
Deskripsi
Lazimnya aku menobatkan rindu
sebagai satu-satunya jalan
Bertelanjang kaki menginjak remah-remahan tanah
Begitupun batu-batu itu
Ikut mengaliri sakit dengan ramah
Lazimnya,
Aku kesakitan dan tersesat
Lazimnya aku masih mengagungkan namanya
sebagai satu-satunya pulih
Bernanah darah memohon waktu ingin kembali
Begitupun semua rasa itu
Tejebak patuh dalam keadaan marah
Lazimnya,
Aku menangis di semua putaran siang dan malam
Tapi kali ini
Seperti tersayat ribuan pisau tumpul
yang seharusnya berdarah
yang seharusnya tak punya arah
Hilang entah di hati bagian mana
Saat ini yang menguras detak hanya kepulan hambar
Tanpa makna, tersungkur hampa
Ini sangat jauh dari segala lazim
Karya ini GRATIS! Tapi kamu boleh kok kasih tip biar kreator hepi 🥰
Kategori
Puisi
Selanjutnya
Menikam Masa
1
0
Butuh seberapa tenaga yang harus dikuatkanuntuk menikam masa?Masa-masa yang rasanya begitu salahMasa-masa yang ingin sekali dihancurkanBisakah kita menikamnya?Setidaknya yang terus berjalan-jalan dikepala Karena bodoh dan fanaMustahil jadi sesuatu yang jelasIngin menghilangkan kemarinIngin membunuh jutaan kemarinMenjadikannya kosong yang siap untuk dihuniLelah beradu mulut dengan menyesal Masih gencar ingin menikam masaMeski geraknya mengatakan sudah menerimaLubuknya, butuh waktu lebih lama
Apakah konten ini melanggar ketentuan yang berlaku sesuai
syarat dan persetujuan?
Laporkan