
Aku menatap tiga kotak yang bertumpukkan. Aku menghela nafas. Seingatku hanya tersisa satu kotak saja tadi saat aku tinggalkan, lalu setelah aku kembali sekarang kotak itu malah bertambah dua. Akupun melirik ke kiri dan kanan, semua orang terlihat sibuk dengan kegiatannya masing-masing.
‘Dasar tidak bertanggung jawab...’
Aku menurunkan kotak paling atas ke lantai dan membuka selotipnya, aku kemudian mengangkat kotak itu keluar dari ruang staf dan membawanya ke rak buku toko. Aku mencari buku yang sesuai dengan buku yang aku bawa dan begitu aku menemukannya, aku langsung saja menyusun buku-buku itu.
Lima belas menit berlalu—
Aku merenggangkan tanganku, buku di kotak terakhir sudah aku taruh semua di rak. Karena lelah, aku memutuskan untuk duduk sebentar di pinggir rak. Beruntungnya, aku berada di rak belakang dan tidak akan ada yang bisa melihat kecuali kamera cctv.
Aku mengambil satu novel yang tadi aku susun, saat pertama kali membaca judulnya aku lumayan tertarik. Aku membalik buku itu untuk melihat sinopsisnya. Sebelum aku berhasil membacanya seorang anak kecil laki-laki menghampiriku. Aku menoleh sambil tersenyum.
“Ada apa dik?”
Anak itu nampak ragu-ragu, dia meremas bagian bawah bajunya. Bibirnya sedikit terbuka namun dia seperti mengurungkan dirinya untuk berbicara. Aku mengusap perlahan pucuk kepalanya.
“Tidak apa-apa, atau adik mau cari buku? Adik tau judulnya, nanti bisa kakak carikan”
Anak kecil itu mengulum senyum, dia kemudian menunjuk buku yang aku pegang. Aku melihat novel itu, keningku mengerut tidak mengerti apa maksud dari anak kecil ini.
“Adik ingin buku ini?”
Anak kecil itu menggeleng dan sedetik kemudian dia kembali tersenyum. Anak yang aneh, batinku. Yah, mungkin anak ini tidak sengaja terpisah dengan orang tuanya, aku sebaiknya mengantarkan dia ke bagian Informasi lebih dulu. Aku menaruh kembali novel yang aku pegang ke raknya semula, aku kemudian berbalik dan mengulurkan tangan untuk berpengan dengannya aku takut dia akan terpisah nantinya.
Aku diam, mulut anak itu sedikit terbuka, 'Ke... te... mu...' aku ikut mengejakan gerakan bibirnya. Seakan menyadarinya, anak itu tersenyum dan langsung memeluk kaki kiriku dengan sangat erat. Aku kehilangan keseimbangan karenannya dan terjatuh.
Semuanya menggelap seketika, apakah aku mengenai rak buku atau aku menghantup ke lantai, entahlah. Tapi aku tidak bisa membuka mata bahkan badanku rasanya sangat berat.
.
.
.
.
.
“Selamat nyonya, bayi kedua anda terlahir dengan selamat dan berjenis kelamin laki-laki sama seperti kembarannya”
*-...-...-*