
Chapter 1
Drrrrrrrtttttttt.....
Alan melihat layar smartphonenya. Dia hanya meliriknya sebentar kemudian kembali menatap layar komputernya, tidak ada niatan untuk menjawab panggilan itu.
Hubungan Alan dan Lidyia sudah berakhir satu minggu yang lalu dan itupun Lidyia yang memutuskannya lebih dulu dengan alasan Alan yang hanya sibuk dengan pekerjaan dan melupakan dirinya. Lidyia merasa tidak seperti kekasihnya, malahan pekerjaannya itulah kekasih Alan yang sebenarnya.
Alan sendiri bersikap dingin begitu bukannya tanpa sebab, dia seorang Kepala Manajer di perusahaan omnya tentu dia tidak bisa mengabaikannya semua pekerjaannya. Hubungannya dengan Lidyia pun bukanlah sesuatu yang dia inginkan, dia menggangguk tanpa rasa persetujuan atas permintaan papanya Lidyia yang memang memiliki saham yang cukup besar di perusahaan omnya ini.
Tapi dia bersyukur semua sikap dinginnya membuahkan hasil, perempuan itu lebih dulu memutuskan hubungan jadi Alan tidak perlu repot lagi memikirkan cara dan alasan ingin putus.
Tapi Alan tidak mendapatkan ketenangan yang dia inginkan, Lidyia masih dengan egoisnya menghubungi Alan dan memaksa untuk hang out dengannya. Alan selalu memberi alasan sibuk dengan pekerjaan yang sedang dia tangani, jika tidak mempan dia bilang sedang tidak bisa karena ikut peninjauan proyeklah, dan yang paling berhasil adalah dengan rapat sebagai alasan. Pernah Alan bilang dia sakit dan dengan gilanya Lidyia menerobos masuk saja ke dalam ruangan kerja Alan.
Alan tidak suka seorang yang berkelakuan berlebihan begitu, terlebih dia tidak suka setiap Lidyia datang perempuan itu seperti menumpahkan bergalon-galon parfum. Alan yang semula sehat mendadak jadi pusing dan mual.
Melihat layar persegi itu mati, Alan menghela nafas singkat.
"Penganggu..." gumam Alan.
*-...-*-...-*
"Bang cepet bang telat ini!!!"
"Sabar dek, saya gak berani ngebut rame gini entar kenapa-napa begimana?!"
Kenaan menggigit kuku ibu jarinya, telat sudah dia lagipula kenapa kakaknya itu tidak membangunkan dia?
"Kakak nyebelin! Telat udah pasti ini mah!"
Hampir jam sembilan Kenaan sampai di sekolah, buru-buru dia memberi uang dua puluh ribu dan mengembalikan helm milik abang ojeknya.
"Kembalinya ambil aja bang!"
Kenaan langsung lari, tapi ya dia sudah terlambat. Pintu gerbang besi itu sudah tergembok. Dia melirik dari sela-sela dan dia sedikit melihat bapak satpam yang biasa jaga.
"Aku pengen bolos tapi masalahnya hari ini ada pelajaran ibu Gendis! Mana pr fisikanya belum aku kerjain!"
Tidak ada pilihan lain, mau tidak mau dia harus menghadapi satpam itu toh pak satpamnya memang baik dan Kenaan sendiri langganannya telat.
"Pak bisa bukain gerbangnya?"
Kenaan mengetuk-ngetuk pelan gerbang itu, bapak satpam pun mendatangi Kenaan. Melihat Kenaan bapak itu sedikit terkekeh.
"Nak Ken tidak dibangunin kakaknya lagi ya?"
"Iya iih pak nyebelin banget padahal kamar sampingan loh"
Pak satpam membuka gembok dan membiarkan Kenaan masuk, beliau tidak lupa menguncinya lagi.
"Gak pasang alarm aja nak? Atau kebo nih"
"Hehe... Dikit sih pak..." Kenaan tersenyum malu.
Memang Kenaan lumayan kebo, dia susah untuk bangun pagi. Alarm juga sudah dia setel 5x dengan berjarak 10 menit, tidak berpengaruh yang ada malah orang rumah lain pada kembangun gara-gara alarmnya.
"Ke guru piket dulu sana"
"Siap pak!"
Kenaan langsung lari, dia berhenti di tempat piket berjaga tidak jauh dari gerbang.
"Misi pak!"
Melihat kedatangan Kenaan guru piket itu geleng-geleng kepala.
"Kamu lagi kamu lagi, nih buku saya isinya nama kamu semua... Kenapa lagi? Gak dibangunin?"
"Aih, bapak mah tauan aja hehe... Iya pak pas saya udah bangun eh malah di tinggal yang lain pada kerja mah"
"Yaudah, saya catat nama kamu. Jangan ke kantin langsung ke kelas"
"Siap pak!"
Kenaan langsunglah ke kelasnya, di dalam kelas tentu pelajaran sudah berlangsung. Kenaan mengetuk pintu dan masuk, kedatangannya di sambut seluruh pasang mata di kelas.
"Kenapa diam di sana? Duduk Ken" ucap ibu Shifa.
"Gak di hukum Bu?" Kenaan dengan polosnya bertanya.
Ibu Shifa menaikan satu alisnya. "Kamu mau di hukum?"
"Gak sih Bu hehe..."
"Hukum aja mah Bu, dia senang kalo di hukum!"
"Berisik ah!"
Seisi kelas sontak tertawa.
Waktu berlalu, sekarang jam pulang sekolah.
"Ken lu sibuk?" Rama merangkul Kenaan.
"Gak sih kenapa?"
"Temenin gue ke rumahnya sepupu gue dong!"
"Lah kenapa ngajak? Kan sepupu mu, Ma"
"Iya tapi temenin lah please....."
"Iya deh tapi janji anterin aku sampe pulang ke rumah, jangan kabur lagi kayak kemaren tuh"
"Siap, lagian yang kemaren kalo gak di kejar crazy dog gitu gue juga gak mungkin ninggalin lu lah sohib gue"
"Crazy dog apanya puppy gitu"
"Namanya anjing ya anjing Ken"
"Beda lah, ah udah gak usah debat lagi"
Rama mengeluarkan motornya dari parkiran, dia menghampiri Kenaan yang sudah menunggunya di luar pintu gerbang. Kenaan memasang helm yang di beri Rama dan mereka pun pergi menuju rumah sepupunya Rama.
Sekita dua puluh menitan mereka tiba di sebuah rumah, Rama memarkirkan motornya tapat di samping mobil yang lebih dulu terparkir di pekarangan rumah itu.
Rama masuk lebih dulu dan Kenaan hanya mengikutinya dari belakang.
"Kita mau ngapain di rumahnya sepupu kamu?"
"Lu duduk aja di sana, gue ke dapur dulu buatin minum noh cemilan di toples makanin aja"
Tanpa bertanya lagi Kenaan langsung menurut. Tidak lama Rama datang dengan es jeruk dan langsung dia berikan pada Kenaan.
"Gue ke sepupu gue dulu, lu duduk anteng aja di situ"
Kenaan mengangguk paham. Rama pergi meninggalkan Kenaan.
"Bang si embak seksi bohay montok nelponin gue mulu!!!"
Teriak Rama, Kenaan yang sedang makan cookies hampir saja tersedak.
“Berisik kamu Ram, ngomongnya biasa saja”
“Ya lu sih bang, masalah elu yang punya kok gue kena imbasnya sih”
Rama duduk di atas kasur Alan. Alan yang semula duduk di kursi langsung pindah ke kasur juga.
“Dia kenapa lagi?”
“Kenapa apanya, kek biasalah telpon sama spam chat, gila tau gak masa WA, IG, Twitter, FB, Line, Tele, semuanya di spam!”
“Udah kamu block?”
“Tck, udah. Tapi dia malah make nomor sama akun lain anjir! Lagian udah putuskan lu?”
“Udah lah, dia juga yang mutusin”
Rama geleng-geleng kepala, “Stres emang, mana ngajak njir!”
Alan merebahkan punggungnya dan menatap punggung Rama.
“Kamu ke sini sendiri?” Alan mengelus punggung Rama.
“Tangannya heh! Gue sama temen” Rama menepuk tangan Alan.
“Kenapa gak sendiri? Mesti banget kamu selalu bawa teman setiap mau ketemu saya”
Rama melirik Alan, dia melihat raut sedih di wajah rupawan itu. Rama mendelik, bukannya dia tidak mau bertemu Alan sendiri tapi dia tidak ingin sesuatu terjadi.
“Ogah gue ketemu lu sendiri yang ada lu nerkam gue”
Alan terkekeh, memang itu niatnya.
“Nah kamu gak bawa temen kamu sekalian kesini? Kan kalau di sini saya bisa aja kunci pintunya dan nerkam kamu”
“Gue tinggal teriak, lagian temen gue jago soal ngegebugin orang”
“Hmm…”
“Pokoknya urus tuh cewek, gue gak mau di ganggu lagi”
“Iya… iya…”
“Yaudah gue pulang”
“Tunggu…”
Alan berdiri, dia ingin mengantar Rama. Rama melirik sekilas kemudian keluar dari kamar Alan. Alan sengaja berjalan lebih lambat dari Rama, dia ingin melihat punggung remaja itu sedikit lebih lama lagi.
Sementara Kenaan yang sedari tadi duduk di ruang tamu sadar dengan kedatangan Rama, dia cepat menutup toples kacang dan menaruhnya lagi di atas meja.
“Udah selesai?” Kenaan berdiri.
“Iya yuk pulang”
Kenaan melihat seseorang yang berdiri di belakang Rama, dia lumayan mendongakan kepalanya karena lelaki itu sangat tinggi mungkin sekitara 180 atau 190 han sementara dia hanya 150 han senti.
“Pft—“ Alan menutup mulutnya menahan tawa.
Dia sudah berpikir teman yang di bawa Rama memliki tubuh seperti binaragawan tapi yang ada di hadapannya sekarang seorang remaja laki-laki mungil. Lihatlah bahkan dia mendongak seperti itu untuk bisa melihat Alan.
Kenaan sendiri melirik Rama minta penjelasan.
“Dia sepupu gue dan bang ini Kenaan temen gue”
Kenaan maju dan mengulurkan tangannya, “Kenaan kak”
“Iya, saya Alan” Alan menyambut uluran tangan Kenaan.
Alan agak kaget dengan genggaman Kenaan yang kokoh, berbeda dengan badan kecilnya yang terlihat seperti sekali pukul langsung pingsan. Kenaan menarik tangannya begitupun Alan.
“Kamu pakai motor atau mobil, Ram?”
“Motor bang”
Alan mengangguk, “Hati-hati, jangan ngebut”
Rama tidak menyahut, dia hanya mengacungkan jempolnya.
“Eh Ram ini di beresin dulu” Kenaan menunjuk meja yang ruang tamu yang agak sedikit berantakan karena ulahnya.
“Nanti saya yang beresin, kalian pulang aja udah sore gini nanti macet”
“Eh, jangan dong kak aku yang ngeberantakin, Ram aku beresin dulu ya”
Rama mengangguk, “Dapurnya di sana”
Kenaan melihat ke arah yang di tunjuk Rama dan mengangguk.
“Primanya kemana?”
“Rapat ekskulnya hari ini makanya gue ngajak Kenaan”
“Ka—“
Brak!
“Alan! Alan ini aku, sibuk gak? jalan yuk… aku mau beli dress buat birthday party Jessy, hum? Loh Rama”
Melihat kedatangan Lidyia, Rama mendungus sementara Alan membuang muka.
“Udah berumur masih aja gak tau sopan santun, lu pikir ini rumah lu masuk gak pake permisi mbak?” cibir Rama.
Lidyia hanya melirik Rama. Kenaan yang di dapur sedang mecuci gelaspun lekas kembali ke ruang tamu untuk melihat ada apa di sana sampai suaranya berisik sekali. Dengan jelas Kenaan bisa merasakan atmosfer berubah.
“Udah selesai?” Rama melihat Kenaan.
“Iya, mau pulang?” Kenaan menghampiri Rama.
Kenaan merasa agak familiar dengan wanita yang entah dari kapan datangnya itu, dia mencoba menggali ingatannya lagi.
“Ah! Kamu yang waktu itu ngelempar kakakku pake celana!” ucap Kenaan sambil menunjuk Lidyia.
Iya dia baru ingat, sekitar beberapa minggu yang lalu Kenaan di minta kakaknya untuk menemani membeli baju, katanya sih baju kerjanya sudah usang semua sementara rekan sekantornya yang cewek pada modis semua. Kenaan mengekori kakaknya saja dan pergilah mereka ke Mall. Kakak Kenaan, Kinaan, mendatangi toko yang memang biasa dia membeli pakaian. Entah bagaimana tiba-tiba saja seseorang melempar celana ke Kinaan dan berakhirlah dengan pertengakaran antar perempuan.
Lidyia yang langsung ingat juga menatap sinis Kenaan.
“Lu bocah yang sama cewek gila itu!” Lidyia menunjuk Kenaan.
“Yang gila tuh anda bukan kakak saya!” Kenaan tidak terima kakaknya di hina.
Rama dan Alan menatap bingung keduanya, Alan bergeser mendekati Rama.
“Temen kamu…”
“Jangan tanya gue, gue gak tau”
Melihat wajah bingung Rama, Alan menutup mulutnya tidak jadi bertanya dan kembali melihat dua orang yang adu mulut itu.
“Maksud anda apa ngelemparin kakak saya celana!”
“Kakak adek sama-sama gila! Eh asal lu tau ya kakak lu tuh yang duluan ngegoda pacar gue!”
“Sok iya mbak! Emang secakep apa sih pacarnya mbak?”
Rama menahan tawa, orang yang di maksud itu tidak lain dan tidak bukan adalah Alan.
“Lagian nih ya kakak saya udah menikah ngapain dia ngelirik pacar orang!”
“Halah lu belain karena lu adiknya!”
“Iyalah saya bela kakak saya!”
Drrrrrrrrrrttttttttt…..
Kenaan langsung melirik smartphonenya yang dia taruh di atas meja, dia langsung mengambil dan mengangkat panggilan telpon itu.
“Iya kak?”
“…”
“Aku di rumah teman, gak, kak Kinaan gak ada bilang apa-apa”
“…”
“Kak Dela tunggu aja aku bentar lagi pulang kok ini”
Kenaan mematikan telpon itu, dia mengambil tasnya.
“Yuk pulang sekarang, kak Dela di rumah dan gak ada orang”
“Oke” sahut Rama.
Kenaan menatap tajam Lidyia, “Kak, aku duluan makasih, maaf juga udah ngeberantakin ruang tamunya tadi”
Alan mengangguk , “Santai aja”
Kenaan langsung berjalan keluar dan di susul Rama yang juga pergi tanpa sepatah katapun menyisakan Alan dan Lidyia.
“Kamu pulang sekarang”
“Iih… gak mau, jalan yuk apa nonton? Mood aku ancur gara-gara anak tadi”
Alan tidak mempedulikannya dia langsung berbalik dan menaiki tangga, tapi Lidyia yang kelewat kesal langsung berlari naik ke tangga dan menarik Alan sampai keduanya terjatuh.
“So-sorry Al, ka-kamu gak apa-a…”
Alan menggeram, “Saya gak peduli dari keluarga mana kamu, saya capek kamu pulang sekarang kalau tidak saya panggil polisi!”
Mendengar itu Lidyia tentu sangat murka, dia menghentakkan kakinya keluar rumah Alan. Alan sendirian lagi di rumah yang besar itu, dia masih diam duduk di tempat dia teratuh . Alan melihat tangannya tadi yang sempat mengelus punggung Rama.
“Memang gak ada harapan….”
Alan mengepalkan tangannya, tubunya perlahan terasa sakit.
*-…-…-*
Karya ini GRATIS! Tapi kamu boleh kok kasih tip biar kreator hepi 🥰
