Sepucuk Surat Kedua, Kesaksian Wiel Creemers (2)

12
0
Deskripsi

Dear Marjolein

Aku harap engkau telah menerima surat yang telah kukirimkan padamu, berikan aku informasi berapa usiamu agar aku bisa membayangkan bagaimana rupamu.

Dengarkanlah, aku akan katakan padamu bahwa akupun menulis banyak kisah, banyak cerita. Tentang masa mudaku, tentang perang dunia kedua dan juga tentang Indonesia. Kisah-kisahku itu diterbitkan oleh sebuah Museum lokal disini.

Sekitar enam tahun yang lalu aku mencetak sendiri bukuku dan habis terjual seluruhnya hanya dalam waktu tiga minggu...

Karya ini GRATIS! Tapi kamu boleh kok kasih tip biar kreator hepi 🥰

Selanjutnya Janji Temu di Roermond, Kesaksian Wiel Creemers (3)
14
0
Setelah beberapakali saling bersurat, akhirnya kami mengadakan janji temu. Lokasi yang disepakati adalah kota Roermond. Cuaca cerah pagi itu, kami berdua mengayuh sepeda ke Centraal Station Rotterdam. Setelah membeli tiket, kamipun masuk kedalam kereta. Di dalam gerbong tampak beberapa sosok veteran tua Belanda dengan jas mereka yang khas, beberapa nampak ditemani  istri dan beberapa berangkat bergerombol sesama veteran lainnya. Suasana diluar Stasiun Roermond dengan bis-bis yang siap menunggu. Foto: dokumentasi pribadiSetahun sekali dibulan September diadakan seremonial di kota Roermond, di sebuah taman memorial untuk mengenang korban perang di Hindia Belanda. Di sinilah para veteran berkumpul dan mengenang kawan-kawan mereka yang gugur . Mulai perang kemerdekaan 1945-1949 hingga Perang Irian Barat.Saya dan Merjolein duduk bersebelahan, mata saya mengamati setiap veteran yang lewat, detail baret dan brevet yang tertempel pada jas-jas berwarna gelap itu, lempengan logam yang menandakan satuan dan wilayah tugas mereka dahulu di Hindia Belanda.Tiba di Stasiun Roermond, nampak beberapa bus khusus yang memang disediakan pemerintah telah menanti para penumpang, para veteran dan orang-orang yang hendak mengikuti seremonial di Roermond. Tenaga medis pun tampak bersiaga dibeberapa titik. Seorang pasangan veteran bertanya pada kami “Kalian mau ikutan upacara di Roermond?” , kami mengiyakan dan mereka mempersilahkan kami untuk turut bergabung dalam rombongan bus. Setelah penuh, bus itupun melaju perlahan. Tak sampai 10 menit perjalanan sampailah kami di Taman Roermond.Apa yang penting dari Roermond ? Selain memiliki  tugu-tugu yang dibangun dengan ribuan nama prajurit Belanda yang gugur dalam perang kemerdekaan di Indonesia hingga perang Irian Barat. Taman ini dapat membawa perenungan kembali ke masa lalu. Motif para pemuda Belanda mengangkat senjata bukan hanya soal surat perintah wajib militer dari pemerintahan mereka yang rakus. Ada faktor lain yang juga berada dibaliknya, kondisi Belanda yang perekonomiannya carut-marut setelah Perang Dunia berakhir, sulitnya mendapat pekerjaan dan juga bayang-bayang masa lalu ketika Belanda dibebaskan Sekutu dari cengkeraman Jerman. Sejak Operasi Market Garden digelar Sekutu pada 1944 hingga menyerahnya Jerman di Belanda pada 5 Mei 1945, Belanda memandang Sekutu sebagai tentara pembebas dari teror Jerman. Pemuda-pemuda Belanda pun memiliki pandangan yang tidak jauh beda, mereka sangat mengagumi sosok pasukan Sekutu. Para pengambil keputusan politik di Belanda melihat dan memanfaatkan hal ini, maka dibuatlah propaganda bahwa Hindia Belanda dikuasai kelompok teroris, ekstrimis dan peloper yang menebar teror dan pembunuhan terhadap penduduk. Kasus bersiap mereka jadikan bumbu penyedap. Memang tidak semuanya termakan oleh propaganda ini, tercatat setidaknya 3000an pemuda Belanda menolak wajib militer dan lebih memilih masuk penjara. Bagaimana dengan mereka yang berangkat? Sayang seribu sayang, begitu menginjak tanah Hindia Belanda, tak ada sambutan hangat sebagaimana tentara Sekutu saat hadir sebagai pembebas di Belanda. Mereka memasuki sebuah fase mimpi buruk dalam kehidupan manusia. Sebuah perang yang sia-sia , begitu Pierre Huyskens menyebut dalam sajak yang ia bacakan saat pembukaan Taman Roermond pada 7 September 1990. Sebelum bertemu veteran Wiel Creemers, mari kita tengok yang terjadi saat pembukaan monumen ini.Suasana Taman Roermond. Foto: Marjolein van PageeRoermond 7 September 1990Ribuan orang berkumpul dalam suasana khidmad. Inilah saat dimana monumen Roermond ini diresmikan, dimana Pierre Huyskens membacakan sebuah sajak : Penunggu Penunggu Nama MerekaSebentar lagi anda akan menatap nama-nama merekaSebagaimana dituliskan oleh tangan TuhanDan sebagaimana dahulu Ayah mereka mengejanya dengan hati-hati di catatan sipilBelum menyangka bahwa nama itu akan menjadi nomor tentara dalam mengabdi tanah kelahirannyaNomor itu akan ditulis kembali menjadi nama dan ditulis dengan huruf miringDalam sebuah surat singkat yang dicetak oleh Menteri Angkatan PerangHarus dikirimkan dengan rasa duka ketika nomor tentara yang telah menjadi nama ituTelah memberikan pengorbanan yang paling tinggiMulai hari ini dia bukan nomor lagi ataupun angka penjumlahDari mereka semua yang terpaksa harus gugur dalam peperangan yang sia-siaPeperangan yang ingin kita semua lupakan sajaTetapi...Mulai hari ini berdiri penunggu-penunggu pada tiap nama tiang tiang batuYang menyandang ribuan nama dari A hingga ZAntara Van Aalderen dan Van Zwieten, antara Cohen dan MohammedHingga terjalin rangkaian nama yang indahDengan begitu telah diberikan nama yang tepat untuk keberanian dan kematian mereka yang perkasa.Sebentar lagi mata anda akan menatap sebuah nama yang telah diberikan kepadanyaUntuk kini mereka menikmati kehidupan yang jauh lebih panjangLetakkanlah tangan anda pada huruf-huruf itu semuaYang telah ia bawa ke Jahwe, kepada Allah, kepada Tuhan dalam nasibnya yang tak didugaMaka anda akan rasakan, dalam mata tertutup sekalipunBetapa dalam nama itu ditatah agar waktu tak merusak keabadiannyaWaktu akan menghormati nama mereka sedalam-dalamnyaMatahari akan menerangi dan menggoreskan kembali seluruh rangkaian doa untuk nama-nama itu dengan bayangannya sendiriDan hujan takkan mencederai beribu-ribu ukiran itu , tetapi ia akan mencantumkan tetesan airnyaBagaikan kilap air mata pada tiap huruf dari namanyaSatu tiang batu masih kosong, ia masih menunggu mereka yang hanya dikenal TuhanYang lenyap atau hilang tanpa nama yang makamnya sudah begitu lama dicari dengan sia-siaMonumen ini kini telah siapMakam didesiran pepohonan ditaman Roermond ini sebuah bahtera untuk memperingati Dan sebuah doa dari batu dan baja, dari A sampai ZYang dengan nama ayah mereka telah menyerahkan pengorbanan yang paling tinggi di sabuk untaian zamrud. Pembacaan sajak ini diikuti dengan pidato dari Ter Beek ,Menteri Pertahanan Angkatan Laut Belanda :Hari ini diresmikan deretan tiang-tiang batu, lima ribu delapan ratus empat puluh tiga nama diukir pada tiang itu begitu istimewa. Dahulu karena perintah negara mereka masuk kedalam perang yang mengerikan. Sekarang mereka telah memberikan pengorbanan paling tinggi yang dapat diberikan manusia.Lama...terlalu lama mereka tak bernama di negeri sendiri, dengan tiang-tiang batu ini mereka mendapatkannya kembali. Dengan ini pula kita melangkah kearah pengakuan mereka para veteran.Saya akui bahwa ini lamban seakan kita ingin melupakan konflik Netherlands Indie selekas mungkin. Saya merasa malu atas perlakuan terhadap veteran. Sebagai perwakilan pemerintah Belanda saya tidak ragu untuk meminta maaf. Pemerintah menerima veteran dengan sikap kurang baik bahkan tidak layak. Pemerintah sebagai penyambung masyarakat tidak mampu memperbaiki diri. Ketika veteran dan masyarakat bertemu dengan pola-pola pengharapan yang berlawanan dimana pengakuan, pengertian dan penghormatan tidak pernah terwujud.Pernyataan ini saya tambah bahwa ada upaya perorangan dan kelompok kecil untuk menjembatani pengalaman veteran dengan perhatian masyarakat. Banyak hal telah terjadi, monumen ini bukti yang meyakinkan. Penghargaan akan semangat dan kegigihan mereka yang bertahun-tahun membela nasib korban perang dan veteran. Yang berjuang tidak cukup dengan ucapan dan kata-kata saja. Baiklah, sekarang kita kembali di Roermond. Turun dari bis nampak ratusan manusia berkumpul. Tepat di pintu masuk kami melihat sosok itu, “Tuan Wiel Creemers!!” , yang kami sapa segera melambaikan tangan dengan wajah yang tak kalah ceria berteriak “Ady !…Marjolein !….”“Ayo bergabung…sudah kusiapkan kursi untuk kalian berdua” BERSAMBUNG 
Apakah konten ini melanggar ketentuan yang berlaku sesuai syarat dan persetujuan? Laporkan