Suami Pilihan Bapak Bab 5 (New Life) Gratis

1
0
Deskripsi

Gadis terpaksa menikah dengan Faiz, pria yang dipilih oleh Bapaknya. Meski ia sebenarnya benci setengah mati pada pria yang pernah pergi dari hidupnya tanpa kabar.

Ia tak menyangka pernikahan itu membuatnya terlibat dengan masa lalu sang suami hingga membahayakan nyawanya.

Ditambah dengan orang di masa lalu Faiz yang hadir kembali untuk membalas dendam karena kematian seorang gadis.

Pernikahan Gadis semakin rumit ketika sang ibu memintanya bercerai.

Lalu bagaimana kelanjutan pernikahan mereka saat masa lalu Faiz terungkap?

Bab 6 New Life

Gadis menggigit bibir bawahnya keras ketika berdiri di depan sebuah ruko dua lantai, yang akan ia tempati bersama suami dan ibu mertuanya. Hari ini, ia benar-benar akan tinggal jauh dari orang tuanya. Di sini ada empat ruko, ruko yang paling besar adalah ruko yang mereka tinggali, yang satu dijadikan bengkel mobil, dua ruko lainnya masih direnovasi.

           “Ayo, Dek.” Faiz menarik pergelangan tangan istrinya setelah memarkir mobil Avanza putihnya di depan ruko.

           “Assalamu’alaikum.”

           “Wa’alaikumsalam.” Aisyah dengan cepat menjawab dan membukakan pintu untuk putra dan menantunya itu, seolah ia memang menunggu kedatangan mereka.

           Sepasang suami istri itu mencium tangan kanan Aisyah kemudian duduk di sofa. Ruangan di lantai satu ini terlihat sejuk dengan cat berwarna hijau daun yang menyegarkan mata. Di sudut ruangan ada televisi besar yang ditutup kain berbulu lembut. Sebelah kanan TV, ada pintu tertutup yang katanya adalah kamar Aisyah, dan di samping kamar itu adalah dapur.

           “Minum dulu, Nduk.” Aisyah meletakkan dua jus jeruk di meja, ia duduk di sofa sambil memperhatikan menantunya yang terlihat gugup.

           “Aku langsung ke atas aja, Bu, capek banget.” Faiz menguap lalu menutup mulutnya.

           “Oh, iya. Kamarnya udah Ibu bersihkan tadi, jangan sungkan ya, Nduk, ini kan rumah kamu juga,” pesan Aisyah ketika Faiz mengajak sang istri untuk naik ke lantai dua.

           Lantai dua ini terlihat begitu luas, karena hanya ada rak buku di sudut ruangan dan dua pintu kamar. Satu kamar tamu dan satunya kamar Faiz. Saksi betapa frustasinya ia ketika mengetahui Gadis telah menyandang status kekasih orang lain saat itu.

           Gadis memasuki kamar itu dengan perasaan tak menentu, bingung mau melakukan apa dan harus bagaimana. Di sudut ruangan terdapat lemari besar tiga pintu dengan cermin besar menempel di pintu tengahnya.Pikiran tentang malam pertama membuatnya seolah ingin lari saja dari ruangan itu dan kembali ke rumah. Rasanya, ia benar-benar belum siap.

           “Kenapa diam saja? Sini, besok saja kamu taruh pakaianmu di lemari. istirahat saja dulu. Aku mau nonton bola di bawah.” Seolah mengerti pikiran istrinya itu, Faiz memilih keluar dari kamarnya.

***

Gadis mengerjapkan mata beberapa kali, memperhatikan dari jendela di luar masih gelap namun matanya tak bisa lagi terpejam. Ia menatap wajah pria yang telah sah menjadi suaminya sambil tersenyum kecut. Beberapa tahun lalu entah apa yang membuatnya menyukai pria ini. Pria yang tidak pernah menyatakan cinta, tapi langsung menghalalkannya. Gadis mengakui apa yang dikatakan Tari memang benar. Faiz yang tampan, kulitnya yang putih bersih, alisnya yang tebal, hidungnya yang mancung dan lancip serta bibirnya yang masih merah basah menandakan ia memang tak pernah menghisap rokok. Aahh, aku lekas edan mene,(Ah aku mulai gila lagi) batin Gadis sembari menggelengkan kepala lalu berusaha membalikan badannya ke arah lain, tapi tangan besar suaminya menahan agar tetap di posisi yang sama.

           “Tetaplah pandangi aku seperti dulu,” lirih Faiz masih dengan mata terpejam dan memegang erat bahu perempuan yang berbaring di hadapannya itu.

           “Aku mau bantu Ibu masak dulu. sudah pagi.”

           “Masih malam, alarmku belum bunyi,” bisik pria itu dengan desahan napas yang terdengar seksi di telinga Gadis. Ia lupa bahwa suaminya itu selalu memasang alarm tepat jam setengah lima pagi sebelum subuh.

           “Jangan menghindariku lagi.” Faiz menarik tubuh perempuan itu ke dalam pelukannya, membelai rambut panjangnya dan sesekali mencium rambut itu. Hal yang sudah lama ingin ia lakukan kepada perempuan yang ia cintai. Dan ia bersyukur, malam itu Gadis tak menolak sentuhan tangannya di kulit kuning langsat itu.

***

          “Kapan kamu mulai kerja lagi, Nduk?” tanya Aisyah pada menantunya yang masih sibuk mengiris bawang merah dengan mata berair dan tak berhenti berkedip itu.      “Hari Senin, Bu, sisa tiga hari lagi.” Gadis sesekali mengusap matanya, dengan tarikan napas seperti sedang menangis. Konon katanya, orang yang menangis saat mengiris bawang merah adalah tipe orang yang pencemburu.

           “Apa nggak cari kerja yang dekat sini saja? Capek nanti tiap hari bolak-balik. Bisa pengaruh sama kandunganmu. Ibu kan pengen cepat punya cucu.” Wanita setengah baya itu tersenyum menatap menantunya yang salah tingkah.

           “Insya Allah tidak, Bu, nggak sampai satu jam kok.”

           “Ya, nanti biar Faiz yang antar.”

           Gadis hanya terdiam mendengar ucapan sang mertua, ia takkan tega membantah ucapan wanita setengah baya yang tulus menyayanginya itu. Ia tak tahu lagi harus bagaimana jika orang tua itu mengetahui hubungannya dengan Faiz tidak baik-baik saja. Bagaimana mau cepat punya anak jika sekali pun ia belum pernah melakukan kewajibannya sebagai istri.

           “Bu, nggak jadi ke pasar?” Faiz bersandar di pintu yang menghubungkan ruang tengah dengan dapur, kedua tangannya bersedekap di depan dada.

           “Oh, iya, kamu antar saja istrimu ke pasar. Biar Ibu yang memasak pagi ini.” Aisyah tersenyum penuh arti pada putra semata wayangnya itu. Satu-satunya keluarga yang masih hidup.

           “Oke, aku ganti baju dulu.” Pria itu melangkahkan kaki kembali ke kamarnya, mengganti celana pendeknya dengan celana jeans biru dongker dan merapikan rambutnya yang sedikit acak-acakan. Kemudian dengan tergesa ia masuk ke kamar mandi. Tak selang berapa lama, istrinya menyusul memasuki kamar itu. Kamar yang mereka tiduri setelah kemarin Faiz memaksanya untuk tinggal di ruko, sementara rumah yang dia bangun masih dalam proses penyelesaian.

           Dengan kaus longgar warna biru laut dan jeans hitam perempuan itu berdiri di depan cermin yang menempel di pintu lemari. Gadis membulatkan matanya ketika melihat suaminya yang mengenakan kaus dengan warna sama dengannya keluar dari kamar mandi. Shit, kenapa aku lupa kalau dia memakai baju biru tadi, batin Gadis. Pria itu menghampiri Gadis dan dengan lembut ia menggenggam jemari sang istri lalu menariknya keluar dari ruko.

“Cie … pengantin baru mesra bener, pagi-pagi udah gandengan aja.” Terdengar suara Randi yang berjalan dari bengkel menghampiri mereka. Sementara Gadis melepaskan tangannya dari genggaman Faiz.

           “Ngapain kamu pagi-pagi di sini? Bukannya renovasinya belum selesai?” ucap Faiz datar.

           “Tadinya mau ke atas nemuin kamu, tapi takut ganggu, jadi aku nunggu sini aja.” Randi mengedipkan sebelah mata pada istri sahabatnya yang tersipu malu.

           “Emang ada apaan?”

           “Ngomong di sini?” Pria itu menatap Faiz ragu. Apa tak masalah menyampaikan berita ini di depan sang istri? kata Randi dalam hati.

           “Ngomong aja kenapa sih?” geram Faiz tak sabar. Sementara Gadis memandang kedua pria di depannya itu heran.

           “Tadi malam Koko telepon aku. Katanya, Gavin sudah keluar dari penjara sebulan yang lalu ...”

           “Nanti aku ke rumahmu. Kita bicara di sana. Kami ke pasar dulu. Keburu siang nih,” potong Faiz cepat, kemudian menarik tangan Gadis dan berjalan mengambil motor yang ia parkir di depan bengkel. Sementara Radit menggerutu sendiri melihat kelakuan sahabatnya itu.

***

           Perempuan itu berjalan memasuki pasar dengan tergesa, seolah tak ingin berjalan bersama pria yang mengikutinya dari belakang. Matanya melihat penjual sayur yang berjejer di tempatnya masing-masing, lalu mengeluarkan catatan yang dibawakan ibu mertuanya tadi.

           “Lho, pakai catatan?” Pria itu mendekati sang istri yang memeriksa selembar kertas di tangannya, ikut membaca apa yang tertulis di dalamnya.

             Perempuan itu menatap Faiz tajam, “memang kenapa? Kamu tunggu di parkiran aja deh.” Ia mendorong bahu pria itu agar menjaga jarak darinya, lalu kembali berjalan menghampiri penjual sayur dan mulai memilih kol serta beberapa wortel yang masih segar.

           “Bu, saya beli kolnya satu, wortel setengah kilo. Tambah seledri sama daun bawangnya masing-masing lima ribu, ya.”

           “Masak sop lagi?” Faiz mengembuskan napas kasar. Ia sungguh bosan dengan sayur yang banyak kuahnya itu. Ia lebih suka tumis kangkung atau urap yang tak menggunakan kuah. Sementara istrinya itu hanya tertawa melihat ekspresi kesal suaminya.

           “Ibu yang suruh. Nggak usah protes.”

           “Ibu terus dibawa-bawa. Kamu kapan masakin aku?”

           “Kapan-kapan!” seru Gadis lantang, lalu meninggalkan Faiz yang semakin kesal. Meski begitu ia merasa lega, wanita yang ia cintai sudah mulai banyak bicara padanya. Berbeda dengan  pertemuan pertama mereka setelah lima tahun berpisah. Ketika Gadis menunjukkan kebenciannya secara terang-terangan karena kesalah pahaman yang sampai saat ini belum bisa ia jelaskan.

           Gadis tersentak saat seseorang merebut kedua kantong belanjanya yang lumayan berat. “Kamu ngagetin tau. Ngomong dulu kek, kalau mau bantu.”

           Faiz hanya tersenyum menatap perempuan itu kemudian berjalan lebih dulu. Menghampiri beberapa penjual jajanan pasar dan membeli beberapa kantong camilan, lalu keluar dari pasar menuju tempat motornya parkir.

           “Beli jajanan banyak banget, pantas gendut,” sindir Gadis yang baru saja naik di boncengan motor. Sementara Faiz memilih diam dan mengemudikan motornya.

***

           “Oppa!” teriak seorang perempuan muda seraya melambaikan tangan ketika Faiz dan Gadis memasuki ruko.

           “Oppa?” tanya Gadis mengerutkan kening heran menatap Faiz. Namun pria itu justru meninggalkannya dan menghampiri perempuan muda yang memanggilnya lalu  memasuki dapur yang berada di sebelah kamar ibunya.

           “Udah libur, Ra?” Pria itu mengelus rambut Rara dengan sayang. Meletakkan kantong belanjaan di atas meja makan.

           “Oh, iya, Dis, kenalin ini Rara. Dia yang bantuin Ibu nyuci dan bersih-bersih. Rara, salim dulu sama istrinya Mas,” ucap pria itu sambil menunjuk Gadis yang masih berdiri di ruang tamu.

           “Rara,” perempuan muda itu menyalami Gadis sebentar kemudian kembali menghampiri Faiz.

           “Ra, antarkan dulu ini ke bengkel,” Faiz memberikan beberapa kantong kecil pada Rara. “Eh, tadi Ibu sudah buatkan teh belum untuk Pakdhe?”

           “Belum, Oppa.” Perempuan muda itu berjalan ke dapur dan mulai menyeduh teh. Pakdhe yang dimaksud adalah para tukang yang sedang mengecat dinding ruko yang sedang direnovasi.

           “Dek, aku ke tempatnya Randi dulu ya, bentar aja kok,” pamit Faiz sambil mengulurkan tangan kanannya yang langsung dicium oleh istrinya. Meski masih ada kecanggungan di antara mereka, namun Gadis tetap melakukan kewajibannya sebagai istri kecuali urusan ranjang.

           “Sini, biar aku yang bawa tehnya.”

           “Nggak usah, Kak, aku aja. Kakak bawa kuenya, diatur di piring ya.” Dengan cekatan Gadis meletakkan beberapa kue di dua piring yang berbeda, namun terdiam seketika menyadari sesuatu. Secepat kilat ia berbalik menatap Rara tajam, bukankah dia yang seharusnya memerintah perempuan muda itu? Dia kan juga pemilik rumah, protesnya dalam hati.

           “Ayo, Kak, antar ke sebelah dulu.” Rara berjalan lebih dulu dengan membawa nampan di kedua tangannya. Sementara Gadis membawa dua piring camilan di belakangnya.

           “Pakdhe, ini Rara bawakan teh manis,” ucap Rara sedikit kencang ketika memasuki bengkel. Di sana, dua pria paruh baya sedang mengaduk cat di ujung ruangan, sementara tiga pria muda mengecat dinding.

           “Lhaah, matur nuwun, Cah Ayu. Ini siapa, Nduk? Kok aku baru lihat,” ucap pria itu seraya menghampiri Rara.

           “Ini istrinya Pak Bos. Pakdhe nggak datang waktu acara pernikahannya?” Rara meletakkan nampan di meja dekat pintu. “Rara juga nggak pergi, Pakdhe. Nggak ada yang antar ke sana,” lanjutnya.

           “Oalah, pasti Mbak Gadis, ya?”

           “Iya, Pakdhe. Ini, silakan dimakan kuenya.” Perempuan itu mengangguk, kemudian meletakkan piring berisi kue di meja.

***

           Gadis bersandar di pintu kamar mandi dekat dapur, dengan tangan kanan mengepal di pinggang rampingnya. Ia memperhatikan Rara yang sedang mengucek pakaian sambil menyanyikan lagu Korea yang ia putar dari ponselnya.

           “Kamu, kenapa panggil Faiz dengan sebutan Oppa?” tanya Gadis datar.

           “Emang kenapa? Nggak boleh, ya? Almarhum ayahnya, kan, ada keturunan Korea gitu, kulitnya Kenzie Oppa juga putih, mancung lagi, mirip Lee Min Hoo.” Rara menghentikan kegiatan menguceknya dan menatap Gadis heran. Sementara perempuan itu hanya bisa mengelus dada, Kenzie Oppa? Yang benar saja, protesnya dalam hati.

           “Kenapa, Kak? Tanya-tanya? Takut kurebut, ya? Makanya dilayani baik-baik itu suaminya,” lanjut Rara dengan wajah sok serius dan Gadis tak bisa lagi berkata-kata. Anak kecil ini benar-benar menyebalkan, umpatnya dalam hati.

**** 

Yuhu….

Yang udah follow akun saya di Wattpad pasti tahu ini novel yang saya tulis sejal tahun 2018.

Sudah tamat di dua platform berbeda. KBM dan joylada.

Dan bakalan saya publish di sini perlahan.

Jangan lupa baca seri novel saya lainnya ya.

Buat yang suka romance komedi bisa baca Comedor.

Yang suka cerita rumah tangga bisa baca seri berjudul Gadis Berlumur Noda.

Atau snackbook berjudul Bukan Hanya Tentang Kita.

Bisa lihat di profil ya.

Terima kasih.

Karya ini GRATIS! Tapi kamu boleh kok kasih tip biar kreator hepi 🥰

Selanjutnya Suami Pilihan Bapak Bab 6 (Ancaman) gratis
1
0
BlurbGadis terpaksa menikah dengan Faiz, pria yang dipilih oleh Bapaknya. Meski ia sebenarnya benci setengah mati pada pria yang pernah pergi dari hidupnya tanpa kabar. Ia tak menyangka pernikahan itu membuatnya terlibat dengan masa lalu sang suami hingga membahayakan nyawanya. Ditambah dengan orang di masa lalu Faiz yang hadir kembali untuk membalas dendam karena kematian seorang gadis. Pernikahan Gadis semakin rumit ketika sang ibu memintanya bercerai. Lalu bagaimana kelanjutan pernikahan mereka saat masa lalu Faiz terungkap? 
Apakah konten ini melanggar ketentuan yang berlaku sesuai syarat dan persetujuan? Laporkan