Buku Benih-Benih Baik

2
0
Terkunci
Deskripsi

Judul Buku: Benih-Benih Baik
Perajin Kata: Agoy Tama
Kategori: Buku Puisi
Penerbit: Ruangrasa Project
Tebal: xxii + 36 hlm.;
13,5 x 20,5 cm (16 puisi)
Rilis: November 2020
___

MUKADIMAH

November 2020 adalah bulan ketiga setelah saya memutuskan untuk fokus menerbitkan lebih banyak buku puisi elektronik di Penerbit Ruangrasa Project, garapan saya sendiri.

Alhamdulillah, selama tiga bulan berjalan, sudah terbit secara digital 5 judul buku puisi. Tiga di antaranya ditulis oleh kawan-kawan yang saya ajak gabung...

2 file untuk di-download

Unlock to support the creator

Choose Your Support Type

Post
1 konten
Akses seumur hidup
250 (IDR 25,000)
Berapa nilai Kakoin dalam Rupiah?
Sudah mendukung? Login untuk mengakses
Selanjutnya Buku Mereka Tidak Mengaung Seperti Aungan Serigala
1
0
Judul Buku: Mereka Tidak Mengaung Seperti Aungan Serigala Perajin Kata: Agoy Tama Kategori: Buku Puisi Penerbit: Ruangrasa Project Tebal: xii + 43 hlm.; 13,5 x 20,5 cm (10 puisi) Rilis: Desember 2021 ___MUKADIMAHApakah penulisan puisi itu mesti berbentuk bait-bait, terdiri dari baris-baris, dan tersusun atas kata-kata?Bagaimana jika penulisan puisi itu berbentuk paragraf-paragraf, terdiri dari kalimat-kalimat, dan terangkai atas kata-kata; sebagaimana penulisan prosa?Saya hendak menjawab pertanyaan itu dengan buku ini. Sebab, saya yakin bahwa puisi tidak terbatas oleh bentuk. Puisi adalah tentang estetika dan “cara ucap” yang memberi kemungkinan untuk bisa dinikmati oleh banyak orang (baca: pembaca).Ditulis dengan bentuk bait-baik, paragraf-paragraf, atau bentuk lainnya—jika masih memiliki nilai estetika dan bisa dinikmati—itu tetap puisi. Bahkan dalam bentuk “kamu” pun, itu tetap puisi—bagi orang yang menyukaimu. Eaaa.Saya selalu memegang apa yang pernah ditulis oleh Hasan Aspahani ketika mengembangkan penjelasan Sutardji Calzoum Bachri soal beda puisi dan cerpen atau prosa. “Dalam puisi kata-kata disusun untuk membangun imaji, dalam cerpen kata-kata ditata untuk mengalirkan peristiwa.”Artinya, cerita dalam puisi dibangun dengan metafora-metafora. Sedangkan dalam prosa, cerita dibangun dengan peristiwa-peristiwa.Buku ini ditulis dengan menggunakan cara yang sama dengan beberapa buku—atau yang biasa saya sebut sebagai kitab puisi—sebelumnya. Saya memanfaatkan sebuah kitab cukup tipis dengan tebal 64 halaman, berjudul Sepuluh Kaidah Penting Tentang Istiqomah karya Prof. Dr. Abdurrazaq bin Abdul Muhsin al-Badr, diterjemahkan dari Arab—Indonesia oleh Abu Umamah Arif Hidayatullah, dan diterbitkan oleh IslamHouse.com pada tahun 2011 sebagai hipogram (teks/sumber acuan) dari buku kecil ini.Cara kerja semacam ini secara teori kerap disebut sebagai dialogis, intertekstual, atau estetika resepsi. Sebagaimana yang ditulis Julia Kristeva dalam bukunya, “Any text is constructed as a mosaic of quotations; any text is the absorption and transformation of another.” (Kristeva, 1986: 37).Perajin Kata, Agoy TamaMalang, 29 Desember 2021
Apakah konten ini melanggar ketentuan yang berlaku sesuai syarat dan persetujuan? Laporkan