Chapter 01: Reinkarnasi?!

4
2
Deskripsi

Aku bereikarnasi?!

“Ukh….”

Aku mengerjabkan mataku beberapa kali, rasanya cahaya lebih silau daripada biasanya. Aku mengusap wajahku dan duduk dengan lesu. Aku perlahan membuka mataku lagi.

Apa aku masih tidur? Ini mimpikan?’ aku membatin.

Ada apa dengan kamar yang begitu luas ini? Rasanya di rumaku tidak punya lemari, sofa dan perapian! Lalu sejak kapan cat rumahku berwarna putih-gold begini? Juga aku tidak sekaya itu sampai punya guci-guci yang terlihat mahal seperit itu!

Benar aku pasti masih bermimpi, kalau tidak bagaimana mungkin ini nyata? 

Untuk memastikan aku bermimpi, aku mencubit dengan keras kedua pipiku.

“Awh! Sakit!”

Aku mengelus kedua pipiku, rasa sakitnya nyata. Apakah itu berarti ini bukanlah mimpi?! Tapi kenapa bisa menjadi seperti ini?!

Apa yang terjadi padaku? 

Krieet

Pintu terbuka, seorang pria dengan pakaian pelayan masuk kedalam dan menghampiriku. Pria itu berambut merah gelap dan warna matanya merah yang lebih gelap dari rambutnya. Pandangan matanya tajam, kulitnya benar-benar bersih dan putih.

“Tuan Reigha sudah bangun, yang mulia menyuruh saya untuk langsung mengantarkan anda ke kereta kuda begitu anda bangun” pelayan itu berucap sambil memunguti pakaian yang berserakan dilantai.

“Pakaian anda, tuan muda” pelayan itu menyerahkan pakaian yang dia pungut barusan kepadaku.

Aku mengambil pakaian itu dan hanya memandanginya saja, maksudku sejak kapan aku punya pakaian yang terlihat sangat mahal ini? Apa pelayan ini tidak salah?

“Tuan?”.

Pelayan itu menatapku, aku menatap lagi pakaian yang aku pangku.

“Maaf, tapi apa bisa kau berbalik? Aku tidak suka dlihat saat berganti pakaian”.

Wajah pelayan itu terlihat kaget, “Ekhem, maaf tuan muda” diapun berbalik.

Aku memakai pakaian itu, kecuali dengan dasinya. Aku tidak tau cara memakai dasi ini, alhasil aku hanya menggenggamnya saja. 

Tadi pelayan ini bilang akan mengantarkanku ke kereta kuda, jadi ini bukan rumahku, kan?’ batinku.

“Antarkan aku ke kereta kuda dan er… siapa namamu?” tanyaku.

“Saya Yohan, tuan muda” sahut pelayan itu.

Aku mengangguk, pelayan itupun berjalan didepanku dan aku mengikuti dibelakangnya. Selama berjalan ini aku terkagum-kagum, pilar diukir indah begitupun dengan bagian dinding bawah dan atas, lukisan besar terpajang rapi, dan jendela-jendelanya yang sangat besar. Bahkan pemandangan dari luar jendela benar-benar indah, meski aku hanya sekilas saja melihatnya.

“Tuan muda ini kereta kudanya” ucap Yohan.

Aku mengangguk, aku melihat kereta kuda yang berlapis warna coklat gelap tapi tetap terlihat elegant. Tidak banyak hiasan jadi tidak terkesan norak, awalnya aku sempat membayangkan kereta kuda yang benar-benar berlapis emas mengingat bagaimana tempat ini yang pasti pemiliknya benar-benar kaya. Tapi syukurlah ini tidak mencolok.

“…Ada apa tuan?”.

Lamunanku terbuyar, “Tidak, terima kasih”.

Akupun menaiki kereta, pintu ditutup oleh Yohan dan keretapun perlahan berjalan.  Aku menunduk melihat kakiku sendiri.

“Kalau ini bukan mimpi, lalu apa yang terjadi padaku? Memangnya terakhir kali apa yang aku lakukan?...”

Aku memijat keningku, aku benar-benar harus memikirkan apa yang harus aku lakukan sekarang, terlebih ditempat dimana aku tidak mengenal apapun, siapapun dan bahkan diriku sendiri. 

“…Kalau diingat rasanya aku pernah mendengar sesuatu tentang reinkarnasi begitu, tapi dimana?”.

Aku berusaha mengingat dan tiba-tiba terbayang teman laki-laki sebangkuku, dia punya gaya rambut mangkuk. Dia benar-benar suka dengan novel rofan, kebalikan dari aku yang suka thriller. 

“Terakhir kali anak itu mengoceh tentang kerajaan… vi-vi-….errr… villain? Kalau tidak salah, dan reinkarnasi. Sshhh… apa ya ceritanya… hmm gadis remaja mengalami kecelakaan kemudian bereinkarnasi kedalam novel yang dia baca… seperti itu? Tapi aku tidak membaca novel rofan dengan khas seperti barat begini, terakhir yang aku baca novel thriller itu dengan banyak sekali adegan gorenya. Dan aku tidak masuk kedalam novel itu, kalau iya sekarang aku pasti sudah berlumuran darah atau yang terburuk, badanku sudah terpencar entah kemana.”

Aku melihat keluar jendela, “Pokoknya aku harus mencari tau situasinya lebih dulu”.

Kereta kuda terus melaju dan berhenti didepan sebuah pagar besi kokoh yang tinggi menjulang, dibagian tengah terbentuk perisai dengan sisinya di lilit akar berduri. Aku membuka pintu kereta dan keluar perlahan takut terjatuh.

Pagar itu dibuka oleh salah satu pengawal yang berdiri disisi kanan pagar.

“Silakan masuk, tuan muda” ucapnya  sambil sedikit membungkuk.

Aku melihat pengawal disisi kiri sekilas kemudian masuk. Setelah empat langkah aku berhenti, masalahnya sekarang adalah aku harus kemana? Aku tidak tau tempat ini dan lebih lagi tempat ini sangat luas dan besar, memang tidak sebesar dan seluas tempat aku terbangun tadi.

Kresek…

“Hmm?” 

Aku mengedarkan pandangan mencari sumber suara, aku melihat semak yang sedikit bergoyang. Akupun berjalan kesemak itu, aku mengintip dari atas semak yang tingginya hanya seperutku itu.

Anak kecil?’ 

Aku melihat seoarang anak kecil dengan rambut keperakan  dengan mata kuning terang yang bulat dan besar. Anak ini cukup langsing dan tidak terlalu tinggi.

“Apa yang kau lakukan disana?” tanyaku.

Anak itu menatapku dengan ketus, dia kemudian berdiri dan menepuk-nepuk pantatnya.

“Bukan urusanmu!” ucapnya kemudian berlari pergi.

“Apaan sih…” aku menghela nafas, aku hanya bertanya bukan memukulnya kenapa dia marah begitu.

“Sudahlah, aku masuk saja dulu”

Karena aku tidak tau tempat ini, sebaiknya aku mengikuti jalannya saja dan sampai didepan pintu. Didepan pintu inipun ada dua penjaganya yang menjaganya, salah satu dari mereka membukakanku pintu. Aku mengangguk sekali kemudian masuk.

Aku sudah masuk, lalu aku harus apa?’ aku melihat sekeliling.

Sepertinya semua orang disini kaya-kaya, lihat saja dengan semua kemewahan ini. Aku sangat penasaran pekerjaan apa yang mereka lakukan sampai punya tempat tinggal bak Istana ini.

Drap drap drap…

Aku medengar suara langkah kaki yang cukup nyaring. Suara itu terasa mendekat kearahku.

“Tunggu… sayang, jangan terlalu emosi…”

“Diamlah Arte dan kembalilah ke kamarmu ini urusanku!”

Aku melihat wanita dan pria, wanita itu terlihat menangis sementara yang satu lagi terlihat sekali marahnya. Kalau dari pakaiannya mereka pastinya bukan pelayan, dan dari wajahpun mereka terlihat seperti umur tiga puluh atau empat puluhan. Mungkinkan mereka orang tua dari laki-laki yang aku rasuki ini?

Pria itu menatapku tajam, membuatku seketika merinding.

“Reigha Mir Preston! Apa yang kau lakukan?! Berani-beraninya aku membuat onar di pesta ulang tahun Kaisar, dan kemana saja kau semalaman?!”

Kakiku lemas, mulutku pun terasa kaku. Apa ini? Tekanannya sangat kuat bahkan aku mulai sulit bernafas. Aku kehilangan tumpuanku dan terduduk lemah.

“Ayah tahan Auramu!” 

seorang perempuan berlari menghampiriku, dia menunjukan raut wajah cemas.

“Ayah kumohon, Reigha… dia… dia hanya banyak minum wine malam tadi, jadi dia tidak sadar melakukannya, ayah… a—“.

“Mau sadar ataupun tidak, yang dia lakukan sudah kelewatan. Minggir dari sana Rudbeckia! Aku akan menghabisi anak itu hari ini  juga!”.

Penglihatanku memburam, tapi aku masih bisa mendengar banyak langkah kaki disekelilingku.

 

*-…-…-*

 

Aku perlahan membuka mataku, berharap semoga aku kembali ke kamarku yang kecil saat aku membuka mata.

Lagi…?

Sudahlah, aku menyerah, aku akan menerima hidup ini. Aku juga harus benar-benar mencari tau apa yang terjadi, dan pria yang ingin membunuhku itu sepertinya ayah dari tubuh ini. Sebaiknya aku harus waspada dan menjauhinya. Lalu tentang dua wanita yang seperti ingin menolongku itu, mungkin yang satu ibu dan yang satu entah adik atau kakak tubuh ini.

“Rei…” 

“Ibu?”.

“Ah… kau bangun juga, apa kau masih merasa sakit?”.

Ibu duduk ditepi kasur, tangannya mengelus wajahku sambil menangis.

“Jangan membenci ayahmu, dia tidak bermaksud  begitu”.

‘Jadi memang benar ya pria itu ayahku’ batinku.

Aku menggeleng, “Tidak apa-apa ibu”.

Terlihat dari raut wajah ibu yang kaget, apakah aku salah bereaksi? Memang seperti apa biasanya orang ini bersikap?

“Ah… ibu sudah menyiapkan sarapanmu, makanlah”.

“Lennie masuklah!” ucap ibu.

Pintupun dibuka dan menampakan seorang pelayan wanita muda mungkin umurnya baru dua puluh tahunan. Dia masuk dengan mendorong troli makanan, pelayan itu mengambil meja lipat dirak paling bawah dan menaruhnya tepat diatas kakiku. Pelayan itu satu persatu memindahkan makanan yang diatas troli keatas meja didepanku. 

Aku melihat sup, salad, roti dan mentega, susu dan air putih. Apa aku bisa menghabiskan ini? Biasanya aku memang tidak pernah sarapan pagi dan hanya minum susu saja sebelum berangkat sekolah.

“Makanlah”. 

Aku mengangguk, aku akan makan dulu baru memikirkannya lagi.

Entah mungkin memang lapar, semua makanan itu aku habiskan dalam waktu cepat. Pelayan itu membereskan semua piring dan mengambil lagi mejanya, diapun keluar.

“Ibu maaf, tapi aku ingin sendiri aku masih sedikit mengantuk”.

Ibu tersenyum kemudian berdiri, “Kalau begitu tidurlah sedikit lebih lama lagi, ibu akan keluar”.

Aku melihat ibu yang berjalan keluar.

Kalau boleh jujur ada hal yang benar-benar menggangguku.

Reigha Mir Preston… kalau tidak salah itu yang diteriakan ayah waktu itu. Ayah juga menyebut Arte dan Rudbeckia, aku seperti tau nama-nama itu. 

“Reigha… ah! Aku ingat sekarang! Itu adalah karakter antagonis dari novel yang kakak berikan padaku waktu itu!”.

Iya tidak salah lagi, Reigha lalu keluarga Preston. 

Aku mengacak rambutku, aku benar-benar dikutuk. 

“Dari sekian banyak karakter kenapa aku harus memasuki tubuh Reigha?! Haa… dan lebih sialnya lagi aku hanya membaca lima lembar novel itu sebelum tertidur dan berakhir seperti ini”.

Reigha Mir Preston, karakter antagonis yang dibuat author sebagai pembuat onar paling menyebalkan sesatu Kekaisaran. Aku tidak mengetahui akhir Reigha itu bagaimana tapi yang jelas itu karakter yang menjengkelkan dan dibenci semua orang, dia hanya beruntung karena terlahir dari keluarga Preston sang Perisai Kekaisaran.

Ada empat kekautan dalam novel ini. Yang pertama Mana, itu dimiliki keluarga Kekaisaran dan siapaun yang memiliki darah keluarga kekaisaran tidak peduli statusnya. Yang kedua Kekuatan Suci, itu dimiliki oleh orag-orang dari kuil dan yang terkuat dimiliki Saintess diikuti kepala kuil dan kebawah seterusnya. Yang ketiga Aura, itu dimiliki ksatria tetapi tidak semua ksatria memiliki aura dan yang memiliki disebut Sword Master. Dan yang terakhir Kekuatan Sihir, yang dimiliki penyihir tapi ada juga yang mempelajari sihir meskipun tidak memiliki darah penyihir dan kekauatan sihir mereka hanya bisa sampai ketahap standar saja.

Ada juga empat keluarga utama pelindung Kekaisaran. Keluarga Aarash, Pedang Kekaisaran, saat ini dipimpin Marquess Inshal Aarash. Keluarga Fannan, Ahli Strategi Kekaisaran, saat ini dipimpin Duchess Zinnia Fannan. Keluarga Preston, Perisai Kekaisaran saat ini dipimpin Grand Duke Matteo Mir Preston. Lalu yang terakhir keluarga Padman, Ketua Asosiasi Dagang, saat ini dipimpin Count Yosrey  Xan Padman.

Kekaisaran Eiham saat ini dipimpin oleh Kaisar Xander Ra Eiham. Hanya keluarga kekaisaran yang memiliki tiga nama dan jika ada yang menikah dengan salah seorang yang memiliki darah kekaisaran juga akan mendapat nama tengah sesuai dengan nama depan ayah atau ibu orang itu, biasanya diambil dua tau tiga kata.

Ayah Reigha sendiri dulu hanya seorang Count dan menikah dengan putri dari adik Kaisar terdahulu dari dan mendapat gelar Grand Duke dan nama tengah Mir sesuai nama ayah dari istrinya.

Pernikahan Grand Duke sendiri melahirkan enam orang anak, yang pertama laki-laki yaitu Luham yang sekarang menjadi tangan kanan Kaisar, yang kedua laki-laki yaitu Sahnon yang sekarang menjadi pemimpin pasukan Ksatria Elit, yang ketiga perempuan yaitu Rudbeckia dia seorang dokter hebat yang sangat terkenal diseluruh kekaisaran, yang keempat laki-laki yaitu Reigha si pembuat onar, yang lima dan enam anak laki-laki kembar Agler dan Alden.

Author membuat banyak halaman untuk mendeskripsikan hal itu, sampai-sampai jalan ceritanya baru dimulai dilembar keempat. Sebenarnya cukup menarik membaca deskripsinya tapi cukup memakan banyak waktu terlebih diawal langsung keluar banyak sekali entah itu nama karakter, gelar dan nama keluarga.

Dan yang menjengkelkannya itu ketika awal cerita, diceritakan Reigha yang benar-benar mengacau dipesta ulang tahun Kaisar, saking kacaunya itu, aku rasanya enggan untuk mengingatnya dan ketika keesokan paginya dia pulang ayahnya menunggunya. Begitu melihat Reigha, Grand Duke langsung mengeluarkan Auranya dan membuat Reigha pingsan. Itulah bagian terakhir yang aku baca.

“Dan setelah itu aku tidak tau lagi apa yang terjadi... haa ini semua salah author! Kenapa dia membuat banyak sekali deskripsi dilembar awal? Ya bagus sih untuk mengenalkan ceritanya tapi masalahnya hidupku taruhannya disini tau!”

Aku memerosotkan badanku kekasur, “Apa yang harus aku lakukan pada Reigha ini? Apanya yang apa sial, aku harus merubah Reigha!”

Aku membulatkan tekatku, jika memang ini adalah kehidupanku yang sekarang. Aku akan berusaha keras untuk merubahnya menjadi lebih baik.

“Pasti happy ending!”

 

*-…-*

 

 

Bersambung

Karya ini GRATIS! Tapi kamu boleh kok kasih tip biar kreator hepi 🥰

Kategori
Yuki
Selanjutnya Chapter 02: Membuntuti
4
1
Melindungi kedua adikku…
Apakah konten ini melanggar ketentuan yang berlaku sesuai syarat dan persetujuan? Laporkan