Tragedi Batavia 1629. Chapter 3 : VOC dan Heeren XVII

6
0
Deskripsi

Keuntungan yang luar biasa dari perdagangan ke dunia timur menggiurkan propinsi-propinsi Belanda lainnya. Pada tahun 1599 , The New Brabant Company juga turut menyiapkan armada. Middelburg dan Belanda Selatan pun tak mau ketinggalan. Pada tahun 1601 tak kurang dari 14 armada Belanda berangkat berlayar menuju dunia timur. Mereka mulai mengancam dominasi Portugis. ( baca : Dutch Asiatic Shipping in The 17th and 18th Century, Homeward-bound voyages from Asia and the Cape to the Netherlands 1597-1795,...

Keuntungan yang luar biasa dari perdagangan ke dunia timur menggiurkan propinsi-propinsi Belanda lainnya. Pada tahun 1599 , The New Brabant Company juga turut menyiapkan armada. Middelburg dan Belanda Selatan pun tak mau ketinggalan. Pada tahun 1601 tak kurang dari 14 armada Belanda berangkat berlayar menuju dunia timur. Mereka mulai mengancam dominasi Portugis. ( baca : Dutch Asiatic Shipping in The 17th and 18th Century, Homeward-bound voyages from Asia and the Cape to the Netherlands 1597-1795, hal 3-4 )

Ramainya perusahaan Belanda yang mendatangi pelabuhan-pelabuhan Nusantara berdampak pada kacaunya harga rempah. Akhirnya dinegeri Belanda dilakukanlah negosiasi antar perusahaan untuk menentukan harga rempah dan agar tidak terjadi persaingan sesama perusahaan Belanda. Disepakati untuk dibuat penggabungan antar perusahaan ini pada tanggal 20 Maret 1602 dengan nama Verenigde Oost Indische Compagnie atau VOC. Perusahaan ini dipegang oleh 17 direktur yang dinamakan Heren XVII atau Yang Mulia 17. Untuk logo VOC sendiri baru diresmikan hampir setahun sesudahnya, yaitu pada tanggal 28 Februari 1603.

Monogram VOC yang diresmikan Heren XVII pada 28 Februari 1603 dan berjaya hingga hampir dua abad lamanya

Kelompok Heren XVII ini bertemu dua hingga tiga kali dalam setahun untuk membahas strategi perdagangan perusahaan. VOC adalah perusahaan yang cukup sukses sejak awal pembentukannya, mendapatkan kepercayaan dari banyak pemodal. Armada pertama VOC diberangkatkan pada 1602 dan mendapatkan keuntungan yang luar biasa. Mereka juga mendulang sukses dalam pertempuran-pertempuran melawan Portugis. Pada tahun 1605, VOC telah berhasil menguasai Ambon, Ternate dan Tidore. Dimana ketiga pulau ini adalah penyuplai kebutuhan cengkeh dunia.

Di negeri Belanda sendiri, sekalipun kemenangan yang diraih VOC didukung oleh persenjataan dari pemerintah, juga hak monopoli mendapat dukungan pula dari pemerintahnya. Para Direktur VOC tidak ragu-ragu dengan begitu arogan menuntut agar setiap jengkal tanah maupun perbentengan yang berhasil direbut adalah berstatus milik perusahaan dan pemerintah tidak memiliki hak apapun atasnya. Mereka bebas memperjualbelikan setiap lahan yang berhasil direbut bahkan kepada Raja Spanyol sekalipun. ( baca : C.R Boxer , The Dutch Seaborn Empire 1600-1800 ,London: Hutchinson, hal 45-46 )

Pemerintah Belanda dalam masa ini disebut United Provinces yang  bergantung dari guyuran dana VOC untuk berperang melawan Portugis dan Spanyol , mereka tak punya pilihan selain mentolerir permintaan itu. Beberapa tahun kemudian kejayaan VOC makin tak terbendung, mereka berhasil menguasai Pulau Banda setelah membantai hampir seluruh penduduknya ditahun 1621. Perusahaan ini bukan hanya menguasai pulau-pulau penting penghasil rempah dunia, ia juga sukses menyingkirkan pedagang kulit putih lainnya. Monopoli berada dalam genggaman mereka.

Keuntungan dari monopoli ini mengalir ke peti-peti uang para pemodal perusahaan. Salah satu orang terkaya di Belanda ditahun 1620 adalah Jacob Poppen, dia adalah anak dari Jan, seorang investor masa-masa awal pelayaran ke Nusantara. Total kekayaan Jacob ditahun 1620 tercatat 500.000 gulden. Masa dimana rata-rata pengeluaran satu keluarga dalam satu rumah adalah 300 gulden per tahun.  Jika dikonversikan lagi, ia mampu menghidupi lebih dari 1600 keluarga dalam satu tahun.

Bagaimana dengan para pedagang dan pelaut yang terlibat langsung dalam pelayaran yang penuh resiko menuju Nusantara ? Rupanya gaji mereka terhitung cukup rendah. Pimpinan tertinggi perusahaan yang berada diatas kapal bergaji 80-100 gulden perbulan. Orang keduanya digaji setengahnya, antara 40-50 gulden perbulan dan sekretarisnya menerima gaji sekitar 20-25 gulden perbulan. Untuk pelaut dan prajurit bergaji sekitar 10 gulden perbulan. ( baca : C.R Boxer , The Dutch Seaborn Empire 1600-1800 , London: Hutchinson,hal 201 )

Diantara para pedagang yang berlayar ke timur ini adalah Francisco Pelsaert, dia berasal dari Antwerp dan lahir dari keluarga Katholik. Hal yang hampir mustahil jika Pelsaert bisa masuk dalam jajaran VOC tanpa menutupi agamanya, karena pada masa itu VOC hanya mau menerima orang-orang Protestan sebagai anggotanya. Francisco Pelsaert lahir dari seorang ibu bernama Barbara van Ganderhijden yang menikah dua kali dan memiliki tiga anak : Anna Pelsaert, Francisco Pelsaert  dan Oeyken Pelsaert. Sang ibu yang menikah lagi setelah kematian ayahnya membuat Pelsaert dididik dan dibesarkan oleh kakeknya, ayah dari Barbara van Ganderhijden yang bernama Dirrick van Ganderhijden, seorang tokoh masyarakat setempat yang meninggal ditahun 1613 dan dikuburkan di Antwerp. Sayangnya tidak dapat ditemukan arsip mengenai ayah dari Pelsaert. Meskipun dibesarkan oleh kakek dari keluarga yang mapan, rupanya Pelsaert tak mendapatkan apapun ketika sang kakek meninggal. Dirrick mewariskan seluruh hartanya kepada sang istri.  ( baca : Kolf & Van Santen , de Geschriften, hal 4-7 )

Mencari peruntungannya sendiri, Pelsaert yang saat itu berusia 20 tahunan melamar pada dewan VOC Middelburg diakhir tahun 1615. Ia diterima sebagai asisten dengan gaji 24 gulden sebulan. Empat bulan kemudian ia menaiki kapal bernama Wapen van Zeeland menuju India.

Tak ada catatan ditemukan saat tiga tahun awal Pelsaert bertugas di India, namun rupanya ia bertugas dengan baik. Hal ini bisa dilihat dari jabatannya yang terus menanjak , ia menjadi orang kedua perwakilan VOC di Surat  India pada tahun 1620 dengan gaji 55 gulden perbulan. Ditahun 1624 gajinya naik menjadi 80 gulden perbulan dan ia menjadi pejabat tertinggi VOC di Surat.

Tugas Pelsaert adalah melancarkan bisnis di Surat, bagaimana ia harus menyuap pejabat lokal, melaporkan potensi bahaya maupun potensi bisnis kepada Heeren XVII. Ia cukup disukai baik oleh pejabat Heeren XVII maupun para penguasa lokal karena ia memiliki sifat yang berbeda dengan para pejabat kulit putih lainnya. Pelsaert lebih menyukai tinggal diantara orang-orang lokal daripada para pedagang kulit putih yang umumnya mendirikan pemukiman diluar komplek pemukiman orang lokal. Bahkan Pelsaert juga mempelajari bahasa dan budaya daerah setempat, ia tahu bagaimana cara menyenangkan hati tuan rumah.

Tetapi Pelsaert sembrono dalam satu hal, sudah menjadi rahasia umum bagaimana orang-orang kulit putih menjalin hubungan singkat dengan orang lokal. Namun Pelsaert bermain dengan wanita yang telah menjadi istri dari pejabat tinggi Surat. Skandal ini bukan hanya mengancam keselamatannya tapi juga mengancam kelangsungan hubungan dagang VOC ditempatnya bertugas.

Suatu hari ia mengundang wanita ini kerumahnya. Wanita ini melihat botol obat dari minyak cengkeh murni dan mengira itu adalah botol anggur. Obat ini biasa diberikan kepada orang sakit dalam dosis kecil. Wanita ini meneguknya seperti meneguk anggur. Ia pun kejang , tercekik dan mati dalam pangkuan Pelsaert. Pelsaert yang panik kemudian mengubur mayat si wanita dilahan miliknya. Pelsaert lolos dari deteksi aparat setempat. Ia ditarik dari Surat. Namun bukan berarti skandal ini berakhir, seorang pedagang lokal bernama Medari entah bagaimana caranya, mengetahui perihal mayat wanita yang dikubur dan memeras perusahaan VOC hingga beberapa tahun lamanya.

Francisco Pelsaert juga tidak berbeda dengan para pejabat VOC pendahulunya. Ia tak mau menjadi sapi perahan para Heeren XVII yang semakin menggemuk sedangkan ia hanya menerima gaji ala kadarnya.  Hal paling umum dilakukan para pegawai VOC adalah berjualan secara sembunyi-sembunyi , namun hal ini dilarang oleh VOC. Meskipun para pegawai ini membawakan keuntungan yang berlipat dan masa baktinya 20 tahun sekalipun, mereka tidak pernah tersentuh oleh bonus atau insentif. Konsekuensi dari hal ini tentu terbaca dengan jelas. Gaji minim, resiko besar, membawa keuntungan uang dengan jumlah berlipat-lipat, korupsi pun menggerogoti tubuh VOC. Mulai pejabat tinggi hingga pangkat terendah.

Hal paling mudah dilakukan adalah dengan memanipulasi harga beli rempah, mereka akan melaporkan bahwa harga belinya lebih tinggi dari harga aslinya.  Seorang sejarawan mencatat :Tak ada "esprit de corps" atau kebanggaan menjaga nama baik korps didalam tubuh VOC, perusahaan ini begitu tamaknya hingga membuat moralitas pegawainya sampai pada titik terendah akibat kerakusan perusahaan. Setiap orang mulai pejabat tinggi di Hindia hingga prajurit rendahan harus memikirkan nasibnya masing-masing. ( baca : Mike Dash, Batavia Graveyard, hal 63 )

Seorang pegawai VOC hanya akan tertangkap karena tiga hal : rakus luar biasa, tertimpa kesialan, atau ditusuk dari belakang oleh saingannya. Salah satu contoh pada era Pelsaert adalah Huijbert Visnich. Dengan gaji yang sudah luar biasa tinggi : 160 gulden perbulan, ia melakukan penggelapan sekitar 200.000 gulden. Ia kabur ke kerajaan Ottoman dan kemudian terbunuh pada tahun 1630. Seorang mantan anak buahnya mencatat dengan puas :"hukuman yang sangat pantas dari Tuhan". Padahal faktanya Visnisch hanya mengambil keuntungan sedikit lebih banyak daripada rekan-rekannya. 

Kehidupan Pelsaert pun tak jauh beda. Dengan dana perusahaan ia berbisnis rentenir, meminjamkannya pada pedagang lokal dengan bunga hingga 18 persen. Kasus pelanggaran yang dilakukan Pelsaert baru terdeteksi pada tahun 1636 dimana diperkirakan ia telah merugikan perusahaan sebesar 400.000 rupee.

Proses perekrutan pegawai VOC dilakukan secara serampangan. Tidak ada tes , ujian atau persyaratan. Hanya orang-orang putus asa yang masuk dan bekerja pada perusahaan ini, sehingga VOC pun tidak bisa terlalu selektif memilih karyawan. Dalam sebuah kapal, dibutuhkan seorang pedagang utama, seorang wakil pedagang utama, 8 hingga 10 asisten, sekretaris dan petugas pembukuan. Ini diluar kelasi, nahkoda, prajurit , tukang kayu, tukang layar, koki dan kuli kapal. Setiap orang yang masuk dalam jajaran VOC menandatangani kontrak kerja selama 5 tahun.

BERSAMBUNG

Karya ini GRATIS! Tapi kamu boleh kok kasih tip biar kreator hepi 🥰

Selanjutnya Tragedi Batavia 1629, Chapter 4 : Perawan Eropa Bersiap Menuju Jawa
4
1
Minggu kedua, Oktober 1628Pulau Texel, Belanda, sebuah armada layar sedang mempersiapkan petualangannya menuju timur. Kapal Batavia berada disana bersama kapal kapal retourschepen lainnya yang juga tertambat bersebelahan , diantaranya tampak kapal Dordrecht dengan nama resmi de Maeght van Dort yang artinya perawan dari Dordrecht, kapal s'Gravenhage, kapal Nieuw Hoorn dan kapal Hollandia. Retourschepen adalah kapal yang dibangun untuk menempuh perjalanan pulang-pergi dari Belanda menuju Hindia. Setelah 10 hingga 20 tahun, kapal akan dibawa ke Zuiderzee untuk dibongkar dan kayunya dijadikan bahan rumah karena biaya perbaikannya akan sama seperti membuat kapal baru. Zuiderzee adalah sebuah teluk di barat laut Belanda yang kini sudah tidak ada lagi. Pada tahun 1927 dibangun afsluitdijk : sebuah jalan raya dan bendungan yang memisahkan teluk ini dari laut. Kini Zuiderzee berubah menjadi danau air tawar yang bernama IJsselmeer.Oktober kali ini adalah musim gugur yang sempurna sekaligus tahun tersibuk bagi VOC. Pada musim ini angin akan meniup layar-layar yang terkembang menuju Hindia Belanda dengan sempurna dan mereka akan sampai tepat pada saat musim panen diseberang sana, sebuah negeri dengan rempah-rempah yang berlimpah. Dalam satu tahun, Belanda mengirimkan tiga kali armada pelayarannya. Sekitar April, September dan Desember saat natal. Kecuali pada tahun 1628 ini, mereka hanya mengirim dua kali armada pelayaran. Armada pelayaran pertama dipimpin oleh Jacques Specx dan kedua dipimpin oleh Francisco Pelsaert dengan kapal Batavianya. ( baca: Jaap Bruin & Femme S.Gaastra, The Dutch East India Shipping, 1602-1795,Amsterdam: NEHA,1993, hal 62 )Dermaga itu semakin hidup dengan aktivitas persiapan para kru yang hendak berangkat, membawa serta muatan kapal, suplai persenjataan bagi benteng VOC , logistik untuk persiapan hidup selama setahun di lautan jika hal buruk terjadi. Selain itu barang-barang pribadi dan juga batu-bata sebagai ballast / pemberat kapal juga harus dimasukkan. Sesampai di Jawa, batu-bata ini akan diturunkan untuk membangun gedung-gedung VOC dan sebagai ganti pemberat, mereka akan memenuhi kapal dengan rempah-rempah, menjejalkan sekuat semampu yang mereka bisa.Ada kargo yang berbeda dimasukkan kedalam kapal Batavia dan kapal-kapal lain yang berlayar bersamanya. Bermacam bentuk potongan batu berukuran raksasa yang sangat berat dan didatangkan dari Jerman. Penanda angka dan huruf tercetak ditiap sisi pada konstruksi dua buah kolom / tiang utamanya. Pada bagian lengkungan bagian atas tidak dilengkapi penanda apapun. Kru kapal menggerutu sambil menatanya. Sungguh sebuah pekerjaan yang teramat berat dan menyiksa. Kelak kemudian hari dalam sebuah proyek eskavasi reruntuhan kapal Batavia antara tahun 1972 hingga 1976 ditemukan total sebanyak 137 blok batu dengan berat keseluruhan mencapai 37 ton. Itu adalah sebuah pintu gerbang yang sangat megah dari sebuah kastil !Kesibukan terus berlanjut. Dari perahu-perahu kecil, dinaikkan ribuan kotak persediaan, ratusan peti pelaut, kayu untuk memasak di dapur kapal dan juga amunisi. Setelah sampai diatas dek kapal yang penuh dengan gulungan dan juntaian tali, kotak-kotak itu diturunkan ke dek bawah.Diatas kapal Batavia, para kelasi menyiapkan, menggulung dan membuat ikatan-ikatan pada tali dibawah pimpinan Jan Evertsz. Ada juga barisan tentara yang nantinya akan ditempatkan di Hindia, mulai prajurit hingga perwira yang telah menandatangani kontrak dinas selama lima tahun lamanya. Diluar mereka ada kelompok pedagang, sebagai perwakilan perusahaan VOC, kelompok inilah yang memiliki kasta tertinggi. Fransisco Pelsaert sebagai komandan sekaligus perwakilan utama perusahaan VOC dan Jeronimus Cornelisz sebagai orang keduanya.Fransisco Pelsaert dan Jeronimus Cornelisz dalam keseharian menempati kabin utama di dek bagian atas, itu adalah ruangan terbesar sekaligus termewah, dilengkapi dengan jendela dan bukan lubang intip. Ditengah ruangan itu terdapat meja besar yang mampu menampung 15 hingga 20 orang. Di meja inilah Pelsaert biasa memimpin mulai rapat ringan hingga makan bersama para perwira senior dan pejabat perusahaan VOC.Perwira junior dan staf perusahaan berbagi ruangan di bawah kemudi kapal untuk tidur. Ada pula kabin untuk orang-orang khusus yang memiliki ventilasi udara sedikit lebih baik, sempit namun disediakan ranjang yang tentunya lebih baik daripada tidur dilantai, itupun masih berbagi dengan meja tulis beserta kursinya. Seorang pelayan akan selalu siap mengantarkan makanan dan mengosongkan pispot kotoran setiap harinya. Kabin khusus ini ditempati berdasarkan kepangkatan dan orang-orang tertentu dengan hak khusus. Mereka yang menempati kabin pribadi ini diantaranya Fransisco Pelsaert selaku pimpinan tertinggi di kapal mendapat kabin paling mewah diantara lainnya, selanjutnya adalah Jeronimus Cornelisz, Ariaen Jacobz selaku nahkoda, Claes Gerritsz selaku nahkoda II, Provost selaku pengendali disiplin awak kapal dan beberapa personil petinggi VOC.Dalam perjalanan ini, Batavia membawa serta dua orang penumpang khusus dalam kabin pribadi tersebut. Mereka adalah Gijsbert Bastiaensz, seorang pejabat kota Dordrecht yang juga seorang pengkhotbah. Ia membawa serta istri, seorang pembantu dan tujuh anak mereka. Penumpang lain adalah seorang wanita bernama Lucretia van der Mijlen yang paras cantiknya selalu menjadi buah bibir, tak diragukan lagi, dia adalah sosok anggun yang menjadi hiburan tersendiri bagi awak kapal. Lucretia berlayar menuju timur untuk menemui suaminya yang sudah berangkat lebih dahulu, ia mendapatkan kabin didekat Jeronimus Cornelisz, sebuah keadaan yang membuka peluang mereka mengenal satu sama lain lebih dalam.Bagi penumpang lainnya, dek kapal adalah pilihan mereka tinggal. Dari buritan ke anjungan, ruangan semakin menyempit. Kapal Batavia memiliki ruang-ruang pembatas antar kelompok. Dibagian buritan ditempati mereka yang tidak memiliki tugas malam, diantaranya pembuat layar, tukang kayu dan tukang masak. Para pelaut dan pasukan yang jumlahnya duapertiga dari keseluruhan penumpang kapal dijejalkan diruangan ruangan dibawah tiang kapal. Adalah sebuah pelanggaran serius jika mereka terlihat diatas buritan kecuali memang panggilan tugas. 
Apakah konten ini melanggar ketentuan yang berlaku sesuai syarat dan persetujuan? Laporkan