Tanda Tanya Tanpa Nama
1
0
Jangan kau tanya, apakah aku mencintai atau mengagumi. Karena aku sendiri pun sulit menjelaskan perasaan yang begitu rumit. Satu kata yang bisa kuceritakan tentang perasaan ini adalah ia begitu Indah.Pernahkah kau merasakan indah akan sesuatu yang tak jelas bagaimana bisa? Demikianlah perasaanku saat ini. Dan alasan dari semua ini adalah kau.Bahkan tanpa perlu persetujuanmu, kau telah jadi yang terkasih bagi hati yang bersemayam dalam diri ini. Kau sudah ku terima dengan lapang dada, tanpa pernah singgahmu membekas didalamnya. Senyum dari wajahmu itu sudah lebih dulu ku curi dan ku kunci dalam laci hati yang mustahil untuk kau sadari.Dalam tulisan ini, sebenarnya aku bisa saja menuliskan namamu. Menyebutnya dengan jelas. Mengejanya dengan tegas. Tapi untuk apa?Sepanjang peradaban manusia, barangkali aku salah satu penyimpan perasaan paling handal. Pengagum paling rahasia diantara yang lainnya. Pecinta paling gila di batas akal sehat manusia. Dan segala-galanya adalah masih karenamu.Jika sudah kau baca tuangan perasaanku sampai pada bagian ini –bila benar kita berjodoh, tanpa perintah siapa-siapa– hati kecilmu seketika akan menyala. Terbangun dari tidur panjangnya setelah lelah menunggu kekasih yang selama ini bias dalam bahasa rindu. Jantungnya berdebar, bersahutan dengan pertanyaan.Kapan pertemuan kita nyata? Desak hati kecilmu.Dari tempatku menuliskan ini, aku tertawa kecil menyaksikanmu kebingungan lantaran sesuatu dalam dirimu tiba-tiba berulah. Perasaan tenang saat pertama membuka cerita, telah berubah.Sudah kah saatnya kita bertatap mata dan saling menggenapkan rasa? Atau langkah-langkah kecil yang selama ini kita tempuh, sudah sedemikian mendekatkan kita yang sama-sama bertakdir sejiwa?
Apakah konten ini melanggar ketentuan yang berlaku sesuai
syarat dan persetujuan?
Laporkan