
Lima puluh tahun setelah Daybreak, dunia dilanda kekacauan akibat munculnya Tower Dungeon. Arya, seorang Hunter Rank E, terpisah dari partynya saat menghadapi boss lantai sepuluh, Succubus Tyrant di Tower of Lust. Terjebak dalam kegelapan dan terluka parah, ia harus bertahan hidup dan mencari jalan kembali, sementara bahaya mengancam di setiap sudut.
Chapter 2 : Terpisah oleh kegelapan
Lima puluh tahun telah berlalu sejak Daybreak terjadi, kini dunia bukan lagi tempat yang sama. Kemunculan dari ke Tujuh Tower Dungeon telah mengubah segalanya mulai dari tatanan sosial, ekonomi, hingga keseimbangan kekuatan global. Menara-menara itu berdiri menjulang, seperti monumen abadi sekaligus mimpi buruk yang tak pernah berakhir. Meskipun sebagian distrik sudah bisa menyesuaikan diri, dari bayangan Outbreak yang menghantui mereka dari setiap sudut kehidupan.
Di masa awal, para Awakener adalah harapan terakhir umat manusia. Namun, seiring berjalannya waktu, organisasi tunggal yang menaungi para Awakener terpecah menjadi berbagai Guild dan Asosiasi. Perpecahan ini dipicu oleh perbedaan ideologi—ada yang percaya bahwa menara harus dihancurkan sepenuhnya, ada yang menganggapnya sebagai sumber kekuatan yang harus dimanfaatkan, dan ada pula yang melihat menara sebagai gerbang menuju kekuasaan tak terbatas.
Seiring berkembangnya teknologi dan pengetahuan tentang Tower Dungeon, istilah Awakener mulai terlupakan. Mereka yang bertarung melawan ancaman Outbreak kini dikenal sebagai Hunter—profesi yang diidolakan sekaligus ditakuti oleh orang-orang.
Para Hunter juga dibedakan menjadi lima rank, dan para Hunter tidak bisa melakukan rank up ke rank diatasnya. Jadi seandainya kau berada di Rank E maka kau akan tetap menjadi Rank E yang lemah dan bisa jadi beban untuk anggota partymu.
1. Rank S – Elit di antara elit. Mereka adalah legenda hidup, pemimpin guild besar, atau individu yang mampu menghadapi lantai tertinggi Tower Dungeon sendirian.
2. Rank A – Hunter kelas atas dengan kekuatan luar biasa. Biasanya menjadi komandan tim besar atau penguasa Guild kecil.
3. Rank B – Hunter berpengalaman yang bisa diandalkan dalam misi tingkat menengah hingga tinggi. Mereka menjadi tulang punggung dalam banyak operasi.
4. Rank C – Hunter tingkat menengah yang mampu bertahan dalam dungeon rendah dan sesekali ikut misi besar, tetapi dengan risiko tinggi.
5. Rank E – Hunter terlemah, sering kali disebut "beban" oleh rekan-rekan mereka. Mereka hanya diizinkan mengambil misi kecil dan sering dianggap tidak memiliki masa depan di dunia Hunter.
Ketidakmampuan untuk naik Rank menciptakan jurang besar antara Hunter yang kuat dan yang lemah. Bagi Rank E, harapan untuk menjadi lebih kuat seperti mimpi kosong. Kebanyakan dari mereka hanya bisa bertahan dengan menyelesaikan misi rendah berulang kali demi bertahan hidup.
***###***
Distrik Seraphine, Tower of Lust
Distrik Seraphine, sebuah distrik yang dulu terkenal sebagai kota pusat budaya dan hiburan dunia sebelum Daybreak terjadi. Bangunan megah, panggung teater, dan galeri seni yang dulu dipenuhi senyum dan tawa kini hanya tinggal kenangan. Setelah kemunculan salah satu tower yaitu Tower of Lust, distrik ini berubah drastis. Keindahan yang pernah menjadi kebanggaan Seraphine kini tertutupi oleh bayang-bayang gelap menara itu.
Tower of Lust, menara keempat dari Tujuh Tower Dungeon adalah salah satu yang paling berbahaya. Tidak seperti menara lain yang hanya dihuni oleh monster ganas atau makhluk raksasa, menara ini penuh dengan jebakan ilusi, daya pikat, dan kekuatan yang bisa membelokkan pikiran siapa pun yang masuk. Hanya Hunter dengan kemauan kuat yang mampu bertahan di dalamnya. Bahkan Hunter Rank B sekalipun kerap kali kehilangan akal sehat mereka saat menyusuri lantai menara yang penuh tipu daya itu.
Sementara itu disudut kota, lebih tepatnya di salah satu kedai yang ada di kota tersebut. Terlihat Arya, Hunter Rank E yang sedang berkumpul dengan anggota partynya membahas mengenai misi mereka hari ini untuk membersihkan lantai lima.
Di kedai yang redup, udara terasa berat, dipenuhi oleh aroma kopi dan asap rokok yang menyesakkan. Di tengah kerumunan Hunter yang lebih berpengalaman, Arya duduk di meja kayu tua bersama dengan ketiga anggota partynya.
Mereka ada Rayhan Hunter Rank C, sekaligus leader dari party Beyond. Dimana dia menggunakan sebuah pedang besar sebagai senjatanya, dan armor yang menyelimuti tubuhnya.
Nisa, Hunter Rank B yang berperan sebagai healer sekaligus penyihir sehingga menjadi peran penting bagi party mereka.
Terakhir ada Bram, Hunter Rank C Tanker dari party yang bertugas menahan serangan iblis sekaligus melindungi anggota party dari musuh yang menyerang.
Arya yang duduk terdiam di kursi dengan meja kayu tua, jari-jarinya menekan cangkir kopi yang sudah dingin. Matanya memandangi ketiga anggota partynya yang tengah sibuk berbicara, merencanakan strategi untuk misi hari itu. Suasana kedai siang itu yang terlihat suram semakin terasa menyesakkan. Pintu kayu berderit setiap kali seseorang masuk atau keluar, membawa hawa dingin yang semakin menyusup ke dalam tubuh Arya.
Rayhan yang duduk di ujung meja, mengambil pedang besar miliknya dengan tenang. Senjatanya itu bukan hanya simbol kekuatannya, tetapi juga ketangguhannya dalam menghadapi segala situasi. Dia memandang Arya sejenak, matanya begitu tajam, namun ekspresinya tetap tenang.
“Kita berangkat sekarang, dan kita pasti bisa mendapatkan jantung boss lantai sepuluh.” Kata Rayhan, rendah namun tegas. “Arya, kamu juga harus waspada jangan sampai terpisah dari kami lagi, awas saja jika sampai terpisah, kami tinggal!.”
Arya mengangguk pelan, namun keraguan masih mengganjal di benaknya. Dia tahu betul kemampuannya jauh di bawah Rayhan, Nisa, dan Bram. Bahkan sebagai Hunter Rank E, dia merasa seperti beban dalam party ini. Meski begitu, dia berusaha untuk tetap berdiri tegak, berjuang bersama mereka meskipun sering kali hanya bisa membantu dengan sedikit kemampuan yang dimilikinya.
Saat mereka melangkah keluar dari kedai, sinar matahari siang itu yang pucat menyambut mereka. Distrik Seraphine tampak suram, bayangan menara yang menjulang tinggi di kejauhan membuat udara terasa berat. Arya berjalan di belakang Rayhan, Nisa, dan Bram, langkahnya sedikit tertinggal. Dengan, pedang kecilnya yang terlihat usang tergantung di pinggang, pedang yang ia beli murah dari toko senjata beberapa tahun lalu saat pertama kali menjadi Hunter. Terlihat seperti senjata yang tampak remeh memang dibandingkan pedang besar milik Rayhan atau perisai kokoh yang dibawa Bram.
“Hei, Arya jangan melamun.” Ucap Nisa lembut namun juga tajam. “Kalau kamu melamun, nyawamu akan hilang dalam hitungan detik saja.” Memastikan kalau Arya tetap mengikuti mereka di belakang.
Tak berselang lama, mereka tiba di gerbang masuk Tower of Lust. Menara yang menjulang tinggi, memancarkan aura keemasan samar yang begitu menyeramkan. Di depan mereka terdapat puluhan Hunter dari berbagai rank berlalu-lalang, melakukan misi mereka. Ada yang memeriksa senjata, ada yang berdiskusi tentang strategi, sementara beberapa Hunter hanya berdiri diam dengan wajah mereka yang tampak pucat dengan rasa takut.
Rayhan menoleh ke Arya yang berdiri kaku. “Kau siap?”
Arya menelan ludah dan mengangguk pelan. “Ya… aku siap.”
Rayhan mendengus pelan. “Ingat, ini bukan permainan. Jangan sekalipun kau mengabaikan perintahku.”
Mereka pun berjalan melewati gerbang, dan sesaat kemudian dunia berubah. Udara dingin menusuk tulang, seolah-olah mereka telah melangkah ke dimensi lain. Langit di dalam menara tampak seperti kabut merah muda, cahaya samar menyelimuti seluruh ruangan. Dindingnya berkilauan, membentuk ilusi indah namun penuh ancaman.
Lantai pertama Tower of Lust terbentang di hadapan mereka—hutan lebat dengan pepohonan berwarna ungu gelap. Bayangan dari pepohonan itu seolah bergerak, mengikuti langkah mereka.
Selama perjalanan, mereka sesekali bertemu iblis tingkat rendah seperti lesser demon atau demon goblin yang mudah mereka habisi. Rata-rata yang membunuh iblis tersebut adalah Rayhan dan juga Bram, sedangkan Nisa membantu mereka berdua dari belakang, lalu bagaimana dengan Arya, dia hanya diam bersiaga di belakang seandainya kalau ada musuh yang lolos dari pengawasan Rayhan dan juga Bram.
Ketika mereka melangkah lebih dalam ke hutan lantai pertama, suasana semakin mencekam. Suara gemerisik daun dan bisikan angin seperti menggoda pikiran mereka. Cahaya merah muda yang menyelimuti area itu semakin terasa menipu, memberikan perasaan bahwa mereka terus diawasi. Arya merasakan keringat dingin mengalir di pelipisnya meskipun udara di sekitar terasa beku.
Lantai pertama berhasil mereka selesaikan dengan mudah, tangga menuju lantai dua sudah berada tepat di hadapan mereka. Tanpa ragu seluruh anggota party berjalan menaiki tangga yang menuju lantai dua, lantai yang berada di atas mereka sekarang.
Tak berselang lama, lantai demi lantai berhasil mereka lalui bersama, kombinasi antara Rayhan, Bram, dan Nisa sungguh membuat Arya terpukau dengan kerjasama mereka. Hal itu tentu saja membuat Arya merasa memang menjadi beban bagi partynya sendiri.
***###***
Lantai sepuluh, Tower of Lust
Setelah melewati lantai demi lantai yang dipenuhi jebakan dan ilusi, akhirnya mereka tiba di lantai sepuluh, tempat sang boss lantai menanti. Udara di sini lebih berat, dan setiap langkah terasa seperti menembus kabut tebal yang berisi tekanan tak kasat mata.
Di hadapan mereka, sebuah ruangan besar terbentang. Dinding-dindingnya dihiasi dengan kristal merah muda yang memancarkan cahaya redup, memberikan kesan indah namun berbahaya. Di tengah ruangan itu, sesosok makhluk wanita duduk di atas singgasana kristal. Succubus Tyrant, nama yang sudah dikenal sebagai boss lantai sepuluh, berdiri dengan aura menggoda yang membekukan darah siapapun yang melihatnya.
“Selamat kalian telah berhasil sampai disini, tapi apa kalian mampu untuk mengalahkanku.” Ujar Sang boss lantai Succubus Tyrant dengan lantang.
Iblis yang memiliki postur tinggi dan ramping, dengan lekuk tubuh yang anggun namun mengintimidasi. Kulitnya berwarna ungu gelap dengan semburat merah, memberikan kesan iblis yang elegan sekaligus menakutkan. Rambut panjang hitam keunguan terurai seperti sutra, berkilauan dengan energi gelap.
Sepasang sayap besar seperti kelelawar menjulur dari punggungnya, dengan selaput yang tampak seperti dilumuri darah dan dihiasi pola seperti rune iblis. Tangannya ramping dengan kuku tajam seperti belati, mampu merobek musuh dengan mudah.
Memakai baju perang berbahan kulit hitam dengan aksen merah, dihiasi dengan ornamen berbentuk tengkorak dan duri. Baju ini memberikan perlindungan minimal namun memaksimalkan kelincahan. Sepatu bot tinggi yang menutupi lututnya, dihiasi dengan ukiran rune gelap.
Arya yang berdiri di barisan paling belakang, memegang pedang kecilnya dengan tangan yang gemetar. Ketika Succubus Tyrant berbicara, suaranya menggema, memenuhi ruangan dengan daya tarik yang aneh. Rayhan segera maju dengan pedang besarnya, mengarahkan ujungnya ke arah makhluk itu.
“Kita akan mengalahkanmu.” Ujar Rayhan penuh percaya diri. Bram dan Nisa bersiap di belakangnya, membentuk formasi yang sudah terlatih.
Namun, sebelum mereka sempat menyerang, Succubus Tyrant mengangkat tangannya, dan kristal merah muda di dinding ruangan mulai bersinar terang. Sebuah gelombang energi melesat keluar, menghantam seluruh ruangan dengan kekuatan yang mematikan.
Arya yang tidak siap dengan serangan mendadak itu, terhempas ke dinding dengan keras. Bahkan, dinding dari ruangan itu tampak runtuh memisahkan Arya dengan anggota partynya dan jalan keluarnya tertutup oleh reruntuhan. Yup, tanpa siapapun tau kalau Arya terpisah dari party dan itu terpisahkan karena kecerobohannya sendiri yang tidak serangan tersebut. Kepalanya mulai terasa berputar, dan rasa sakit menyebar ke seluruh tubuhnya. Dia bisa mendengar suara teriakan Rayhan yang memanggil namanya, walau suaranya terdengar cukup samar.
***###***
Karya ini GRATIS! Tapi kamu boleh kok kasih tip biar kreator hepi 🥰
