
Tulisan ini dibuat malam hari ketika sedang menyantap semangkuk Indomie rebus dengan potongan sayur, telur setengah matang, dan sedikit cabe diatasnya. Cerita cinta anak kasmaran yang akan selalu menyenangkan untuk diingat dan diceritakan kembali.
Kalau diingat-ingat, momen paling menyenangkan ketika makan indomie adalah ketika makan bareng kamu di salah satu burjo daerah kampus. Waktu itu aku masih mahasiswa baru, mana tau kalau warung burjo ternyata lebih terkenal dengan menu Indomienya daripada menu bubur kacang ijo sesuai namanya sendiri.
“Kamu mau pesan apa?” Ingat sekali, waktu itu kamu antusias bertanya agar aku tidak perlu repot-repot pesan ke mas-mas burjo, yang ternyata lebih familiar disapa aa' burjo
“Es teh aja deh kak”
“Mau makan nggak?”
“Boleh”
“Indomie ya?”, lalu aku memagut tersenyum
“aa', indomie dua, yang satu Indomie rebus pakai sayur sama telor setengah matang, ditambah cabe iris dikit aja. Satu lagi Indomie goreng nyemek satu pakai telur yang matang. Minumnya es teh dua ya aa’'”
Waw, aku terpesona bahkan hanya karena kamu terlihat keren ketika memesan makanan di burjo. Terlihat begitu lancar, lugas, gagah, dan penuh senyum.
Kita duduk di meja paling belakang, berhadap-hadapan. Bisa dibilang ini adalah agenda “nge-date” pertama kita setelah pertemuan pertama di stasiun dan pertemuan tidak sengaja kedua di kampus. Sebenarnya bukan nge-date juga karena belum tentu kamu juga suka denganku. Jadi kalau boleh jujur, aku masih sangat gugup, malu, juga canggung.
Setelah duduk aku mulai berpikir mencari topik pembicaraan atau sekadar mencari pertanyaan basa-basi supaya pertemuan ini tidak membuat kamu merasa menyesal. Tapi ternyata aku berpikir lebih lama dari biasanya dan kamu lebih dulu menemukan topik pembicaraan itu
“Gimana jadi maba? Udah ikut apa aja?” Selalu, kamu selalu bertanya dengan penuh antusias. Rasa keingintahuan yang terpancar dari nada bicara serta alismu yang naik satu berhasil membuatku merasa senang dan tersanjung.
“Ya.. kaya gitu” Bodoh, aku menjawab langsung tanpa berpikir dengan penuh malu dan rasa gugup. Mau ku teruskan bicara tapi aa’ burjo sudah duluan datang ke meja kita membawa dua gelas es teh dan Indomie
“Ini a’ minum sama Indomienya”, Katanya sambil meletakkan dua gelas es teh, satu piring Indomie goreng dan satu mangkok Indomie rebus. Ternyata, pengunjung juga dipanggil aa’.
Aroma indomie tercium menusuk hidung, aroma kaldu bawang yang sangat khas dari Indomie rebus membuatku reflek menarik napas dalam-dalam. Menikmati sedapnya Indomie dari asap yang mengepul sambil tersenyum, melihat wajah kamu yang selalu, tampan dengan lesung pipi.
“Aku suka banget Indomie nyemek Ra, ini makanan penyelamat. Kalau lagi nggak ada uang, lagi stress, atau lagi laper banget. Mienya sengaja ada airnya sedikit meskipun judulnya Indomie goreng” Cerita kamu sambil mengaduk mie di piring. Aku tersenyum mengangguk-angguk.
“Berarti, sekarang lagi stress, nggak ada uang, atau lagi laper banget, Kak?” Tanyaku iseng
“Hahaha nggak semuanya sih” Tawamu lepas, ah manis sekali. “Lagi bahagia kali ya, jadi pesen Indomie” imbuhmu
Aku tertawa, jantungku berdegup kencang layaknya orang-orang jatuh cinta yang diceritakan di wattpad atau novel. Perutku terasa seperti ada kupu-kupu yang menggelitik. Ya Ampun, ternyata begini rasanya berada di puncak kasmaran. Jawabanmu tadi, berhasil membuatku senyum-senyum sepanjang menikmati Indomie kuah.
-
Dulu, Indomie bagiku cuma makanan biasa meski rasanya memang enak. Sebagai anak rumahan pada umumnya dengan orang tua yang bisa dibilang strict, makan Indomie selalu diberi batasan seminggu satu kali atau bahkan sebulan hanya boleh dua kali. Jadi tidak ada istimewanya.
Tapi semenjak agenda nge-date pertama kita, aku jadi selalu senyum-senyum tiap makan Indomie karena ingat jawaban kamu yang katanya “lagi bahagia”. Ya, meskipun aku juga nggak tau apa yang buat kamu bahagia saat itu.
Sekarang aku selalu menantikan jadwal makan Indomie di rumah. Bahkan sesekali tiap selesai kelas di kampus, aku pergi ke burjo untuk sekadar makan indomie. Menikmati enaknya Indomie, juga mengenang momen kita makan Indomie bersama.
-
Yah, meski pada akhirnya tidak banyak lagi waktu yang bisa kita habiskan bersama. Setidaknya ada momen membekas yang membuatku selalu merasa nikmat dan bahagia ketika makan Indomie. Makan Indomie selalu mengingatkan ku tentang momen itu, selalu berhasil membuatku senyum-senyum sendiri. Selalu berhasil membuat rasa Indomie yang sudah enak jadi tambah enak 1000 kali lipat. Rasanya seperti perasaan jatuh cinta pertama kali. Tidak pernah bosan dan selalu menyenangkan.
#CeritadanRasaIndomie
Karya ini GRATIS! Tapi kamu boleh kok kasih tip biar kreator hepi 🥰