
Deskripsi
Remember Me, Remember Us
Bahkan ketika aku menggenggam tanganmu
Kau masih tak mengingatku
Dara terbangun dari komanya tanpa ingatan. Ia tak mengingat siapa dirinya, ia tak mengenali keluarganya, dan juga tunangannya, Tristan. Dara merasa asing bahkan ketika dia sudah berada dia rumah keluarganya. Bahkan ia mencurigai Tristan yang berstatus sebagai tunangannya.
Ketika dia menemukan buku diarynya semasa SMA, dia mendapati kenangan buruknya bersama Tristan di masa lalu. Tristan adalah musuhnya, orang...
15,144 kata
Dukung suporter dengan membuka akses karya
Pilih Tipe Dukunganmu
Sudah mendukung?
Login untuk mengakses
Kategori
Remember Me
Selanjutnya
Remember Me, Remember Us Part 2 (End)
0
0
Tujuh Tidak ada tempat yang lebih baik bagikuSelain berada di sisimu “Aku tidak tahu apa bagusnya tempat tujuan kita kali ini, tapi serius, haruskah kita melewati jalan yang menguji kesabaran ini hanya demi melihat tempat itu?” Elang memulai protesnya segera setelah mobil melewati jalanan yang cukup menjadi alasan protesnya. “Dara menyukai pantainya, meski sama sepertimu, dia juga selalu mengeluh dengan jalan ini,” sahut Tristan geli. Elang memutar mata, sementara di sebelah Tristan yang sedang mengemudi, Dara masih tak mengatakan apa pun dan hanya menatap keluar jendela mobil. “Kurasa memang ada baiknya dia sakit,” celetuk Elang. “Dara jadi tidak banyak protes.” Tristan tersenyum kecil. “Tapi, aku akan lebih tenang jika Dara sembuh,” ucapnya. “Karena melihatnya diam sepanjang jalan seperti ini, aku justru khawatir.” Dara yang sedari tadi hanya menyimak percakapan Tristan dan Elang, akhirnya angkat bicara, “Aku tidak ingin mengganggumu menyetir. Apalagi jalannya juga seperti ini.” Tristan terdiam selama beberapa saat, membuat Dara khawatir.“Apakah aku … mengatakan sesuatu yang salah?” tanya Dara hati-hati. Tristan tersenyum kecil seraya menggeleng. “Tidak, hanya … saat kita pergi kemari, aku membentak dan menyuruhmu diam karena kau terus-menerus mengeluh tentang jalannya,” ucapnya dengan nada penyesalan.“Oh.” Dara tak tahu harus berkata apa ketika melihat raut menyesal di wajah Tristan. “Maafkan aku,” kata Tristan kemudian. “Apakah aku benar-benar secerewet itu?” tanya Dara. Tristan menggeleng. “Kau hanya … terkadang terlalu suka bicara,” katanya canggung. “Dan juga suka protes, suka mengeluh, suka mendebat,” lanjut Elang, membuat Dara menoleh ke belakang untuk memelototi kakaknya. ***
Apakah konten ini melanggar ketentuan yang berlaku sesuai
syarat dan persetujuan?
Laporkan