
“Ketika hidupmu hanya tersisa kamu dan Tuhan, mulailah percaya lebih dalam… bahwa hidup itu adalah sebuah …."
CHAPTER 1: SIAP - SIAP
“ Ozaaann, Ozaaaann, Ozaaaaannn, ayooooooo” aku berteriak memanggil nama temanku di depan rumahnya karena kami berdua sudah siap untuk pergi “Iye iye sabar nih tinggal ambil sepatu” kata Ozan “ Cek lagi Zan jangan sampai ada yang ketinggalan” kataku. Hei kenalin namaku Angga Zein biasa dipanggil Zein hari ini tepat jam 15.00 WIB, Aku, Ozan, dan Ciko akan pergi camping di Gunung S, kami menggunakan mobil untuk perjalanan menuju kesana. Kami semua mempersiapkan semua hal yang diperlukan untuk camping ini, mulai dari tenda lipat, matras, tikar, pisau, kompor portable, gas kaleng, senter, jaket, korek gas, tali pramuka, dan tidak lupa semua membawa indomie masing-masing 15 bungkus karena rencana kami camping 3 hari 2 malam. “ Bawaan lu udah lengkap semua Ciko?” tanya Ozan “ Udeh aman tinggal gasss doang nih wkwk" kata Ciko. Aku merasa exicted banget untuk acara ini “Okey let's go kita berangkat friends” kataku “ Bismillah gassss cuy” teriak mereka serempak.
CHAPTER 2: PERJALANAN
“ Perjalanan membawamu bertemu denganku, ku bertemu kamu” Lagu dari penyanyi Tulus mengiringi perjalanan kami hanya Ciko yang menyetir mobil dan aku yang bangun sedangkan Ozan molor sejak dari berangkat tadi. Sudah 3 jam perjalanan kami lalui lewat jalan tol, kalau semua lancar tidak ada kendala insya Allah kami akan sampai 3 jam lagi di Base Camp Gunung S. “ Eh ..eh ada plang rest area 1 Km lagi tuh nepi dong kebelet nih” Ozan tiba-tiba bangun “Lah udah melek lu Zan” kata Ciko, iya Ko nepi bentaran pengen kencing juga nih, akhirnya kami masuk ke dalam rest area dan parkir dekat toilet. Semua pun keluar mobil dan berlari ke toilet termasuk aku. Setelah aku selesai duluan aku pun menunggu di tempat duduk yang ada tendanya dekat mobil, tiba-tiba ada seorang bapak menawarkan jualannya “ Perbannya nak kali aja berguna untuk anak” aku terheran dalam hati bertanya apakah boleh jualan di rest area? tapi penampilan bapak itu bukan seperti orang jualan dia memakai baju putih dan tidak lusuh sama sekali? “ Oh iya pak saya beli satu, berapa pak?" karena aku ga mau ribet aku akhirnya membeli satu, “Cukup 10.000 saja nak ini bapak kasih bonus 1 untuk penglaris” katanya “ Oh iya pak terima kasih pak” aku berkata sambil tersenyum. Akhirnya aku dapat 2 perban segera aku masukan ke dalam kantong tas bagian samping luar dan akhirnya teman-teman semua muncul dari toilet dan kamipun melanjutkan perjalanan.
CHAPTER 3: BASE CAMP
Akhirnyaaa..setelah 9 jam 30 menit kami akhirnya sampai di Base Camp , kami tidak mengira ternyata jalannya setelah mau masuk di kaki gunung S licin dan gelap sehingga kami melaju pelan-pelan hingga akhirnya kami sampai tepat jam 12 malam di Base Camp. Kami bermalam di rumah Pak Seger salah seorang warga yang memang menyediakan rumahnya untuk pada pendaki dengan sewa cukup murah hanya Rp 50.000 per malam saja. Kami pun segera menurunkan barang kedalam rumah agar besok sudah siap sedia untuk mulai pendakian, Ciko kebagian masak Indomie yang dikeluarkan dari tas masing-masing 1 Indomie untuk makan malam ini sedangkan aku dan Ozan memetik kol di sebelah rumah untuk dimasak ke dalam kuah Indomie. “ Aaaahh kenyang, ayo teman-teman kita segera tidur agar besok ga ada yang kesiangan dan fit untuk mendaki" kata Ozan. Kamipun mengiyakan dan segera menata tikar dan matras masing-masing untuk tidur tidak sabar untuk esok hari…
CHAPTER 4: PENDAKIAN
“Allahuakbar, Allahuakbar….” suara adzan Subuh berkumandang menandakan sudah jam 4.30 pagi, aku segera membangunkan Ciko & Ozan untuk bersiap-siap karena tepat pukul 07.00 pagi registrasi untuk pendakian sudah mulai dibuka. Kami pun bersiap-siap dengan kesibukan masing-masing, menata kembali tikar dan matras kedalam tas agar tidak ketinggalan saat mandaki nanti. Setelah semua selesai, sholat sudah, sarapan sudah, buang hajat sudah kami pun segera begegas ke tempat registrasi pendakian “ Udah ga ada yang ketinggalan semua udah di ceklist ya" tanyaku kepada Ciko & Ozan “ Yoi Ga aman udah gua cek sampe 2x” kata Ozan “Terbaik lu Zan” Ciko mengacungkan jempol kepada Ozan. Sampai di tempat registrasi tepat jam 07.00 pagi kamipun membayar Rp.20.000 untuk administrasi, mengisi form daftar bawaan barang, dan menyerahkan kartu identitas sebagai identitas kelompok mendaki, setelah semua beres kamipun dengan penuh semangat memulai untuk perjalanan mendaki. “Ciko, Ozan ayo kita mapping dulu untuk pendakian kita biar ga bingung” kataku pada mereka, “ Oh oke bener biar kita ga bingung” Ciko menimpali. Kamipun membuka Peta yang kami dapat saat registrasi tadi disitu tertulis tujuan pertama setelah dari Base Camp adalah Pos 1, Pos 2, Pos 3, Pos 4, Pos 5, Pos 6, Pos 7, Pos 8 dan akhirnya Pos 9 yaitu puncak Gunung S, Jarak antar Pos yang terpanjang adalah dari Base Camp ke Pos 1 sedangkan jarak ke antar Pos lainnya setelah Pos 1 lumayan agak dekat.
CHAPTER 5: HAL YANG TAK TERDUGA
Akhirnya kita bertiga sampai di Pos ke 6 yang artinya kita berada di lereng Gunung S, sudah tidak ada warung warga di Pos ini. jalanannya mulai sempit dan licin sehingga kita harus berhati-hati dalam menyusurinya “ Ngga,,gua asli cape bangat..istirahat dulu yuk” kata Ciko “ Iya Ngga, ada baiknya kita rest dulu kan dari Pos 1 kita ga berhenti” Ozan ikut menambahkan “Okey, okey kita istirahat dulu disini kita cari tempat yang agak lapang” kataku. Kamipun menemukan tempat yang agak lapang dan duduk diatas sebuah batang kayu yang roboh “Adeh cape banget gua” Ciko duduk sambil meluruskan kaki “ Ahh lemah lu makanya kurang-kurangin lu hahaha”.."Iya bener Ko kurang-kurangin lu hahahaha"..aku dan Ozan tertawa berbarengan “ Suee lu hahahaha” Ciko ikut tergelak bersama kami. Sudah 30 menit kami duduk beristirahat sambil bercerita tiba-tiba awan mendung mulai menggantung tebal pertanda mau hujan yang lebat, suasana menjadi agak gelap dan menjadikan jarak pandang menjadi terbatas “Guys kayanya kita cari tempat yang ada berteduhnya coz kayaknya hujannya gede nih” kataku “ Bener kata Angga, ayo kita jalan Ko” Ozan mengiyakan inisiatifku. Kamipun berjalan menyusuri jalan setapak di pinggiran lereng Gunung S, Tampak Jurang yang dangkal masih kelihatan pohon tumbuh di sisi tanahnya dan tampak juga jurang yang curam tidak kelihatan dasarnya. Benar juga dugaan kami hujan turun lebih cepat dari perkiraan sedangkan kami masih belum menemukan tempat yang ada naungan untuk berteduh, dan hujan turun sangat deras seakan akan tumpah semua dari langit, perasaanku seketika muncul rasa khawatir dan tidak aman “ Ozan, Ciko gimana ini kita udah kehujanan dan deras banget!” aku agak berteriak karena gemuruh hujan yang deras menutupi suaraku “Kita minggir aja dulu Ngga, ngeri jalannya ga keliatan deres bangett ini!” Ozan jg setengah berteriak menjawab pertanyaanku. Belum sempat kami melangkahkan kaki menuju pinggiran lereng tiba -tiba dari arah atas terdengar gemuruh yang sangat cepat!!! ternyata itu adalah air bah yang membawa longsoran lumpur!! kami bertiga tidak sempat menghindar!! ,, kejadiannya begitu cepat!! aku masih sempat mendengar Ciko berteriak!!…lalu semuanya menjadi gelap….
CHAPTER 6: TERSADAR
“Uukhhh.. ” Aku membuka mataku dan aku merasakan sakit di sekujur tubuhku, aku tidak dapat menggerakan kakiku..bahkan untuk bergerak bangun saja aku belum bisa yang bisa aku gerakkan hanya kedua tanganku sepertinya tidak ada yang patah hanya terasa sakit disana sini. Setelah beberapa saat aku tersadar aku menyadari aku berada di dasar salah satu jurang dan tidak ada Ozan dan Ciko disekitar aku jatuh, kakiku sepertinya patah di bagian engkel hingga tidak bisa aku gerakkan untungnya aku membawa tas ransel di punggungku sehingga melindungi tulang bagian belakangku jika tidak mungkin akan fatal akibatnya. Aku hanya bisa merebah menghadap ke langit yang masih gelap karena masih hujan, entah berapa lama aku pingsan aku hanya bisa melihat ke jam tanganku menunjukan pukul 15.35 sore. Aku tidak tau bagaimana nasib Ciko dan Ozan aku hanya berharap mereka baik-baik saja… . Aku belum bisa menggerakkan badanku, semuanya masih terasa sakit.. entah apa yang terjadi aku benar-benar belum bisa menggerakan badanku aku hanya bisa merebah menghadap ke atas.. aku berpikir situasi ini berbahaya untukku bagaimana jika ada binatang buas ada di dasar jurang ini sedangkan aku tidak bisa menggerakan badanku… .Aku harus segera melakukan kontak dengan siapapun untuk memberitahu situasiku..aku merogoh sakuku dan mengambil handphoneku …aku lihat layar handphoneku gelap aku sentuh berulang kali tetap gelap.. padahal aku sudah charge baterainya semalam full saat beristirahat di Base Camp, berarti bukan karena baterai habis.. tapi karena rusaaaak! “Sial !!” kataku.. aku hanya bisa menghela nafas karena masih merasakan sakit disemua badanku. Setelah sekian lama aku hanya terbaring aku berpikir bagaimana aku harus bergerak agar bisa pindah ke tempat yang aku rasa lebih aman, “ Ohhh iyaaa!” aku setengah berteriak! aku teringat perban yang aku beli di rest area kemarin aku merogoh di samping luar tas ransel dan “ Yessss !" aku bersyukur meletakkan perban itu di samping luar tas ranselku.
CHAPTER 7: TERSADAR 2
Setelah susah payah dan menahan rasa sakitt yang luar biasaa, aku berhasil mengikat bagian tumit dan engkel kakiku, aku melihat ke sekelilingku dan aku melihat ada ceruk seperti goa di arah kepalaku. Aku meraih batang kayu di sebelah kananku dan aku mulai mencoba dan memaksa untuk bergerak menuju tempat itu, “ Ahhhh.. arrrgghhhh.. errrghhh.” setiap aku bergerak aku mengerang kesakitan tapi aku paksa! aku harus bergerak menuju tempat yang lebih aman. Akhirnya aku berhasil sampai di ceruk yang ada di arah kepalaku, seharusnya ini lebih aman karena aku berada di dalam ceruk jika ada longsor lagi aku tidak akan terkena longsoran seperti tadi. Aku berusaha bersandar di dinding ceruk agar aku bisa mengambil peralatan dan makanan yang ada di dalam tas ransel, setelah berhasil aku arahkan ransel ke bagian depan aku ambil matras aku gelar di sampingku, aku ambil pisau dan korek gas yang untung sudah aku persiapkan di awal keberangkatan, syukurlah aku membawa Indomie untuk bertahan hidup karena aku sama sekali tidak bisa berdiri untuk mencari makanan. Malam menjelang aku lihat di jam tanganku sudah menunjukan jam 20.23 malam aku berhasil membuat api unggun disampingku dari kayu kayu dan daun kering tidak terkena hujan yang ada disekitarku . .sambil makan Indomie mentah pikiranku melayang ke nasib Ciko dan Ozan, apakah mereka berhasil survive seperti aku atau tidak, ke arah manakah mereka jatuh sehingga tidak ada di sekitarku, apakah mereka selamat, apakah mereka baik-baik saja, apakah ada yang akan datang menolong kami.. saat semua pikiran muncul di otakku..tiba-tiba aku teringat,,, aku tersadar bahwa aku masih punya Tuhan..aku masih punya Tuhan Yang Maha Esa di atas sana.. aku menangis dan mulai berdoa " Tuhan semoga Ozan dan Ciko selamat, semoga ada pertolongan untuk kami, semoga semua baik-baik saja…aaaamiiinn.. sayup-sayup aku mulai memejamkan mata karena mulai mengantuk . . .
CHAPTER 8: HARI KE-7
Sudah hari ke-7 aku di ceruk ini ..malam pertama, kedua sampai malam ke-6 syukurlah tidak ada marabahaya binatang buas tampak dan mendekatiku. Setiap bertemu malam aku selalu berdoa kepada Tuhan untuk melindungiku dan menjagaku dari marabahaya saat aku tertidur dan ini benar-benar dikabulkan oleh Tuhan aku menjadi semakin tersadar bahwa hidup ini semuanya ada di dalam genggaman-Nya. Aku bertahan hidup hanya dengan makan Indomie saja dan aku lihat hanya tinggal 1 bungkus saja, entah bagaimana aku bisa bertahan lagi jika indomie sudah habis dan belum ada pertolongan yang datang. Malam mulai menjelang lagi..aku mulai lagi membuat api unggun..sambil makan Indomie terakhirku . . aku menengok ke jam tanganku sudah menunjukan jam 21.46 malam . .mataku mulai berat . .dalam hati aku berdoa “ Tuhan jagalah aku saat tertidur , hamba pasrahkan hidup hamba hanya kepada- Mu Tuhan Aaamiiinn” .."Anggaaaaaa! Anggaaaaaaaa!!, Anggaaaaaaaaaaa!!!" Aku bermimpi Ciko berteriak memanggilku… “ Anggaaaaaaaa!…Anggaaaaaaa!” teriakannya makin kencang di dalam mimpiku . . “ Anggaaaaaaaaa!!!” Teriakan Ciko semakin nyata..aku sayup-sayup membuka mata dan mulai sadar bahwa teriakan itu bukan mimpiii. Saat aku membuka mataku aku melihat beberapa cahaya obor agak jauh dari ceruk aku yakin itu adalah Ciko.." Cikooooooo !!! Cikooooo!! Tooolooooongggg ! Aku Disiniiiiiiiii !!" Aku berteriak dan berinisiatif mengambil batang kayu bekas api unggun aku nyalakan lagi memakai korek gas dan aku ayun-ayunkan sambil berteriak memanggil Ciko “ Cikooooooooooooooo!! disiniiii , Tolonggggg!!!” Aku lihat cahaya obor itu semakin mendekat dengan berlari dan tampaklah sosok Ciko yang semakin berlari mendekat ke ceruk. “ Alhamdulillah Anggaaaaa , kamu selamat!” Ciko berteriak sambil menangis.. ingin memelukku, aku ikut menangis dan menahan Ciko memelukku karena badanku yang sakit “ Oyyy jangan peluk sakit semuaaa ini ” aku gembira dan menangis bersamaan melihat Ciko dan beberapa tim SAR Gunung S menemukanku. Aku dibawa menggunakan dragbar dan badanku diikat sedemikian rupa sehingga saat dragbar dinaikan ke atas menggunakan tali aku tetap aman, aku langsung diarahkan kembali ke Base Camp agar bisa dibawa ke Rumah Sakit terdekat. Saat perjalanan menuju Base Camp Ciko memberitahu bahwa Ozan ditemukan terlebih dulu dalam kondisi menyangkut di pohon masih hidup dan langsung dibawa ke Rumah Sakit aku merasa lega mendengarnya dan Ciko bisa selamat karena dia terjatuh di semak yang tebal sehingga tidak mengalami cidera yang parah. Kata Ciko kenapa aku lama sekali diketemukan karena tempat aku jatuh terhalang oleh pepohonan jika dilihat dari atas sehingga saat tim SAR dan Ciko melintas tidak ada yang menyangka bahwa di balik pepohonan ada dasar jurang. “ Tim dan gue sempat merasa putus asa Ngga buat nemuin lu, tapi di hari ke-7 saat gue melintas lagi di jurang tempat lu jatuh di malam hari senter yang gue pegang kelepas dan saat jatuh masih menyala makanya gua dan tim coba untuk turun karena cuma dasar ini yang belum kita explore dan bener ada lu di dasar" Ciko menjelaskan, saat itu aku terdiam dan kembali tersadar bahwa ini benar-benar pertolongan dari Tuhan, Tuhanku Allah SWT aku menangis dan bersyukur atas pertolongan-Nya.. “ Oyy kenapa lu nangis masih sakitkah” Ciko panik melihat aku menangis." Aku hanya tersenyum dan menggelengkan kepala. Akhirnya aku dirawat di Rumah Sakit yang sama dengan Ozan, orang tua kami langsung datang untuk melihat kondisi anak-anaknya dan setelah beberapa minggu aku dan Ozan diperbolehkan pulang kembali ke rumah masing-masing.
SEKIAN
Karya ini GRATIS! Tapi kamu boleh kok kasih tip biar kreator hepi 🥰
