Mengejar Cinta Tuan Damian 2

1
0
Deskripsi

Lama Damian buang waktu, sampai jalan paling bodoh yang dia pilih adalah datang ke sebuah bar, memesan minuman keras.

Dia sudah minum beberapa botol dan bartender yang ada di sana tahu kalau Damian bukan orang yang biasa mabuk. 

"Tuan,  Anda sudah mabuk." Bartender menolak saat Damian meminta satu botol lagi.

Damian membuka dompetnya melemparkan uang pada bartender. "Tidak usah banyak omong, berikan saja minuman itu, apa susahnya!"

 

Lama Damian buang waktu, sampai jalan paling bodoh yang dia pilih adalah datang ke sebuah bar, memesan minuman keras.

Dia sudah minum beberapa botol dan bartender yang ada di sana tahu kalau Damian bukan orang yang biasa mabuk. 

"Tuan,  Anda sudah mabuk." Bartender menolak saat Damian meminta satu botol lagi.

Damian membuka dompetnya melemparkan uang pada bartender. "Tidak usah banyak omong, berikan saja minuman itu, apa susahnya!"

Bartender menghela napas. "Anda ke sini sendiri atau dengan kawan?"

"Apa, hah?" Damian mulai mabuk berteriak. "Kau tanya apa, aku tidak dengar!." Damian menertawakan diri sendiri.

Damian memaksakan diri untuk minum lagi. Bartender hanya berharap agar dia tidak muntah di sini.

Ponselnya yang di meja berdengung. Agni yang menelepon, tapi Damian berhalusinasi kalau itu Tiara.

"Tiara?" sambil terceguk Damian menjawab. "Kau meneleponku pasti karena menyesal, kan, dengan omonganmu yang kemarin?"

"Pak Damian, Anda mabuk?"

Damian tertawa. "Mabuk, hah, siapa yang mabuk!”

Damian menutup telepon, lanjut minum. Samar-samar dia lihat ponselnya bergetar lagi.

Bartender yang mengangkat, Damian sudah tidak peduli dengan apa yang mereka bicarakan.

Beberapa waktu berselang, Damian semakin pusing sampai tidak bisa mengangkat tubuhnya lagi. Wanita asing  mengusap bahu Damian.

"Bodoh!" Damian marah.

"Tampan, kok minum sendiri."

"Minggir!" Damian mendorong

"Jangan jual mahal. Pria sepertimu,  cukup menarik untuk aku ajak kencan.”

Damian mengambil sisa minumannya, dia siramke  wajah wanita penggoda tersebut.

"Sialan!" Damian didorong sampai terjungkal dari kursi oleh laki-laki lain yang sepertinya kenalan wanita itu dan merasa tidak terima untuk apa yang sudah dia lakukan pada gadis itu. Telinganya langsung pengang.

Damian hampir saja diinjak oleh pria yang setengah mabuk juga, untung penjaga keamanan dan juga bartender bisa merelai.

Damian akan bangun, dia menolak dibantu siapa pun. Persetan dengan mereka semua, dia bisa sendiri.

Tapi, tubuhnya kembali jatuh. Saat dia benar-benar lemah ada seseorang yang memberikan tangannya untuk tempat dia berpegangan.

Agni. Dia datang setelah tahu di mana Damian. Wanita itu menaruh tangan Damian di bahu Damian, susah payah membantunya bangun.

"Untuk apa kau ke sini, hah!"

"Tuan Damian, aku--"

Ucapan Agni terputus saat di tengah-tengah suasana yang genting itu Damian memeluknya.

"Tiara ....” Dia menyebutkan nama itu di telinga Agni. “Aku tahu kau akan menyesali apa yang terjadi kemarin. Aku tahu kita akan kembali lagi.”

 

"Tuan Damian ...." Agni berusaha melepaskan pelukan itu.

"Aku mencintaimu, Tiara. Aku mengorbankan banyak hal untukmu. Kenapa malah ditinggal begini?” Damian masih memeluk erat, Agni yang bingung dia harus apa.

"Tuan Damian ayo kita keluar." Agni membawa Damian pergi. Syukurlah, dia ditemani Deva—sopir di rumah keluarga Winter yang juga merupakan teman dekat Agni. 

 

Deva membantu Agni membopong Damian berjalan. Dia terus saja meronta sembari terus mengucapkan kata-kata yang tidak jelas.

 

Sepanjang jalan Agni berpikir, tidak mungkin dia bawa Damian ke rumah dalam kondisi begini. Tuan Winter bisa syok dan itu akan membuat penyakitnya kambuh.

Terpaksa Agni membawanya ke kamar belakang. Deva sempat menolak itu karena Agni seorang wanita sementara Damian itu laki-laki yang mabuk. Tapi, gadis itu berkata bahwa dia akan meminjamkan kamar saja, malam ini dia akan tidur di kamar pembantu yang lain.

 

Deva tidak bisa melarang, terpaksa dia bantu Agni dan ingatkan supaya perempuan itu segera keluar setelah Damian berbabring.

 

Agni membaringkan Damian yang antara sadar dan tidak, membukakan sepatu dan juga meletakkan bantal untuknya.

Agni akan pergi Damian memegang tangannya kuat.

"Jangan pergi."

"Tuan Damian, Anda tidur di sini. Aku akan keluar."

"No!" Damian menarik Agni cukup kuat hingga wanita itu jatuh dalam dekapannya. “Tiara ... tubuhmu membuat darahku berdesir. Aku mencintaimu, Tiara ...."

"Pak Damian, ini saya Agni."

Damian sedang tidak bisa diajak komunikasi. "Tiara, aku tampan, 'kan? Dulu kau mengejarku.  Apa aku sekarang sudah tidak ada lagi cinta di antara kita?"

Agni diam bingung mau jawab apa.

"Jawab aku, Tiara ...."

Agni menatap Damian lekat. Saat ini memang nama yang terus disebut adalah nama Tiara. Tapi, gadis itu tidak bisa menyangkal perasaan yang ada pada dirinya. Dia menyukai Damian. "Iya, aku mencintaimu, Tuan Damian ...."

Damian mengangkat sedikit tubuh Agni. Dia tersenyum. Saat itulah Agni tertegun. Di matanya Damian memang tampan. Setahun lalu dia bertemu pria ini, debaran dalam dadanya masih sama.

"Benar begitu?"

Agni tidak bisa berbohong. "Tuan Damian, kau tampan. Buatku, kau yang pria paling tampan."

Damian semakin bersemu. Dia menarik Agni untuk lebih dekat.

"Tidurlah denganku malam ini. Mari, kita saling menghangatkan jiwa kita, Tiara ...."

"Tuan Damian?" Agni membulat matanya.

"Please, tidurlah denganku malam ini." Damian tidak memberi kesempatan untuk Agni bisa pergi.

Karya ini GRATIS! Tapi kamu boleh kok kasih tip biar kreator hepi 🥰

Selanjutnya Sabrina dan Kai (Part Tersembunyi)
0
0
Series lengkap bisa baca di Wattpad
Apakah konten ini melanggar ketentuan yang berlaku sesuai syarat dan persetujuan? Laporkan