
Peningkatan gas-gas rumah kaca dalam periode waktu yang lama atau berdekade-dekade bukan hanya mengakibatkan Global Warming tetapi juga mengakibatkan Perubahan Iklim (Climate Change). Climate Change merupakan perpanjangan permasalahan dari Global Warming. Global Warming dan Climate Change dapat dikatakan sebagai satu kesatuan yang saling berpengaruh satu sama lain yang diakibatkan dari peningkatan efek rumah kaca. Global Warming dan Climate Change merupakan sumber bencana alam yang kompleks karena berdampak untuk semua sektor kehidupan seperti kesehatan, pertanian bahkan perekonomian.
Oleh: Anggita Puspitosari
Pemanasan global adalah adanya proses peningkatan suhu rata-rata atmosfer, laut dan daratan bumi. Suhu rata-rata global pada permukaan Bumi telah meningkat 0,74 ± 0,18oC (1,33 ± 0,32oF) selama seratus tahun terakhir. Intergovernmental Panel on Climate Change (IPCC) menyatakan bahwa, “sebagian besar peningktan suhu rata-rata global sejak pertengahan abad ke-20 kemungkinan besar disebabkam oleh meningkatnya konsentrasi gas-gas rumah kaca akibat aktivitas manusia” melalui efek rumah kaca. Kesimpulan dasar ini telah dikemukakan oleh setidaknya 30 badan ilmiah dan akademik, termasuk semua akademi sains nasional dari negara-negara G8. Akan tetapi, masih terdapat beberapa ilmuwan yang tidak setuju dengan beberapa kesimpulan yang dikemukakan IPCC tersebut.
Peneliti dari Center for International Forestry Research (CIFOR), menjelaskan bahwa, pemanasan global adalah kejadian terperangkapnya radiasi gelombang panjang matahari (gelombang panas atau inframerah) yang dipancarkan ke bumi oleh gas-gas rumah kaca.
Gas rumah kaca itu sendiri terdiri dari enam jenis yaitu Karbondioksida (CO2), Metana (CH4), Nitrousoksida (N2O), Hydroperfluorokarbon (HFCs), Perfluorokarbon (CFCs) dan Sulfur Heksaflorida (SF6). Gas-gas ini secara alami terdapat di udara (atmosfer). Efek rumah kaca adalah istilah untuk panas yang terperangkap di dalam atmosfer bumi dan tidak bisa menyebar.
Pemanasan global diakibatkan karena adanya aktivitas dari manusia seperti penggunaan bahan bakar kendaraan bermotor, batu bara, minyak bumi dan gas alam. Seperti halnya, menggunakan kendaraan bermotor, kendaraan bermotor tersebut mengeluarkan Karbondioksida (CO2) sebagai hasil pembuangan. Kejadian tersebut mengakibatkan tertahannya pantulan panas matahari dari bumi yang mengakibatkan panas matahari tersebut tertahan dari bumi sehingga terpantul kembali ke bumi, mengakibatkan efek rumah kaca. Kondisi suhu di atmosfer mengalami peningkatan yang drastis. Hal tersebut mengakibatkan terjadinya global warming.
Semua cahaya matahari yang dipantulkan ke bumi, tidak semua diserap oleh bumi. Sisa dari cahaya matahari tersebut akan dipantulkan kembali melalui awan. Namun, apabila tidak ada pemanasan global suhu di bumi dingin, makhluk hidup tidak dapat hidup di dalamnya. Panas yang ditimbulkan efek rumah kaca menjadikan bumi hangat. Seperti di Mars, suhu sekitar -26o karena tidak memiliki gas rumah kaca. Selain mengakibatkan global warming, efek rumah kaca juga menyebabkan adanya perubahan iklim.
Dalam keadaan normal efek rumah kaca alami diperlukan untuk mengurangi perbedaan suhu antara siang dan malam. Namun, dengan meningkatnya gas rumah kaca terutama Karbondioksida (CO2), akan semakin banyak gelombang panas matahari atau inframerah yang dipantulkan dari permukaan bumi dan diserap atmosfer sehingga suhu permukaan bumi semakin meningkat. Dan hal ini akan diperparah dengan penipisan lapisan ozon yang juga dapat memperpanas suhu bumi. Karena, makin tipis lapisan-lapisan teratas atmosfer, makin leluasa memancarkan radiasi gelombang pendek matahari (termasuk ultraviolet) memasuki bumi. Selanjutnya radiasi gelombang pendek ini juga berubah menjadi gelombang panjang atau gelombang panas matahari atau inframerah, sehingga semakin meningkatkan konsentrasi gas rumah kaca.
Menurut Environmental Protection Agency (EPA) perubahan iklim diartikan sebagai perubahan iklim yang signifikan pada periode tertentu atau perubahan suhu yang drastis, curah hujan, pola angin dan lain sebagainya. Perubahan iklim ialah sebuah permasalahan penting yang menjadi ancaman serius bagi semua manusia di bumi. Satu hal yang pasti, permasalahan ini bukan sebuah permasalahan yang dapat selesai dengan sendirinya tanpa adanya upaya yang dilakukan manusia. Adanya perubahan iklim dapat mempengaruhi kehidupan manusia, seperti masalah kesehatan. Perubahan iklim yang ekstrim serta perubahan iklim yang tidak menentu dapat memunculkan wabah penyakit seperti demam berdarah, penyakit kulit, batuk, pilek. Selain kesehatan, perubahan iklim dapat mempengaruhi dari sektor pertanian dan bahkan menjalar ke ekonomi. Perubahan iklim dapat mengakibatkan gagal panen dari sektor padi, tebu, sayur dan lainnya. Hal tersebut dapat berdampak pada pertumbuhan ekonomi. Perubahan iklim dapat mengganggu keseimbangan alam yang normal seperti adanya badai karena perubahan curah hujan, kekeringan karena suhu meningkat dan air yang semakin langka. The Royal Society dan US National Academy of Science menggambarkan bahwa permasalahan iklim sudah terjadi dari tahun 1900-an. IPCC menyatakan bahwa perubahan iklim menjadikan naiknya suhu di bumi yang mempengaruhi manusia karena berdampak pada spesies dan keanekaragaman hayati laut yang punah. Perubahan iklim menunjukkan nyata terhadap bumi dan isinya, dimana suhu rata-rata secara global mengalami kenaikan 1,1oC dan berpengaruh pada meningkatnya bencana alam.
Indikasi perubahan iklim adalah suhu udara naik, kekeringan, banjir, musim hujan pendek. Selain itu meningkatnya permukaan air laut dan iklim ekstrim. Menurut analisis suhu yang sedang berlangsung yang dipimpin oleh para ilmuwan di NASA’s Goddard Institute for Space Studies (GISS), suhu global rata-rata di bumi pada tahun 2021 telah meningkat setidaknya 1,1oC (1,9oF) sejak 1880. Sebagian besar pemanasan telah terjadi sejak 1975 dengan laju sekitar 0,15 hingga 0,20oC per dekade. Berikut ditampilkan gambar mengenai anomali suhu global pada tahun 2021 yang merupakan tahun terpanas keenam dalam catatan. Sembilan dari sepuluh tahun atau rekor terpanas yang telah terjadi dalam dekade terakhir.

(Sumber: https://earthobservatory.nasa.gov/)
Berdasarkan beberapa paparan di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa efek rumah kaca pada kondisi normal dibutuhkan oleh bumi untuk menyeimbangkan suhu antara siang dan malam. Apabila gas-gas rumah kaca ini tidak ada maka suhu bumi akan seperti planet Mars yang mencapai -26o. Sesuai dengan klaim Badan Antariksa NASA yang menyatakan bahwa, rata-rata temperatur permukaan bumi tanpa adanya gas-gas rumah kaca akan mencapai -33oC (-59oF), dikarenakan temperatur yang sangat rendah semua air yang ada di bumi akan membeku, lautan akan berubah menjadi es dan kehidupan yang kita kenal akan punah. Dengan kata lain, apabila gas-gas rumah kaca tidak ada maka semua makhluk hidup yang ada di bumi tidak dapat bertahan hidup atau dengan kata lain planet bumi akan sama dengan planet lainnya yang tidak memiliki kehidupan.
Keberadaan gas-gas rumah kaca saat ini sudah sangat melampaui ambang batasnya. Komposisi atmosfer bumi terdiri dari 78,09% Nitrogen, 20,95% Oksigen, 0,93% Argon dan 0,03% gas lainnya. Gas-gas rumah kaca termasuk gas lainnya yang keberadaannya tidak boleh lebih dari 0,03% dari seluruh komposisi atmosfer bumi. Namun, semenjak pembakaran karbon pertama pada abad ke-18 yang ditandai dengan Revolusi Industri menjadikan gas-gas rumah kaca terutama Karbondioksida (CO2) membludak keberadaannya di atmosfer dan mengakibatkan suhu permukaan bumi meningkat. Hal ini menunjukkan keberadaan gas-gas rumah kaca bergeser perannya, yang tadinya berguna untuk mengontrol suhu bumi agar tetap hangat tetapi karena keberadaannya yang sudah diambang batas mengakibatkan kenaikan suhu bumi dan memunculkan fenomena Pemanasan Global (Global Warming).
Peningkatan gas-gas rumah kaca dalam periode waktu yang lama atau berdekade-dekade bukan hanya mengakibatkan Global Warming tetapi juga mengakibatkan Perubahan Iklim (Climate Change). Climate Change merupakan perpanjangan permasalahan dari Global Warming. Global Warming dan Climate Change dapat dikatakan sebagai satu kesatuan yang saling berpengaruh satu sama lain yang diakibatkan dari peningkatan efek rumah kaca. Global Warming dan Climate Change merupakan sumber bencana alam yang kompleks karena berdampak untuk semua sektor kehidupan seperti kesehatan, pertanian bahkan perekonomian.
Referensi:
Ainurrohmah, S. dan Sudarti, S. (2022). Analisis Perubahan Iklim dan Global Warming yang Terjadi sebagai Fase Kritis. Jurnal Phi: Jurnal Pnedidikan Fisika dan Fisika Terapan, Vol 3(3), 1-10.
Triana, V. (2008). Pemanasan Global. Jurnal Kesehatan Masyarakat, Vol 2(2), 159-163
https://earthobservatory.nasa.gov/world-of-change/global-temperatures
https://climate.nasa.gov/news/2915/the-atmosphere-getting-a-handle-on-carbon-dioxide/
https://climate.nasa.gov/ask-nasa-climate-/3143/steamy-relationships-how-a-atmospheric-water-vapor-amplifies-earths-greenhouse-effect/
Cover:
environment-indonesia.com
Karya ini GRATIS! Tapi kamu boleh kok kasih tip biar kreator hepi 🥰
