Mencintaimu Sekali Lagi Tanpa Ada Kata Tapi

0
0
Deskripsi

Sehimpun senandika dari dua pasang mata

BAB 1

Sepasang Tawa di Hari Cerah

 

1/22 Hani

Kita berselindung dalam selimut dan berharap tak diketemukan kawan-kawan. Tubuhmu merengkuh aku yang menahan tawa di bawah, memeluk diri sendiri. Di detik ke lima puluh ada seseorang yang membuka selimut, menyebutkan nama kita satu per satu. Membuat kita akhirnya ketahuan telah bersembunyi di situ.

Saat itu usiamu delapan dan aku dikurangi satu. Masih tak dapat membedakan mana debar menantang sumbar dan mana degup yang membuat gugup. Kini aku berharap aku tak ketahuan, mencintaimu dimulai dari angka satu sejak hari itu.

 

2/22 Dani

Hidungku mengembus nada do ke re pada helai-helai rambutmu. Aromanya seperti gula-gula kapas, manis lembut menggoda napas. Menerka setiap detiknya takut terjatuh aku mengaras.

Tawamu renyah seperti keripik kentang, tatkala kita ketahuan berselindung dari teriakan kawan-kawan tentang angka-angka yang menyerang. Siapa yang akan jaga, tanyamu. Aku saja, jawabku. Baiklah, ujarmu kembali bersembunyi. Aku memandang punggungmu pergi dari kejauhan.

Satu, dua, sepuluh kuhitung angka-angka sembari bertanya, mengapa jatuh hati rasanya legit? Bagai mengulum gula-gula kapas, aku tersenyum tak terbatas.

 

3/22 Hani

Tawaku meledak melihat bibir dipenuhi tinta hitam seperti cumi-cumi. Bagaimana bisa pulpen yang harusnya kau genggam, berada di mulutmu alih-alih menyelesaikan tugas mengarang indah cerita liburan sekolah.

Kau berdiri mendekati seperti minta bantuan untuk dibersihkan. Belum sempat kutempelkan tisu, mulutmu telah berada di keningku. Tinta itu telah berpindah alamat, aku seketika melompat. Mengejarmu sembari mengumpat. Tawamu tergelak-gelak kabur dariku dengan cepat.

Dalam kening ada seberkas kecupan tinta hitam pekat. Dalam kenang ada segenggam ingatan yang terus melekat.

 

4/22 Dani

Ujian matematika akan berakhir lima belas menit lagi, aku menyasar kancing baju untuk sisa jawaban terpilih. Seketika kulihat noda tinta di ujung saku sebelah kiri, mengingatkanku akan memori berkasih.

Bibirku dan keningmu sama-sama menghitam dengan tangan mengenggam tak ingin melepaskan. Kalau boleh biarlah noda itu tetap berada di situ, agar mereka semua tahu bahwa kamu milikku.

Memori tersimpan di hipokampus, perasaan ini tak akan terpupus, selalu bersamamu harapku pada kemukus. Namun, ujian tinggal lima menit lagi dan aku lupa rumus.

 

5/22 Hani

Mataku terpejam begitu kamu mengucapkan selamat ulang tahun yang kesembilan. Sebuah benda melingkar di jemari membuat ahsan. Aku tak ingin meminta hadiah sepadan bahwa bersamamu saja aku merasa berada di Adnan, doa yang kusebut sebagai harapan di masa depan.

Ketika kubuka mata mengerjap tak percaya ada cincin berwarna merah bermotif kelapa, cincin hasduk pramuka penggalang yang kau sebut sebagai cincin persahabatan untuk hadiah ulang tahunku yang kesembilan.

Apakah kau suka, tanyamu. Suka sekali, jawabku sambil menatap indah bola matamu.

 

6/22 Dani

Ada pelangi di mata kala kauucap suka. Terlukis indah pada senyuman mencangkum sukma. Sama seperti senyum Monalisa jika bisa kugambarkan, sedikit misterius banyak menawan. 

Harus kukatakan bahwa aku bodoh mengucap persahabatan padahal hatiku ingin melengkapi kesempurnaan, seumpama lukisan kaca memantulkan keabadian. Dengan hadirmu dengan inginku dan ketakutanku.

Aku takut tak bisa membuatmu bahagia, aku takut merusak senyum di wajah indahmu. Tak ada yang dapat kutawarkan lagi selain berada di sisimu sebagai sahabat sejak hari ini hingga selamanya nanti.

 

7/22 Hani

Atas nama persahabatan, kamu kulepaskan. Kelulusanku ke kelas tujuh menjadi awal perpisahan sekaligus pindah menuju kota antah berantah bersama pekerjaan baru Ayah.

Atas nama cinta dalam hati, aku berbesar diri. Mungkin inilah sebabnya kau titipkan cincin pada jemari, ingin aku tidak pergi. Tolong simpan nomor ponselku dan kau boleh menitip rindu kapanpun kau mau.

Selamat berpisah, semoga di masa depan kita saling menemukan. Entah kamu yang mencari kotaku. Entah aku yang kembali menuju kotamu. Yang kemudian saling menemukan di persimpangan.

 

BAB 2

Sepasang Rindu Berharap Temu

 

8/22 Dani

Cahaya kasih melindap ketika kau pergi, menyisakan pedih atas kehilangan ini. Harusnya aku memintamu dekat melebihi sahabat agar kita selalu terikat erat. Mau kucari kemana hilangnya tulang rusukku ini? Bahwa hanya kau yang mampu melengkapi.

Pelataran bekas rumahmu serupa pemakaman yang membuat air mataku jatuh perlahan. Dan namamu adalah derau bagi nisan yang terpatri dalam hati. Menggelegar memenuhi kekosongan ekspektasi.

Haruskah aku berlari menyusulmu? Ketika pesan yang kukirim tak berubah masih centang satu. Kamu sedang apa? Aku sibuk memikirkanmu seharian.

 

9/22 Hani

Mata sembab tak dapat kirim pesan merupa sebab. Bagaimana tidak, ponselku hilang di perjalanan. Bukan menangisi perihal modelnya yang arkais, hanya saja nomor itu satu-satunya penyambung hubungan kami yang romantis. Meluluhlantakkan kenangan-kenangan manis.

Ingin saja kembali ke masa silam, ketika aku dan kamu dekat dalam malam. Menghitung gemintang dan kunang-kunang, berdoa tentang cita-cita yang tersulam.

Kamu sedang apa? Aku sibuk memikirkan alamat suratmu seharian. Sudah kusiapkan perangko untuk merekat kisah kita yang hampir terlupakan orang. Pada dekapmu aku ingin pulang.

 

10/22 Dani

Sinar gama adalah bentuk energi tertinggi di alam semesta. Jika dapat diibaratkan semestaku adalah cinta dan kamu adalah sinarnya. Kamulah bentuk energi tertinggi yang dapat mengekalkan aku dalam keabadian semesta.

Ceruk bola matamu memuat medan magnet yang membuat aku terisap ke dalam pusaran ketergantungan bagai lubang hitam. Mencengkeram hebat.

Wahai gadis kirana, bisakah kau jelaskan tentang teori gravitasimu? Mengapa dapat membuat cahayamu berbelok menjauh sedangkan padaku mencipta rintik air mata yang sendu, oleh pertanyaan semu mengharu biru: di mana kamu?

 

11/22 Hani

Memandang laut dengan ombak timbul tenggelam, berada di tepian bersama surat-surat yang tak tersampaikan. Apa kabar kamu? Rinduku sesak tak berkesudahan.

Suara debur terpecah membuat ingatan mengembara saat kita bersama. Berenang di laguna penuh kenang mesra. Rambutmu berkilau ditimpa sinar matahari senja, membuat kacau hatiku yang resah. Aku ini siapamu? Sebuah tanya yang berharap menemukan jawaban secepatnya.

Semoga kamu masih sabar menanti kepulanganku menuju dekapanmu. Tunggulah hingga tabunganku cukup dan celengan rindu ini akan pecah pada seberkas kecup.

 

12/22 Dani

Memilikimu seumpama dunia yang tiada berufuk. Tak akan pernah ada lagi cakrawala yang membatasi langit dan bumi, kamu dan aku. Seolah kita menyatu layaknya semburat warna langit senja. Gradasi lembayung mencipta kita dalam kesempurnaan anugerah.

Matahari memiliki kulminasi jam dua belas, sedangkan kulminasi pada keakuanku adalah berpura-pura melepasmu dengan ikhlas. Kasih, dengan apa lagi kau bisa memahami bahwa aku mendera harap untuk dimiliki.

Bisakah aku dan kamu menjadi kita, sekali lagi tanpa ada kata tapi?

 

13/22 Hani

Suara gerimis di genting mengharmonikan nada-nada indah yang mengalun bersama dari piringan hitam milik Ayah. Apakah kau ingat pernah mengatakan ingin menjadi komponis hebat seperti Beethoven? 

Rapsodi "Moonlight Sonata" terdengar menjadi semakin sendu ketika mengenangmu. Tahukah bahwa aku tidak ingin kamu berakhir seperti Beethoven yang selalu kehilangan cinta hingga ia menutup mata tanpa siapapun di sisinya.

Aku memutar kotak musik hadiah pemberianmu, alunan simfoni "Fur Elise" terdengar sangat menyakitkan untuk hati masygul yang selalu menanyakan: masih adakah aku di hatimu?

 

14/22 Dani

Mayapada hanya selebar daun kelor, begitu orang mengatakan. Nyatanya aku masih tak menemukanmu di belahan bumi mana pun. Apakah kau berselindung bersama malam? Gelapnya membuatku buta tak tentu arah.

Hari ini adalah hari pertamaku di perguruan tinggi dan aku merelakan diri untuk pergi dari kota kelahiranku hanya untuk menemui dirimu. Setidaknya beri aku sebuah petunjuk: apakah kau sudah punya kekasih baru?

Agar harapku tak sirna, agar yakinku penuh atas pengorbanan yang tak sia-sia. Dalam asmaraloka aku merajuk asa menjadi kita.

 

15/22 Hani

Seumpama cinta dapat kuibaratkan, seperti seutas tali pada sepatumu. Tali bukan hanya menjadi hiasan aksesori namun juga sebagai pelengkap fungsi. Bagaimana bisa kau melangkah tanpa mengikat, bagaimana kau bisa mencintai tanpa alasan kuat. Kau jelas tidak akan pernah sepakat. 

Karena bagimu cinta adalah kusuma. Laksana merabuk putik dan benang sari membuat manis rasa. Seperti kata pujangga yaitu cinta bagaikan udara. Walau tak terlihat tetapi senantiasa terasa. Semoga kau merasa aku ada walaupun hadirku tiada.

 

16/22 Dani

Hatimu terbuat dari apa? Tak terhitung banyaknya kegiatan filantropi yang kau lakukan untuk membantu sesama. Semua bahkan menganggapmu pahlawan. Tanpa pamrih, penuh welas asih.

Afeksi mengalir dalam darahmu, dari serambi kanan menuju bilik kiri. Menjadikannya energi untuk sehimpun perangai terpuji. Mengapa bisa tulus hatimu begitu murni?

Izinkan aku meletakkan kasih pada puan penyayang seperti dirimu. Kamulah satu-satunya yang dapat memadamkan api rindu yang menggebu. Si empunya kedipan mata penerang jiwa, si pemilik senyum merekah tempat ragaku pulang selamanya. 

 

BAB 3

Sepasang Insan Saling Menemukan

 

17/22 Hani

Masih di sini bersama ribuan surat berisi serpihan hatiku yang pilu. Sendiri mencipta sepi mengakar di rerimbun pikiran yang berlebihan. Apa kabar kamu? Rinduku ini tak tertahankan.

Kita adalah pisah yang dekat hanya karena merasa sejiwa. Dan menganggap maut tak akan pernah memisah. Padahal belum tentu takdir Tuhan menyatukan sukma. Walaupun begitu rasa ini tetaplah ada.

Karsa akan harap menemukanmu di suatu hari nanti memeluk kelu. Tatkala inginku dan inginmu masih tidak tahu menahu kemana takdir akan berlabuh.

 

18/22 Dani

Ada hari di mana aku menghitung banyak dersik yang memenuhi ruang hati tanpa suara tawamu. Ada hari di mana aku merenda beribu lara yang menggema dalam relung sukma tanpa hadirmu. Luka yang didera menjadi air mata. Duka yang dirajut menjadi sekelumit awan kalut. 

Hadirmu yang kudamba di tiap detik langkah-langkah. Senyummu yang kurindu di tiap peluk angin berembus. Pada tiap gemintang yang kutemukan pada kedalaman ceruk bola mata.

Kepingan rindu yang mulai tumbuh satu-satu. Satu-satunya yang kucinta adalah kamu.

 

19/22 Hani

Kalimat terbentuk dari kata, frasa, atau klausa. Sama seperti kamu yang terbentuk dari candu, rindu, dan harap temu. Kasih, pada sebuah kata apa aku dapat menjelaskan tentang frasa yang membuncah, pada klausa apa yang dapat meluruh segala lara.

Ajari aku mengeja kalimat-kalimat cinta. Di mana huruf-huruf akan bermakna jika saling melengkapi. Begitu pula kehidupanku takkan sempurna jika tak dilengkapi oleh kamu. 

Tentang kita. Aku tak dapat menjanjikan selamanya. Bagai kata-kata tanpa ada titik koma. Bagiku kamu adalah segalanya.

 

20/22 Dani

Aku adalah galaksi redup. Galaksi yang hanya memiliki gemintang, tersembunyi dalam gumpalan materi gelap. Berselindung dalam kesendirian yang selalu melekat. Dengan kamu sebagai bintang paling gemerlap.

Ruang hampa seumpama rasa kehilangan tak dapat bernapas lega, mengoyak langkah tak tentu arah. Tak pernah berhenti menjelajah hingga dua hati dapat bersatu jua. Namun badai terus saja menggoyah, hatiku karam dalam sekali hantam.

Tolong temukan aku di ujung lintang utara, tempat di mana jarum kompas mengarah. Di sini aku masih menanti dengan setia.

 

21/22 Hani 

Ibarat galiung bersandar ke tepian, seperti itulah aku sekarang. Aku telah menemukan tempat berlabuh, di mana segala asa dan rasa terpupuk menjadi satu. Benih-benih asmara menjadi pohon besar bertumbuh.

Tak akan pernah lagi kurasakan sembilu menusuk rindu, karena kita akhirnya telah bertemu. Dalam tatap mesra dua netra indah bagai bermatakan intan, aku merasa telah memiliki segala di dunia. Kamu, kamu, dan kamu adalah satu-satunya hal yang aku mau.

Kuharap kau tak akan pernah pergi dan kini jangan melepasku lagi, janji?

 

22/22 Dani

Aku berjanji dengan kesadaran diri sepenuh hati. Bagai hangat matahari yang selalu menyinari. Menjagamu, bersamamu apapun yang terjadi. Menjadi rumah paling nyaman untuk kau singgahi dan berpeganganlah pada bahuku untuk menggapai mimpi-mimpi.

Aku telah selesai mencari dari sekian purnama yang telah terlewati. Tak ada lagi mimpi buruk di tengah malam, hadirmu merupa kekasih azam. Meskipun kapalku karam tetapi aku tak tenggelam, engkaulah bidadari yang telah menyelamatkan.

Kita telah berada pada halaman terakhir dari sebuah buku perjalanan mencari afeksi. Kupastikan satu hal kasih, bahwa cinta kita tetap kan abadi.

Karya ini GRATIS! Tapi kamu boleh kok kasih tip biar kreator hepi 🥰

Kategori
Senandika
Selanjutnya Kenormalan Baru
0
0
Zayn ingin pergi ke Samudera Pasifik hanya karena ia menemukan drone yang jatuh di halaman rumahnya. Ecobrick yang dibawa oleh drone misterius itu pada akhirnya menguak misteri yang membuat Zayn percaya bahwa ia tak boleh mempercayai orang terdekatnya sekalipun.
Apakah konten ini melanggar ketentuan yang berlaku sesuai syarat dan persetujuan? Laporkan