Ambisi Istri Bayaran Tuan Muda Lumpuh (Bab 2)

1
0
Deskripsi

Bab 2: Tuan Muda Lumpuh

***

"Bulan Depan, kamu akan segera menikah, Ian."

Pria yang duduk di atas kursi roda itu segera menunjukkan keterkejutannya.

"Apa maksudmu, Ayah?"

Bab 2: Tuan Muda Lumpuh

***

Itu adalah sebuah rumah sederhana, terlihat seorang anak kecil yang memiliki ekspresi ceria memasuki pintu ruang tamu.

"Mama! Mama!" Kata anak itu ceria, namun yang dia lihat setelah memasuki ruangan itu, adalah darah yang ada di mana-mana.

Di tengah ruang tamu, dia bisa melihat tubuh Ibu dan adik perempuannya tergeletak disana penuh dengan darah.

"Mama... Mama... Gisella!!" Teriak anak itu ketakutan.

Lalu tiba-tiba ruangan itu menjadi penuh dengan warna merah, membuat anak kecil yang ada disana menagis tersedu-sedu.

"Tuan Muda tidak apa-apa?"

Suara seorang pelayan membangunkan seorang Pria yang saat ini terbaring di tempat tidur. Dia perlahan membuka matanya, tubuhnya berkeringat dan air mata tumpah di wajahnya. Dia tahu, ini sudah bertahun-tahun berlalu, namun bayangan dari insiden hari itu bahkan masih terbawa mimpi.

Insiden tentang kematian Ibu dan saudara perempuannya, yang sampai sekarang masih belum terpecahkan.

"Tuan Muda?"

"Tidak apa-apa."

"Apa Tuan Muda butuh bantuan?"

"Tolong siapkan kamar mandi."

"Baik Tuan Muda."

Seseorang Pria yang terlihat seperti pelayan itu, segera membantu Pria yang ada di tempat tidur untuk bangun kemudian membawanya ke sebuah kursi roda. Pria itu adalah Ian Edgar Winata, Tuan Muda Pertama dari Keluarga Winata.

Namun karena nasip nya yang malang, dia harus mengalami kelumpuhan akibat kecelakaan.

Setelah selesai dengan rutinitas pagi, Ian segera di bawa menuju ke Ruang Makan oleh Pelayan. Biasanya dia akan makan di kamarnya, namun ini adalah hari khusus, dimana Ayahnya ingin berbicara hal penting padanya.

Namun mana tahu, begitu dia keluar kamar, dia bertemu dengan saudara tirinya yang tiba-tiba merebut kursi roda Ian dari Pelayannya, lalu segera membuat Ian jatuh dari kursinya ke lantai. Dia lalu tertawa melihat Ian yang ada di lantai itu.

"Memang tidak ada hiburan yang lebih baik daripada melihat Kakak yang sudah tidak berdaya, sekarang kamu sudah tidak bisa bersikap sombong lagi padaku."

Ian hanya menatap saudaranya itu dengan penuh kemarahan, namun dia mencoba untuk menahan emosinya.

"Ukhh ... "

Tangan Ian di injak ketika adik tirinya itu lewat sambil tertawa senang.

“Lebih baik kamu di kamarmu saja, benar-benar merusak pemandangan berkeliaran diluar, hmph,” katanya langsung pergi dari sana setelah cukup puas melihat Ian yang jatuh itu.

Pelayan yang menjaga Ian dari tadi diam saja karena tidak berani dengan Tuan Muda itu. Dan baru membantu Ian kembali ke kursi rodanya setelah adik tirinya pergi.

Ian sudah terbiasa dengan perlakuan ini sejak dia lumpuh, itulah kenapa dia tidak begitu suka keluar dari kamarnya, kalau tidak karena perintah Ayahnya.

Hal penting yang akan Ayahnya bicarakan?

Dan ternyata itu adalah hal yang tidak akan pernah Ian duga.

"Bulan Depan, kamu akan segera menikah, Ian."

Pria yang duduk di atas kursi roda itu segera menunjukkan keterkejutannya.

"Apa maksudmu, Ayah?"

"Ibumu sudah memilihkan Calon Istri untukmu, bagaimanapun juga melihat keadaanmu sekarang ini, kamu jelas membutuhkan seorang istri yang bisa merawatmu dengan baik, benar bukan sayang?"

Wanita yang ada di samping Ayah Ian itu segera tersenyum, sambil menunjukkan nada keprihatinannya.

"Benar, Ian putraku. Aku tahu ini terkesan buru-buru namun ini semua demi kebaikanmu sendiri."

Emosi segera muncul di wajah Ian, namun dia berusaha keras untuk menahan emosinya. Dia benar-benar merasa tidak habis pikir kali ini rencana apa lagi yang dimiliki oleh Ibu Tirinya itu?

"Tapi Ayah ... "

"Ian, apakah kamu masih ingin membantah Perintahku lagi? Ini semua jelas demi kebaikanmu sendiri, Ibumu sudah susah payah mencari seorang wanita yang baik untukmu, dia berasal dari Keluarga terpandang dan cukup cantik, sudah mending wanita itu mau untuk dinikahkan denganmu, yang memiliki keadaan seperti ini. Setidaknya kamu harus lebih bersyukur."

Ian yang mendengar kata-kata itu hanya bisa memendam amarah yang ada di dalam hatinya. Dia berusaha untuk mencoba sabar menghadapi semua ini, ini semua demi rencana besarnya, dia setidaknya harus berpura-pura menjadi penurut dalam keluarga ini.

"Jika itu memang Keputusan Ayah, Aku akan menghargainya. Namun apakah benar wanita baik ini ingin menikah dengan ku? Ayah tidak memaksanya kan? Sesuatu seperti, acamana bayar hutang atau sesuatu?"

Namun, Ian masih mencoba untuk mencari cara menghindari keputusan Ayahnya itu.

"Kamu bicara apa? Sama sekali tidak ada yang seperti itu. Aku sudah bicara dengan Ibumu, bahwa alasan dia ingin menikah denganmu karena dia jatuh cinta padamu."

Ian yang mendengar kata-kata itu jelas merasa tidak masuk akal, namun dia tetap berpura-pura bersikap tenang.

"Jatuh Cinta? Apakah Aku pernah bertemu dengannya atau sesuatu?"

Lalu Ibu Tiri Ian, Vivian segera menjawab dengan penuh percaya diri.

"Ya, gadis ini sudah lama memiliki perasaan padamu, sejak kalian masih di Kampus, dia gadis satu kampus denganmu."

Ekpersi Ian menjadi buruk, dia sudah lama lulus dari Universitas, jadi tidak lagi begitu ingat dengan teman-teman lamanya.

"Satu Kampus?"

"Dia adik tingkatmu, yang sudah lama mengagumimu. Aku tidak sengaja bertemu dengannya di biro perjodohan dan ketika Aku bercerita tentangmu, dia merasa sangat sedih, namun karena rasa cintanya padamu yang masih tersisa, dia menyetujui usulanku agar dia mau menikah denganmu."

"Tapi, Tante Vivian, sejujurnya aku tidak ingin membuat gadis ini menderita karena menikah denganku, dengan keadaanku seperti ini. Aku hanya tidak ingin menyeret seorang gadis muda masuk dalam penderita yang aku miliki, harus merawat ku yang lumpuh ini, aku mungkin menghargai cintanya namun untuk pernikahan ... "

Ian terlihat menundukkan kepalanya memasang ekspresi justice mungkin seketika mengatakan hal itu, dia masih melanjutkan ucapannya,

"Ayah, kumohon untuk mempertimbangkannya lagi! Ini bukan Aku ingin menolak, namun Aku benar-benar merasa tidak nyaman pada nasip gadis yang menikahiku nanti. Bagaimana nanti dia ... "

Namun sebelum dia menyelesaikan ucapannya, itu sudah di potong oleh Ayahnya.

"Ian, kamu tidak perlu khawatir. Gadis ini benar-benar seseorang yang sangat baik, dia benar-benar menerimamu apa adanya," Kata Vivian lagi mencoba untuk meyakinkan.

"Ian, sudah kamu itu terima saja perjodohan ini. Jangan membuat terlalu banyak alasan," kata Ayah Ian dengan tegas.

Pada akhirnya, Ian tidak bisa berbuat apa-apa pada keputusan yang dibuat oleh Ayah dan Ibu Tirinya itu. Ibu Tiri Ian juga segera menunjukkan foto seorang gadis yang ingin di nikahkan dengan Ian itu. Ian pun mau tidak mau mengambil foto itu dan kembali ke kamar setelah makan bersama pelayan.

Setibanya di kamar, Ian segera menyuruh pelayan keluar setelah membaringkan Ian kembali ke tempat tidur.

Ketika Pelayan sudah keluar, dia segera mengambil ponsel yang dia sembunyikan di balik bantal, mulai menelepon seseorang.

"Aku minta kamu menyelidiki gadis yang ada di foto! Bila perlu, sore ini semua data tentang gadis itu kamu dapatkan!" Katanya dengan nada cukup dingin, terlihat emosi kemarahan dalam kata-katanya itu.

'Baik Pak Bos, semuanya akan beres malam ini,' ucap seseorang di ujung telepon.

Dan benar saja, malam itu laporan soal calon wanita yang akan Ian nikahi segera keluar. Ian saat ini menatap laporan yang ada di ponselnya dengan ekspresi yang sangat buruk.

"Vania Zela Kumalasari, Putri Bungsu Fahri Hermawan, Keluarganya tidak begitu Kaya, namun masih termasuk Keluarga berada dan baik-baik, sungguh? Dia di DO dari Kampus karena memakai uang SPP untuk hura-hura dan hidup boros? Dia bahkan suka meminjam uang di pinjol untuk membeli barang mewah, hingga akhirnya Ayahnya muak dan mengusir Vania, agar dia bisa berubah dan berhadap bisa hidup mandiri, namun sayangnya Vania tidak berubah dan malah bekerja di House Club sebagai salah satu Host, yang mendapatkan tips dari beberapa tamu disana yang kebanyakan Pria, demi memenuhi gaya hidup glamor nya."

Ekspresi Ian menjadi semakin buruk hanya membaca lebih dalam tentang biodata Vania. Ian sudah cukup menduga Ibu Tirinya memiliki semacam rencana menyuruhnya tiba-tiba menikahnya.

"Hah, jadi dia hanya ingin membuat ku tidak bahagia? Sial, Dia benar-benar sangat mengerti aku, sampai-sampai bisa menemukan Tipe Wanita yang paling Aku benci, benar-benar sangat lengkap, wanita boros, bodoh, matre, gaya berpakaian dan dandanannya sangat menor, kelakuannya buruk, dari semua hal, bagaimana bisa semua kriteria semacam itu ada pada seorang wanita?"

Ian bertemu dengan salah satu tipe itu saja sudah ilfil, ini bisa-bisanya seorang gadis memiliki paket lengkap semacam itu.

Apakah ini semacam takdir gila atau apa?

Seorang, gadis bernama Vania ini, memang diciptakan untuk mengagunya dan membuat dia merasa tidak nyaman.

"Sial, Bagaimana cara aku harus berurusan dengannya?"

Ian menjadi sakit kepala hanya dengan memikirkannya.


****

Bersambung

 

Catatan Penulis: Cerita ini juga memiliki Versi Audiobook, silahkan periksa di Profilku, dengan Judul sama, Ambisi Istri Bayaran Tuan Muda Lumpuh (Audiobook)

 

Karya ini GRATIS! Tapi kamu boleh kok kasih tip biar kreator hepi 🥰

Selanjutnya Ambisi Istri Bayaran Tuan Muda Lumpuh Bab 2 (Audiobook)
0
0
Bab 2: Tuan Muda Lumpuh***Bulan Depan, kamu akan segera menikah, Ian.Pria yang duduk di atas kursi roda itu segera menunjukkan keterkejutannya.Apa maksudmu, Ayah?
Apakah konten ini melanggar ketentuan yang berlaku sesuai syarat dan persetujuan? Laporkan