Cerpen 4 : Kehilangan tak terduga

0
0
Deskripsi

Cinta dan kebahagiaan Dito mencapai puncaknya saat ia melamar Elsa, kekasih yang telah menemani hidupnya selama empat tahun. Namun, takdir berkata lain. Malam yang seharusnya menjadi kenangan indah berubah menjadi tragedi yang tak terduga. Ketika cinta sejati dihadapkan pada kehilangan yang tak terelakkan, mampukah Dito menemukan cara untuk melanjutkan hidup tanpa belahan jiwanya? Kehilangan yang Tak Terduga adalah kisah haru tentang cinta, kehilangan, dan kekuatan untuk menerima kenyataan.

Kehilangan yang tak terduga

By. Rizalda

Mempunyai seorang kekasih sesuatu yang didambakan oleh semua termasuk denganku yang merasa bersyukur bisa memiliki seorang kekasih yang begitu cantik dan menawan. Saat ini aku sedang makan malam bersamanya di sebuah restoran ternama di kota kami, dan disela-sela kesibukan kami yang begitu padat. Membuat kami bisa melakukan kencan seperti sekarang, dan malam ini aku berniat untuk melamarnya.

"Elsa, aku ingin bicara sesuatu denganmu." Ucapku dengan nada serius pada Elsa yang telah selesai menyantap kue yang dia pesan.

"Tentu saja, Dito." Balasnya dengan wajah yang penuh antusias serta kebahagiaan saat mendengar ucapanku.

"Sudah empat tahun kita bersama, perasaanku padamu tetap tidak berubah sama sekali dan maukah kamu menikah denganku, Elsa." Ucapku sambil mengeluarkan sebuah kotak kecil yang berisi sebuah cincin yang telah lama aku persiapkan untuk malam ini.

"Oh, Dito! Aku juga merasa sama. Tentu saja, aku mau menikah denganmu!" Jawabnya dengan suara gemetar karena terharu dengan kejutan yang aku berikan.

Kuraih tangannya lalu bersiap untuk memasangkan cincin yang telah aku beli jauh-jauh hari, dengan perlahan aku mulai memasukkan cincin tersebut ke dalam jari manisnya. Perasaan bahagia dan senang mulai hinggap di hatiku, bahkan aku tidak menghiraukan suasana restoran yang begitu ramai karena ulahku tapi yang pasti ini adalah sebuah momen yang tidak bisa aku lupakan nantinya.

Elsa menatap cincin yang telah tersemat di jarinya dengan tatapan penuh cinta, lalu dia bangkit dari tempatnya duduk lalu memelukku dengan erat. Rasanya seperti semua yang kita impikan akan segera menjadi kenyataan. Kami dikelilingi oleh sorot lampu restoran yang hangat, tetapi bagi kami, saat itu hanya ada kita berdua yang saling terpaut ke dalam cinta yang tak pernah tergantikan.

Setelah itu kami menghabiskan malam itu dengan senyuman dan candaan, hingga malam semakin larut sehingga membuat kami terpaksa harus meninggalkan momen penuh kenangan ini bersama-sama.

"Aku antar pulang ya, Elsa." Ujarku menawarkan diri untuk mengantar pulang kekasihku itu.

"Maaf ya, merepotkan." Balasnya dengan nada bicara yang lembut disertai dengan senyumannya yang begitu manis.

"Tidak apa kok, lagipula aku yang memintamu untuk datang, jadi ayo masuk." Ucapku sambil membukakan pintu mobil untuknya, dan setelah itu dia langsung masuk ke dalam mobil milikku tersebut.

Setelah itu, aku masuk ke kursi kemudi sebelum akhirnya menjalankan mobilku menuju ke kediaman kekasihku ini. Selama perjalanan pulang kami isi dengan percakapan yang penuh akan kebahagiaan serta antusiasme kami yang tak terbendung. Kami berdua terus bercerita tentang rencana pernikahan kami, mimpi-mimpi masa depan yang kami bagikan, dan semua hal yang akan kita lakukan bersama sebagai pasangan yang akan segera menikah.

Namun, takdir berkata lain. Saat di sebuah perempatan, dan lampu lalu lintas kami menunjukkan lampu hijau sehingga membuatku menjalankan mobilku. Dan disaat bersamaan sebuah truk muatan dari sebelah kiri, melaju dengan kecepatan tinggi sehingga membuat mobil yang kami tumpangi tertabrak oleh mobil truk tersebut.

Suara tabrakan yang cukup keras terdengar oleh semua orang yang ada di perempatan tersebut, dan dengan kecepatan tinggi truk tersebut membuat mobil kami terseret hingga beberapa ke kanan. Rasa sakit yang terus menyerang tubuhku, membuatku tidak bisa berpikir jernih dan yang kulakukan sekarang hanyalah melindungi Elsa dari maut ini.

Aku meraih tubuh Elsa dengan cemas, mencoba melindunginya dari dampak tabrakan yang mengerikan itu. Aku bisa merasakan rasa sakit yang begitu menusuk tubuhku, tetapi fokusku sepenuhnya pada keselamatan Elsa. Saat mobil akhirnya berhenti berputar, aku yang panik melepaskan pelukanku dan melihat Elsa yang memejamkan matanya.

"Elsa, kau baik-baik saja?" Tanyaku panik, yang melihat darah yang mengalir dari dahinya.

Aku merasakan dunia seakan runtuh di sekitarku. Apalagi ketika melihatnya dalam keadaan seperti ini membuatku merasa putus asa. Aku berusaha tetap tenang meskipun kepanikan merayapi diriku, ditambah dengan Elsa yang tak kunjung membuka matanya.

Beberapa saat kemudian, suara sirine ambulans terdengar semakin dekat. Aku merasa lega karena bantuan akan segera datang. Aku tetap berada di samping Elsa, memegang tangannya dengan erat sambil berdoa agar dia bisa selamat.

Petugas medis tiba dan dengan segera mengambil alih situasi. Mereka dengan cepat mengevaluasi keadaan Elsa dan tak butuh lama mereka pun membawanya ke ambulans. Aku mengikutinya dengan hati yang berdebar kencang, berharap akan mendapatkan kabar baik.

Di dalam ambulans, aku terus mendampingi Elsa, mencoba memberinya semangat dan kekuatan. Meskipun takut dan cemas, aku berjanji pada diriku sendiri bahwa aku akan selalu berada di sampingnya, tidak peduli apa pun yang terjadi. Walau dengan tubuhku yang terluka karena berusaha melindunginya, dan aku tidak mempermasalahkan luka-luka yang ada di tubuhku ini selain keselamatan kekasihku ini.

Dengan perasaan campur aduk, aku terus memegang tangannya dalam perjalanan menuju rumah sakit. Pikiranku dipenuhi oleh berbagai harapan dan ketakutan. Aku berdoa agar Elsa bisa pulih dengan cepat dan tidak mengalami cedera yang serius.

Sesampainya di rumah sakit, petugas medis segera membawa Elsa ke unit gawat darurat. Aku dibiarkan menunggu di luar dengan hati yang berdebar-debar. Setiap detik terasa seperti sebuah tahun, dan aku merasa tidak bisa melakukan apa-apa selain berdoa. Hingga aku memutuskan untuk menghubungi keluarga kami menggunakan ponselku yang layarnya sudah retak karena benturan yang terjadi.

"Hallo, paman. Elsa kecelakaan." Ucapku dengan nada gemetar, dan aku bisa mendengar diseberang sana yang dipenuhi oleh kepanikan.

"Saat ini kami sudah di rumah sakit, dan Elsa belum keluar dari UGD." Lanjutku sambil menjelaskan tentang situasi yang kami alami. "Baik, paman aku tunggu kedatangannya." Imbuhku sambil mematikan telepon tersebut yang terhubung ke ayah Elsa.

Setelah memberikan kabar pada keluarga Elsa, kini aku memutuskan untuk mengabari keluargaku yang pastinya khawatir denganku juga. Hingga beberapa saat, dokter yang menangani Elsa keluar dari UGD yang membuatku berdiri.

"Bagaimana keadaan Elsa, Dokter?" Tanyaku dengan suara yang penuh kecemasan.

"Saya mohon maaf, saudara Elsa tidak bisa kami selamatkan dan dia sudah meninggal karena cedera yang dialaminya." Jawab Dokter yang memberikan belasungkawa padaku.

Aku hanya terdiam saja saat mendengar jawaban dari dokter tersebut, seketika perasaanku hancur bagaikan sebuah kaca. Aku tidak menyangka semua ini benar-benar terjadi padakul, padahal baru saja kami menghabiskan waktu di restoran untuk makan malam dan disaat itu juga aku melamarnya.

Hingga sebuah suara langkah kaki yang mendekat ke arah kami, namun aku tidak mendengarkan hal tersebut dan memilih untuk masuk ke dalam UGD guna memastikan perkataan dokter barusan. Di dalam sana, aku bisa melihat tubuh Elsa yang terbaring di atas brankar rumah sakit dan tubuhnya juga hendak di tutup oleh perawat yang mengurusnya.

Aku kembali terdiam, melihat tubuh Elsa yang telah terbujur kaku di atas brankar rumah sakit. Perasaan sakit dihatiku tidak bisa aku bendung lagi, hingga akhirnya aku berbalik dan mendapati keluargaku dan keluarga Elsa yang juga menangisi kepergian Elsa. Aku berjalan ke arah mereka, dan ibuku yang sadar pun mendekat ke arahku dan memelukku dengan erat.

Dalam pelukan ibuku, aku merasakan kesedihan yang begitu mendalam. Air mata kami bercampur, mencerminkan rasa kehilangan yang tak terukur. Aku merasa kalau duniaku terasa hancur atas kehilangan Elsa, cinta sejatiku, telah pergi untuk selamanya.

***The End***

Karya ini GRATIS! Tapi kamu boleh kok kasih tip biar kreator hepi πŸ₯°

Selanjutnya JK Cerpen 4 : Sang Atlet
0
0
Arman, seorang guru yang menjalani hidup tenang, tiba-tiba diteror oleh pesan misterius yang mengungkit masa lalunya. Bayangan kelam malam perpisahan sepuluh tahun lalu kembali menghantui, membawa ancaman nyata ke depan pintunya. Siapa dalang di balik balas dendam ini? Dalam kegelapan yang mencekam, Arman harus menghadapi dosa-dosanyaβ€”atau menjadi korban berikutnya.
Apakah konten ini melanggar ketentuan yang berlaku sesuai syarat dan persetujuan? Laporkan