Mata Batin

0
0
Deskripsi

Haruskah aku membutakan kedua mataku; menutupinya dengan selembar kain, kemudian menusuknya dengan sebilah belati, lalu membiarkan darah yang mengalir perlahan-lahan meredupkan cahaya yang dipeluk olehnya, sehingga tak ada lagi cahaya yang tersisa, digantikan oleh bayang-bayang gelap yang menakutkan. Mungkin hal itu terasa lebih baik meski terdengar menyakitkan, dan mengerikan. Sudah sepantasnya indera penglihatanku dilenyapkan. Mengapa? karena ia dapat melihat sesuatu yang seharusnya tidak dapat...

Cerpen ini juga bisa dibaca secara gratis di jawaslibrary.blogspot.com

Karya ini GRATIS! Tapi kamu boleh kok kasih tip biar kreator hepi 🥰

Sebelumnya Mobil Tanpa Sopir
0
0
Apa mungkin karena penglihatanku yang salah, atau mungkin karena diriku yang terlalu mabuk di malam ini sehingga pikiranku menjadi kacau, secara tak sengaja aku melihat sebuah mobil aneh yang berjalan normal di hadapanku, tepat ketika aku dan sepeda motor yang aku kendarai terpaksa berhenti di perempatan jalan akibat lampu merah. Aku tidak tahu apa merk mobil tersebut, tetapi warna kerangkanya terkesan sangat mahal; berwarna merah mengkilap tanpa terdeteksi adanya noda, debu, kotoran, atau lumpur yang menempel, bahkan di keempat rodanya.Aku melihat mobil itu melaju dari arah timur, lalu belok ke kanan di perempatan jalan, kemudian kembali melaju ke arah utara. Yang membuat perhatianku tertarik pada mobil itu ialah karena tak ada siapa pun yang mengemudinya. Bahkan aku yakin sekali jika tak ada satu pun orang di dalamnya. Hal itu aku ketahui saat kedua mataku terarahkan langsung pada jendela mobil itu yang kebetulan terbuka dan memperlihatkan keadaan kursi sopir yang kosong.Aku tahu keadaan dan kondisi pada malam ini tidak mendukungku untuk mengejar mobil yang melaju tanpa sopir tersebut. Suasana malam yang gelap dan semakin mencapai puncaknya, serta rintik-rintik hujan yang turun secara perlahan dan suara gemuruh guntur yang menggema di telingaku setiap menitnya, menyuruhku untuk pulang dan beristirahat. Namun, tingkat penasaranku pada mobil itu sudah melebihi sembilan puluh sembilan persen dan hampir mencapai seratus persen. Jadi, aku membulatkan tekadku untuk mengejar mobil itu meski dalam keadaan sedikit tidak sadar alias mabuk.Sebelumnya aku berpikir bahwa mobil itu memiliki mode ‘Auto Pilot’. Yang dimaksud ‘Auto Pilot’ sendiri ialah semacam teknologi canggih di bidang industri teleportasi yang memungkinkan sebuah kendaraan—terutama mobil—dapat melaju sendiri tanpa harus dikemudikan. Akan tetapi, aku harus memastikan apakah mobil itu benar-benar memiliki mode ‘Auto Pilot’. Sepertinya itu mustahil. Karena teknologi canggih semacam itu masih belum diterapkan di kota tempat tinggalku.Ketika lampu lalu lintas di bagian selatan menunjukkan warna hijau, aku langsung menancapkan gas sepeda motorku untuk melaju ke arah utara, mengejar mobil misterius yang kita bicarakan sebelumnya. Aku melaju dengan kecepatan sekitar 160 km/jam. Dengan kecepatan seperti itu, tidaklah mustahil bagiku untuk menemukannya.Aku menemukan mobil itu di perbatasan antara kota utama Big City dan kota bagian utara North Territory. Mobil itu semakin menambah kecepatannya saat aku mengejarnya. Sepertinya mobil itu telah menyadari bahwa aku sedang membuntutinya dari belakang. Aku sedikit heran. Mengapa hanya aku saja yang menyimpan kecurigaan pada mobil itu? Mungkin karena semua orang yang beraktifitas di malam ini terlalu sibuk dengan urusannya sendiri sehingga mereka tak menyadari keanehan pada mobil itu.Mobil itu semakin melaju kencang ketika jarakku sekitar kurang lebih satu meter di belakangnya. Kami saling kejar-mengejar layaknya adegan di film aksi Fast and Furious. Aku harap aku dan mobil itu akan berjumpa dengan lampu lalu lintas yang menunjukkan warna merah, sehingga adegan kejar-mengejar ini terpaksa dihentikan, diganti dengan diriku yang melompat dari sepeda motorku lalu berjalan menghampiri mobil itu untuk memecahkan rasa penasaranku. Sialnya, sepanjang perjalanan, aku dan mobil itu hanya menemukan jalanan lurus yang terus menuju ke arah utara.Akhirnya, aku melihat pertigaan di ujung jalan yang mengarah ke timur dan ke barat. Dan mobil itu memutuskan untuk belok ke arah timur, tak lama kemudian disusul olehku. Sayangnya mobil itu mengambil keputusan yang salah. Seandainya mobil itu tidak belok ke arah timur, melainkan belok ke arah barat, besar kemungkinan bagi mobil itu untuk tidak terjebak di sebuah tempat pembuangan sampah di kota bagian utara North Territory. Dan ini merupakan kesempatanku.Mobil itu terjebak di tempat pembuangan sampah, dan tak dapat berlari kemana-mana lagi sebab di sekeliling tempat pembuangan sampah tersebut dihadang oleh susunan pagar besi dan tumpukan sampah yang tingginya tak beda jauh dari gunung puteri tidur. Supaya mobil itu tidak ‘putar-balik’ dan kembali meloloskan diri, aku mengambil langkah gemilang dengan menutup pintu masuk yang menyatu dengan susunan pagar besi yang mengelilingi tempat pembuangan sampah tersebut.Hanya aku dan mobil itu saja yang berada di tempat pembuangan sampah itu. Mari kita lihat apa yang membuat mobil itu berjalan sendirian, tanpa adanya seorang pengemudi yang mengontrolnya. Apakah benar mobil itu memiliki teknologi ‘Auto Pilot’? Hmm, aku jadi semakin penasaranMobil itu mendadak menghentikan mesinnya setelah aku berada di dekatnya. Aku kemudian membuka pintu depan mobil itu, dan ternyata benar, tak ada satu pun orang di dalamnya. Aku juga memeriksa bagian kemudinya. Mobil itu memang tidak memiliki teknologi ‘Auto Pilot’. Lantas, apa yang membuat mobil itu melaju di jalanan tanpa bantuan seorang pengemudi untuk mengoperasikannya?Sebelumnya aku berpikir bahwa semua hal yang aku lakukan di malam ini hanyalah imajinasiku saja. Akibat terlalu mabuk, aku berangan-angan menyaksikan sebuah mobil tanpa sopir yang melaju di jalanan dan berhenti di tempat pembuangan sampah—padahal sebenarnya mobil itu memang sudah rusak dan tak dapat dipakai lagi sehingga pemiliknya membuangnya ke tempat yang seharusnya ini.Namun ternyata perkiraanku salah. Mobil itu bukanlah sebuah mobil, bukan pula sebuah kendaraan bermotor, atau benda-benda mati lainnya. Ketika aku mengeluarkan diriku dari mobil itu sembari menjauhinya untuk pulang ke apartemenku—untunglah aku mengambil langkah yang tepat itu—tiba-tiba saja mobil itu bertingkah aneh, membaurkan dirinya dengan keadaan lingkungan di sekitarnya, kemudian berevolusi menjadi sesosok makhluk hidup yang nampak menyeramkan.Aku tidak lagi melihat sebuah mobil dengan warna merah mengkilap seperti sebelumnya. Mataku hanya melihat sosok makhluk berbadan besar, berwarna hijau pucat, dengan tinggi sekitar tiga meter—atau mungkin lebih, tak memiliki mata, dan puluhan kaki berwujud sekumpulan serabut akar yang tebal, bermulut, dan berlendir. Makhluk itu jauh lebih naif daripada manusia, jauh lebih hina daripada hewan, dan jauh lebih mengerikan daripada monster. Aku tidak tahu sebutan apa yang sesuai untuk makhluk tersebut. Tapi, alangkah baiknya apabila aku tidak memikirkan hal itu, melainkan memikirkan nasib burukku saat ini. Aku sungguh menyesal karena telah membuntuti sesuatu yang mendatangkan mimpi buruk bagiku. Makhluk itu sengaja menyamar menjadi sebuah mobil untuk memikat daya tarik mangsanya—aku. Makhluk mengerikan itu langsung menjerat dan melilit tubuhku saat menyadari keberadaanku di tempat yang sama dengannya. Makhluk itu menjerat dan melilitku dengan memanfaatkan kakinya yang memiliki wujud aneh dan menjijikkan. Lilitannya begitu kuat, membuatku lemas tak berdaya. Ia menggunakan ronga mulut dan lendir di kakinya untuk menghisap darahku, persis seperti lintah yang suka menghisap darah manusia. Sejak saat itu, aku tidak lagi mengingat apa pun. Semuanya menjadi gelap dan sunyi seketikaFebruari, 16 2021 
Apakah konten ini melanggar ketentuan yang berlaku sesuai syarat dan persetujuan? Laporkan