Somethin' Happened Between Us on Tengger Caldera

1
2
Terkunci
Deskripsi

Pada saat jatuh cinta pertama kali

Kau tak perlu jadi pejuang untuk jatuh cinta

Tak usah jadi prajurit

Tak harus jadi superhero

Tak mesti jadi pekerja keras

Apalagi sampai mengaku nabi

Meski kau memang hamba Tuhan

Semua itu tak perlu!

Cinta hanya membutuhkanmu untuk jadi diri sendiri ketika ia singgah

Karena cinta tidak diperoleh dengan perencanaan

Ia muncul tiba-tiba seperti hantu

Bahkan di saat kau belum mempersiapkan diri untuknya ....

***

“Sendirian ke Bromo memang gak asyik, tapi incredible,” ujarku begitu...

13,426 kata

Dukung suporter dengan membuka akses karya

Pilih Tipe Dukunganmu

Karya
1 konten
Akses seumur hidup
150
Sudah mendukung? Login untuk mengakses
Selanjutnya The Last 7 Hours of December
4
11
Desember tidak akan pernah jadi begitu berarti buatku, jika bukan karena tujuh jam yang kuhabiskan dengannya Desember itu, berbagi secangkir kopi pekat dan berbagi rintik hujan .…- Dawai*Satu-satunya hal yang ingin kulakukan jika aku bisa menjelajah waktu, adalah mengunjungi kembali tujuh jam yang pernah terjadi pada ujung Desember itu, hanya agar aku bisa menenggelamkan diriku dalam suaranya, lagi dan lagi .…- Rakai*“Kamu tahu, dulunya aku juga takut petir,” kata Dawai tiba-tiba.Rakai memelukkan lengannya ke dada, berusaha memupus sisa-sisa gemetar akibat petir baru saja. “Apa sekarang tidak lagi?”Dawai menggeleng. “Aku diajari cara mengatasi ketakutanku.”“Diajari?”Dawai mengangguk. “Kamu juga bisa belajar, kok.”Rakai mengernyit.“Jadi, waktu kecil dan sadar kalau anaknya takut petir, setiap cuaca mendung, jika kebetulan ayahku ada di sekitarku, dia akan memelukku. Tetap memelukku sampai hujan reda.” Dawai sejenak menerawang dan tersenyum sendiri. “Karena selalu merasa terlindungi dalam pelukan ayahku, lama-lama aku jadi terbiasa dengan petir. Suatu hari, saat itu aku sudah kelas tiga SMP, hujan turun disertai petir dan angin kencang. Ayahku tidak di rumah. Kamu tahu? Saat itulah aku sadar bahwa aku sudah tidak takut lagi.” Dawai menoleh pada lawan bicaranya. “Kamu bisa belajar dengan cara yang sama.”“Ayahku di rumah,” jawab Rakai sekenanya.“Kamu bisa mulai dengan memelukku .…”
Apakah konten ini melanggar ketentuan yang berlaku sesuai syarat dan persetujuan? Laporkan