
Lucy dan Carcel yang bermusuhan sejak tahun pertama SMA mereka. Selisih paham dan pekikan saling balas keduanya adalah makanan sehari-hari penghuni sekolah menengah atas itu.
Namun siapa sangka, karena unggahan instastory yang memampakkan sedikit lekuk tubuh Lucy, sukses membuat Carcel naik darah bukan kepalanya, hingga berakhir mengkonfrontasi gadis itu di apartemennya. Dan malam itu, tentu tak berakhir dengan pertengkaran saja…
Di SMA mereka, semua orang tahu bahwa Lucy dan Carcel tak pernah akur. Keduanya sering terlihat saling menghindar, jarang berbicara kecuali dalam perdebatan sengit mereka yang tak bisa dihindari tapi selalu terjadi.
Lucy, seorang gadis yang cerdas dan mandiri, dan tentu saja jelita, ia selalu merasa Carcel terlalu mengusik ruang pribadinya. Sementara itu, Carcel, meski tampak dingin dan tak peduli, memiliki kecenderungan yang tak bisa disembunyikan-ia ingin selalu tahu apa yang dilakukan Lucy, dengan siapa, dan ke mana ia pergi.
Meskipun Carcel tidak terang-terangan menunjukkan perasaannya, ada sesuatu dalam tindakannya yang membuat Lucy merasa terbatasi. Saat Lucy bergaul dengan teman-teman lain, Carcel sering berada di dekatnya-tak ikut berbicara, tapi cukup untuk membuatnya merasa diawasi. Meski mereka terus berseteru, Lucy tak bisa mengabaikan perasaan bahwa Carcel memiliki kendali terselubung atas hidupnya. Di balik sikap acuh tak acuhnya, ada sesuatu yang jauh lebih dalam, sesuatu yang Carcel sembunyikan baik-baik.
Malam itu Lucy sedang bosan dan memutuskan untuk berfoto, ia yang sedang berbaring di tempat tidur langsung bergeser menghadap laptopnya yang memang sedang ia gunakan untuk menonton film. Ia membuka kamera dan berfoto sambil berbaring dengan sebagian wajah cantiknya tertutup oleh ponsel. Lucy berfoto dengan mengenakan crop top putih yang agak ketat seperti tank top, nan foto itu menonjolkan lekuk tubuh dan paha indahnya.

Setelahnya, ia dengan santai mengunggah foto tersebut di snapgram lalu memainkan ponselnya seperti biasa, namun hanya beberapa detik setelah ia mengunggah foto tersebut, Carcel, sang musuh tapi posesif, langsung bereaksi mengirimkan pesan komentar di snapgram yang ia unggah.
PESAN
"Hapus, sekarang!"
Pesan itu membuat Lucy mengernyit bingung, apa maksudnya? Namun demikian, Lucy memutuskan untuk mengabaikan pesan itu dan melanjutkan aktivitasnya bermain ponsel.
Tetapi beberapa menit kemudian, bel apartemen Lucy berbunyi, dan itu tak berhenti di denting kedua atau ketiga, bel itu terus berbunyi seolah menunjukkan bahwa orang dibaliknya begitu tergesa dan tak sabar. Kesal dan bingung, Lucy keluar dari kamar tidur dan berjalan ke pintu apartemennya.
Ceklek
Tepat saat Lucy membuka pintu, ia sedikit tersentak kaget melihat sosok tegap tak terduga yang mengejutkannya, sosok Carcel yang tinggi dan gagah berdiri di hadapannya dengan wajah sedikit merah, menahan amarah dan juga tampaknya... cemburu dan protektif.
Mata hazelnya tampak dingin dan galak saat ia langsung memasuki apartemen Lucy dengan cepat dengan mendorongnya ke samping dan mengunci pintu apartemen.
Carcel segera mendorong tubuh mungil gadis di hadapannya itu ke dinding, ia menunduk hingga wajahnya cukup dekat dengan Lucy karena kelebihan tinggi badannya, matanya menatap langsung ke mata sang gadis dengan tatapan marah.
"Apa maksudnya ini!" Carcel meraung sembari menunjukkan layar ponselnya yang menampilkan unggahan sexy milik Lucy tadi, tangannya mencengkeram bahu Lucy erat-erat, matanya menatap tajam ke wajah Lucy sekarang.
"Apa?" Tanya Lucy dengan kesal dan bingung, karena dia tiba-tiba datang ke sini dan marah-marah padanya.
"Lucy!" Carcel mendesis dengan gigi terkatup rapat saat ia berdiri di depan sosok sang gadis dan menatap wajahnya, Lucy bisa melihat pipinya sedikit memerah dan wajahnya sedikit berkeringat saat ia memegang tangan Lucy dengan kuat.
Kemudian ia meraih ponsel milik Lucy yang ada digenggaman gadis itu dan melemparkannya ke lantai sambil menginjaknya dengan sepatunya berulang kali. Sosok Carcel yang tinggi dan sedikit berotot tampak sangat marah dan sedikit cemburu, juga tampak posesif.
"Carcel?!!" Lucy membelalakkan mataku dan melihat ponselnya yang hampir hancur di lantai. "Kamu kenapa sih?!" Tanyanya dengan kesal dan mendorong Carcel menjauh, berusaha meraih ponsel yang tergeletak di lantai.
"Jangan diambil." Ujar Carcel dengan tegas dan hampir kembali memberak, ia kembali mendorong Lucy ke dinding dan menguncinya dengan kedua lengannya menempel di dinding, melawan keinginan Lucy sambil memegang telepon genggam di tangannya yang lain, mata birunya yang tajam menatap dengan pandangan dingin dan sedikit cemburu.
"Awh!" Lucy meringis sedikit ketika punggungnya membentur tembok dengan keras, dan merasa sedikit takut kepada Carcel, juga bingung tentang mengapa pria yang notabennya adalah musuh bebuyutannya itu datang ke apartemennya dan mengamuk malam itu.
Saat Lucy hendak mengambil ponselnya, Carcel menghantamkan tangannya ke dinding, mencegahnya untuk melangkah maju. Suara hentaman itu membuat Lucy langsung diam. Sosok tinggi berambut hitam gelap itu menatap dengan wajah penuh kecemburuan tetapi juga tampak berusaha menahan pikiran batinnya.
"Stop it!" Ia membentak lagi, suaranya penuh dengan ketidaksenangan dan kemarahan saat ia menatap Lucy dengan tatapan tajam dan tatapan dingin serta nada posesif dan cemburu. Ia kemudian tiba-tiba meletakkan salah satu tangannya di dinding dekat wajah Lucy, tangannya yang lain segera meraih pergelangan tangan Lucy dan menariknya ke arahnya.
"Kenapa kamu memposting foto seperti itu?!" Carcel menatap mata Lucy yang bingung dan takut dengan ekspresi marah.
Lucy terdiam karena sedikit takut dengan amarahnya. "Itukan hanya... foto biasa" Kata Lucy dengan suara mencicit yang sangat pelan, ia sangat takut akan amarah Carcel.
"Biasa?!" Carcel mendengus tk percaya akan kata-kata gadis di hadapannya itu. Mata biru Carcel menatap tajam, jelas tidak setuju dengan kata-kata yang baru saja sang gadis ucapkan.
"Bagaimana bisa kau bilang itu foto biasa?! Dengan memperlihatkan tubuhmu yang menggoda kepada banyak pria asing?!" Carcel membentak dengan penuh amarah. Ia tak suka jika Lucy memamerkan keindahan tubuhnya begitu saja.
"Lucy! Kau tahu berapa banyak pria yang telah melihat fotomu!" Suaranya dalam dan penuh kemarahan. "Kau suka jadi tontonan mata mereka? Membiarkan mereka berfantasi kotor dengan itu, begitu?!" Bentaknya, ia ingin tenang dan menghadapi Lucy dengan kepala dingin, tapi ia terlalu termakan cemburu.
"Kamu tidak boleh mengunggah foto seksi seperti itu lagi!" Carcel mendesis, dia mulai sedikit kehilangan kendali atas emosinya saat itu.
Lucy mengernyit kesal meski ia takut. Baginya, itu haknya untuk mengunggah apapun, lagi pula foto itu tidak terlalu seksi. "T-tapi... pakaianku tidak terlalu terbuka..." ujar Lucy mencoba melawan.
Carcel menatapnya dengan mata tajam sebelum mencondongkan kepalanya mendekat dan tiba-tiba menempelkan bibirnya ke bibir Lucy, menciumnya dalam dan penuh gairah sambil memegang bagian belakang kepala Lucy dengan tangannya yang kokoh, menciumnya seolah-olah hari itu adalah hari terakhirnya di bumi.
Carcel begitu kesetanan, seolah dengan ciuman itu ia ingin menunjukkan pada Lucy bahwa ia yang memiliki tubuh sang gadis musuhnya itu. Ia bahkan mulai mencoba mendorong masuk lidahnya ke dalam mulut Lucy, dan semakin liar mencium Lucy.
"C-Carcel--" Lucy mencoba menyadarkan Carcel, dan mendorongnya menjauh, tapi pria itu tak mengindahkan eringatannya yang memang begitu lemah itu. Ciumannya justru semakin dalam saat Lucy perlahan hanyut oleh lumatan nikmat dari bibir musuhnya itu sendiri.
Lengan Carcel melingkari pinggang Lucy dengan erat usai merasakan balasan Lucy, ia mendorong sosok langsingnya ke dinding dengan tubuhnya yang kuat dan terus mencium bibir lembut Lucy dengan rakus dan sedikit lebih kasar namun juga penuh dengan rasa posesif. Decak bibir mereka menunjukkan panasnya ciuman yang mereka lakukan. Belaian dan pangutan bibir mereka tak lepas, saling membelit satu sama lain.
Ditunggu lanjutannya ya, terima kasih sudah menjadi pembaca ceritaku♡
Karya ini GRATIS! Tapi kamu boleh kok kasih tip biar kreator hepi 🥰
