Sekretaris Pak Bara! [ 64 (Lembaran Baru) ]

15
1
Deskripsi

Awas Baper…

Jangan lupa klik Lovenya ya besti….

****

 

Karina memperhatikan wajahnya di cermin. Benarkah ini Gue? Pikirnya dalam hati. Ia tak merasa wajah yang nampak cantik dan anggun di hadapannya tersebut adalah wajahnya sendiri.

 

"Ya ampun Kar Lo cantik banget," ucap Marta sembari beberapa kali menjepret wajah Karina. Ia sedang menjadi wartawan dadakan untuk teman - teman di kantornya.

 

"Iya. Nggak nyangka teman Gue yang kucel jadi angsa cantik begini," sambung Sesil. Karina menepuk Sesil yang berdiri di sebelahnya.

 

"Sejelek itukah Gue kalau nggak dandan," sugutnya. Tapi Karina akui, ia tak salah pilih MUA walau, yah sebenarnya yang memilih MUAnya adalah Kumala Dewi, Ibunya Rasya.

 

"Nggak sih Kar. Kalau Lo jelek mana mau pak Bara sama Lo," ucap Marta lagi.

 

Karina hanya tertawa, ia sebenarnya agak kaku bergerak karena takut merusak mahkota siger di kepalanya.

 

"Kar. Mereka video call ni. Angkat nggak?"

 

Karina mengangguk dan Marta langsung memegang handphonenya menghadap ke arah Karina.

 

"Hallooo.... Calon manten." Heboh manusia penghuni grup ghiba.

 

Karina tersenyum melihat teman - temannya yang begitu antusias. Sayang sekali mereka tak bisa datang, selain karena jarak, juga karena mereka tak bisa cuti masal.

 

"Sumpah. Ini Karina Kapur Barus temen Gue? Gila sih yang dandanin Lo, luar biasa banget skill-nya, sampai bisa beda gini muka Lo Kar. Pangling Gue ngelihatnya," ucap Tomi yang ucapannya mengejek dan memuji di waktu yang bersamaan.

 

"Itu pujian atau ejekan ya?"

 

"Haha.. Ya pujianlah Kar. Tapi asli sih Pak Bara pasti langsung terperangah nanti lihat Lo," sambungnya.

 

"Cantik banget ya Gue? Sayang banget malah Kalian duluan yang lihat bukan Suami Gue," ucap Karina, mengundang godaan dari teman - temannya.

 

"Cie yang tahu - tahu ketemu nanti langsung jadi suami," goda Farhan.

 

Karina tak marah, ia malah tersipu malu.

 

"Ya ampun Lo cantik banget Karina. Gue jadi pengen di sana juga."

 

Bisa Karina lihat Sintia mengusap matanya, ia memang gampang terharu. Shanti yang duduk di belakangnya pun nampaknya ikut terharu.

 

"Nggak nyangka bentar lagi Lo jadi isteri. Mana isteri pak Bara lagi yang sering Lo ghibahin." Kali ini Ojik yang buka suara.

 

"Haha. Iya sih Gue juga nggak nyangka kalau jodoh Gue malah orang yang sering Gue kata - katain."

 

Tak bisa dipungkiri, Karinapun merasa aneh dengan semua ini. Semuanya terasa begitu cepat dan tak nyata. Mulai dari lamaran dadakan dari Bara, sampai akhirnya mereka akan resmi menikah sebentar lagi.

 

"Tapi syukur deh Kar. Berarti Lo kena tulah Lo sendiri. Haha."

 

Karina berdecak. Kalau saja manusia bernama Tomi itu saat ini ada di sini, pasti sudah Karina injak kakinya dengan ujung hak sandalnya.

 

Pintu kamar terbuka. "Marta bisa bantu Mbak sebentar nggak," ucap Susan.

 

"Nih Sil. Pegang handphone Gue. Gue keluar dulu ya." Marta mengikuti Susan keluar.

 

"Tapi beneran deh Kar. Lo cantik banget," puji Shanti.

 

Mereka masih berbincang ringan, dan obrolan itu sukses membuat Karina merasa sedikit lebih relaks.

 

"Rombongan pak Bara udah datang Kar," ucap Marta, heboh begitu masuk ke dalam kamar.

 

Karina menggenggam tangannya erat, jantungnya makin berdegup kencang, ah sebentar lagi ia akan resmi menjadi seorang isteri.

 

Ia melihat ke layar monitor yang memang di pasang di kamarnya. Suara MC terdengar menyambut kedatangan mempelai pria. Bara diapit oleh kedua orang tua Rasya selaku wali.

 

Rombongan Bara baru saja masuk melewati tenda dengan di sambut oleh kedua orang tuanya dan ketua adat.

 

"Oh iya.  Karina, Lo minta mini cooper buat hantaran?" tanya Marta.

 

Ia tadi dipanggil Susan ke kamarnya untuk menyusun kembali souvenir dan ia tidak sengaja melihat keluar jendela kamar Susan yang menghadap ke jalan di sebelah samping. Sebuah mobil Mini Cooper berwarna biru muda dengan pita berwarna pink putih sedang diturunkan dari trailer.

 

Karina bingung. "Mini cooper apaan?" tanyanya tak mengerti.

 

"Lo nggak tahu?"

 

Karina menggeleng.

 

"Lah terus tu mobil mahal warna biru muda pake pita cantik di depan punya siapa?"

 

Karina makin bingung. Mana dia tahu.

 

"Anak - anak pada minta live nikahan Lo nih," ucap Sesil yang membaca pesan di handphone Marta. Ia tadi langsung memutus sambungan saat Marta masuk. Niatnya biar Karina lebih khusyuk.

 

"Boleh Kar?" tanya Marta.

 

Karina awalnya ragu namun kemudian ia mengangguk. Marta akan live di akun Enstagramnya.

 

"Kalau gitu Gue izin keluar ya."

 

Karina mengangguk lagi. Ia sekarang hanya ditemani Sesil dan MUAnya yang sepertinya sibuk mempersiapkan hal lain.

 

Entah berapa uang yang Bara keluarkan untuk membayar MUA. Karena hampir semua kerabatnya yang berjenis kelamin perempuan minta di dandani. Susan bahkan harus menyewa tiga MUA lain agar para sepupunya yang menyebalkan tak mengganggu MUA Karina.

 

Karina tegang. Apalagi saat melihat Bara sudah duduk di kursi tempat ijab kabul akan dilaksanakan.

 

Karina tersenyum begitu melihat wajah Bara di layar. Pria yang dirindukannya itu nampak tampan dengan balutan beskap putih dan kain batik senada dengan yang Karina kenakan. Pria itu nampak tenang, seperti biasanya.

 

MC mulai memberitahu kalau acara akan segera di mulai. Karina semakin tegang. Sesil memegang tangan Karina dan mengelusnya pelan. Ia mencoba memberikan dukungan. Sesil tak bersuara namun senyum menenangkan terukir di bibir sahabatnya itu.

 

Karina menghembuskan napas pelan mencoba mengurangi ketegangan saat khutbah nikah mulai dibacakan yang artinya sebentar lagi ijab kabul akan dimulai.

 

Bisa Karina lihat wajah tenang Bara tadi sedikit berubah, pria itu nampak tegang namun berusaha tetap tenang.

 

Bapak mulai mengulurkan tangannya dan langsung disambut oleh Bara. Bapak mulai membimbing Bara untuk beristighfar sebelum memulai ijab kabul.

 

"Saudara Baradean Raditya Putra bin Putra Abdul latief, Saya nikahkan dan Saya kawinkan Engkau dengan anak kandung Saya, Karina Adelia binti Ahmad Darmawan, dengan maskawin emas logam mulia seratus dua puluh tujuh gram dan seperangkat alat sholat, tunai."

 

"Saya terima nikah dan kawinnya Karina Adelia binti Ahmad Darmawan dengan maskawin yang tersebut, tunai," ucap Bara dalam satu napas.

 

"Bagaimana saksi sah?"

 

"Sah."

 

"Alhamdulillah......."

 

Dan doa mulai dikumandangkan. Air mata menetes di pipi Karina. Antara sedih dan haru, apalagi saat ia mendengar suara Bapaknya yang bergetar begitu menyebut namanya. Sekarang dia bukanlah lagi tanggung jawab Bapaknya, ada sosok lain yang sudah mengambil tanggung jawab tersebut.

 

Sesil tersenyum ke arah Karina. "Selamat Sayangku," ucapnya. Air mata sudah menetes di pipinya karena haru.

 

"Jangan nangis nanti make up Lo rusak," ucapnya lagi.

 

Karina mengangguk kecil. Ia hanya mentab - tab air matanya dengan tisu agar tidak merusak riasannya.

 

Pintu terbuka, Susan masuk dengan wajah bahagia namun matanya memerah seperti menahan tangis.

 

"Ayo keluar."

 

Susan membantu Karina berdiri. Dan menuntunnya berjalan menuju ke tempat Bara yang sedang menunggunya.

 

Karina berjalan keluar dengan Sesil di sisi kanannya sementara Susan di sisi kirinya.

 

Saat mereka sampai di lokasi, semua mata tertuju pada sang mempelai wanita, termasuk Bara yang beberapa detik seperti terhipnotis, namun kemudian ia tersenyum begitu bahagia saat melihat pujaan hatinya.

 

Bara berdiri menunggu Karina yang sedang berjalan menuju ke arahnya, mengikuti instruksi MC.

 

"Gimana Mas Bara. Benar ini isterinya?" goda MC.

 

Bara tertawa kemudian melihat ke arah Karina. "Yah. Tidak salah lagi," jawabnya dan mengundang gelak tawa tamu.

 

Bara meletakkan tangannya di kening Karina kemudian membaca doa di dalam hati. Setelahnya Karina mencium tangan Bara untuk pertama kalinya. Akhirnya mereka tak perlu ragu dan takut lagi untuk bersentuhan.

 

Mereka kembali duduk dan melanjutkan prosesi penandatanganan dokumen nikah, Sekarang mereka benar - benar sah menjadi sepasang suami isteri, sah secara hukum dan agama.

 

Setelah itu serah terima mahar yang sudah tersusun rapi di dalam bingkai mika.

 

Karina lega, sungguh. Ia tak menyangka hari ini akan membuatnya merasa sebegitu bahagianya.

 

Ia melihat ke arah samping. Bapak tersenyum sambil mengangguk kecil. Matanya nampak memerah. Di sisi lain Bunda yang duduk tak jauh dari mereka sedang mengelap matanya dengan tisu.

 

Karina tak menyangka, bermula dari ia yang nekat ke Jakarta untuk mengadu nasib berakhir dengan mendapatkan suami yang tak lain dan tak bukan adalah bosnya sendiri.

 

"Cantiknya Isteriku," bisik Bara lembut di telinga Karina. Ah nikmat Tuhan mana lagi yang kau dustakan. Pikirnya.

 

***

 


 

Karya ini GRATIS! Tapi kamu boleh kok kasih tip biar kreator hepi 🥰

Selanjutnya Sekretaris Pak Bara! [ 65 (Lembaran Baru - 02) ]
12
2
Apakah konten ini melanggar ketentuan yang berlaku sesuai syarat dan persetujuan? Laporkan