
Setelah mengungkapkan perasaannya pada sahabat masa kecilnya, Maya harus menghadapi penolakan yang menyakitkan dari Rama. Terpuruk dalam kesedihan, dia merasa hancur saat melihat Rama dengan kekasih barunya. Namun, kehadiran seorang asing yang peduli mampu membantu Maya melihat cahaya di tengah kegelapan. Dalam hujan yang deras, Maya menemukan dukungan tak terduga dan belajar untuk melanjutkan hidup dengan memaafkan dan melepaskan rasa sakitnya.
Cerpen 1 : Kisah cinta yang tertunda
Memendam sebuah perasaan sendiri memang menyakitkan, apalagi orang yang disukai olehku adalah sahabat masa keciku yang sering bersama denganku. Namun, hari ini aku ingin mengungkapkan perasaanku pada Rama jadi saat ini aku tengah menunggunya di halaman belakang sekolah yang memang jarang dilalui oleh murid lain.
Dengan perasaan gugup, aku terus menunggu kehadiran sahabat masa kecilku tersebut. Sahabat sekaligus cinta pertamaku, selama bertahun-tahun aku memendam perasaan ini sendirian. Selama itu pula, aku menuliskan perasaan yang ada di dalam diriku ke dalam sebuah buku diary agar aku bisa mengenang perasaanku tentang dirinya.
"Maya, ada apa memintaku kesini?" Tanya Rama yang datang menghampiriku, dan sebuah senyuman pun mulai mengembang di kedua bibirku.
"Rama, sebenarnya ada yang ingin aku bicarakan denganmu." Jawabku dengan perasaan gugup sekaligus tidak bisa tenang ketika melihat wajah laki-laki yang selama ini menghantui diriku.
"Ya!" Gumamnya sambil menganggukkan kepalanya yang membuatku semakin gugup sekaligus gelisah akan apa yang akan aku utarakan saat ini.
"A..aku menyukaimu, Rama." Dengan tergagap, aku akhirnya mengucapkan perasaanku kepada laki-laki yang menjadi sahabat masa kecilku hingga sekarang.
Rama terdiam, matanya memperhatikanku dengan serius. Aku bisa merasakan kegelisahan yang memenuhi diriku, menunggu dengan napas tertahan akan responsnya. Beberapa detik terasa seperti berabad-abad, hingga akhirnya Rama memberikan tanggapannya yang membuat hatiku terasa sakit.
"Maaf, Maya.. aku menghargai perasaanmu tapi..." Sebelum Rama benar-benar menyelesaikan ucapannya, entah kenapa hatiku terasa sakit saat mendengarnya. "Aku sudah mempunyai seorang kekasih, jadi maaf Maya." Seketika hatiku terasa sangat sakit ketika mendengar lanjutan dari ucapan laki-laki di depanku.
Rasa sakit yang begitu menusuk hatiku saat mendengar kata-kata itu. Selama ini, aku telah memendam perasaan ini begitu dalam, dan sekarang semua harapan itu hancur begitu saja. Rasanya seperti ada sesuatu yang mencabik-cabik hatiku dari dalam. Aku tetap berusaha tersenyum, mencoba menyembunyikan kekecewaanku di balik senyuman palsu yang aku berikan.
"Tidak apa, Rama. Mungkin aku yang terlambat untuk mengatakannya padamu." Ucapku seraya menahan tangis serta rasa sakit yang menimpa hatiku.
Setelah kata-kata terakhirku terlontar, aku merasakan dunia berputar dalam keheningan yang menyiksaku. Hatiku terasa hampa, hancur oleh kenyataan bahwa cinta yang selama ini kujaga dengan begitu hati-hati, ternyata hanya menjadi impian yang tidak pernah terwujud.
Rama menatapku dengan pandangan penuh penyesalan, dan aku bisa merasakan betapa sulit baginya untuk mengucapkan kata-kata penolakannya. Aku ingin berlari, menjauh dari tempat ini yang hanya mengingatkanku pada perasaan sakit dan kekecewaan yang mendalam.
Namun, aku tetap bertahan di tempatku, mencoba mempertahankan harga diriku meskipun hatiku hancur berkeping-keping. Aku tahu aku harus kuat, aku harus melangkah maju meskipun langkahku terasa berat dan ragu.
"Rama, akhirnya ketemu juga." Sebuah suara yang memanggil Rama, membuat kami menatap ke arah sumber suara dan melihat seorang gadis seumuranku tengah berlari ke arah kami lebih tepatnya ke arah Rama.
"Nina, ada apa?" Tanya Rama sambil tersenyum manis kepada gadis yang berlari ke arahnya.
"Sedari tadi aku mencarimu, tau." Ujar Nina dengan wajah merajuk dan cemberutnya, bahkan dia tak segan untuk memeluk lengan Rama.
Aku yang melihat interaksi mereka, membuatku semakin sakit hati dan aku bisa menebak kalau gadis itu adalah kekasih Rama sekarang. Hatiku terasa seperti ditusuk-tusuk oleh rasa sakit yang semakin dalam. Aku ingin sekali berlari menjauh dari situasi ini, tapi kakiku terasa lumpuh di tempat.
"Jadi, agar cewek cantik ini enggak merajuk lagi." Ujar Rama dengan nada menggoda pada Nina yang wajahnya mulai memerah.
"Kencan, sepulang sekolah nanti." Balas Nina dengan nada malu-malunya, yang entah kenapa membuatku jijik melihatnya.
Rama dan Nina terlihat semakin mesra, mereka berdua berbicara dan tertawa tanpa henti. Melihat mereka bersama membuatku semakin terpuruk dalam kesedihan. Aku merasa seperti orang ketiga yang tidak diinginkan di situasi ini. Aku mencoba menyembunyikan perasaanku yang hancur di balik senyum palsu. Aku berpura-pura baik-baik saja meskipun hatiku sedang remuk. Tetapi di balik semua itu, aku tahu bahwa aku harus melupakan perasaan ini. Aku harus belajar melangkah maju dan menerima kenyataan bahwa cintaku tidak akan pernah terwujud.
Rama dan Nina juga mulai berjalan meninggalkanku disini tanpa sepatah katapun yang dilontarkan oleh Rama ataupun gadis itu, hal tersebut membuatku semakin sakit hati dengan sikap mereka berdua. Aku hanya terdiam sambil memandang kedua orang tersebut yang sedang kasmaran tersebut, perasaan sakit hati karena perasaanku yang tertolak serta sikap Rama yang membuatku semakin sakit hati.
Aku jatuh terduduk di atas rumput sambil terus menahan air mataku, namun yang aku lakukan hanyalah sia-sia saja. Sebab rasanya sangat sakit, dan di tengah-tengah tangisanku. Aku kembali teringat dengan momen-momen indah saat bersamanya, dimana saat SD dulu aku dan Rama sering bermain dan jalan-jalan bareng. Seperti bagaimana kami berlari-lari di halaman sekolah, berbagi bekal makan siang di bawah pohon rindang, atau bahkan saat kami saling berbagi cerita di malam hari. Semua itu menjadi bagian dari masa lalu yang aku tidak akan bisa kembali lagi.
Bahkan waktu SMP pun kami sering jalan-jalan ke pantai, guna melepas penat bersama di kala banyaknya tugas dan tanggung jawab kami sebagai seorang murid SMP tahun terakhir. Semua kenangan manis itu entah kenapa membuatku semakin larut ke dalam tangisku, bahkan langit seperti merasakan apa yang aku rasakan saat ini dan aku membiarkan air hujan mulai membasahi tubuhku ini.
Di tengah hujan yang semakin deras, aku merasa beban yang ada di pundakku terangkat. Aku kembali membiarkan air hujan membasahi wajah dan menyatu dengan tangisanku dengan derasnya air hujan. Rasanya seperti aku sedang melepas semua kekecewaan dan kesedihan yang selama ini kusimpan.
Hingga air hujan yang membasahi tubuhku, kini seperti terhalang oleh sesuatu dan melihat sebuah payung yang membuatku melirik ke arah orang yang menghalangi air hujan yang turun. Dia hanya diam saja dan tersenyum padaku tanpa mengucapkan sepatah katapun, serta dia hanya berdiri dengan dua payung untuk menghalangi air hujan yang bisa saja membasahi tubuh kami.
"Luapkan saja emosi dan amarahmu, jangan buat dirimu seperti ini, Maya." Aku yang mendengar ucapannya, seketika membuatku melupakan emosi yang ada di dalam diriku ke dalam tangisanku sendiri.
Aku tidak mengerti tentang laki-laki yang memayungiku sekarang, tapi aku harus berterima kasih padanya telah membuat patah hati ini terasa lebih ringan dan mudah aku terima. Bahkan dari seorang asing pun, aku bisa merasakan kehangatan dan kepedulian yang membuatku merasa sedikit lebih baik.
"Aku tidak tahu siapa kamu, tapi terima kasih." Ucapku dengan suara parau, di antara suara hujan yang semakin deras.
***The End***
Karya ini GRATIS! Tapi kamu boleh kok kasih tip biar kreator hepi π₯°
