
"Walaa taqrabu zinaa, hindarilah sahabat gue dari zina mata." Tania berucap sembari meraup wajah Ratna dengan telapak tangannya. Beginilah Tania, jika menyangkut ustadz Arlan pasti mereka tidak pernah satu frekuensi.
"Apaan sih, baru aja liat. Ini bukan zina mata namanya, tapi memandang ciptaan Allah yang menggetarkan hati. Nikmat Allah mana lagi yang engkau dustakan Tania? Melihat cogan aja itu udah termasuk nikmat." Balas Ratna mode sesat.
Tania memutar bola matanya malas sebelum dirinya berujar....
Ukhti Figuran
15
0
4
Selesai
Netra legamnya berkeliling menyusuri sudut ruangan dengan tatapan bingung. Sepertinya ruangan yang Tania tempati sekarang adalah UKS karena terdapat logo kesehatan didinding biru muda tersebut. Tapi kenapa dirinya berada disini? Dan jikalau ini adalah UKS, mengapa ruangannya sangat asing? Ia ingat betul ruangan UKS pesantren Hazzati Safinata yang bercat putih dengan seorang dokter yang selalu standby disamping brangkar.Tania kebingungan dengan posisinya saat ini, sampai akhirnya munculah dua orang perempuan yang memakai abaya hitam dengan hijab yang senada mendekati brangkarnya.“Kamu gapapa nak?,” ujar seorang wanita paruh baya yang berkisar angka 40 tahunan dengan raut cemas.“Memangnya gue kenapa?,” tanya Tania kepada dirinya sendiri. Jujur saja dirinya pusing, yang terakhir ia ingat adalah dirinya kehabisan nafas didalam lift karena kejaran dari seorang lelaki misterius.Sebentar, itu artinya dirinya sudah meninggal? Tapi kenapa dirinya masih bernafas?“Bukannya gue udah mati ya?,” tanya Tania lagi.“Astaghfirullah... Gak baik bicara seperti itu. Kamu pingsan karena kamu terbentur aspal gara-gara ngejar mobil orang tua kamu.” Ucap wanita paruh baya itu sambil menyentuh pelipis Tania yang terbentur.Tania kembali terdiam mendengar penjelasan dari wanita paruh baya disampingnya. Dari penjelasan wanita tua itu Tania sudah merasa tidak beres. Bagaimana bisa wanita tua itu mengatakan kalau dirinya terbentur aspal gara-gara mengejar mobil orang tuanya sedangkan dirinya saja tidak mempunyai orang tua.Sekarang yang terlintas di otak Tania hanya ada satu kata. Transmigrasi, kata itulah yang paling tepat untuk menggambarkan keadaan Tania sekarang.“Sekarang gue ada di mana?,”“Kamu sekarang ada di pesantren Al-Quddus, orang tua kamu kan udah nitipin kamu di sini. Walaupun kamu nggak mau tinggal di sini, tapi kamu harus biasakan. Insya Allah sedikit demi sedikit kamu pasti akan merasa nyaman di pesantren ini.” Sekarang bukan lagi wanita paruh baya yang berbicara, melainkan seorang gadis bertubuh sebaya dengan Tania. Tania menyimpulkan dari pandangannya jika gadis tersebut adalah anak dari wanita paruh baya itu.Benar dugaan Tania, dirinya terlempar ke dunia lain dan masuk ke tubuh seseorang yang tidak ia kenal. Keajaiban Tuhan yang mana lagi yang ia dustakan? Allah saja mampu melakukan keajaiban apapun sekalipun itu mustahil bagi kita.
1,712 kata
Dukung suporter dengan membuka akses karya
Pilih Tipe Dukunganmu
Sudah mendukung?
Login untuk mengakses

Selanjutnya
SLASHING PSYCHO: TRANSMIGRASI (HIDDEN CHAPTER)
1
0
Mendengar ucapan Ziva, Gema tak kuasa untuk tidak mengembangkan senyumannya. Dengan cepat, Gema masuk ke dalam area kost-an milik Ziva dan meninggalkan perempuan dibelakang nya yang sedang tersenyum menyeringai sembari mengeluarkan pisau berkarat serta tang potong di balik gaun putihnya.***Dan sayangnya lagi, laki-laki itu sudah tak bernyawa tepat setelah Zivanna memukul kepala lelaki itu dengan kuat menggunakan tang. ***“Aku muak melihat mu Ziva, hidupmu seperti benalu yang tak lebih selalu menyusahkan orang-orang disekitar.”Ziva menghela napas. Sudah hafal dengan naskah lama itu. Setiap kali datang, ibunya akan meluncurkan kalimat-kalimat tajam yang seperti dipoles di atas batu asahan kebencian. Dulu, setiap kata itu bisa membuatnya menangis di kamar mandi. Tapi sekarang? Tidak lagi.***“Mama… boleh aku minta peluk?”
Apakah konten ini melanggar ketentuan yang berlaku sesuai
syarat dan persetujuan?
Laporkan