Pohon Mangga Kakek Min

1
0
Deskripsi

Cerita pendek tentang Pohon Mangga Kakek Min yang tak kunjung berbuah setelah bertahun-tahun ditanam. 

Kakek Min adalah petani yang hidup sebatang kara. Namun walaupun sebatang kara, Kakek Min tidak pernah kesepian. Kakek Min memiliki banyak tetangga yang menyayangi Kakek Min karena kedermawanannya. 
Di usianya yang tak lagi muda, Kakek Min tidak lagi pergi menanam padi di sawah. Kakek Min lebih banyak menyibukkan diri menanam berbagai pohon di halaman belakang rumahnya. 
Setiap masuk waktu panen, banyak orang berdatangan ke rumah Kakek Min. Sebab Kakek Min selalu membagikan hasil panennya pada orang-orang yang datang ke rumahnya. Ada jambu, pisang, apel dan banyak lagi. Terkecuali  mangga.
Sudah bertahun-tahun Kakek Min menyirami pohon mangganya, namun tak kunjung berbuah. Padahal Pohon Mangga ini setiap harinya selalu bertambah besar hingga menjulang seperti raksasa. Batangnya selebar rumah daunnya lebat dan tingginya pun mengalahkan menara-menara yang ada di kampung Kakek Min.  
Saat anak-anak kampung datang bermain di batang Pohon Mangga dan orang-orang kampung yang berteduh di bawahnya, kerap kali mereka bertanya pada Kakek Min,  "Kakek Min, kapan Pohon Mangga ini akan berbuah?. Kakek Min menggeleng tidak tahu. Ia sendiri kebingungan. 
Hingga suatu malam terdengar suara tangisan dari halaman belakang rumah Kakek Min. Kakek Min penasaran suara darimanakah itu? Kakek Min mengikuti asal suara itu. Tapi Kakek Min tidak menemukan satu orang pun disana. Kakek Min pun berteriak : " Halo? Siapa yang menangis? Ada yang bisa kubantu?"
Tak lama terdengarlah suara gemerisik daun dari atas Pohon Mangga.  Ranting - ranting Pohon Mangga  itu bergerak dan nampaklah wajah Pohon Mangga. Rupanya suara itu berasal dari  tangisan Pohon Mangga. 
Lalu Kakek Min bertanya, " Kenapa kamu menangis Pohon Mangga? 
Pohon Mangga menjawab, "Aku sedih, karena aku belum juga berbuah. Aku iri pada teman-temanku yang dicintai banyak orang!" 
Kakek Min memeluk batang pohon mangga. Lalu Kakek Min  berusaha menghibur Pohon Mangga : "Pohon Mangga, aku mengerti kamu sangat sedih. Tak apa, kamu boleh menangis saat sedih. Tapi kamu harus tanamkan pada dirimu. Kamu hebat dan dicintai banyak orang. Kamu tidak perlu iri pada pohon lain. Coba kamu pikirkan di ranting pohon apa anak-anak kampung paling sering bermain? Di pohon manakah orang-orang paling sering berteduh setelah kelelahan? Semua orang menyukaimu.  Jadilah dirimu sendiri. Iri hanya akan membuatmu sedih dan lemah" 
Pohon Mangga pun berhenti menangis. Ia menyetujui apa yang dikatakan Kakek Min. Sejak saat itu Pohon Mangga pun tak pernah lagi memikirkan kapan akan berbuah. Ia selalu senang, tiap kali melihat orang-orang bermain dan berteduh di dekatnya.  
Sampai tiba-tiba kampung Kakek Min mengalami banjir bandang. Air bah datang merendam jalanan dan rumah- rumah. Orang-orang terus mencari tempat tinggi agar tidak terbawa arus air. 
Kakek Min menyelamatkan dirinya dengan memanjat pohon mangga. Melihat air yang tak kunjung surut . Kakek Min menyerukan orang-orang untuk mengikutinya berlindung di Pohon Mangga. Akhirnya, semua orang memanjat Pohon Mangga. Kakek Min dan orang-orang kampung memanjat, memanjat dan terus memanjat. Mereka saling berbagi tempat agar Pohon Mangga itu cukup untuk semua orang. 
Lalu saat memanjat Pohon Mangga, Kakek Min mencium aroma yang sangat harum di balik ranting-ranting Pohon Mangga. Begitu juga orang-orang. Semakin lama, aroma tersebut semakin kuat. Rupanya itu adalah aroma yang berasal dari buah mangga.  Ada ratusan mangga yang sudah matang dan siap dipetik di balik daun. Ternyata selama ini Pohon Mangga Kakek Min sudah berbuah. Hanya saja tertutup oleh daun-daun lebatnya.
Akhirnya, sambil menunggu banjir surut. Kakek Min membagikan buah mangganya. Semua orang memakan mangga diatas pohon. Tidak ada satupun yang kelaparan berkat buah mangga. Orang-orang kampung mengatakan ini adalah jenis mangga yang belum pernah mereka makan.  Aromanya sangat harum dan memberikan rasa manis yang sangat lezat. 
Sementara itu Pohon Mangga tak berhenti berseri-seri. Selain karena dapat memberikan manfaat pada orang lain, ia baru menyadari kalau ia sudah berbuah. Sejak saat itu Pohon Mangga ini lebih sering dipanggil arumanis, berasal dari kata harum dan manis.

Fakta: Pohon Mangga memiliki masa panen yg lebih lama dibanding pohon apel, jambu, dan pisang.

Karya ini GRATIS! Tapi kamu boleh kok kasih tip biar kreator hepi 🥰

Sebelumnya Diary dari Asrama
1
0
Sebuah cerpen tentang pergulatan hati menghadapi perpisahan dan pertemuan dalam kehidupan asrama.
Apakah konten ini melanggar ketentuan yang berlaku sesuai syarat dan persetujuan? Laporkan