Tiba-tiba Nikah sama Bu Dosen (Bab 1, Bab 2)

1
0
Deskripsi

Bermula dari Radit Anggara Mahardika yang di kerjain sama temennya suruh dateng ke Acara Cari Jodoh dan Nikah Gratis dan bilang itu acara Casting Film, bikin Radit tiba-tiba saja nikah sama Kirana Larasati yang ternyata adalah Dosennya di Kampus Barunya.

Kirana sendiri yang baru saja putus cinta karena di khianati pacarnya sangat frustasi dan sedih, belum lagi orang-orang dan Keluarganya terus bertanya-tanya kapan Kirana menikah karena Kirana sudah 27 tahun, membuat rasa frustasinya meningkat. Belum...

Bab 1: Casting Film?

*****

"Hey, Radit."

Mendengar namanya di panggil, pria bernama Radit itu menoleh dengan bosan kearah temannya yang tiba-tiba tersenyum dan memanggil namanya itu.

"Apa? Kenapa Lo senyum seperti itu? Jangan membuatku merinding deh."

"Lo katanya mau jadi Aktor?"

"Kenapa mesti tanya hal yang jelas? Gue benar-benar kesal, pada Kakek yang tidak setuju itu, padahal Mimpiku ingin jadi Aktor Terkenal, dia malah memaksaku Kuliah di Jurusan Management yang paling gue benci, mana sekarang malah di usir dari rumah sama suruh pindah kampus, benar-benar menyebalkan," ucap Radit dengan nada kesal.

"Itu karena lo tukang bikin masalah."

"Sialan, gue kesini bukan buat denger nasehat dari lo yang nyebelin itu, tapi minta bantuan, katanya mau bantu cari tempat casting film yang bagus? Kan Lo banyak koneksi ke Dunia Hiburan."

Mendengar itu, Cakra kembali tersenyum karena ingat ide lucu ketika melihat suatu iklan yang dia lihat di Sosial Media.

"Gue denger, Minggu depan bakal ada Casting Film di Gedung Pertemuan di Jalan Y, nanti di sana tinggal daftar aja, terus Lo bakal di suruh Akting jadi Pengantin gitu, semakin bagus lo mendalami peran sebagai Calon Pengantinnya, semakin besar kemungkinan bisa di terima!!"

"Hah? Jadi gue cuman suruh akting nikah gitu?"

"Nah! Bener banget dit! Pokoknya nanti ikutin aja instruksi orang-orang disana!"

"Oke deh, besok Gue bakal coba kesana," ucap Radit terlihat antusias itu.

Cakra yang mendengar itu, diam-diam tertawa, karena baru saja menjahili teman baiknya itu.

'Alah, nanti juga pas sampe sana dia juga sadar itu bukan acara casting tapi acara cari jodoh sama nikah gratis, ya kalik dia gak sadar. Habis nyebelin banget dari kemarin tanya-tanya soal casting film, apa gak tau kalau gue juga takut kena marah sama Kekek dia yang galak itu? Kalau sampai ngenalin dia ke orang-orang di Dunia Hiburan?'

Itu adalah sebuah lelucon yang berakhir dengan hal yang bahkan tidak akan pernah Cakra duga, apalagi Radit.

Beberapa hari kemudian, Radit yang percaya percaya saja sama temannya itu tentunya bersiap ke acara casting yang dikatakan temannya itu. Tempat yang dia datangi adalah sebuah gedung pertemuan.

Di depan gedung itu, ada tulisan besar tertulis 'Nikah Gratis', membuat Radit sedikit heran.

"Eh? Ini benar kok gedung yang di beritahu oleh Cakra," katanya heran sambil mengecek lagi sharelok yang dikirimkan oleh temannya dan memang gedung ini tempat tujuan Radit.

"Hmm, apakah tulisannya itu hanya untuk latar belakang saja? Biasanya memang tempat syuting memang kadang seperti ini, mungkin agar terlihat seperti pernikahan nyata?"

Jadi tanpa banyak berpikir, Radit bertanya pada salah satu petugas keamanan disana.

"Pak, Tempat pendaftarannya di sebelah mana ya?"

"Owh, disana, nanti tinggal bawa KTP aja, sama fotocopy KK."

Radit tentunya sedikit heran kenapa pendaftarannya pakai KK segala, biasanya juga daftar cuman pake KTP aja buat data-data.

"Kalau soal KTP sih dia udah punya tapi kalau fotokopi KK..."

Radit mulai mengecek ponselnya, dan ternyata benar ada foto KK miliknya yang sempat buat ngurus pindahan kampus.

"Pak kalau tempat fotocopy sebelah mana?"

"Di depan sana ada."

Mendengar itu, Radit buru-buru menuju ke tempat fotocopyan, karena jatwal hari ini cukup padat, kalau nanti antri lama-lama urusannya bisa gawat.

'Duh, nanti sore kan musti ke Kampus baru buat ngurus administrasi tambahan soal pindahan, kalau sampe telat, Kakek nanti bisa tambah marah lagi, gawat lah!'

Dengan itu, Radit segera buru-buru ketempat fotokopi, tapi ternyata tempat itu cukup ramai dan banyak yang antri.

"Duh, apaan sih, gue duluan yang kesini!!" ucap Radit ketika melihat seorang gadis yang juga kebetulan sampai disana di saat yang sama.

"Enggak bisa dong, jelas aku duluan yang sampe sini!" ucap gadis itu terlihat marah dan berdiri di depan antrian Radit. Radit tengu saja kesal dan menarik gadis itu.

"Ukhh, apaan sih, enggak bisa! Gue tuh buru-buru gak bisa antri lama-lama!!"

"Emangnya cuman kamu doang yang buru-buru!! Aku juga keburu ada perlu!!"

"Kan Gue duluan yang datang!"

"Apakah kamu gak ngerti Lady First?"

"Aturan dari mana tuh cewek duluan? Jangan ngada-ngada ya! Bilang aja pengen nyela antrian!!"

Keduanya saling menatap tajam tidak ada yang mau mengalah, bahkan sampai antrian mereka akhirnya tiba.

"Saya dulu Pak, mau ngeprint!" ucap Radit langsung pada petugas fotokopian.

"Tidak, tidak, saya duluan Pak," ucap gadis itu sambil memberikan dokumen yang sudah siap difotokopi.

"Gak bisa lah, gue duluan pokoknya!!"

"Aku duluan!!"

Sampai ada seseorang datang memanggil nama gadis itu,

"Rania, kamu udah belum sih fotokopinya kok lama?"

"Belum lah, Kirana, ini malah ada orang nyebelin nyela antrian ku!" tunjuk Rania kesal sambil menujuk kearah Radit.

Tatapan Kirana bertemu dengan tatapan tajam Radit yang masih terlihat kesal itu.

Radit yang tiba-tiba melihat gadis bernama Kirana itu cukup terteguh sesaat, tidak bisa memalingkan tatapannya ketika tatapan mereka saling bertemu. Kirana tentunya segera tersenyum ramah pada Radit, lalu tatapannya segera kembali kearah temannya,

"Udahlah, Rani biarin aja dia fotokopi duluan."

"Tapi, Rara, dia itu nyebelin banget masa gak mau ngalah gitu?"

"Jangan gitulah, Rania, kita kan gak buru-buru banget."

"Tapi kan kamu udah butuh cepet..."

Tentunya lamunan Radit segera buyar setelah mendengar keluhan Rania.

"Kan dengerin itu kata temenmu, udah gue duluan aja."

"Dasar Bocah nyebelin gak tahu tata krama!"

"Hey! Siapa yang kamu panggil bocah hah??!!" umpat Radit kesal.

"Udahlah, Rani jangan emosi gitu... Maaf ya, temen saya ini emang kadang suka gini kalau lagi badmood," ucap Kirana sopan mencoba menengahi pertengkaran antara keduanya.

"Hmph, aku anggap masalah ini lewat, karena kamu udah minta maaf. Lagian Mbaknya kok mau temenan sama tuh orang yang suka emosian gitu? Apa Mbak gak kesel?" Ucap Radit lagi.

"Apa kamu bilang!! Sembarangan aja ya kalau ngomong! Dasar gak sopan!!" ucap Rania marah.

"Udahlah, Rani...." ucap Kirana lagi sambil menarik tangan temennya itu, lalu Kirana hanya tersenyum pada Radit seolah memberi kode agar melewatkan masalah ini.

Radit pun tentunya hanya membalas senyuman Kirana dan mengangguk, lalu memberikan flashdisk pada petugas fotokopian agar KK nya segera di print.

Selama menunggu, Radit diam-diam melirik kearah Kirana yang sekarang asik ngobrol sama temennya itu di agak jauh, karena entah kenapa tidak bisa memalingkan wajahnya.

'Wah, Mbaknya itu Cantik juga, mana sopan lagi, gak kayak temennya itu nyebelin.'

Sayangnya lamunan Radit tidak berlangsung lama karena petugas fotocopy segera memberikan hasil print-printnan yang Radit minta.

Melihat print-printnannya sudah selesai, entah kenapa Radit merasa tidak puas, terutama karena artinya dirinya harus segera pergi dari tempat itu, yang artinya juga sudah tidak bisa melihat gadis yang baru di temuinya itu. Jadi setidaknya, Radit mencoba bersikap sopan dan menyapa lagi,

"Duluan, ya Mbak."

"Tentu," balas Kirana sambil tersenyum.

"Kirana apaan sih, masih nyapa orang nyebelin itu, hpmh," ucap Rania kesal, sambil menunjukkan permusuhan yang jelas pada Radit, Radit tentunya membalas dengan tatapan menusuk yang sama.

"Dasar cewek galak!!!"

Rania berniat marah lagi, namun di cegah oleh Kirana.

Sedangkan Radit hanya tersenyum memandangi Kirana sambil melambaikan tangannya, Kirana yang melihat itu merasa sedikit aneh namun membalas lambaian tangan Radit.

Mungkin karena Radit tidak memperhatikan jalan, jadi dia malah tergelincir dan jatuh ke lantai, Rania tentunya respon tertawa.

"Rasain tuh!!"

"Jangan gitu lah," ucap Kirana, walaupun dia juga ingin tertawa karena sikap aneh Radit itu, namun dia menahan diri dan mendekati Radit mencoba untuk membantunya,

"Kamu gak papa?"

Mendengar itu, wajah Radit jelas berubah menjadi memerah karena merasa sangat malu, dia buru-buru bangun dari lantai, dan berkata,

"Aku gak papa!! Beneran gak papa!! Udah ya, aku buru-buru pergi dulu!!"

Radit yang merasa sangat malu itu tentunya segera pergi dan melarikan diri dari sana.

'Duh, malu banget sial!! Kok bisa sampai kepleset segala sih... Ah bikin malu aja kan...'

Tapi masih ada sedikit rasa penyesalan di hati Radit, karena mungkin mereka tidak akan pernah bertemu lagi. Itu hanya salah satu pertemuan singkat yang biasa-biasa saja, namun wajah gadis yang di lihatnya tadi, tidak kunjung hilang dari pikirannya.

'Ah, harusnya tadi basa-basi apa kek, biar bisa kenalan, malah bikin malu aja.'

Radit jadi tidak fokus ketika melakukan prosedur pendaftaran di gedung pertemuan yang dia sendiri tidak tahu, karena pikirannya masih terbayang-bayang di tempat fotocopyan tadi.

"Mas nya masuk aja, nanti Calon Pengantinnya udah ada di dalam, tinggal pilih aja nanti yang sekiranya cocok," ucap petugas yang ada di gedung pertemuan setelah selesai mendadani Radit dengan baju Jas lengkap ala pengantin Pria.

Radit tentunya sedikit bingung dengan kata-kata petugas tadi, namun dia hanya ikut-ikutan saja dan menuju ke ruangan yang disebutkan.

'Owh, mungkin maksudnya lawan main Castingnya tinggal milih aja? Sepertinya begitu masuk langsung suruh akting kalik ya.'

Dan disanalah Radit terkejut ketika melihat wajah cantik yang familiar yang saat ini mengenakan gaun pengantin yang indah.

'Eh... Itu kan Mbak-mbak Cantik yang tadi!'

Jadi tanpa pikir panjang, mengabaikan pria-pria yang mengerumuni Kirana, Radit langsung maju duluan ke depan Kirana, sambil mengulurkan tangannya,

"Mbak mau gak jadi pasanganku?"

Kirana sendiri cukup terkejut dengan hal-hal yang tiba-tiba saja terjadi, apalagi melihat wajah yang familiar di depannya, sayangnya sebelum dia bisa merespon dengan baik, petugas lain datang dan menyela,

"Pasangan berikutnya, silahkan masuk."

Mendengar itu, karena Radit tidak ingin Kirana di ambil orang lain, dia buru-buru meraih tangan Kirana dan masuk kedalam mengikuti Instruksi petugas.

"Ayok, Mbak langsung aja gimana? Gak papa kan?" ucap Radit dengan ekspresi santai.

Kirana yang mendengar itu terdiam sesaat, tengah berpikir sambil melihat sekelilingnya, melihat deretan Pria-pria yang ada disana sambil membandingkannya dengan pria yang meraih tangannya itu, terutama memperhatikan wajah mereka.

"Boleh?"

Dan begitulah keduanya akhirnya memasuki Aula Pernikahan, sayangnya hanya Kirana saja yang gugup. Radit sendiri hatinya sangat gembira, dan memandang kearah samping.

'Akting jadi pengantin mah gampang, tinggal nanti Ijab Kabul aja kan? Udah hafal mah itu.'

Jadi setelah menerima selembar kertas dari petugas yang bertuliskan nama lengkap pengantin wanitanya, Radit menghafalnya dengan cepat.

"Mbak Kirana Larasati kan? Aku Radit Anggara Mahardika."

"Ya, salam kenal."

Namun mereka tidak bisa berbicara terlalu lama karena sudah buru-buru dipanggil oleh petugas.

"Pengantin Pria dan Wanitanya sudah siap?"

Menanggapi itu, Radit jelas menjawab dengan yakin,

"Sudah siap, Pak!"

"Baik kalau begitu, Ijab Kabulnya segera di mulai."

Sang penghulu segera membacakan ijab Kabulnya, dan sekarang giliran Radit.

"Saya Terima Nikahnya, Kirana Larasati binti Brian Bramantyo dengan Mas Kawin cincin emas di bayar tunai!"

"Saksi Sah?"

"Sah!!"

Dan begitulah akhirnya acara berlangsung dengan cukup cepat, bahkan ada sesi foto-foto dengan buku nikah mereka, tentunya Radit mendalami perannya sebagai pengantin pria, mulai dari mencium kening Kirana, sampai berpose mesra saat foto bersama.

Ketika sesi foto selesai dan mereka di suruh menunggu di ruang tunggu, akhirnya Radit merasa lega dan berkata pada Kirana,

"Gimana Mbak, Aktingku udah bagus kan? Kita berdua pasti bakal di lolos Audisi nih! Terus bisa dapet peran bagus!"

 

*****

 

Bab 2: Kapan Nikah

 

*****

"Gimana Mbak, Aktingku udah bagus kan? Kita berdua pasti bakal lolos Audisi terus bisa dapet peran bagus!" ucap pria yang sekarang menjadi Suamiku.

Jelas, aku kaget banget dong dan engga ngerti apa yang dia maksud, aku sendiri masih binggung apa yang terjadi sampe tiba-tiba aja gitu nikah. Dari awal dia tiba-tiba keliatan antusias banget ngajakin jadi pasangan, sampai langsung di ajak ke pelaminan.

Padahal awalnya aku datang kesini ya cuman buat coba cari jodoh aja, tau-tau malah salah masuk ruangan terus malah di dandani, dan langsung suruh pilih pasangan buat di ajak nikah.

Emang bisa ya, tiba-tiba banget gini, karena ini Acara Nikah Massal Gratis?

Terus tiba-tiba aja banyak pria-pria dateng nanya-nanya ini lah, itu lah, bikin aku binggung, dan bikin aku pengen melarikan diri dari sana. Sampai tiba-tiba aja, pria yang tadi ku lihat di tempat fotocopyan muncul.

Mungkin karena dari pada yang lainnya, dia kelihatan paling mencolok, apa karena wajahnya yang tampan sangat serasi sama baju pengantin yang dia pakai?

Ampe aku enggak bisa nolaknya, dan semuanya tiba-tiba aja gitu. Atau mungkin karena sudah lama aku ingin di lamar buat di ajak nikah?

Kalau di pikir-pikir ini dari mana awal semua masalah ini?

Semua memang gara-gara Mantan Pacarku yang kurang ajar itu yang gak pernah lamar-lamar aku, padahal udah mayan lama kita pacaran.

Dia yang kepergok selingkuh di belakangku, lalu minta putus tiba-tiba begitu ketahuan.

 

*****

Awalnya, saat itu aku berniat memberikan kejutan selamat ulang tahun ke pacarku, Reza, jadi aku bela-belain nih pagi-pagi banget dateng ke Apartemennya.

Mama tahu, yang menantiku di sana adalah hal yang tidak terduga, seseorang yang membukakan pintu untukku adalah wajah familiar yang aku kenal, salah satu juniorku di kampus dulu yang cukup dekat denganku.

"Fara? Kenapa kamu disini?" tanyaku terkejut.

Tentu melihat wajahku sepertinya tidak hanya aku yang terkejut tapi juga dia, dan tak lama setelah itu ada suara familiar lain yang terdengar.

“Siapa yang datang sayang? Apakah pesanan sarapan kita?”

Itu adalah suara Reza, seseorang yang sudah aku kencani selama empat tahun ini. Tiba-tiba saja, Aku memiliki firasat buruk tentang hal ini. 

"Ki--Kirana?" ucap Reza panik ketika menyadari kedatanganku. 

Hanya dengan melihat dua orang ini bersama, terlebih di pagi hari begini apalagi bagaimana mereka berdua mengenakan pakaian tidur, aku bisa menebak apa yang mungkin terjadi.

Memikirkannya saja membuat hatiku terasa sangat sakit. Rasanya kekecewaan menumpuk ketika melihat keduanya bersama. Bagaimana bisa, Fara seseorang yang aku anggap temanku sendiri berselingkuh dengan Pacarku?

Aku benar-benar tidak sanggup menahan penghianatan yang mereka berikan padaku.

Bagaimana mereka bisa melakukan semua ini padaku?

“Kalian!! Bisa-bisanya berselingkuh di belakangku!! Dasar kamu wanita Murahan!!”

Aku menjadi sangat emosi dan segera menampar Fara. Namun Fara segera bersembunyi di belakang, Reza.

“Tunggu dulu, Kirana!!”

Aku melihat bagaimana Reza ingin melindungi selingkuhannya itu dari amukanku, dan ini membuatku lebih marah lagi.

“Kamu tega za!!”

Aku benar-benar tidak tahan lagi melihat kenyataan pahit ini, empat tahun aku mencintainya dan melakukan segalanya untuknya, mulai dari membantunya menulis skripsi, sampai membantunya mengerjakan pekerjaannya di kantor sampai dia naik jabatan,  tapi apa balasan yang dia berikan padaku?

Aku segera melemparkan kue ulang tahun yang aku bawa ke wajahnya, hal ini bahkan tidak cukup untuk melampiaskan amarahku.

“Tega kamu Reza!!”

Aku masih belum puas dan berniat menampar wajahnya, namun tanganku malah di tepis olehnya."

“Cukup Kirana!!”

“Apanya yang cukup!! Tega kamu mengkhianatiku seperti ini!! Sebenarnya apa salahku sampai kamu setega ini?”

“Hah, rupanya kamu tidak sadar juga ya? Sebenarnya, aku sudah lelah dengan wanita membosankan sepertimu, yang hanya bisa belajar dan sangat sibuk itu. Kamu bahkan sangat hambar dan tidak ingin aku sentuh, penampilanmu juga sangat kuno!! Penampilanmu itu benar-benar seperti Ibu-ibu tua!”

Harusnya di sini aku yang marah namun kenapa malah aku yang kena marah? 

Ini benar-benar tidak masuk akal.

“Dasar bajingan kurang ajar!!”

Aku mencoba melepaskan tanganku, dan menendang selangkangannya dengan keras, membuat dia sampai merintih.

“Kirana!!! Kamu berani sekali melakukan ini pada Reza!!”

Kali ini giliran Fara yang maju, aku benar-benar tidak mengira si pelakor itu ternyata masih punya muka untuk maju?

Aku segera menjambak rambutnya.

“Dasar penghianat murahan!!”

“Akhhh!!! Lepaskan aku!! Itu jelas bukan salahku jika pacarmu berselingkuh! Tidakkah kamu dengar dari Reza bahwa kamu itu wanita membosankan? Kamu sangat buruk dan tidak bisa menghibur Kekasihmu sendiri sehingga dia lebih memilih aku dari pada kamu!!”

Hari itu sempat terjadi kekacauan besar di Apartemen Reza sampai ada petugas keamanan yang melerai kami. Hari tersial juga dalam hidupku.

Jadi setelah hari itu, aku memutuskan untuk pulang ke Rumah Keluargaku untuk melupakan kesedihanku. Hatiku masih terasa sakit dan belum bisa bercerita pada siapapun di dalam keluargaku, dan hanya bercerita pada sahabatku, Rania.

“Sudahlah, Rara, dia itu memang brengsek!! Kamu itu jangan menangis terus! Jangan buang-buang air matamu yang berharga untuk pria brengsek sepertinya!!”

Mendengar kata-kata penyemangat itu, aku mencoba menghibur diriku sendiri. Memang benar, apa gunanya menangis untuk pria brengsek sepertinya?

Sayangnya, hari-hari di Rumah Keluargaku tidak berjalan dengan baik.

"Kak Rara, kapan Kak Rara nikah? Jangan lama-lama dong, Pacarku tuh udah mau lamar aku, kan gak mungkin aku ngelangkahin Kakak buat Nikah duluan," ucap adikku Yasmine.

"Bener itu kata adikmu, kamu itu jangan lama-lama nikahnya, kapan itu Reza lamar kamu, Ra?" ucap Mamaku.

Hanya mendengar nama mantan pacarku saja sudah membuatku terasa muak. Aku masih belum mau menceritakan apa yang terjadi padaku, apalagi melihat mereka yang penuh harapan ingin melihat aku segera menikah, tapi bagaimana cara menjelaskannya?

Pacarku selingkuh, dan aku tidak akan menikah dalam waktu dekat?

Pasti Mama kecewa, dia sudah lama ingin aku segera menikah, namun aku selalu menunda ini karena Reza tidak kunjung melamarku, dan sekarang aku malah putus.

“Iya, Ma, kan ya butuh banyak persiapan.”

“Tapi jangan lama-lama, Kak.”

Aku hanya bisa mencoba memasang senyuman mendengar desakan mereka. Sayangnya pertanyaan itu tidak hanya muncul dari keluarga dekatku.

Satu mingguan aku menghabiskan waktu liburan di rumah, namun malah makin suntuk, gara-gara terus di tanya-tanyain 'Kapan Nikah'.

“Kirana, Kamu ini kapan Nikah? Lihat deh adik Sepupumu itu udah pada nikah lo.”

Kali ini Bibiku yang tanya. Aku benar-benar sangat kesal mendengar pertanyaan itu, hanya mencoba menahan emosiku dan memasang senyuman. 

“Nanti juga Bibi di Undang.”

“Nah, sebaiknya emang secepatnya, kan kamu udah lama Pacaran sama Reza itu, biar dia cepet-cepet lamar kamu lah ke jenjang yang lebih serius, jangan cuman pacaran doang.”

Tepat ketika mendengar nama 'Mantan Pacarku' di sebut, emosi marah dan kesal segera memasuki hatiku. Tentunya belum banyak orang yang tahu perihal aku yang baru saja putus sama Mantanku itu, hanya memikirkannya saja sekarang bikin kesel aja.

Jadi dari pada menjawab, aku mencoba mengalihkan pembicaraan.

“Hehe, aku musti berangkat ke Kampus dulu, Bibi... Permisi ya...”

“Hey! Kan aku belum selesai bicara! Tunggu, Kirana!!”

Aku memilih untuk segera melarikan diri dari sana karena terlalu malas untuk membahas kapan nikah, kayak gak ada aja sih bahasan lain, yang di tanya kapan nikah mulu, nyebelin banget.

Dengan itu, aku buru-buru naik motor ke kampus, padahal ya gak ada jatwal karena masih libur semesteran, tapi dari pada di rumah ketemu keluarga besar ditanya terus kapan nikah mendingan di sini aja, barangkali ada Mahasiswa mau bimbingan.

"Loh? Kirana Kamu tumben ke Kampus," sapa salah satu Dosen ketika Kirana sampai di ruangannya.

"Iya, Bu. Nunggu kalau ada Mahasiswa ada bimbingan," jawab Kirana sopan pada Dosen yang lebih senior itu.

“Libur semesteran gini mah kebanyakan mereka pada liburan sampe lupa sama tugas Skripsi.”

“Iya sih, Bu. Tapi barangkali aja ada Mahasiswa rajin.”

“Kamu itu ya, tidak usah terlalu rajin-rajin begitu, mumpung libur gini kenapa kamu enggak pergi sama Pacarmu itu?”

Mendengar itu, lagi-lagi Aku hanya bisa memaksakan senyuman. 

“Dia sibuk, Bu.”

“Astaga, Pacar kamu itu ya kok enggak memperhatikan kamu sih? Dan lagi, kok dia gak Lamar-lamar kamu? Ku dengar kalian sudah lama Pacaran, enggak pengen cepet-cepet Nikah? Kapan rencananya nikah?”

Lagi-lagi pembahasan semacam ini muncul, bikin aku rasanya sangat kesal. Kenapa sih orang-orang tuh kepo banget nanyain kapan aku nikah? 

Apa ya mereka mau biayain atau mau cariin jodoh?

Sial, mana gara-gara si Reza Brengsek itu bikin semuanya kacau!!!

Jujur, aku ngerasa malu karena udah lama pacaran sama Reza namun malah udah putus, tapi hanya memikirkan cowok brengsek itu bikin aku marah sekaligus sedih.

‘Ihh, si Tukang Selingkuh itu!!!’

Aku mencoba mengalihkan pikiranku dari hal-hal itu.

“Aku sedang tidak buru-buru, Kok Bu.”

Untungnya percakapan itu tidak berlangsung lama karena ada mahasiswa yang datang untuk bimbingan, sehingga aku sekali lagi bisa melarikan diri. Sepanjang pagi, aku memutuskan untuk menyendiri di mejaku, terlihat fokus dengan laptopku karena tidak ingin diajak bicara oleh siapapun, terlalu malas Jika nanti ditanya tentang 'Kapan menikah'.

Sampai sebuah telepon berbunyi, itu adalah pesan dari Rania yang mengirimkan brosur ikan yang membuatku terkejut.

“Hah? Acara Cari Jodoh dan Nikah Gratis? Minggu depan?”

Sama sebuah pesan yang berbunyi,

‘Rara, mendingan kamu ikut aja deh, biar bisa move on dari Si Brengsek itu, barangkali kan bisa langsung dapat jodoh.’

 

Bersambung 

 

Catatan Penulis: Karya Baru nih 🤭 🤭 🤭 

Dukung penulis agar semangat Update dengan cara, Like, Komentar atau Share 😆😆😆

Nantikan saja kelanjutannya 😊 😊 😊 😊 

Spesial Baca Lebih dulu hanya di Karyakarsa 🔥 🔥 🔥 

 

Karya ini GRATIS! Tapi kamu boleh kok kasih tip biar kreator hepi 🥰

Selanjutnya Pernikahan Yang Dingin (Bab 64, Bab 65)
0
0
Apakah konten ini melanggar ketentuan yang berlaku sesuai syarat dan persetujuan? Laporkan