Kupikir rumah adalah tempat pulang, nyatanya alasan untuk pergi

0
0
Deskripsi

Banyak yang menganggap rumah adalah tempat pulang ternyaman setelah lelah bergulat dengan kerasnya dunia luar. Nyatanya tidak dengan ku, justru rumah adalah alasan ku untuk pergi.

   

 It's me. Perempuan yang biasa saja, dalam artian tidak cantik juga tidak jelek amat. Umur saat ini 24 tahun, pencapaian tidak ada. Hahaha
Buku ini saya tulis bukan untuk memotivasi sih, lebih tepatnya menyadarkan untuk kalian yang mungkin memiliki masalah yang cukup sulit juga, dalam artian " Lo ngga sendiri ".
Kenapa saya bilang buku bukan untuk motivasi? karna ngga ada yang bisa saya banggakan gitu loh, mungkin saja jika suatu saat nanti buku ini terbit dan banyak terjual. Untuk pertama kali, saya sebut inilah pencapaian saya. Dan mungkin saja buku ini akan menjadi buku yang bisa memotivasi seseorang.
Seperti judul buku ini "KUPIKIR RUMAH TEMPAT PULANG, NYATANYA ALASAN UNTUK PERGI".

     Saya terlahir dari keluarga yang serba kekurangan. Orang tua saya bekerja sebagai pedagang kosmetik keliling, dan saya memiliki 4 saudara. 3 perempuan dan 1 laki-laki.
Awalnya rumah adalah tempat ternyaman sewaktu duduk di bangku SD,SMP. Meskipun rumah kecil,atap terbuat dari daun kelapa kering, yang jika hujan bocor dan menjadi sarang ular.sering kali dikagetkan jika ular tiba-tiba jatuh dari atap. Syukurnya tidak pernah dipatok ular. Belum lagi jika tengah malam hujan turun, kami semua harus bangun,dan buru-buru melipat kasur agar tidak terkenah hujan, orang lain mungkin terlelap tidur jika hujan turun, berbeda dengan keluarga ku yang harus terjaga karena rumah bocor,dan tidak ada yang bisa di tempati untuk tidur. Saat itulah saya membenci hujan, bukan cuma alasan karna rumah bocor, tapi orang tuaku harus merantau keluar daerah yang musim kemarau disana. Saat itu saya tinggal bersama saudara-saudara saya.
Meskipun banyak suka duka didalamnya, entah kenapa rumah ini rasanya nyaman, mungkin karena keluarga masih lengkap? Atau saya yang masih polos saat itu belum mengerti keadaan. 
Masa SD dan SMP adalah masa yang masih menyenangkan menurut ku. Alhamdulillah perlahan rumah mulai membaik, atap rumah tidak lagi daun kelapa. Meskipun rumah tidak sebagus tetangga setidaknya rumah tidak lagi bocor jika hujan.

Orang tua ku menetap di salah satu daerah sul-sel. Ya dari kelas 5 SD orang tua ku menetap disana. Pulang hanya beberapa hari dalam 3 bulan. Kadang kalau libur sekolah saya dan saudara yang kesana. 
Ini berlangsung sampai saya kelas 3 SMP.
Rasa sepi yang menyelimuti rumah, membuat saat mencari aktivitas diluar rumah. bahkan tinggal di rumah nenek untuk waktu yang lama.

Ujian akhir sekolah akhirnya tiba. 
Tidak terasa saya sudah memasuki tahap sekolah menengah atas. Disinilah semua ujian bermula

5 Juli 2013
Waktu itu bulan ramadhan, ini hari ke-7 puasa.
Lagi sibuk-sibuknya persiapan masuk SMK. Ya kebetulan saya mendaftar di SMK, Alhamdulillah saya dan adik saya bebas tes masuk sekolah itu.
Orang tua saya bangga karna saya bisa masuk bebas tes. Mengingat banyak pendaftar yang ingin bersekolah disekolah itu.

Disatu sisi mungkin saya bahagia bisa mudah masuk di sekolah itu, tapi yang membuat hancur adalah, mendapat kabar kalau ayah saya kecelakaan dan meninggal.
Waktu itu sore pukul 4 ada telfon masuk, tapi saya abaikan, sampai kakak saya teriak memanggil saya, dia memperlihatkan pesan masuk itu, tapi saya tidak terlalu membaca isi pesan itu sampai kakak saya bilang kalau bapak kecelakaan. Kaget,lemas dan panik campur menjadi 1. Akhirnya saya mencari adik saya yang kebetulan sibuk membantu tetangga menyiapkan buka puasa. Saya memanggil dan memberitahu kalau bapak kecelakaan. Seperti yang saya rasakan, lemas,panik,kaget,sedih, khawatir menjadi satu. Sampai rumah saya mengaji dan berdoa berharap ayah saya selamat. Pukul 5 kakak saya mendapat telfon, kakak saya menangis. Saya mengeraskan suara mengaji agar tidak mendengar kabar itu. Tapi nyatanya kabar itu memang dari ibu saya, ya benar saat itulah saya mendengar kabar kematian ayah saya.
Rasa sedih,hancur kehilangan salah satu orang tua adalah kesedihan yang paling menyedihkan. Terlebih kami yang terpisah jauh dan jarang berkumpul.

Malam pun tiba, kami semua menunggu kedatangan ambulance yang membawa jenazah ayah, mental dan fisik kami persiapkan untuk menyambutnya. Terlebih kami berusaha kuat untuk mama. Ya mama pulang bersama jenazah ayah.
Suara sirine pun terdengar tanda ambulance itu sudah dekat.

Saat menuruni tangga kaki ini seakan tidak memiliki Tulang yang menopang, saya terjatuh lemas melihat ibu saya dan jenazah ayah saya. Buru-buru saya memaksa kaki ini untuk berdiri dan memegang ibu saya, saya menopang tubuh ibu saya menaiki tangga, disusul jenazah ayah saya yang diangkat naik ke rumah. Hati semakin tersayat ketika melihat luka dikepala ayah saya.
Ku beranikan diri membuka penutup wajah ayah saya. Benar saja itu wajah pucat dan dingin ayah saya, seakan tidak percaya, ayah saya benar-benar sudah tidak ada. Rasa kehilangan yang paling sakit adalah kehilangan orang tua kita.

Seminggu berlalu, hari pertama masuk sekolah, rasa semangat seakan tidak ada sedikit pun. Rasa sedih yang masih mendalam, membuat saya menutup diri di sekolah. Terkadang ingin menangis di tengah keramaian. Rasanya ingin cepat pulang, Lantaran, kesedihan itu masih menyelimuti.
Waktu itu juga ibu pergi ke Pinrang untuk mengambil barang-barangnya,juga barang-barang ayah, motor yang dipakai kecelakaan juga tidak di ambil, tidak rusak parah, hanya saja akan membuat kamu bersedih jika melihatnya. Mendengar ibu bercerita kalau sewaktu tiba di rumah kontrakan itu, ibu melihat sarung ayah yang di jemurnya untuk terakhir kalinya. Kenangan di rumah kontrakan itu masih terbayang jelas dan kamu yang tinggal di rumah juga merasa kalau ayah masih di luar kota. Tapi nyatanya dunia kita sudah berbeda. Tak ada lagi yang ku kunjungi jika libur sekolah dan tidak ada lagi yang kutunggu kedatangannya.

Terlepas dari ujian ini, inilah awal ujian Berat. Untuk biaya transportasi ke sekolah hari-hari ibu saya harus menjual kue keliling, malam ketika orang lain tertidur lelap, ada ibu saya yang sibuk membuat kue. Pagi-pagi jam 6 ibu sudah pergi menjajahkan kue tersebut. Orang lain mungkin masih terlelap tidur tapi tidak dengan ibuku, meskipun diselimuti ngantuk karena begadang membuat kue, iya tetap berjuang dengan keliling menjual kue agar saya bisa bersekolah. Mau bagaimana lagi, saya baru bisa kesekolah kalau ibu sudah pulang menjual kue. Itu berlangsung selama 1 setengah tahun. Rasa tersayat di hati, melihat ibu, yang tertidur samping adonan yang di tunggunya mengembang.
Disitulah saya benar-benar ingin cepat-cepat menyelesaikan sekolah dan mencari pekerjaan.
Kelas 2 SMK, saya PKL di kota. Itu berarti saya membutuhkan biaya yang lebih besar lagi. Ibu menjual tanahnya di kampung untuk modal usaha, ibu mencoba untuk kembali berjualan kosmetik keliling bersama kakak saya yang laki-laki. Karena dirasa pekerjaan itu berat, akhirnya kakak saya menyerah, dan ibu memutuskan untuk ke sengkang tempat kakakku tinggal dengan suaminya. disana ibu menjual kue untuk biaya saya sekolah dan adik saya. Terlebih PKL saya ngekost selama 3 bulan. Setelah PKL selesai, ibu pulang. Lantaran jualan sudah tidak laku. Untuk biaya sekolah saya menjual pisang coklat. Lumayan pendapatan saya bisalah untuk transportasi juga jajan di sekolah, saya juga bisa menabung uang hasil jualan piscok itu. Alhamdulillah untuk biaya makan sehari-hari, selain dari hasil jualan saya, kami juga di bantu kakak untuk biaya hidup. Kebetulan kakak laki-laki saya kerja di Papua. Meskipun gaji tidak banyak tapi Alhamdulillah cukup untuk makan sehari-hari.

Tidak terasa ujian sekolah selesai. Adik saya memutuskan untuk bekerja di minimarket dan saya kebetulan membantu kakak saya menjaga anaknya karna waktu itu kakak saya kerja. 1 bulan tinggal di rumah kakak saya meminta tolong untuk dicarikan kerja apa saja. Setidaknya saya bisa membantu ibu membayar utang. Akhirnya saya keterima kerja di toko herbal. Selain saya bekerja sebagai karyawan ternyata tugas saya di rumah itu adalah masak, cuci piring dan menyapu juga mengepel. Katanya sih karna kita tinggal di rumah itu makanya harus bantu-bantu pemilik rumah. Saya bekerja di tempat itu selama 3 bulan. Mendengar adik sya mau resign karena ada masalah dengan anak pemilik minimarket itu, saya pun mengajukan diri untuk menggantikannya. Pekerjaan disitu tidak jauh beda dengan tempat saya sebelumnya bedanya pekerjaan rumah dilakukan seminggu sekali. Tapi yang bikin berat di tempat kerjaku itu adalah anaknya yang menyuruh ini itu, sampai kadang kita bolak balik naik tangga, belum lagi kalau minta di bikinkan nasi goreng, di buatkan mie dan sebagainya. Mau protes juga percuma karena kata orang tuanya, namanya kita tinggal di rumah ini ya kita harus bantu-bantu. Padahal kita juga tinggal di rumah itu karna memang syarat bekerja disitu ya tinggal di rumah itu 
Pekerjaan kita di rumah itu selain sebagai karyawan juga pembantu. Gaji disitu 700-1 juta gaji tertinggi. Bayangin. Padahal omsetnya udah bisa ngegaji UMR. Sampai suatu ketika ngga sengaja ngebaca laporan ketenagakerjaan milik owner, gaji kita disitu 1 juta, di menandai tunjangan hari raya 1 bulan upah, padahal THR yang di dapat paling tinggi 400 ribu, bonus bulanan, di tandai 1 bulan upah padahal ngga pernah dapat.jam kerja 8 jam nyatanya 12 jam. 
Katanya karna tinggal di rumah itu jadi gajinya segitu. Padahal uang pasar seminggu paling banyak 200 ribu. Yaa bisa di bilang 3 jutalah dalam sebulan udah masuk air,beras dan listrik. Itu untuk 7 orang yang tinggal. 
Padahal omset perhari udah bisa dapat 50-60 juta.
Minimarket itu juga besar, 4 ruko. Tapi karna kebutuhan, kita semua bertahan, mengingat juga ada hutang yang harus di bayar. Hari-hari dilewati seperti biasa bekerja, bekerja dan bekerja. Tidak ada hari libur dalam seminggu. Yang ad hanya libur 1 hari dalam sebulan.
Rindu ingin pulang ke rumah tapi apalah daya cuti paling lama 4 hari itupun ngga pernah izin. Ceritanya ngumpulin hari libur.

Ini berlangsung hingga 5 tahun. Sampai akhirnya saya resign mendadak karena bertengkar dengan anak pemilik toko tersebut. Adik saya di kata-katai sampai di hina. Dan akhirnya resign. Karena kasihan melihat adik saya diperlukan seperti itu akhirnya saya juga memutuskan untuk resign. 
Tanpa dikasi Waktu menyelesaikan semua pekerjaan,saya di minta untuk resign besoknya. 
Waktu beberes hanya malam itu, rasanya kecewa dan marah, campur aduk. Mengingat tidak punya uang sepeser pun. Untung saja ada sahabat saya yang membantu saya mengangkut barang-barang saya. Iya sampai menyewa grab car untuk mengangkut barang-barang saya.
Rasa kecewa berat menyelimuti. Mengingat perjuangan saya selama 5 tahun lebih tidak berarti apa-apa untuk mereka. Bagaimana tidak, semenjak ada saya disana, kalau ada kerusakan komputer saya yang memperbaiki tanpa mengharap imbalan sepeser pun, dan tanpa mendapat imbalan apapun, saya pun mengerjakan secara sukarela.
Itu berlangsung selama 5 tahun. Hingga setahunnya saya di tunjuk menjadi admin di store cabangnya dia. Saya bekerja di dua toko tapi gaji saya 1,3 untuk dua toko. Saya bekerja sebagai admin,kasir dan pramuniaga display barang. Mengorder barang, meng-handle data komputer, juga membayar Nota dan menghitung pajak pertahun. Itu semua saya kerjakan tanpa ada bonus tambahan. Murni gaji 1,3 menjadi gaji pokok.

Setelah resign saya pulang ke rumah. Awalnya nyaman, tenang, karna sudah berasa di rumah yang saya rindukan selama ini. 1-2 bulan tinggal di rumah. Saya di panggil kakak saya tinggal di rumahnya untuk ikut kursus menjahit. Hari-hari saya lewati dengan baik. Hingga masuk 2 bulan tinggal di rumah ini. Rasanya semakin tertekan. Bagaimana tidak kakakku yang tempramen, sering marah-marah membuat saya tidak betah tinggal di rumahnya. Ketika ada masalah di luar rumah, selalu di lampiaskan dirumah, terkadang marah jika ada barang-barang di rumah yang rusak. Seolah-olah menyindir. Katanya kulkas rusak Lantaran kotor dan dipaksa buka tutup. Lantai rumah tidak bersih dan sebagainya. Padahal saya tinggal disini itu ngerjain semuanya. Mulai dari cuci piring, masak,nyapu, nyuci baju ngurusin anaknya yang masih balita. Itu saya kerjain hingga saat ini. Sedihnya masih di Salahin kalau ada yang ngga beres di rumah. Ngga disalahin langsung sih. Lebih ke nyindir.


Belum lagi kalau ngeluh uangnya udah mau habis. Ya Allah, rasanya pengen langsung pergi saja tapi tertahan oleh kursus yang udah dibayar dan udah setengah perjalanan. Takut pas pergi dikatain ngabis-ngabisin duit aja. Mengingat dia yang bayar kursus ku. Setiap hari saya harus tahan rasa sakit hati. Pernah di teriakin gara-gara lauk di hinggapi lalat, katanya ngga merhatiin makanan lah, buang-buang makanan, ngga ngerti kalau lagi hemat. Padahal waktu itu saya sudah menutup rapat lauknya. Cuman anaknya makan ngga ditutup rapat, alhasil banyak lalat yg masuk.
Terus pernah juga perkara kulkas ngga mau rapat, ditambah cucian yang abis saya cuci berbau. Disitu kakak saya marah-marah dan segala macam kata kotor keluar dari mulutnya. Padahal baju itu bisa berbau karena dia mangngang ikan terus asapnya ngendap di dapur kebetulan juga ada jemuran disitu.
Tapi Memilih diam,karna malas menjelaskan.pas mau berangkat kursus benang saya hilang, saya mencari ke semua sudut tapi tidak ada. Kakakku sudah klason terus di luar, teriak segala macam. Katanya saya kelamaan. Jadi saya bilang benang saya hilang, dia bilang beli saja diluar dengan muka kesalnya 
Diantar kursus sampai di balap-balap. Saya nangis sepanjang jalan Lantara sakit hati diperlakukan seperti itu. 
Karena di balap, kita kelewatan. Akhirnya putar balik lah, pas putar balik, sialnya malah tutup penjual benangnya. Akhirnya marah-marahlah kakakku, katanya ngga merhatiin barang-barang ku.
Hanya bisa diam nahan sakit hati.

Udah pernah juga ada niatan pergi dari rumah kakak ku, itu karna kakakku marah-marah popok ponakan ku 6 bungkus habis dalam 2 hari padahal emang ponakan itu BAB 2 kali sehari. Akhirnya dia ngga beli popok, katanya ngga usah pake popok ajari masuk ke WC. Alhasil hampir 10 kali bolak balik mengepel setiap kali ponakan ku kencing, di tambah cucian numpuk karna Gonta ganti pakaian.
capeknya bukan main, tapi cuma bisa pasrah.
Pengen pulang ke rumah mama kalau libur tapi ada anaknya yang di jagain, soalnya dia nganter anaknya sekolah dan nungguin sampai pulang. 
Ngga ada duit juga, yaa selama tinggal di rumah kakakku, saya jarang megang uang. Untuk beli kuota saja ngandelin affiliate sebulan kadang terkumpul 50.000 atau dari adik yang kerja. Sampai pernah diajakin keluar sama teman cuma mau nganter teman ke bandara. Kebetulan saya memang ngga punya duit sepeser pun. Kakakku ngasih buat pegangan. Katanya sisa itu duitnya. Jadi saya bawalah tu duit. Lagian juga ngga mikir bakal singgah makan, soalnya niatnya kan emang mau nganterin teman ke bandara,bukan hanging out.
Terus pas pulang tau-tau teman ku ngajakin makan. Ngga enak nolak soalnya teman ku belum makan, dan kebetulan saya nebeng di motornya, sepanjang jalan berdoa semoga ngga jadi singgah makan, soalnya ini duit kakakku, dan memang saya bawah buat pegangan doang. Tapi singgah, untungnya di tempat makan murah. Pas makanan udah siap. Chat adikku masuk kakakku minta pinjam duit. Tapi kebetulan adikku ini memang ngga punya duit. Akhirnya saya panik, soalnya duitnya ke pake 18.000. kebetulan ada 20.000 di shopeeku. Jadi saya chatlah kakakku ini. "Kak aku pake uangnya 18.000 yah, ada di shopeepay ku nanti ku tf" 
Balasannya. "Pake aja, lagian biarpun di TF juga ngga bisa ketarik". Karna kasihan rosmi minjamin uang dan TF ke saya uang untuk saya bayar kakakku. Ceritanya 50.000 utuh kembali.
Sampai rumah kakakku diam-diam. Tau-tau adik saya ngirim chat kakak ku. Disitu kakakku nyalahin saya dan adikku berhenti kerja. Nyalahin suaminya karna nyuru kakak ku yang cowok turun kapal, dengan janji bakal cari kapal yg gajinya lumayan.
Kakakku nyalahin soalnya semenjak saya berhenti kerja, di tambah kakakku juga ngga kerja. Jadinya dia nanggung kebutuhan ibu, 500 perbulan. Disitu kakakku ngeluh, mengingat dia banyak pengeluaran.
Yang ngga habis pikir kenapa nyalahin saya berhenti kerja? Sayakan berhenti kerja juga minta persetujuan kakakku yang cowok. Bisa ngga dia nanggung ibu sampai saya kerja kembali. Katanya bisa, udah berhenti aja, kasihan juga kamu udah di hina-hina malah masih mau bertahan.
Tau-tau suami kakak ini malah nyuru turun kapal. Alhasil ngga ada pemasukan akhirnya kakakku yang nanggung ibu.
Sedih sih kakakku seperti itu, nganggep ibu beban. Seharusnya kan bersyukur masih punya ibu, lagian baru juga 2 bulan ngasih ibu uang bulanan, selama saya kerja 5 tahun lebih, saya dan adik saya yang nanggung bulanan ibu, tapi kenapa pas nganggur gini, bukannya gantian nafkahin ibu sementara, malah di Salahin. Sedih rasanya di posisi sekarang ini. Ngga ingat bantuan saya dulu kalau lagi tiba-tiba butuh duit. Saya bela-belain ngutang biar bisa bantu. Giliran saya yang butuh malah di giniin. Ya mau gimana lagi yang bisa bantu ya cuma kakakku yang satu ini. Kakakku yang satunya, dia aja kekurangan gimana mau bantuin.
Adik saya? Dia juga susah mau bantuin, utang-utang dia ada, belum lagi dia ngekos, makannya sedangkan gajinya cuma 1,3 sebulan. Gimana bisa bantu banyak? Belum lagi selama tinggal di rumah kakakku ini, dia selalu menyinggung pengeluaran, katanya tanggungan nambah tapi bulanan dari suami ngga nambah, kadang ngomong mau kerja, biar bisa bantu uang bulanan mama. Gimana ngga tersinggung? Seolah-olah dia nyuruh saya cepat-cepat kerja. Baru juga resign 7 bukan udah di giniin. Lagian kursus belum selesai gimana mau kerja?

Kemarin juga disuru ke teman nginap biar hemat biaya transportasi ke tempat kursus. Saya iyain.
Tau-tau nginapnya bukan di kosan teman tapi di rumah tantenya. Jadi karena ngga enak, saya ngechat kakakku. Kalau Minggu depan ngga usah nginap lagi, soalnya saya capek bantuin teman ku, nyiapin jualannya. Iya sih emang capek, tidur juga jam 1 malam karna kerjaan selesai jam 12 malam. Tapi alasan sebenarnya karna ngga enak sama tantenya temanku. Nginap. Tapi apa balasan kakakku? Dia bilang  "kan kamu sendiri yang mau ke teman mu? Jadi saya iyain, karna saya fikir kamu bosan". Saya nangis baca pesan itu. 
Selama kursus 2 hari saya nginap di rumah Tantenya temanku dan bantuin teman ku jualan kalau sore sampai malam. Pas malam Minggu saya ngga bisa pulang ke rumah kakak ku soalnya udah kemalaman. Akhirnya saya ngechat Kakak ku pilangnya Senin pagi, soalnya juga ponakan saya masuk jam 9 pagi. Jadi bisalah jagain ponakan saya sampai saya Dateng. Tapi balasan kakakku lagi-lagi bikin nyesek. Iya yang penting pulang soalnya saya mau nganterin Fira ke sekolah. 
Disitu rasanya nyesek, dia sendiri yang nyuru saya numpang Sabtu Minggu buat hemat biaya. Dia sendiri yang balas seperti itu. Jalas saya pulang, orang saya bilang pulang pagi.
Ngga habis pikir, semua yang di lakukan serba salah. Benar-benar tekanan batin berlama-lama tinggal di rumah ini.

Inilah alasan saya tidak betah di rumah. Kalau saya pulang ke rumah ibu, mungkin saya akan sedih jika liat ibu kesusahan soal belanja. Dia mungkin biasa saja tapi tidak dengan ku. Apalagi uang itu dari kakakku. Jelas dia akan sedikit kesal karena saya hanya tinggal saja di rumah. Tanpa ada niat membantu keuangan keluarga. Apalagi hampir setiap hari, kakak ku menyinggung uang bulanan dan tanggungannya yang bertambah, jelas hati ini tidak enak.
Tidak terasa kursus ku sisa 2 Minggu, rencana sih setelah kursus selesai,mau jualan di kosan adik. Itung-itung buat bantu adik lunasi utang juga buat bulanannya ibuku. Daripada tinggal di rumah dia anggap beban, mending pergi dari rumah dan cari apa-apa yang bisa ngasilin duit.
Ternyata rumah yang ku anggap sebagai tempat pulang justru alasan ku pergi, dan merantau jauh.
 

Karya ini GRATIS! Tapi kamu boleh kok kasih tip biar kreator hepi ๐Ÿฅฐ

Apakah konten ini melanggar ketentuan yang berlaku sesuai syarat dan persetujuan? Laporkan