
Happy a nice day with EVE
Bab 4
Eve memandangi pantulan wajah sang pangeran. Tangan kecilnya memegang sisir dan mulai menata rambut kuning kecoklatan. Fokus menyentuh tiap helai yang terasa agak kasar. Sesekali Eve menambahkan sedikit ramuan yang sepertinya untuk kesehatan rambut itu. Menjadi pangeran terkutuk ternyata keperluannya tidak terlalu diperhatikan.
Ezekiel memejamkan matanya, bukan tidur tapi menikmati sentuhan halus maid barunya. Eve sangat lihai. Awalnya dia bertanya-tanya maid sekecil Eve bisa apa? Ternyata Eve sangat pandai melakukan banyak hal, untuk ukuran maid yang berusia 7 tahun dia sangat baik.
'Aku akan tanya Ayah nanti.' Batin Ezekiel disela lamunan.
Esok hari pagi yang cerah di kerajaan Arantadia. Kini Ezekiel berada di istana utama, tempat yang paling ia benci seumur hidupnya. Niat awal untuk menanyakan identintas Eve urung dia lakukan. Ditatapnya sang ayah berdampingan dengan seorang wanita cantik yang mengantikan kedudukan ibunya sebagai Ratu. Ditengah-tengah terdapat seorang lelaki kecil yang mungkin lebih muda beberapa tahun darinya. Ezekiel menatap nyalang pemandangan bak keluarga harmonis itu. Mereka tertawa diatas kesedihannya. Lelaki kecil itu, dia merebut gelar Putra Mahkota darinya. Tatapan lebih menajam saat netra merah darahnya menuju pada wanita yang kini menjadi permaisuri sang ayah.
'J*lang murahan, beraninya selir rendahan sepertinya mengantikan posisi ibuku.' Batin Ezekiel yang sedang bersembunyi dibalik dinding belokan.
Eve memperhatikan kepalan tangan sang pangeran terkutuk itu. Awalnya dia membuntuti karena takut Ezekiel bertindak aneh-aneh. Seperti membongkar keberadaannya pada sang Raja Winstons. Namun semua kecemasannya tak terjadi karena Ezekiel melihat sang ayah bersama keluarga barunya yang seperti keluarga cemara.
"Pangeran yang malang." Gumam Eve kemudian berjalan mendekati Ezekiel.
Merasakan tepukan dipundaknya Ezekiel menoleh tajam namun mendapati wajah pelayan kecil yang mengemaskan, Ezekiel melembutkan tatapannya.
"Tak apa pangeran, aku akan membantumu merebut posisi putra mahkota. Kau mau menguasai kerajaan ini kan?" Ucapan meyakinkan datang dari mulut mungil Eve.
Ezekiel tidak bisa tidak terpanah dengan perkataan Eve yang bagaikan menyulut semangatnya. Ditambah wajah Eve yang mengagumkan seperti cahaya ilusi meneranginya. Rambut putih yang kini berubah menjadi merah? Tatapan Ezekiel tampak penuh dengan pertanyaan.
"Pangeran menyukai rambut baruku? Nanti kujelaskan. Sekarang sudah waktunya untuk sarapan." Ajak Eve menarik tangan Ezekiel dengan lembut.
Bak terhipnotis Ezekiel tersenyum tipis membuntuti kemanapun Eve menariknya.
Di lorong istana utama Raja Winstons melihat putra sulungnya Ezekiel. Dia menyerigai mempertontonkan hubungan indah antar anggota keluarga. Raja Winstons yakin Ezekiel akan cemburu atau bahkan dendam. Belum selesai euforia yang dirasakannya, Sang Raja melihat sosok gadis kecil berambut merah menghampiri Ezekiel. Raja Winstons memperhatikan lebih dalam sepertinya gadis kecil itu menenangkan Ezekiel. Siapa dia? Tampak familiar, bagaimana bisa membuat Ezekiel tersenyum pada si gadis? Bahkan selama ini Ezekiel tak pernah mau berbicara pada sang Raja hanya selalu menuruti segala ucapannya. Raja Winstons mengernyit tak suka ada orang lain yang mencampuri urusannya.
__________
Mereka berjalan sambil ngobrol.
"Eve bagaimana rambutmu jadi merah begitu?" Tanya Ezekiel disela jalannya.
"Aku mewarnainya pangeran kemarin dibantu bibi Nia. Bagus tidak?" Eve menyentuh helai rambutnya.
Ezekiel diam memperhatikan dengan serius kemudian mengangguk singkat. Ezekiel menatap Eve dari atas tatapannya berhenti di paha Eve yang nampak halus dan putih.
"Pakaian apa yang kau kenakan Eve." Ucapaan Ezekiel naik beberapa oktaf.
Eve terjengkit kaget memperhatikan bagian yang diperhatikan Ezekiel.
"Ini pakaian pelayan dewasa lalu ku gunting sendiri karena kebesaran. Eh pas gunting itu kependekan jadi begini, tapi ini gak terlalu pendek kan pangeran?" Ucap Eve dengan polos.
Ezekiel geleng kepala, "Ganti." Ucapan Ezekiel tampak datar dan dingin.
"Panggilkan bibi Nia!" Perintah Ezekiel saat Eve berada di pintu kamar Ezekiel berniat pergi untuk ganti.
Setelah Eve menghilang di ujung lorong, Ezekiel meraup wajahnya dengan kasar. Pipi sampai telinganya merah padam. Selama ini Ezekiel tak pernah melihat gadis seumurannya berpakaian seminim Eve. Pasti pelayan kecil itu sudah gila.
"Pangeran memanggil saya?" Tanya seorang maid paruh baya bernama Nia.
"Bibi Nia apakah kamu yang menganti rambut Eve?" Tanya Ezekiel.
"Iya pangeran katanya dia pelayan pangeran yang baru setelah keluarnya Widy." Ucap Nia.
"Kata siapa?" alis Ezekiel naik satu.
"Eve sendiri yang bilang." Jawab Nia.
"Ohh iya benar, aku yang memintanya pada ayah." Ezekiel mangut-mangut.
"Sebenarnya pangeran saya tak terlalu percaya padanya terlihat sangat mencurigakan." Nia mulai memaparkan pendapatnya.
"Oh ya? Apa kamu fikir dia suruhan istri-istri ayah?"
"Saya belum tau pangeran, namun menurut saya dia tidak berniat jahat pada pangeran. Mungkin dia pelayan yang kabur kapan hari." Ucap Nia.
Alis Ezekiel menyatu, "Kabur dari apa? Ceritakan dengan jelas!"
"Kemarin siang Raja Winstons seperti biasa memengal kepala beberapa pelayan. Saat itu ada pelayan kecil yang menendang 'masadepan' Raja dan mengumpati sang Raja. Berakhir pelayan itu kabur dan belum ditemukan sampai sekarang. Mungkin pelayan kecil itu Eve."
Ezekiel tersenyum begitu lebar, Nia sendiri merinding melihatnya.
"Wahh aku tidak menyangka Eve sangat manis begitu." Ezekiel memainkan tangannya mengetuk dimeja.
"Manis?" Bibi Nia menatap tak percaya pada sang Pangeran yang dia asuh dari bayi.
"Dia berani melawan ayah, bahkan menendang dan mengumpat. Itu sangat maniss." Ezekiel menatap langit-langit kamarnya. Ingatannya tertuju pada Eve yang ingin membantu merebut segalanya.
Bibi Nia bergidik ngeri, wajah polos Ezekiel hanyalah sebuah topeng. sikap penurut dan pendiam hanyalah kedok. Segalanya sedang terancang apik diotaknya. Segalanya akan terlihat jelas saat waktunya tepat.
Bab 5
"Pangeran lihat ada bunga krisan!" Eve menunjuk bunga paling besar yang mekar dengan indahnya.
Ezekiel mengangguk meskipun wajahnya datar namun matanya bersinar terang. Dari situ saja Eve tau kalau Ezekiel senang. Bunga krisan adalah bunga kesukaannya apapun warnanya. Bagaimana Eve tau? jelas dari buku novel. Dalam novel tertulis Female Lead akan memberikan memberikan bunga krisan kuning sebagai bentuk penolakan lamaran kepadanya. Ditolak dengan bunga kesukaan menyedihkan sekali.
Seminggu setelah mereka saling mengenal Eve dengan Ezekiel menjadi dekat seperti teman. Eve berulang kali lupa kedudukannya hanya maid. Seperti sekarang yang meneriaki Ezekiel.
"Pangeran apa kau batu?? Ayo kesini kita bermain!"
Ezekiel tak menghiraukan ejekan itu, dia tau Eve sedang berusaha mengakrabkan diri.
Dihadapan mereka adalah ladang bunga samping istana Ezekiel. Yang menanam jelas bibi Nia atas perintah Ezekiel. Terdapat beberapa macam jenis bunga yang sedang mekar-mekarnya. Di sekeliling juga ada kupu-kupu dan lebah seperti sedang merayakan pesta.
"Ayolah pangeran kau harus banyak bergerak dan bermain bukan berlatih pedang setiap waktu. Kau masih kecil!"
Nasehat yang sering Ezekiel dengar dari maid kecil kurang ajar itu. Bahkan setiap hari Eve memintanya bermain. Padahal Dia ingin menjadi hebat, dia belajar banyak buku dan banyak keahlian untuk satu tujuan. Tujuan hidupnya merebut tahta. Meskipun Eve sudah memberikan jadwal untuk berlatih, membaca dan bermain tetap saja Ezekiel tak mau bermain. Dia menganti jadwal bermain dengan berlatih pertahanan tubuh jarak dekat.
Ezekiel duduk dengan tenang menatap Eve yang berlarian seperti kuda. Senyum di bibir mungilnya tampak lebih indah dari seluruh bunga di taman ini. Ezekiel tersentak kaget dengan apa yang ia pikirkan barusan. Untung saja itu hanya ada dalam pikirannya jika Eve tau pasti dia diolok habis-habisan oleh gadis kecil itu.
"Eve jangan terlalu jauhh!" Teriak Ezekiel.
Bahkan disana juga ada bibi Nia, mereka kejar-kejaran berdua. Ezekiel mengkerutkan keningnya. Bibi Nia terkontaminasi sifat kekanakan Eve.
Sekarang siapa yang mengasuh siapa?
"Bibi Nia ayo cari bunga lebih banyak lagi!" Eve mengumpulkan beberapa jenis bunga dalam keranjangnya.
Bibi Nia juga mengumpulkan beberapa bunga, dia akan membuat rangkaian bunga untuk hari spesial besok.
"Eve besok adalah ulang tahun Pangeran Ezekiel." Bisiknya sambil menunduk agar sejajar dengan maid kecil itu.
Mata Eve membulat terkejut, "Apa yang harus aku hadiahkan bibi? Kenapa bibi baru bilang sekarang?!"
"Tenanglah! ayo kita buat kejutan kecil untuk pangeran. Besok kita membuat kue dan hiasan bunga di salah satu ruangan, bagaimana?"
"Waw kau yang terbaik bibi!" Eve tersenyum senang sambil loncat-loncat.
"Tapi menurutku lebih baik kita mengadakan pesta kecil itu disini saja. Ini indah tampa menambahkan apapun!"
Bibi Nia terdiam cukup lama, "Nanti kita akan diskusikan lagi."
Eve bertepuk tangan heboh.
Ezekiel kembali berteriak, "Apa yang kalian bicarakan sampai sesenang itu!!??"
"Tidak!!" Dengan cepat Eve mendekati Ezekiel, "Pangeran, aku meminta ijin ke pasar membeli beberapa bahan makanan." Sebuah kalimat ijin yang seperti sebuah pemberitahuan saja.
"Baiklah aku ikut." Ezekiel menatap penuh wajah kecil yang cemong dengan tanah. Rambut merahnya yang indah diterpa sinar matahari dengan pita putih sederhana namun sangat manis. Tangan Ezekiel terjulur menyentuh pipi Eve yang kotor.
Eve mengedipkan matanya beberapa kali. Dia tercenung ditempat seakan kakinya terpaku. Wajah yang awalnya sangat senang berubah terkejut.
"Kami akan pergi hanya berdua pangeran." Suara bibi Nia menginterupsi.
Dengan segera Eve menepis dengan lembut tangan Ezekiel. Sang pangeran nampak terkejut namun beberapa detik kemudian wajahnya datar kembali.
"Baiklah terserah kalian."
"Ayo bibi Nia!" Eve mengeret tangan bibi Nia dengan cepat. Eve sangat malu.
Setelah kepergian keduanya Ezekiel berjalan santai menenteng pedang. Bocah bernetra merah darah itu menuju tempat latihan.
Bibi Nia dan Eve keluar dari istana lewat pagar belakang, tak peduli jika seharusnya meminta ijin ke depan lalu ditanya-tanyai panjang lebar. Mereka terlalu malas.
Mereka berdua memilih beberapa bahan untuk membuat kue. Setelah puas berbelanja mereka dikejutkan beberapa berandal nampak akan melecehkan seorang gadis yang masih dibawah umur.
Gadis itu memiliki rambut berwarna kuning kecoklatan dan netra ungu berbinar indah. Dia salah satu keturuanan kerajaan namun pakaian yang gadis itu pakai adalah pakaian rakyat biasa. Eve segera ingat gadis itu Female Lead, Amarea.
Kemudian tampak lelaki berjubah hitam dengan topeng yang sama hitamnya. Netra merah darah yang berkilat tajam sedang berkelahi dengan beberapa berandal itu. Badan Eve kaku tak bisa digerakkan. Bibi Nia juga nampak terkejut. Mereka jelas mengenali lelaki berjubah itu.
Sreet!
Bilah pedang memotong lengan si berandal 1, dia yang sudah lancang menyentuh tangan si Female lead.
Ctras!
Pisau kecil ditangan kiri Ezekiel menusuk perut si berandal 2, dia yang mengancam Female lead dengan goloknya.
Bruak!
Satu tendangan tepat pada wajah kusam si berandal 3 gigi nya rontok 3, mulut kotornya tadi mengatakan hal-hal kotor pada Female lead.
3 berandal lari tunggang langgang.
Amarea terpanah dengan aksi heroik Ezekiel. Mata ungunya lebih berbinar, Ezekiel ikut terdiam dengan mata indah itu. Namun hanya beberapa detik saja dia sadar dan menghampiri Eve serta bibi Nia.
"Kalian berdua lain kali pergi bersamaku saja." Ezekiel nampak marah untung saja bukan Eve yang di sentuh-sentuh. Kalau Eve pasti Ezekiel akan membunuh mereka bertiga dan memotongnya kecil-kecil. Firasat Ezekiel tak enak saat menjalankan latihannya dengan segera dia menyusul Eve dan ternyata ada gadis yang akan dilecehkan. Sekali lagi Ezekiel bersyukur bukan Eve.
Eve linglung plot ini seharusnya saat Ezekiel sudah membunuh seluruh keluarganya atau berusia 15 tahun lebih. Tapi bagaimana bisa itu terjadi saat Ezekiel masih 11 tahun besok? Terlalu cepat.
Amarea buru-buru menghampiri Ezekiel, "I-itu....... terima kasih tuan." Wajahnya merah malu-malu.
Ezekiel berbalik menatap Amarea lalu berdehem.
Eve masih diam, segera Bibi Nia menarik Eve dan pangeran Ezekiel untuk pergi.
Amarea memandangi mereka bertiga menyangka bibi Nia adalah ibu mereka dan Eve adalah adiknya Ezekiel.
Ezekiel memejamkan matanya lalu berpindah tempat ke hutan dekat istananya.
Jalur yang sama lewat portal hutan menuju pasar.
Bibi Nia mengigil, "Pangeran sebaiknya jangan gunakan kekuatanmu."
"Iya bi. Maafkan aku."
Bibi Nia takut sang Raja tau Ezekiel memiliki sihir, meskipun bukan sihir yang berbahaya namun itu tetap sihir. Sangat terlarang di kerajaan ini.
Eve tersadar dari pemikirannya, "Pangeran tidak membawa gadis itu kesini?"
Ezekiel menyatukan alisnya, "Untuk apa?"
Eve bertanya kembali "Pangeran tak menyukai gadis tadi?"
Ezekiel tertawa terbahak-bahak "Apa bisa menyukai seseorang tanpa mengenalnya?"
Masuk akal tapi bukankah cerita dalam novel memang begitu?
"Eve kau bicara ngelantur, ayo ikut aku memasak!" Bibi Nia buru-buru ke dapur.
Bab 6
Tatanan permata mahal dijejer sedemikian rupa memperindah kain sutra yang lembut. Proporsi warna merah dan biru laut membuat kesan tegas dan tenang. Pakaian kerajaan yang sesuai dengan kepribadian sang Raja.
Uh??
Raja Winstons memandangi helai kain yang menurutnya terlalu heboh. Dia bergidik ngeri kalau kain itu harus dia pakai. Namun pakaian berlebihan itu hadiah dari permaisurinya. Dia tertawa canggung padahal hari ini bukan hari ulang tahunnya.
"Emmh, Ratu apakah akan ada acara spesial?" Sang Raja duduk di kursi tempat dia biasa mengerjakan pekerjaannya.
Cristina melirik seorang selir yang duduk dipangkuan sang suami. Lirikannya saja bisa membuat sang selir ketakutan. Dengan segera si selir pindah tempat.
"Tentu saja! Besok hari lahirnya Malves, ayo buat perayaan!" Sang Ratu yaitu Cristina antusias.
Winstons menggaruk tengkuknya Malves itu siapa? Mungkin salah satu anaknya dari selir.(Kebanyakan produksi jadi lupa) Dengan segera tertawa aneh. "Ohh kalau begitu ayo kita rayakan ulang tahun Pangeran Malves."
Cristina mengerucutkan bibirnya, mana peduli Cristina dengan pangeran lain. Hanya Orland anaknya saja yang berharga. "Malves bukan Pangeran itu anak kucingnya Putra Mahkota Orland."
Winstons heran, apakah hari kelahiran kucing harus sekali dirayakan?
Dahlah! Menglelah.
Ulang tahun peliharaan, hari pertemuan, hari jadian, hari tunangan, hari pernikahan, hari Orland tumbuh gigi, hari Orland bisa berjalan, sekalian saja ulang tahun pelayan pribadi, hari jadian pengawal pribadi, dan hari bibit buah jambu tumbuh di depan pagar istana.
"Pesta kecil-kecilan saja." Ucap Cristina.
Jangan percaya, pesta kecil-kecilan bagi Cristina adalah mengundang bangsawan seluruh kerajaan Arantadia.
Krieet (Pintu kerja Winstons terbuka)
Tampaklah lelaki kecil berumur 10 tahun beberapa minggu kedepan tengah mengendong kucing yang sama kecilnya. Dia Putra Mahkota Orland.
"Ayah bagaimana menurutmu tentang bajuku?" Orland memamerkan pakaian yang agak sama dengan pakaian yang diterima Winstons.
Sebelah alis Winstons terangkat melirik Cristina yang tersenyum lebar memamerkan gigi putihnya. "Ya bagus Putra Mahkota. Segera berlatih startegi perang! Ayah tak mau kau bolos lagi."
"Ayo cepatlah gurumu sedang menunggu!" Ratu ikut menyuruh anaknya.
Pangeran Orland menggentakkan kakinya berjalan keluar dari ruang kerja sang Ayah.
"Aku ingin kita kembaran Yang Mulia Raja~ ." Nada mendayu yang mengerikan bagi sang Raja. Jijay, namun sang Raja harus mengangguk kaku.
Setelah ibu dari Ezekiel yaitu Ratu sebelumnya meninggal beberapa bulan kemudian digantikan Cristina. Cristina sendiri adalah anak dari Raja Delmond Raja kerajaan Widraloka. Kerjaan yang besar di wilayah utara. Pernikahan mereka berdasarkan unsur politik dimana Winstons mendapatkan 1/4 wilayah dari kerajaan tersebut. Sangat menguntungkan namun dia harus banyak berbaik hati dengan Cristina.
Ratu Cristina, wanita berumur 30 tahun (lebih tua 2 tahun dari Winstons) wajah cantik, body seksi, dan tak terlalu tua. Hobi belanja, pamer, dan mengkoleksi perhiasan. Raja Winstons menghormati sang Ratu namun tetap saja sang Raja memiliki istri lain yang berjumlah sekitar 200 selir. Gelombang nafsu sang Raja cukup mengelora.
"Pakai pakaian ini besok Yang Mulia."
Raja Winstons mengangguk lagi, "Baiklah Ratu silahkan keluar! aku sibuk." Kalimat pengusiran yang jelas namun tak membuat Cristina marah.
Winstons sibuk bermesraan di ruang kerjanya dengan salah satu selir.
Cristina pergi dengan wajah yang masih tersenyum indah, setelah keluar dari ruangan kerja sang Raja senyum itu langsung luntur berubah datar.
Agak jauh dari ruang kerja Raja sang Ratu berhenti, "Pastikan sang Raja tak pergi ke istana terkutuk! Raja tak boleh tau besok adalah ulang tahun anak terkutuk itu." Perintah Ratu pada salah satu pengawal Raja yang menjadi bawahan setia sang Ratu.
"Baik Yang Mulia."
____________________
"Zoe!" Sang Raja memanggil tangan kanannya.
"Siap Yang Mulia." Zoe datang dengan gagahnya.
"Buanglah pakaian ini, aku tidak sudi memakai pakaian aneh begitu." Sang Raja melemparkan kain itu yang ditangkap dengan tepat oleh Zoe.
"Tapi Yang Mulia, ini kan pakaian dari Ratu kalau ditanyain bagaimana?" Zoe agak bimbang.
"Aku akan bilang kalau pakaian itu hilang. Sudah turuti saja. Jangan sampai Ratu tau oke?" Winstons memerintah dengan pelototan mata yang cukup ngeri bagi Zoe.
"Baiklah Yang Mulia." Zoe segera pergi membawa pakaian itu.
Setelah Zoe keluar sang selir juga sudah bersiap untuk melanjutkan kegiatan panas mereka yang tertunda. Jangan tanya pada sang Raja siapa nama selir itu, sudah pasti dia tak mengingatnya. ๐
Zoe mondar-mandir mengelilingi istana sampai 2 kali belum menemukan tempat yang cocok untuk membuang Pakaian mewah itu. Dibuang di semak-semak? nanti ditemukan tukang kebun. Dibuang di taman istana utama? ketemu pelayan. Dibuang di sungai? terlalu jauh inikan sudah malam.
"Ohh! Dibuang di istana terkutuk saja tidak jauh dan kalau ketemu juga tak akan ketahuan sang Ratu." Zoe bergegas menuju istana tempat Ezekiel diasingkan. Tak terlalu jauh namun tak ada yang kesana selain 2 maid, 1 guru pedang, 3 pengawal dan Pangeran Ezekiel itu sendiri. Sangat sedikit orang, sedikit kemungkinan ditemukan.
Zoe membuang pakaian mewah itu ke kebun bunga istana terkutuk. Membiarkan begitu saja lalu pergi.
satu jam kemudian sekita jam 9 malam, Eve datang ke kebun bunga untuk merangkai bunga jadi mahkota. Dia sengaja pergi malam-malam agar tak ketahuan Ezekiel. Dia ingin menghadiahkan mahkota bunga krisan putih untuk Ezekiel. Sedang asik-asiknya memetik bunga, Eve melihat kain bagus dengan tatanan permata bersinar diterpa cahaya bulan. Eve mengangkat pakaiana itu, matanya membulat kaget.
"Wahhh ini pakaian yang bagus pasti mahal, kenapa disini? sepertinya dibuang. Ini bisa untuk pakaian Pangeran Ezekiel besok. Aku hanya perlu menjahitnya sedikit menjadi lebih kecil." Eve berlari kekamarnya demi membuat baju untuk Ezekiel.
Karya ini GRATIS! Tapi kamu boleh kok kasih tip biar kreator hepi ๐ฅฐ
