
[17+] NSFW AREA NON BAKU
Kost campur aduk ini merupakan tempat tinggal bagi kaum manusia rantau yang memiliki dana lowbudget. Mengapa dinamai campur aduk? Dikarenakan isinya beragam manusia di dalamnya ada yang jomblo, single, pacaran, dan lain-lain.
Isi kostnya selain kamar tidur juga ada beberapa ruangan dijadikan kantin ataupun pasar kostan, sangat campur aduk bukan? Yang ingin merantau dengan dana lowbudget silahkan mampir ke kostan campur aduk ini, semoga betah.
Intinya rata-rata penghuninya manusia dugem dan lowbudget.

Happy reading!
New Version KOST CAMPUR ADUK
NON BAKU AREA‼️☄️
○●○
Kost campur aduk, bermula dari duda muda berusia dua puluh empat tahunan dari daerah Boyolali mencari kost di daerah Tambun, Bekasi. Ia mendapatkan pekerjaan di salah satu retail terkenal saingan si semut merah, Indojuly daerah Tambun.
Karena merantau dengan keadaan pas-pasan sehabis bercerai dengan sang istri, jadilah ia memilih kost yang budget-nya paling mahal lima ratus ribu. Dan ketemu kostnya berjarak enam kiloan dari pekerjaannya dengan biaya tiga ratus lima puluh ribu satu kamar kosongan dan wifi, air, listrik bayar sendiri.
Kost-nya di daerah jalan melati nomor 69, keadaannya kumuh bahkan dia orang pertama yang ngekost disana. Ukuran per-kamarnya pun juga kecil sekitar 2,5×2 m. Kost-nya benar-benar kosongan, tidak ada tv atau kulkas bahkan di dapur pun tidak ada kompor dan gas.
Ya, namanya juga kost murah meriah.
Merasa suntuk jika sendirian dan kost-nya sepi, orang pertama memasuki ke kost-an itu mempromosikan kost yang ia tempati ke sosial media miliknya.

Seiring berjalannya waktu mulai ada beberapa orang menanyakan kost-kostan tersebut. Hanya orang bertanya-tanya karena beberapa orang yang bertanya shock saat melihat kondisi kost-an aslinya. Jadi banyak yang bertanya tidak ngekost disana.
Bertambahlah salah satu mahasiswa baru lowbudget bernama Feri asal Solo ikut ngekost bersama Khairul kakak kelas semasa sd dahulu.
"Masaknya dimana bang kalau nggak ada kompornya?" tanya Feri melihat dapur kost-an kosongan, karena ia baru sehari disana.
"Aku ae baru seminggu disini makannya beli nasi bungkus lima rebuan, soalnya ibu kostnya ora disediain fasilitas masak." balas Khairul.
"Bangkrut bang kalau beli terus makannya."
"Nunggu gue dapet gaji pertama nanti gue beliin kompor." balas Khairul.
Feri pun pasrah menurut karena uang sakunya juga tidak cukup tuk membeli peralatan masak.
Satu tahun kemudian kondisi kost-an mulai berisi beberapa furniture dari hasil uang gaji Khairul dan part time Feri menjadi barista. Datanglah seorang lelaki rantauan asal Banten baru saja mendapatkan pekerjaan di Alfajuly sebelah toko Indojuly tempat Khairul bekerja ngekost disana.
"Selamat datang Avangers di kostan sewu jeglongan." sambut Feri pada lelaki itu.
Thoriq menggaruk tengkuknya yang tidak gatal, ia agak ngeri sebenarnya dengan kost-kostan terlihat kumuh itu. "Ini seriusan cuman kalian berdua yang tinggal?"
"Murah sama kotor tempatnya bos nanti kalau rame juga bersih, kostan lowbudget ini."
"Kamar gue yang mana? Kata bu kost suruh tanya sesepuh disini."
"Kamar lo diatas ujung sendiri nomer dua deket kamar mandi. Kalau dilantai bawah gak ada kamar." balas Khairul menunjuk kamar Thoriq dari lantai pertama.
Thoriq melihat kamar yang ditunjuk oleh Khairul, seram juga kelihatannya. "Anterin cok gue takut."
"Anjir, kaga ada setannya disini."
"Keliatannya sangar suram gitu lantai dua." balas Thoriq.
"Doalnya lampunya kuning, coba nanti lu kalau gajian berkontribusi beli lampu warna putih biar padang." saran Khairul.
"Iye. Ntar gue beliin, sekarang anterin gue ke kamar." kata Thoriq memang dasarnya penakut dengan hal-hal berbau hantu berbeda dengan Khairul dan Feri yang tidak pernah berpikiran ada hantu di kostan.
Enam bulan setelah Thoriq ngekost disana, ia membawa seorang wanita untuk tinggal kost disana. Ibu kost memperbolehkan karena kost-nya bersifat campur putra-putri bisa ngekost disana yang terpenting bayar uang kost.
Semenjak ada wanita yang dibawa Thoriq ngekost disana kondisi kostan mulai agak tertata rapi. "Pacarnya ya?" tanya Feri melihat wanita itu keluar kamar Thoriq.
Wanita itu memutar bola mata jengah. "Kepo bener jadi orang." katanya melengos lalu masuk ke kamarnya sendiri yang berada disebelah kamar Thoriq.
"Jennifer sama Thoriq pacaran?" tanya Khairul.
"Kaga tau bang, katanya Thoriq sih cuman temen tapi mereka sering sekamar kostan selama tiga bulanan ini mana gue sering denger suara ahhh..."
"Posthink ceweknya lagi bantu lemesin buwung cowoknya, udah ye gue berangkat kerja dulu shift pagi." pamit Khairul melewati Feri lalu menuruni tangga.
Saat Khairul membuka pintu utama kostan terdapat seorang wanita tinggi, cantik, dan seksi membawa koper berwarna pink.
"Gue Anya dari pacitan udah chat ibu kost katanya ibu kost suruh nanya warga kost-nya langsung, kamar gue yang mana?"
Khairul melongo melihat tampilan wanita tersebut. "Woah Maria ojawa..."
Plak!
"Kurang ajar! Cat calling lo?!"
"Aduhh, sorry kamar lo nomer sembilan dilantai dua. Gue mau berangkat kerja dulu." balas Khairul tersadar lalu berlari supaya tidak ketinggalan angkot.
Tak lama setelah itu datanglah seorang wanita membawa pick up berhenti didepan kostan. "Mbak ini kostan Bu Ayu yang tiga ratus lima puluh ya?" tanyanya pada Anya yang baru akan masuk mengusungi barangnya.
"Iya, mbak saya juga mau ngekost disini murmer." balas Anya.
"Darimana mbak?" tanya Anya.
"Gue Zivanna dari Bandung, ini pick up punya pacar gue buat angkut barang-barang ke dalem." kenal wnaita tersebut baru saja turun.
"Banyak banget bawaannya."
"Pindahan dari kostan lama, jadi banyak."
"Bantuin angkat-angkat dong," pinta Zivanna pada lelaki yang akan keluar kostan.
"Udah bayar kostnya?"
"Udah dong."
"Thor bantuin angkat-angkat," panggil Feri pada Thoriq yang baru saja bangun dari kamarnya.
Mereka sangat welcome ke pendatang baru kostan dan saling gotobg royong. Tidak ada kecanggungan satu sama lain diantara mereka, malah mereka langsung akrab dan blak-blakan frontal kalau berbicara.
Hanya saja Jennifer awalnya introvert jadi ikut-ikutan ekstrovert karena Anya dan Zivanna ternyata satu frekuensi dengannya. Darisanalah Jennifer dan Thoriq mengaku jika keduanya merupakan sepasang kekasih.
Terisilah enam manusia ekstrovert didalamnya selama dua tahun terakhir hingga datanglah lima orang maba satu kampus satu tim waktu ospek hanya berbeda jurusan ke kostan tersebut.
"Yang ini gak sih kostnya? Katanya pintunya warna pink." tanya gadis berambut pirang dikuncir dua rambutnya.
"Iya anjir, ini nomernya juga enam puluh sembilan." balas wanita yang memiliki paras seperti artis legend jaman dahulu di Indonesia.
Pria memiliki postur tinggi hampir dua meter dan kulit eksotis itu mencoba mengetuk pintu utama kostan. "Permisi, apa ada orang di dalem?"
Klek.
Pintu kost utama terbuka menampilkan pria berwajah bantal seperti baru bangun tidur. "Bu Ayu udah chat tafi, kalian langsung masuk aja milih kamar sendiri di lantai dua gak usah rebutan pokoknya yang kamarnya kosong langsung ditempatin."
"Beneran cewek cowok campur?" tanya pria memakai topi terbalik disebelah pria tinggi tersebut.
"Campur Aduk jadi satu disini soalnya murmer, palingan tinggal tujuh sampe delapan kamar doang." balas Feri membuka lebar pintu utama kostan.
“Kuat-kuatan iman aja bestie, yang mau ngekost monggo yang nggak mau ya nggak usah disini.”
"Udah gapapa win, daripada lu kost di lain harganya tujuh ratus lima puluh keatas cuman kamar doang."
"Tidak cocok untuk human rantau lowbudget kalau kostan diatas lima ratus ribu."
Terpaksa lelaki memiliki cover alim tersebut asal Aceh ikut ngekost disana supaya tidak membebankan biaya orangtuanya. Mereka berlima masuk memperkenalkan diri terlebih dahulu sebelum masuk ke kamarnya masing-masing.
"Gue Gio asal Kertosono," salam kenal pria tinggi bertubuh eksotis.
"Gue Erwin asal Aceh." kata pria memakai topi terbalik.
"Gue Rama asal Batam." kata pria berkacamata kotak frame berwarna hitam tebal dan memakai kalung salib dilehernya.
"Gue Felicia bisa dipanghil Cia asal planet bumi yang penuh konspirasi." kata gadis berambut pirang memiliki ras seperti mongolid.
"Kota mana?" tanya Feri.
"Balikpapan bestie." balas Felicia.
"Kalau lo yang montok darimana? Mana wajah lu sekilas kayak Nike Ardila." tanya Zivanna melihat perempuan wajahnya mirip seperti mendiang artis jadul indonesia.
"Gue Jihane dari Denpasar." balas perempuan yang ditanyai Zivanna.
"Jauh-jauh juga, istirahat aja dulu kalian tapi gak ada kasurnya jadi sementara tidurnya pake tiker."
Mereka berlima mengangguk lalu membawa barang bawaannya masing-masing ke lantai dua.
Felicia berlari ke kamar pojok sendiri terdapat jendela kearah luar kost. "Gue disini!" serunya pada lelaki berkacamata.
"Gak, gue disini!" seru balik pria tersebut.
"Ih ngalah sama cewek kek!"
"Cewek gak boleh punya kamar pojokkan nanti jodohnya dipersulit," ucap Rama lalu masuk ke dalam kamar tersebut tak lupa menutup kembali pintunya dari dalam.
Felicia sempat nge-freeze mencerna perkataan laki-laki tersebut. "HEH! GUE UDAH PUNYA PACAR ANJENG! GAK SULIT JODOH!"
"JANGAN BERISIK WOI GUE LAGI ZOOM MEET!" sahut seorang wanita bermata kucing memakai daster keluar kamar dengan rambut di roll.
"Eh iya maap mbak ampun," balas Felicia tidak enak.
"Lo mau di kamar mana?" tanya Gio pada Felicia.
Felicia mengendikkan bahunya entah, ia sebenarnya ingin di kamar pojok dekat tangga akan tetapi sudah terisi. "Kamar yang ada aja, dimana ya?"
"Disebelah gue kosong, sabi tuh." sahut Feri menunjuk sebelah kiri kamarnya masih kosong.
"Serem ih disebelahnya lagi masih ada tiga yang kosong." balas Felicia melihat empat kamar disebelah kamar Feri masih gelap gulita.
Kemudian pria bertopi terbalik dan memakai hoodie menggeret kopernya kearah kamar ujung deretan kamar Feri. "Lo disebelah Gio aja kamarnya terang ci," katanya.
"MashaAllah akhi pengertian bener," kata Gio.
"Gak deh, gue mau disebelah kamar lo aja ganteng." balas Felicia mengikuti langkah Erwin.
"Berarti sisa tiga kamar kosong," ucap Khairul tiba-tiba pada Feri.
"Ini gak ada lampunya kamarnya?" tanya Jihane.
"Semua disini harap membeli sendiri kak."
"Gue kerja di Indojuly mau nitip beli lampu kaga?" tawar Khairul.
Jihane menggelengkan kepalanya, "Gue nitip beli kondom aja dua box nanti gue ganti duitnya."
"Anjay slebew, siap besti."
"Buat apa emang?"
"Privasi elah, pokoknya nitip aja dulu." balas Jihane lalu menutup pintu kamarnya.
"Jangan-jangan cewek bo-an?"
"Bisa jadi sih."
Tuhkan baru kenal mereka sudah blak-blakan tanpa tahu malu. Tersisa tiga kamar lagi di kostan mereka, sementara ini Khairul meminta ibu kost menutup sejenak penerimaan warga baru kost karena sebelas orang di dalamnya terasa penuh. Akan tetapi ibu kost tak setuju, karena itu dapat mengurangi omset kost-kostannya.
"Beneran kostannya?" gumam lelaki melihat kost didepannya penuh jemuran dan banyak sandal didepan pintu utamanya.
Drrt... drrt...
Mama is calling...
"Udah nemu kost-nya jar?"
"Udah ma."
"Puji Tuhan kalau gitu, langsung istirahat ya katanya nanti malem kamu mulai kerja."
"Iya ma."
Tut.
Klek.
Pintu utama kost terbuka menampilkan perempuan berambut segi panjang dan berpakaian ketat, melihat lelaki membawa tas besar didepannya. "Mau kost disini mas?"
"Iya, ini kostan bu Ayu?"
"Iya, langsung masuk mas kenalin gue Jihane warga kost sini juga." balas Jihane.
"Oh oke, gue Fajar."
"Darimana mas?"
"Sidoarjo." balas Fajar.
"Lumpur lapindo?"
"Deket area situ sih emang," balas Fajar.
"Yang kosong tinggal kamar nomer tiga belas, tujuh, sama empat mas."
Fajar hanya manggut-manggut lalu masuk ke dalam kostnya. First impresion-nya ketika baru masuk lantai pertama kaget terdapat banyak baju dan dalaman laki-laki-perempuan campur menjadi satu. Kemudian chiki-chiki berceceran, bekas putung rokok pun juga dimana-mana.
Terasa sekali ruangannya memiliki bau khas campur aduk, sulit dideskripsikan.
Bahkan terlihat cucian dapur menumpuk hingga ada beberapa lalat mengerubunginya.
Jorok banget cok, tapi orang cuman 350k.
"Mau kamar nomer berapa?" tanya seorang lelaki memakai seragam Indojuly akan berangkat kerja.
"Tigabelas." balas Fajar.
Khairul memberikan kunci gembok kamar tigabelas. "Itu kuncinya, kalau mau mandi jangan pake kamar mandi atas, kamar mandi atas kaga ada airnya."
Fajar menerima kuncinya dan berterimakasih, ia melangkahkan kakinya kearah kamar nomor tiga belas dilantai dua. "Astaga ya Tuhan Yesus," kagetnya saat membuka kamar tersebut terdapat dua orang sedang bercumbu.
"Mata lo buta? Ini kamar nomer tiga anjing!" celetuk wanita dalam kamar tersebut.
Buru-buru Fajar melangkahkan kakinya menuju kearah kamar yang memiliki angka tiga belas.
"Nyari apa? Kok maju mundur ganteng?" tanya laki-laki yang baru saja keluar kamar melihat warga kost baru mondar mandir diarea kamarnya.
"Kamar nomer tiga belas yang mana?"
"Ditengah noh yang jendelanya retak." balas Gio.
"Oke thanks bro," balas Fajar memutar balik langkahnya menuju kamar tersebut.
"Berani bener milih kamar angka keramat." gumam Gio.
Tidak terasa seiring berjalannya waktu mereka berdua belas semakin akrab satu sama lain. Bahkan mereka tidak sungkan-sungkan untuk sharing makanan, pakaian, dan lain-lain bersama kecuali Erwin.
Erwin meskipun akrab dengan mereka tetap menjaga batasan karena dia seorang muslim yang taat. Bahkan warga kost menjulukinya sebagai ustadz kostan campur aduk, hanya dia yang waras diantara yang lain.
Namanya juga kost campur aduk pasti isinya orang-orang campur bawur, tidak tahu malu dan bobrok.
Sampai kapankah mereka bertahan di kostan tersebut? Apa mereka akan bertahan selamanya disana? Karena harga kost murah dan warganya satu frekuensi?
Apa baik muda-mudi seperti mereka tinggal di kostan campur aduk?
to be continue....
Hai-hai kembali bersama akse dengan cerita romcom, semoga kost campur aduk dapat menghibur kalian🥰🍭☄️
Karya ini GRATIS! Tapi kamu boleh kok kasih tip biar kreator hepi 🥰
