
"William, apa-apaan adikmu?!"
William dan sebagian besar panitia yang sedang menghemat waktu dengan makan siang di ruang OSIS menoleh ke arah perempuan itu. Suara gebrakan dan teriakan itu tidak bisa dengan mudah bisa diabaikan oleh orang lain.
Sasha bisa dengan sangat jelas tanpa halangan tahu bahwa William paham atas masalah yang terjadi di kelompok 6 tetapi memilih tidak mau tahu. Kepalanya sakit selama dua hari terakhir karena keputusan Gideon yang tidak bisa diganggu gugat.
Sebagai ketua OSIS,...
Ruang Kelompok lima saat ini sudah dengan tertib duduk di tempat mereka masing-masing. Mereka menjadi tertib bukan karena pengawas mereka adalah wakil ketua OSIS tetapi karena ketua kelompok mereka cukup terkenal saat SMP.
Si pembuat masalah, Orion Travy Gedith.
Laki-laki yang tidak segan melayangkan tinjunya sesuka hati. Masalahnya perasaan laki-laki itu sangat sulit di tebak. Bahkan hanya sekadar menanyakan kabar orang tuanya sudah cukup membuat siswa dari sekolah lain dihajar. Tidak ada seseorang yang mau terlibat dengan laki-laki seperti itu.
Hal lain yang membuat mereka cukup diam adalah mereka mengetahui fakta bahwa pengawas kelas mereka adalah kakak dari Orion. Poin-poin itu merupakan hal yang menjadi catatan penting bagi sebagian besar siswa, berada di ruangan yang sama dengan dua orang Gedith yang terkenal.
Sedangkan sebagian besar siswi cukup sepakat bahwa seminggu kedepan berada di kelompok yang sama dengan Orion adalah keberuntungan. Mereka tidak peduli dengan sikap anarkis Orion karena Orion tidak pernah bersikap kasar pada perempuan. Keberuntungan mereka juga ditambah dengan bisa melihat senior seperti William.
Tetapi para siswa baru juga memiliki asumsi mereka sendiri.
Melihat Pengawas perempuan mereka, Alinea, yang selalu berjalan tanpa mendahului William dan bagaimana keduanya bisa terlihat sangat indah bersama tanpa membuka forum diskusi mereka sepakat dengan suara bulat bahwa 'ada sesuatu' antara dua pengawas mereka. Hanya melihat William dari jauh sudah cukup bagi mereka.
William menjadi moderator sekaligus penyampai informasi bagi setiap acara yang melibatkan seluruh anggota kelas. Tugas William dan Alinea memang hanya sebagai pengawas yang bertugas mencegah masalah dari siswa baru.
Setidaknya selama beberapa hari tugas mereka dapat dilakukan dengan mulus tanpa halangan berarti.
Jutsu masalah datang saat William masuk ke dalam ruang panitia— ruang OSIS.
BRAKK....
William dengan selamat berhasil menyelamatkan bekal makan siang hasil kerja kerasnya dan sang mama dari amukan Sasha.
William tidak terkejut sama sekali dengan tindakan Sasha, justru dia terkejut karena baru sekarang. Dia pikir selama empat hari adiknya bisa tenang menjalani orientasi di bawah pengawasan sang ketua OSIS tetapi akhirnya sumbu kesabaran Sasha juga habis.
"William, apa-apaan adikmu?!"
William dan sebagian besar panitia yang sedang menghemat waktu dengan makan siang di ruang OSIS menoleh ke arah perempuan itu. Suara gebrakan dan teriakan itu tidak bisa dengan mudah bisa diabaikan oleh orang lain.
Sasha bisa dengan sangat jelas tanpa halangan tahu bahwa William paham atas masalah yang terjadi di kelompok 6 tetapi memilih tidak mau tahu. Kepalanya sakit selama dua hari terakhir karena keputusan Gideon yang tidak bisa diganggu gugat.
Sebagai ketua OSIS, Sasha ingin semuanya berjalan lancar. Dirinya juga ingin tetap menjaga nama baiknya tanpa melibatkan kekerasan verbal atau fisik, tetapi ulah Gideon sudah di luar kendalinya. Bagaimana bisa siswa baru menolak mengikuti rangkaian acara orientasi hanya karena malas?
Acara Orientation Sport (OS) yang selalu diadakan untuk menyambut siswa baru dengan keras ditolak oleh Gideon. Lebih tepatnya dirinya bersikeras tidak ingin berpartisipasi di acara wajib bagi siswa baru hanya karena malas bergerak.
Beberapa pengecualian memang diberikan, seperti tiba-tiba sakit atau kondisi medis khusus. Tetapi dilihat dari manapun Gideon Travy Gedith sangat sehat bahkan laki-laki itu mengatakan bahwa tidak ada yang salah dengan kondisi fisiknya.
"Gideon tidak ingin ikut satu pun lomba OS. Kelasku jadi tidak bisa mengirim daftar nama ke panitia OS. Lakukan sesuatu Will."
"Kau yang bertanggung jawab untuk kelompok 6 kan?"
"Dia tidak mendengarkanku. Beri tahu dia, kau kakaknya."
"Kau pengawasnya."
Satu-satunya yang merasa cemas dengan pertengkaran kedua orang itu adalah partner relawan Sasha yang berusaha menghentikan pertikaian mereka. Tidak ada satupun orang lain berusaha menghentikan pertikaian karena ketidaktaatan siswa baru itu. Orang lain itu termasuk teman Sasha yang ikut menjadi relawan, Andrea.
Alinea yang baru saja kembali setelah menyerahkan persetujuan daftar nama peserta OS pada kelompok 5 juga hanya menatap pertengkaran itu. Jika dia tidak melihat juniornya secemas itu, Alinea akan menolak untuk melerai pertengkaran itu.
"Sha, Am kenapa kalian bertengkar?"
Sasha yang merasa memiliki sekutu segera berpaling dan menghampiri cepat sahabatnya. Dia menceritakan penyebab sakit kepalanya selama dua hari terakhir. Dia tidak meminta Alinea membujuk William, dia hanya berkeluh kesah dan mengadukan William yang tidak ingin membantunya.
"Apa kau tidak bisa membantu Am? Kalau seperti ini bukankah kalian— OSIS juga akan kerepotan?"
William melihat Alinea yang mengajaknya berbicara. Sejak pertemuan mereka saat liburan, William hanya berinteraksi dengan Alinea jika diperlukan. Baik dirinya ataupun Alinea tidak mencampuri urusan satu sama lain seperti saat ini. Mungkin saja William yang tidak mengenal baik Alinea, karena perempuan itu selalu meletakkan kepentingan temannya di atas egonya. Alinea yang sedang berusaha menjauhinya saat ini memulai pembicaraan karena temannya.
Tetapi pertanyaan yang diutarakan oleh Alinea dan Sasha adalah pertanyaan yang William sendiri ingin tahu. Apa dirinya bisa memimpin adik-adiknya dengan baik?
"Satu-satunya yang bisa mengatur Deon dan yang lain hanya mama. Aku tidak berniat mengadukan tindakan mereka—"
"Kalau begitu biar aku yang melakukannya. Aku sudah tidak kuat dengan pemberontakan yang dilakukan adikmu."
Sasha menyodorkan ponselnya tepat di depan William. Dia dengan baik hati membuka papan dial, William hanya menurut. Dia rasa Sasha saat ini hanya ingin segera terbebas dari masalah bernama Gideon.
Tanpa rasa enggan, justru malah dengan sangat senang, William mengetik nomor mamanya di ponsel Sasha. Akan jadi masalah jika dirinya yang melapor karena Gideon itu pendendam, tetapi jika bukan dirinya yang melapor maka masalah Gideon akan menjadi kesenangan baginya.
***
Sasha pagi ini dihadapkan dengan seorang junior yang akhir—akhir ini membuatnya sakit kepala. Laki-laki itu akhirnya menyerahkan daftar nama peserta OS lengkap berisi seluruh anggota kelas termasuk laki-laki itu sendiri.
Sasha tersenyum melihat itu, upayanya mengadukan Gideon kepada mamanya berakhir dengan sangat baik. Dia tidak peduli juniornya itu menatapnya dengan tatapan benci dan muak, yang terpenting rangkaian orientasi bisa berjalan.
Lagi pula hanya tersisa dua hari lagi dia bertemu dengan Gideon.
Hari ini adalah hari di mana OS dilakukan. Kelompok 6 yang terlambat mengumpulkan daftar nama peserta diberikan sanksi pengurangan poin yang mungkin membuat mereka di posisi terakhir. Gideon tidak peduli dengan itu dan teman-temannya yang lain sudah menyerah dan hanya bertujuan untuk bersenang-senang.
Setiap anggota kelas terpisah di beberapa titik sesuai dengan cabang perlombaan yang mereka ikuti. Umumnya pengawas kelas akan kembali ke ruang OSIS karena pengawasan OS dilakukan oleh panitia lainnya.
Setidaknya itu menurut William dan Alinea yang entah kenapa hanya ada mereka berdua yang berada di ruang OSIS.
Alinea bisa melihat William tenggelam dengan tugas dari papanya. Setahu Alinea William sudah mulai dikenalkan dengan pekerjaan sederhana sejak masuk SMA, salah satunya adalah mempelajari keuangan beberapa divisi di perusahaan.
Itu berbanding terbalik dengan Alinea yang baru akan diajari ketika dirinya lulus SMA atau saat dirinya sendiri minta diajari oleh papanya.
Alinea tidak mau mengganggu William dan ingin beranjak dari ruang OSIS dan berkelana mencari Sasha atau Andrea, tetapi keinginannya itu urung karena dia bisa mengenali siluet seseorang dari jendela ruangan.
"Kak Alin dan Kak Will tidak ikut pergi ke tempat OS?"
Seseorang yang masuk ke ruang OSIS adalah Renatta. Meskipun Alinea sudah sepakat dengan dirinya sendiri untuk tidak mengganggu mereka berdua tetapi tubuhnya justru kembali duduk ketika menyadari Renatta akan tinggal berdua dengan William saat dirinya pergi.
Alinea sadar ternyata orang yang jatuh cinta memang bisa sebodoh ini.
William melihat Alinea yang tidak berniat menjawab melirik ke arah Renatta dan menutup laptopnya.
"Bukannya Sasha meminta kita berkumpul untuk istirahat?"
Sasha, perempuan itu sejak kemarin selalu mengeluh betapa menyusahkannya Gideon dan memutuskan semua pengawas kelas akan istirahat selama OS berlangsung.
William tahu Sasha tidak ingin istirahat sendirian dan membiarkan teman-temanya bekerja, tapi lihat sekarang! Perempuan itu tidak datang.
Renatta mengaguk mendengar pertanyaan William. Memang kemarin sebelum pulang Sasha sudah membuat pengumuman tentang jam istirahat bagi pengawas kelas tetapi tentu saja saat D-Day akan banyak perubahan yang tidak direncanakan.
"Kita memang diizinkan untuk istirahat kak, hanya saja para murid baru banyak yang meminta pengawas kelas untuk menonton pertandingan mereka. Kak Sasha sendiri sedang mengawasi agar Gideon tidak kabur dari pertandingan."
William tertawa kecil mendengar itu. Sasha yang selalu memaksanya melakukan tugas merepotkan pada akhirnya juga direpotkan oleh Gideon. Meskipun bukan dia yang melakukannya, William merasa menang atas Sasha.
Renatta melihat William kemudian beralih melihat Alinea.
Tujuannya kembali ke ruang OSIS adalah untuk beristirahat sekaligus makan siang. Kantin akan menjadi terlalu ramai dan dirinya tadi pagi tidak sempat untuk sarapan.
"Kak, apa aku tidak mengganggu kalian kalau aku makan siang di sini?"
Renatta menunggu cukup lama karena baik William dan Alinea tidak berminat untuk menjawab. William hanya berpaling melihat Alinea seakan menuntut perempuan itu untuk menjawab pertaanyaan Renatta.
Alinea yang serasa di todong oleh keduanya tersentak dari pikirannya sendiri.
"Apa?"
"Renatta bertanya apa dia tidak menggangumu kalau dia makan di sini?"
William menjawab pertanyaan Alinea menggantikan Renatta yang sudah bertanya sebelumnya.
"Kenapa bertanya padaku? Aku bahkan bukan anggota OSIS."
Renatta merasa bersalah membuat Alinea tersinggung. Sebisa mungkin dirinya tidak ingin terjebak dalam hubungan yang buruk dengan seniornya itu.
"Aku hanya ingin memastikan kakak tidak terganggu."
"Kau bisa makan di sini."
Alinea menjawab singkat sebelum membuka ponselnya dan memainkan ponselnya.
Sebenarnya dirinya tidak pernah terganggu dengan kehadiran Renatta sejak dulu. Dia hanya terganggu dengan kedekatan Renatta dan William, itu bukan termasuk terganggu atas kehadiran juniornya kan?
Itu tidak pernah membuat perasaannya tenang.
Dia tidak lagi ingin ikut campur dalam hubungan William dan hanya satu hal yang bisa dia lakukan dengan itu. Dia hanya bisa menjauhi William agar tidak melihat pemandangan yang menyakiti perasaannya.
Meskipun rumor keduanya tidak pernah berhenti sampai ke telinganya.
Apapun yang dia lakukan akan sia-sia.
****
Komen atau vote apa gitu...
Kalau ikhlas
Karya ini GRATIS! Tapi kamu boleh kok kasih tip biar kreator hepi 🥰
