
"Katakan yang sebenarnya sekarang! Apa yang membuat kamu harus mau menikah dengan gadis yang bahkan sama sekali gak kamu kenal? Padahal kamu bisa menolak dengan tegas permintaan dari Papa kamu."
Gavin menatap Ayla yang langsung memprotesnya begitu sampai di kamar. "Menikahi kamu itu bukan permintaan dari Papa ku."
"Lalu permintaan dari siapa? Mama kamu? Kakek? Nenek? Atau pejabat pemerintah?" Ayla melontar banyak pertanyaan.
Gavin tidak langsung menjawab. Ia sengaja memberikan waktu sejenak agar Ayla bisa lebih sedikit tenang. Memang tidak mudah ada di posisi Ayla. Yang ketika bangun dari koma statusnya sudah bukan lagi seorang perempuan lajang. Terlebih yang menikahinya adalah sesosok manusia asing yang tidak pernah dia kenal.
"Kamu kenapa bego banget sih? Kamu bilang kalau kamu itu ganteng. Okay, aku akui kamu memang ganteng, sukses, pasti banyak perempuan diluar sana yang berlomba-lomba untuk mendapatkan hati kamu. Tapi kenapa justru kamu mau terjebak di dalam pernikahan yang gak jelas ini?" Ayla terduduk di atas lantai. Tangannya menggosok-gosok wajah sambil menangis.
Dengan wajah penuh air mata, Ayla mengangkat kepala menatap Gavin yang berdiri di dekatnya. "Oh, atau mungkin kamu berpikir dengan menikahi perempuan yang sedang mempertaruhkan hidup dan matinya, itu gak akan membuat status kamu sebagai suami bertahan lama. Jadi setelah aku meninggal, kamu bisa kembali bebas tanpa menentang permintaan dari Papa kamu. Begitu kan?"
Gavin mengambil posisi jongkok di dekat Ayla. Gadis itu tampak kacau dengan rambut yang sudah berantakan.
"Udah ngomongnya?" Gavin bertanya lembut. Tangannya hendak menyentuh wajah Ayla, akan tetapi lebih cepat perempuan itu menepisnya.
"Sekarang izinkan aku untuk bicara dan menjelaskan apa yang kamu pertanyaan."
Ayla diam tak membalas ucapan Gavin. Tapi tatap matanya menusuk tajam.
"Semua dugaan yang ada dipikiran kamu gak ada yang benar. Papa gak pernah memintaku untuk menikah dengan kamu. Begitu juga dengan orang tua kamu yang gak pernah menjual kamu demi mendapatkan suntikan dana dari perusahaan Papa ku. Dan kenapa aku mau menikahi kamu? Jawabannya karena aku mencintai kamu, Ayla."
Tentu saja Ayla tidak percaya dengan apa yang Gavin katakan. Meski ini sudah yang kedua kalinya Gavin mengatakan kalau dia mencintai Ayla, setelah saat di kafe tadi.
"Aku tahu kamu gak akan percaya begitu saja. Tapi aku bicara serius. Aku mencintai kamu jauh sebelum kamu pacaran sama Niko."
Kedua alis Ayla menaut bingung. Lamanya hubungan Ayla dan Niko adalah lima tahun. Sementara Gavin sudah mencintai Ayla jauh sebelum Ayla pacaran dengan Niko. Lalu sudah seberapa tahun lamanya Gavin mencintai Ayla selama ini?
Ayla membuang wajah ke arah lain. "Omong kosong."
"Tepatnya sebelas tahun yang lalu. Saat kamu sedang merayakan kelulusan SMP bersama teman-teman seangkatan mu di puncak gunung Bromo."
Ayla tertegun. Gavin tidak membicarakan kebohongan. Sebelas tahun yang lalu Ayla dan teman-teman angkatan SMP nya memang pergi bersama ke Bromo untuk merayakan kelulusan mereka. Jadi, Gavin ada juga di sana waktu itu?
"Kamu menangis histeris saat handycam kamu terkena tumpahan air minum teman mu. Terus kamu teriak sambil bilang 'awas kamu Aldo! Aku aduin kamu sama Papa ku biar dipenjara!' gitu." Gavin tertawa pelan mengingatnya.
Ya ampun! Ayla masih ingat benar kejadian menyebalkan itu. Saat si culun Aldo tidak sengaja menumpahkan air pada handycam Ayla. Tangis histeris Ayla saat itu memang menarik banyak perhatian orang. Dan salah satunya Gavin.
"Ingat gak?"
Ayla mendelik kesal pada Gavin yang kini tersenyum menggoda.
"Aku ada di sana Ayla. Dan melihat kamu seperti itu sangat terlihat lucu dan menggemaskan di mataku."
Terlahir di tengah keluarga berada, membuat Ayla tumbuh menjadi anak yang manja, keras kepala, boros, dan terkadang sulit di atur.
"Aku pernah berharap ingin dipertemukan dengan kamu lagi di lain waktu. Dan ternyata semesta mengabulkan harapan ku dengan kembali mempertemukan kita di jalan takdir yang memang sudah ditentukan."
Ayla terkejut saat Gavin menarik lembut dagunya hingga membuat mereka saling bertatapan. Kemudian Gavin meraih kedua tangan Ayla, memberikan usapan di punggung tangan gadis itu.
Berada dalam posisi yang begitu dekat, Ayla semakin menyadari kalau Gavin sangat tampan. Bahkan bisa dikatakan kalau Gavin memiliki fisik yang nyaris sempurna.
Ditatap sedemikian rupa oleh Gavin membuka jantung Ayla berdetak lebih kencang dari biasanya. Tidak ingin hanyut dalam pesona laki-laki ini, Ayla hendak melepaskan tangannya dari genggaman Gavin. Akan tetapi Gavin lebih dulu menahannya. Entah apa yang membuat Ayla mendadak tidak bisa mengeluarkan jurus seribu bayangannya. Bahkan lidah saja mendadak tidak bisa digerakkan dan tatapan Ayla benar-benar terkunci oleh Gavin.
"Aku ada di sana saat kamu mengalami kecelakaan dua Minggu yang lalu." Gavin mengatakan yang sejujurnya. Malam itu ia sedang dalam perjalanan pulang setelah dari Balikpapan.
Flashback On
Suara sirine ambulan terdengar menyatu dengan hujan yang semakin deras mengguyur Jakarta. Ada beberapa mobil polisi juga yang berada di sana.
Gavin menghentikan laju mobilnya saat melihat seseorang yang ia kenal. "Om Leo kenapa ada di sini?" gumamnya bertanya. Karena penasaran, Gavin segera keluar dari dalam mobil dan menghampirinya.
"Om Leo!"
Leo yang semula sedang bicara dengan salah satu polisi, langsung menoleh ke arah sumber suara. "Gavin, kamu baru pulang dari Balikpapan?"
"Iya, Om." Gavin menjawab seadanya.
Tidak ada hubungan darah antara Gavin dan Leo. Hanya saja mereka saling mengenal karena sama-sama seorang pengusaha.
"Om Leo kenapa ada di sini?"
Leo menghela napas panjang. "Anaknya Pak Agra mengalami kecelakaan. Mobilnya ditemukan di jurang, sementara orangnya masih dalam pencarian."
"Anaknya Pak Agra?"
"Iya. Pemilik perusahaan Victory."
Gavin mengangguk. Ia pernah mendengar nama perusahaan itu. Salah satu perusahaan besar yang bergerak di bidang properti.
"Pak Agra nya gak ada di sini ya, Om?"
Leo menggeleng. "Sedang di luar kota," jawabnya. "Om kasihan sama Pak Agra. Perusahaannya sekarang terancam bangkrut. Karena salah memilih orang kepercayaan jadi terperosok. Dan sekarang anaknya mengalami kecelakaan."
Di tengah obrolan mereka, keributan terdengar saat tim SAR dan polisi berhasil menemukan dan membawa korban dari bawah jurang.
Flashback Off
"Aku gak tahu kalau korban kecelakaan itu adalah gadis kecil yang selama ini aku cari. Sampai akhirnya aku melihat foto masa remaja yang kamu jadikan wallpaper lock screen."
Ayla tidak bisa berkata-kata lagi. Ucapan Gavin terdengar serius dan tidak ingin diragukan.
"Aku memang egois. Aku meminta agar Papa mengajukan penawaran suntikan dana pada Papa mu dengan menjadikan pernikahan kita sebagai syarat. Aku minta maaf, Ayla. Tapi sungguh, aku gak mau kehilangan kamu lagi setelah sebelas tahun kita dipisahkan oleh jarak."
Selama beberapa detik lamanya, keadaan dibuat hening dengan kontak mata pasangan suami istri itu masih terjalin. Ayla mencoba mencari kebohongan tapi yamg ia temukan hanya tatapan tulus yang Gavin berikan.
"Apa aku harus percaya?"
"Tentu. Karena aku bicara apa adanya. Kamu harus bisa merasakan ketulusan hati ku padamu, Ay. Tolong rasakan...."
Karya ini GRATIS! Tapi kamu boleh kok kasih tip biar kreator hepi 🥰
