The King | Jamuan Makan Malam

5
0
Deskripsi

Episode 1 - Jamuan Makan malam

***

Perhelatan musim panen kali ini tampak berbeda di Kerajaan Qatare. Pasalnya, sang Putra Mahkota Qatare—Pangeran Tariq akhirnya menikah dengan perempuan pilihannya sendiri. Senyum terus menghiasi wajah sang Putra Mahkota. Putri Mahkota juga tampak menebar senyum. Semua orang berseru dari tempatnya berdiri. Berseru pada atas kebahagian mereka. Memanjatkan banyak doa untuk pernikahan sang Putra Mahkota. 

Raja Alaric dan Ratu Bella bisa merasakan kebahagiaan putra mereka. Keduanya saling tatap dan saling bergenggaman tangan di dalam kereta kuda. Mereka bersyukur akhirnya Tariq sudah menemukan tambatan hatinya tanpa harus mereka melakukan perjodohan yang sudah sering mereka lakukan. Bella menyandarkan kepalanya pada bahu Alaric.

“Aku senang akhirnya tiba juga hari ini, Aric.”

“Ya.” Alaric bersuara pelan seraya meremas tangan Bella. “Setelah kecelakaan yang dialami Tariq tiga tahun lalu, aku benar-benar takut dia akan menutup diri.”

Bella menarik kepalanya dari bahu Alaric, mereka saling bertatapan intens. “Ya. Aku juga khawatir. Tapi untunglah. Badai sudah berlalu, Aric. Aku senang Tariq menemukan cinta sejatinya.”

Alaric tersenyum lebar. Dia menangkup kedua pipi Bella. Mengecup singkat bibir istrinya. “Ini waktu kita istirahat, Bella. Bagaimana?”

Mata Bella membelalak—terkejut dengan ide Alaric.

“Biarkan Tariq dan Eliana yang memimpin Qatare. Aku yakin para menteri dan pejabat Qatare setuju. Toh, Tariq sudah lama menjadi Putra Mahkota, pelatihannya bahkan sudah selesai tiga tahun lalu. Namun—” kalimat Alaric terhenti saat jari telunjuk Bella buru-buru menutup bibirnya.

“Badai sudah berlalu, Alaric. Tariq kita sudah bahagia. Badar dan Sarah sudah bahagia di Ameer.”

Alaric mengangguk kemudian memeluk Bella.

***

Azam melangkah cepat menuju ruangan Tariq seraya membawa tumpukan berkas penting yang perlu perhatian Tariq, sebelum Putra Mahkotanya bertolak ke Kerajaan Sayed. Bukan untuk perjalanan dinas, melainkan untuk kunjungan ke rumah mertua. Pasalnya, Putri Eliana yang sekarang sedang hamil empat bulan ingin sekali berkunjung ke Kerajaan yang sudah lama ia rindukan.

“Yang Mulia ….” Azam langsung berseru begitu kedua penjaga mempersilahkannya masuk. Ia meletakkan berkas itu diatas meja dan langsung mendapatkan tatapan horor dari Tariq.

“Kau ingin membunuhku, ya?!”

Azam memberikan senyum terbaiknya. “Saya hanya membantu Anda, Yang Mulia. Agar nanti setelah kunjungan kekeluargaan dari Sayed, tugas Anda tidak menumpuk.”

Kening Tariq berkerut dalam—bahkan kedua alisnya hampir saja menyatu. Walau begitu, akhirnya Tariq menghela napas dan kembali melakukan pekerjaannya. Azam tersenyum puas dan membantu Tariq dengan berkas-berkas kenegaraan.

Setelah Tariq menikah, rasanya hidup Azam tidak berubah sama sekali. Ia masih saja kena marah. Bahkan tidak sekali dua kali Azam diancam akan diganti namun ia tetap saja setia di sisi Tariq. Syukur, itulah yang dirasakan Azam. 

Setelah peristiwa tiga tahun lalu yang membuat Tariq sampai kehilangan ingatan—bahkan sampai sekarangpun, Tariq belum bisa mengingat sebenarnya apa yang dia lakukan dimalam naas itu. Pihak Kerajaan, terlebih Raja Alaric dan Ratu Bella sudah berusaha mencari informasi namun sayang, saat itu Tariq pergi secara diam-diam tanpa pengawalan, jadi—pihak kerajaan tidak bisa melacak apa saja yang dilakukan Tariq selama beberapa hari diluar istana.

Karena tidak kunjung mendapatkan ingatannya, Tariq berpikir, mungkin ingatannya tidak cukup berarti sama sekali. Jadi dia mulai kembali menatap kehidupannya. Dan pada akhirnya, Tariq menemukan tambatan hatinya. Kerajaan Qatare sebentar lagi akan ramai dengan perayaan kelahiran. Suka cita menyambut kabar bahagia kehamilan putri mahkota.

“Apa semua persiapan sudah selesai?”

“Sudah, Yang Mulia. Dari Kerajaan Mushab, Anda dan Yang Mulia Putri Mahkota harus naik perahu untuk sampai di—”

“Aku sudah tahu,” potong Tariq melirik Azam tajam lalu kembali menyibukkan diri.

Azam bukannya takut, dia malah tersenyum. Dia juga bisa menikmati liburan selama Tariq berada di Kerajaan Sayed.

***

“Tariq … aku bisa sendiri. Tidak perlu membantuku.” Eliana menepuk pelan lengan Tariq yang hendak membantunya masuk ke dalam mobil jemputan. “Aku bisa sendiri, oke?” ucapnya kemudian tersenyum dan masuk ke dalam mobil.

Tariq hanya tersenyum dan buru-buru mengikuti Eliana masuk ke dalam mobil. Dia langsung menggenggam erat tangan istrinya. “Kamu ini kenapa, sih?” Eliana tersipu malu karena di tatap secara intens oleh Tariq. “Kamu membuatku malu, Tariq.”

“Kenapa harus malu? Aku sedang mengagumi kecantikan istriku. Ibu dari anakku,” ucap Tariq lalu sebelah tangannya yang bebas mengusap perut Eliana yang sudah terlihat membuncit. “Apa di Sayed ada rumah sakit?”

“Tentu ada. Walau tidak secanggih di Qatare. Untuk dokter dan Bidan, mereka yang terbaik.”

Tariq mengusap perut Eliana dengan sayang.

“Geli, Tariq!” pekik Eliana sambil menahan tangan Tariq yang terus mengusap perutnya. “Jangan seperti ini!” geram Eliana pelan, takut-takut supir mendengar. “Tariq!” peringat Eliana pelan dan karena Tariq tidak mengindahkan ucapannya, Eliana mencubit tangan suaminya.

“Auuuw! Sakit, sayang!”

“Biarin!” Elina mendelik menatap Tariq.

Namun Tariq malah tersenyum lalu memeluk Eliana. Mencium harus wangi dari rambut istrinya. “Sudah lama aku tidak berolahraga, Eli sayang.” bisik Tariq sambil memejamkan mata,

“Sekali lagi, Lili sayang.”

Tiba-tiba mata Tariq membuka, dia menarik diri dengan cepat membuat Eliana tertegun. “Ada apa?” tanyanya cemas karena melihat Tariq tiba-tiba berkeringat. “Tariq? Ada apa?” tangan Eliana mengusap pipi Tariq. Ekspresi terkejut dan kebingungan Tariq menular pada Eliana. “Tariq! Jangan membuatku takut!”

Tariq menggeleng mengenyahkan suara yang terus menggema di telinganya. Dia memaksa tersenyum kemudian memeluk Eliana. “Aku baik-baik saja. Maaf sudah membuatmu cemas.”

Eliana mengangguk dalam pelukan Tariq.

Apa itu barusan? Bukankah itu suara? Siapa Lili?

***

Kerajaan Sayed merupakan Kerajaan dengan hutan terbesar. Menjadi tempat pusat perburuan dan pusat tanaman langka. Memang beberapa bagian dijadikan hutan lindung untuk pembudidayaan tanaman langka, namun tetap saja, wilayah hutan mereka cukup luas. Kekayaan alam minyak bumi dan batu bara menjadi daya tarik Sayed. Qatare menjadi sangat bangga saat menerima lamaran dari Kerajaan Sayed. Putri kedua Kerajaan Sayed mereka— Eliana Huriyah Naina Sayed datang ke Qatare dan langsung menaklukkan hati Putra Mahkota Qatare. Kerajaan Sayed menyambut baik kabar itu dan tanpa menunggu lama, pesta pernikahan yang super mewah diadakan oleh kedua negara secara bergantian.

Ini kali kedua Tariq berkunjung ke tanah kelahiran Eliana. Dia belum tahu banyak akan Kerajaan Sayed, saat pertama datang, dia sambut hangat namun hanya dua hari karena pernikahannya yang mendadak, jadwal Tariq menjadi padat. 

Di saat semua orang menyambut kedatangan Tariq dan Eliana. Di istana barat, tepatnya di gedung galeri kesenian. Sosok putri bungsu Kerajaan Sayed—Liliana Zuhaila Yara Sayed—tengah menari lemah gemulai dihadapan para anak-anak asuh sanggar kesenian Kerajaan Sayed. Anak-anak itu terpukau akan penampilan Liliana. Memang, diantara anak raja Hujarat, Liliana-lah yang memiliki keterampilan menari. Dia juga yang dengan penuh semangat menjalankan galeri seni Kerajaan Sayed yang pernah tutup setelah kepergian Ratu Sayed. 

Musik tradisional Sayed mengalun mengiringi gerakan Liliana. Putaran tubuh Liliana membuat anak-anak itu terpukau untuk kesekian kalinya. Satu gerakan putaran lagi dan Liliana seketika menunduk dalam, alunan musik seketika berhenti. Jeda untuk beberapa saat sampai anak-anak itu tersadar bahwa mereka sudah sangat terpesona akan tarian Liliana. Mereka sontak bertepuk tangan.

Liliana mengangkat kepalanya lalu tersenyum lebar. Ia mengedarkan pandangannya lalu membungkuk memberi salam.

“Yang Mulia Putri!” sebuah teriakan mencuri perhatian semua orang disana.

Liliana mengangkat kepala dan melihat pelayannya berlari tergopoh-gopoh sambil mengangkat roknya. Raut Liliana yang semula menunjukkan kebahagiaan kini berubah dingin saat Sabil sudah naik keatas panggung mendekati dirinya.

“Yang Mulia Raja ingin Anda hadir dalam jamuan makan malam. Mereka sudah menunggu Anda, Putri.”

“Aku sudah menyampaikan pada ayahanda, bahwa aku tidak bisa ikut dalam jamuan makan malam.”

“Saya sudah menyampaikan pesan Anda, Putri. Tapi, Yang Mulia Putra Mahkota Kareem membujuk Yang Mulia Raja untuk meminta Anda datang.” Sabil mengatakan itu dengan nada sedih.

Liliana mengambil napas panjang lalu menatap anak-anak sanggar. “Kalian bisa latihan sendiri, kan?” Mereka kompak mengangguk. Liliana tersenyum kemudian mulai melangkah menuruti tangga dengan raut dingin.

Liliana melangkah perlahan sampai membuat Sabil gemas sendiri. Sabil tahu, majikannya enggan untuk datang ke pesta jamuan makan malam karena memang, sejak tiga tahun lalu, Liliana menarik diri dari tugas sosial kerajaan. Bahkan jika memang harus berhadapan dengan tamu kerajaan, Liliana memilih untuk menutup sebagian wajahnya. Bukan tanpa sebab, yah … semua berawal dari peristiwa tiga tahun lalu.

Menghela napas, Liliana yang sudah didandani cantik oleh para pelayannya menunggu di depan pintu. Tak lama kemudian pintu terbuka. Ia masuk dengan anggunnya dengan kepala tertunduk. Saat sudah dekat dengan meja makan. Liliana memberi salam dan mengangkat kepalanya. Ia memberi salam kepada Kakak laki-lakinya—Pangeran Kareem yang merupakan putra mahkota Kerajaan Sayed lalu Putri Baraqi—Putri Mahkota Kerajaan Sayed dan terakhir memberi salam kepada Eliana dan juga Tariq.

“Saya meminta maaf atas keterlambatan saya, Ayahanda.” Liliana langsung meminta maaf.

“Duduklah, Putriku. Ini adalah kunjungan pertama kali Kakakmu. Harusnya kamu menyambutnya.” Raja Hujarat menasehati.

Liliana mengangguk kemudian duduk di sisi Putri Baraqi.

Ada sesuatu yang mencuri perhatian Tariq begitu Liliana masuk. Dia tahu kalau memiliki adik ipar perempuan. Jarak kelahiran Eliana dan Liliana hanya dua tahun, karena itulah, banyak tamu kerajaan yang salah mengenali—itulah yang didengar Tariq, karena itulah Liliana memilih menggunakan penutup wajah.

“Apa ada yang mengganggumu Pangeran Tariq?” Raja Hujarat bertanya pelan saat ia sudah mempersilahkan makan namun Tariq terus saja melempar pandangan pada Liliana.

“Ah ….” Tariq langsung menunduk kemudian memandang Raja Hujarat. “Tidak ada, Ayahanda. Mari makan.” 

Jamuan makan malam itu berjalan dengan baik. Eliana membuka pembicaran dan mereka saling mengobrol sambil menikmati hidangan khas Kerajaan Sayed.

Bila yang lain menikmati acara jamuan ini, berbanding terbalik dengan sosok Liliana. Dia hanya diam dan menjawab saat ditanya. Liliana ingin segera pergi dari sini.

***

Haiii … Saya muncul di Karyakarsa hehehe … Saya mau sampaikan, cerita ini akan tersedia gratis di sini. Tidak saya update di Wattpad 

Dan …

Apakah kalian sudah bisa menebak alur cerita ini? Hihih

Silahkan tinggalkan komentar kalian dan tekan ❤️ 

Jangan lupa ikuti saya, biar tidak ketinggalan update cerita 

Sampai jumpa di Episode selanjutnya … 

Karya ini GRATIS! Tapi kamu boleh kok kasih tip biar kreator hepi 🥰

Selanjutnya The King | Apa yang Terjadi?
1
2
Episode 2 | Apa yang Terjadi?***
Apakah konten ini melanggar ketentuan yang berlaku sesuai syarat dan persetujuan? Laporkan