Cinta yang Mengalah #BanyakCeritadiRumah

1
0
Deskripsi

Bisakah persahabatan April dan Juli tetap bertahan setelah keduanya menyadari ada yang berubah di dalam hati mereka?

Ini cerita tentang April dan Juli, dua sahabat lama yang sudah saling mengenal sejak 15 tahun lalu di Jakarta. Mereka berdua tidak pernah saling suka layaknya dua insan berbeda jenis. Mereka lebih senang menghabiskan waktu tertawa dan becanda tanpa melibatkan perasaan.

Juli menyukai seorang gadis kala itu dan mereka berpacaran. April mengetahuinya dan selalu mendapatkan curhat yang sama dari Juli. Bahwa pacarnya posesif. Bahwa pacarnya pencemburu. Bahwa pacarnya mendominasi hubungan mereka. 

April hanya tersenyum malas setiap kali Juli mengadu dan mengeluh tentang perilaku Anggi, pacarnya. “Lagian kamu kenapa masih betah ama cewek kayak gitu sih, Jul? Kagak diputusin aja, sih?”

“Dia nggak mau diputusin, Lil,” ujar Juli kesal. Juli selalu memanggil April dengan sebutan “lil” dari makna ‘my little angel’.

“Putusin. Badanmu yang udah kurus gitu bisa tinggal tulang ama kentut aja kalo masih pacaran sama dia,” sungut April kesal. “Mending kamu pacaran sama aku. Eh, tapi aku nggak mau. Nanti kamu ditaksir cewek lain. Aku lebih repot.”

Juli terbahak. “Tenang aja, Lil. Nggak ada yang bisa gantiin posisi kamu di hatiku sebagai malaikat pengganggu tidurku setiap hari. Oke?”

“Ck. Gitu amat,” gerutu April. “Udah! Putusin Anggi! Atau aku labrak dia langsung ke studio tarinya.”

“Iya. Iya. Bawel!” Juli mengacak rambut April dan mengecup kening sahabatnya seraya menggelengkan kepalanya. 

Dua bulan kemudian, Juli memutuskan hubungannya dengan Anggi. April tersenyum lebar. 

“Puas?” Juli mendelik pura-pura marah. 

“Oh, puas banget! Kamu bisa lepas dari peri jahat yang pura-pura berhati emas itu. Udah, lah. Mending kamu fokus kerja yang bener. Nabung buat dapetin cewek lain. Oke?” April memonyongkan mulutnya. 

“Oke. Nanti aku cari yang deket aja, deh. Temen kantor, misalnya,” ujar Juli santai.

“Tapi, kan, Anggi emang temen kantor kamu juga, Tong!” April melotot. 

“Beda divisi,” kilah Juli cepat. 

April mendengkus kesal. Hatinya cemas. Ada rasa cemburu menjalar di relung hatinya dan ia tak berani mengungkapkannya kepada Juli. Ia tahu, Juli tidak pernah menyukainya. Hal ini pernah ditanyakan kepada pria tersebut beberapa tahun lalu. 

“Aku nggak mau jatuh cinta sama kamu, Lil. Aku nggak mau merusak persahabatan kita,” dalih Juli waktu itu. 

April terdiam dan mengangguk pelan. Tak berdaya. 

Setahun sejak putus dari Anggi, Juli membawa kabar lain. Ia menembak hati seorang wanita muda. Tentu saja sesuai dugaan April, wanita baru itu teman satu perusahaan Julian, tetapi beda kantor cabang. 

“Namanya Kasandra. Anak baru di kantor cabang Lebak Bulus,” ujar Juli pelan. Ia tahu, April harus mengetahuinya meski hal itu akan menyakiti perasaan sahabatnya.

April tidak tersenyum sama sekali. “Anak baru langsung dipacarin. Hebat,” gumam April rendah dengan wajah datar. 

“Oh, ya. Tentu saja. Pesonaku masih setajam biasanya, kan, Lil?” Juli terkekeh. 

“Bangke,” sungut April keki. 

“Gimana dengan Edo, gebetan kamu yang katanya soleh, ganteng, pinter, dan tajir itu? Berhasil kamu dapetin hatinya?” tanya Juli sambil mengedipkan mata. 

Never talk about him anymore. Ada cewek ngeklaim dia minggu lalu. Cewek itu ngejapri aku dan nulisnya gini, ‘Mbak, aku dan Edo akan menikah. Doakan kami.’ Kan, aku yang … Hah, gitu, loh. Ah, sudahlah!” April mengibaskan tangannya. 

Juli tersenyum dan mengacak rambut April. “Nanti kamu bakalan dapet yang lebih baik dari dia. Beruntunglah dijauhin dari orang nggak jelas kayak dia, Lil.”

April tidak menjawab. Dia patah hati dua kali bersamaan. 

Tidak ada angin dan tidak ada badai, dua tahun kemudian April mendapatkan kabar bahwa Juli akan menikah dengan Kasandra. April memaki dirinya sendiri dan mengutuk Juli sekaligus. 

Hal paling menyakitkan bagi April adalah kenyataan bahwa Juli tidak mengundangnya sama sekali. Juli hanya memberi kabar, “Lil, aku akan menikah minggu depan. Nggak, aku nggak mau ngundang kamu. Aku cuman ngasih tau. 

“Karena aku tau, kamu nggak akan setuju aku nikah sama Sandra. Aku juga tau, kamu akan datang dengan wajah ditekuk seribu. Aku nggak mau liat muka bete kamu. Oke, Lil? Doakan saja aku.

You are still my little angel. I love you, Lil. Find a great guy. He is somewhere. You will meet him

“Kamu tau aku nikahin Sandra karena Ibu mau punya cucu segera. Aku nggak bisa nolak. Iya, aku selemah itu dan aku tau aku salah kalo alasan nikahnya demi ngasih cucu ke Ibu. But, please don’t judge me with anything you wanna tell me like a curse. Oke?” ujar Juli panjang. 

April tidak menyahut. Sekali lagi, dia membisu.

Lima tahun tidak bertemu, dunia tiba-tiba berubah terhadap April dan Juli. 

Juli, kini seorang bapak dengan satu anak lelaki, menghubungi April dan berkata, “Aku akan ke Solo tiga hari lagi. Kita ketemu, ya.”

April, kini sedang dekat dengan seorang pria yang baru dikenalnya, menyahut riang, “Oke! Kita ketemuan! Kangen banget!”

Tiga hari kemudian. 

April menemui Juli di hotelnya. Ia berjalan menyusuri koridor lantai tiga hotel dan melihati Juli baru keluar dari kamarnya. 

“Hei,” sapa Juli.

“Hai,” sahut April. 

Keduanya tersenyum dan saling menatap penuh kerinduan. Namun keduanya pun menyadari, rindu ini bukan lagi tentang dua orang sahabat. 

Juli dan April berpelukan sangat erat sebelum lelaki tersebut membuka kembali pintu kamarnya dan mengajak April masuk. 

Keduanya berpelukan sekali lagi dan berciuman penuh gairah. Mereka baru menyadari satu hal setelah bertahun-tahun menerjemahkan hubungan mereka sebagai teman biasa. 

April melihat mata Juli berair. April mengerutkan keningnya. “Are you okay?

“Nanti aku cerita. Kita punya waktu ngobrol selama tiga hari ke depan,” ujar Juli. 

Namun di hari kedua Juli berada di Solo, tiba-tiba dia harus kembali ke Jakarta. April terkejut. Dirinya tak sempat mencerna apa pun yang terjadi di hadapannya. 

“Tapi kita baru ketemu, Jul! Katanya kangen aku!” sergah April protes. 

“Ada hal urgent yang harus aku selesaikan di kantor, Lil. Maafkan aku,” ujar Juli serak. 

Kemudian Juli kembali ke Jakarta membawa rindu, cinta, dan lukanya tanpa sempat memeluk April.

April melihat punggung Juli yang menjauh tanpa bisa memanggil nama pria yang sudah mengubah hidupnya itu. 

Keduanya menangis karena memahami “hal mendesak” yang dimaksud Julian. Cinta mereka yang terlambat dimulai itu harus layu sebelum berkembang. 

***TAMAT***

Karya ini GRATIS! Tapi kamu boleh kok kasih tip biar kreator hepi 🥰

Selanjutnya The Soulless Guy #BanyakCeritadiRumah
0
0
Tania menceritakan sepotong fragmen sedih tentang Rama, pria yang dikenalnya sebagai seniman nyentrik, kepada Latifah. Kesedihan terpancar dalam sorot mata Tania. Ada apa dengan Rama?
Apakah konten ini melanggar ketentuan yang berlaku sesuai syarat dan persetujuan? Laporkan