
Kisah ini bukanlah tentang seorang lelaki red flag atau lebih parah black flag. Ini hanya kisah sebuah cinta yang indah dan setara, tentang seorang lelaki tengil dengan karakter green forest dan wanita singa penyayang.
1. Everything for you, my future wife.
~~~~~~

~~~~~~
"Mah, Pah, Galang mau ngomong."
Semua mata yang berada di meja makan itu tertuju pada lelaki jangkung berbahu lebar dengan rambut ikal, ia baru pulang nongkrong dengan raut serius membuat orangtua dan adik perempuannya sedikit penasaraan sebab sudah menjadi kebiasaan wajah lelaki itu akan selalu kelihatan tengil kecuali ingin mengucapkan sesuatu yang penting.
"Kenapa? mau ternak kerbau?" Tanya sang ayah bernama lengkap Syah Ryukan Ardipta, agak sedikit mirip dengan aktor terkenal India.
"Emang diizinin?" Tanya balik anak lelaki itu secara itu adalah permintaanya mulai dari dulu namun selalu ditolak oleh keluarganya. Bukannya apa, hanya saja Ryu takut nanti anaknya itu malah sering ngobrol dengan kerbau atau yang lebih parah bisa tertukar dengan kerbau.
"Emang permintaan apa sih bang? serius amat mukanya." Lira menuangkan nasi keatas piring putranya agar ikut bergabung untuk makan.
Galang menghela nafas panjang lalu menatap tajam pada Pipit sang adik yang fokus dengan makanannya tanpa mempedulikan keseriusan Galang. Kemudian sebelah tangan Galang terangkat untuk menunjuk wajah tak berdosa Pipit membuat yang ditunjuk mendongak heran.
"Pipit bakalan nikah sama Revion, sahabat Galang."
Semua sontak hendak menyemburkan makanan dari mulut masing-masing mendengar teori aneh si tengil Galang. Terutama Pipit yang melotot mendengar fitnah tak diundang akan dirinya.
"Lo apa-apaan sih bang?" Tentu gadis itu tidak terima apalagi kedua orangtua mereka kini menatapnya serius seolah ia melakukan kesalahan fatal.
Lira menatap kedua anaknya secara bergantian seolah meminta penjelasan akan apa yang sebenarnya terjadi. "Nikah? Kenapa nikah? sama Delon?"
"Pipit gak tau Mah. Ini abang mungkin lagi mabuk."
"Kamu hamil?" Kini bukan hanya mereka bertiga yang panik, tapi Galang juga ikutan panik sebab keluarganya malah salah paham.
Sementara Pipit sudah hampir nangis apalagi sang ayah kini menatap tajam padanya. Ia hanya bisa menggeleng lalu menatap Galang dengan raut hampir meledakkan tangisan memaksa untuk menjelaskan semua.
"Bukan atuh, Mah." Oke, Lira sedikit lega mendengar ucapan putranya.
"Lalu?" Ryu kini yang meminta penjelasan.
"Jadi....." Galang menarik bangku untuk duduk dan lanjut menjelaskan "Tadi Revion cerita sama Galang kalo dia takut Pipit direbut cowok sekelasnya karna di kampus banyak cowok yang naksir sama si Pipit, makanya Revion berencana buat lamar Pipit dan nikahin secepatnya."
Lira dan Ryu memutar bola mata kesal, lagian tidak akan segampang itu mereka mengizinkan putri satu-satunya sekaligus anak bungsu mereka untuk nikah muda. Berbeda dengan Pipit yang justru merona mendengar pernyataan barusan, ia tidak menyangka pacarnya seromantis itu.
"AKHH.." Galaang berteriak saat pinggangnya dicubit kuat oleh Lira.
"Kamu bawa info gak jelas kayak gini dan udah rusak suasana makan malam kita tau gak." Ujar Lira yang jengkel.
"Bukan itu inti pembicaraan ini, Mah." Galang memukul meja sedikit kuat membuat Ryu menaikkan sebelah alis seraya mengunyah nasi.
Kembali Galang menghela nafas lalu berujar, "Tadi cuma basa-basi doang. Galang sebagai abang tentu gak setuju dilangkahi sama Pipit yang notabene masih bocil bahkan masih sering tidur dikamar Mamah sama Papah. Oleh karna itu..."
Galang perlahan berdiri dan menatap serius tapi agak tengil dikit kepada orangtuanya, "Jodohkan Galang secepatnya."
Dan kini mereka bertiga serentak menyemburkan makanan.
~~~~~~
"Vera.."
Gadis yang sedang melamun itu seketika tersadar saat seorang wanita paruh baya datang memanggilnya.
"Iya Bu, Kenapa?" Tanya Vera tersenyum berusaha menutupi kesedihannya.
"Nak, maafin ibu ya_"
"Gak apa-apa Bu, Vera ikhlas kok. Lagian ini satu-satunya cara untuk membalas kebaikan keluarga tante Lira." Vera lebih dulu memotong ucapan Ibu panti asuhan nya itu, Aulia.
Aulia memegang kedua bahu gadis yang sudah ia anggap seperti putrinya sendiri. Ia sangat tidak rela membebani gadis itu dengan permintaan aneh dari salah satu donatur paling besar di panti ini. "Nak, nanti Ibu akan coba berbicara dengan Lira agar dia tidak memaksakan permintaannya itu."
Vera terdiam sejenak, dalam hati ia memang tidak menginginkan perjodohan ini sama sekali. Apalagi ia masih muda bahkan setahun lalu baru lulus SMA, ditambah calon suami yang dijodohkan dengan nya adalah mahasiswa yang pasti umur mereka berbeda. Padahal ia sudah mendaftar ke salah satu universitas yang diimpikannya.
Vera hanya memikirkan satu hal, bagaimana jika ia menolak lalu Lira akan merasa marah dan menghentikan bantuan kepada panti ini? karena selama ini hanya keluarga Lira lah yang terang-terangan memberikan banyak bantuan kepada panti ini hingga panti ini bisa bertahan hingga sekarang. Selain itu, wanita itu juga yang mengajak para pengusaha lain untuk ikut berdonasi pada panti ini juga sehingga akan sangat sulit menolak permintaan Lira yang ingin ia menjadi jodoh putranya.
Selama ini juga Lira tidak pernah menuntut apa-apa dari panti ini namun sekalinya meminta malah diluar nalar yaitu Vera sendiri.
"Mudah-mudahan tante Lira berubah pikiran ya Bu, Vera harap ada perempuan dari keluarga lain yang lebih layak jadi jodoh anaknya. Vera juga bingung kenapa tante Lira milih Vera jadi menantunya." Ujar Vera berharap Aulia bisa mengubah arah pemikiran Lira.
Aulia mengangguk sebab ia juga tidak rela masa depan gadis itu berantakan.
Sebuah mobil hitam memasuki pekarangan panti membuat Vera semakin jantungan. Ia tau bahwa hari ini Lira dan putra sulungnya akan datang mengunjungi panti sekaligus memperkenalkan dengan Vera.
Dan benar saja, setelah Lira keluar dari mobil, seorang lelaki berbadan tegap dengan rambut ikal keluar dari dalam mobil juga. Pandangan mereka berdua bertemu namun Vera segera memalingkan wajah, ia bisa menangkap raut tengil pada wajah lelaki itu sebab Lira sendiri yang menceritakan bagaimana kelakuan anaknya yang diluar nurul.
"Sayang.." Lira memeluk Vera diikuti dengan galang dibelakangnya.
"Kenalin, ini anak tante. Galang." Lira menarik tangan Vera agar bersalaman dengan tangan Galang.
"Calon suami kamu." Bisik Lira pelan dengan nada menggoda membuat Vera malu, apalagi tangannya tidak dilepas Galang membuat Lira peka dan menampol pelan lengan putranya membuat tautan tangan mereka lepas.
"Oh iya, ada oleh-oleh di mobil. Bantuin Galang keluarin ya sayang biar dibagiin sama anak-anak yang lain." Seolah memberi kode untuk berduaan, Lira langsung merangkul Aulia untuk masuk kedalam rumah.
Kini yang tersisa adalah momen awkward bagi Vera dan tidak bagi Galang karna lelaki itu justru membuat Vera ingin nangis sebab ditatap terang-terangan.
"Keren juga Mak gue milih calon. kiw kiw.." Batin Galang.
"Ayok." Ajak Galang mempersilahkan Vera untuk jalan duluan.
Vera jalan duluan dan semakin risih saat Galang menatapnya dari atas sampai bawah, bahkan ia bisa merasakan jika lelaki itu berjalan cukup dekat dibelakangnya seakan tidak sampai selangkah.
"Nama kamu siapa?" Tanya Galang basa-basi.
Vera terdiam sejenak, "Gue Vera, kalo Lo?"
Galang tertawa kecil lalu mengeluarkan smirk sekilas yang Vera rasa agak agak agak ganteng lah kelihatannya.
"Padahal kata Mamah, kamu bukan tipikal cewek yang manggilnya 'Lo Gue'." Ujar lelaki itu yang kini membuka bagasi mobil.
Vera malah malu sendiri, padahal tadi pun ia memakai kalimat gaul itu agar kelihatan tidak ketinggalan zaman meskipun nadanya sedikit janggal ketika berucap. Dan pasti ekspresi Galang tadi seolah mengejeknya.
"Nama lengkap?"
"Vera Agatha."
Sebenarnya Galang sudah tau semua tentang gadis itu, ia hanya melakukan basa-basi walau sudah terkesan sangat basi.
"Ardipta nya belum join ya?" Itu adalah marga keluarga Galang, lelaki tersebut sedikit menjahili yang membuat Vera terdiam kemudian membalikkan badan dan terkejut ketika sadar bahwa jarak mereka terlalu dekat dan nyaris ia menabrak dada bidang lelaki itu membuat ia harus mundur dan duduk di pinggir bagasi mobil.
"Aku boleh ngomong?" Tanya Vera dibalas anggukan oleh Galang. Tatapan lelaki itu terlihat layu seraya menunduk menikmati wajah yang amat manis.
"KAK VERA, ITU CALON SUAMI KAK VERA YA?" Seorang bocil berteriak membuat mereka berdua menoleh.
Vera tersenyum tipis lalu mengangguk dan kembali fokus menatap Galang.
"KAK VERA, NAMANYA SIAPA?" Belum sempat Vera ngomong, bocil tadi kembali berteriak. Vera mengkode melalui tangan untuk menyuruh bocil itu pergi. Bocil itu mengangguk paham dan memutar badan untuk segera pergi dari sana.
"KAK VERA_"
"APAAA? BISA DIEM GAK? ORANG LAGI NGOMONG TAPI DITERIAKIN KAYAK GITU GAK SOPAN." Teriak Vera yang hilang kesabaran.
bocil tadi menyengir menampakkan dua gigi depan yang ompong lalu mengangguk paham dan mundur perlahan sebab ia tau jiwa singa Vera telah keluar. Sementara Galang berkedip cepat berkali-kali menatap wajah yang dikatakan Lira wanita kalem, saking kalemnya membuat Galang takjub.
"Galak anying, galakan dia kayaknya dari emak gue." Batin Galang. Seketika terbayang kehidupan rumah tangga mereka yang pasti akan dipenuhi teriakan Vera.
Vera menghela nafas seraya mengusap dada, setelah sedikit tenang ia kembali menatap wajah Galang.
"KAK VERA, ITU SIAPA?" Kini malah muncul bocil perempuan yang berteriak membuat bocil yang sebelumnya menarik si bocil perempuan sebelum auman Vera kembali keluar. Apalagi kini Vera mengusap wajah dengan gusar.
"Kalo kita udah nikah nanti, boleh gak aku kuliah?" Vera bertanya cepat sebelum ada bocil lain yang berteriak.
Galang tersenyum, bukan karna menenangkan tapi karna sedikit takut pada wanita dihadapannya ini. "Boleh dong, Mamah juga udah cerita soal itu."
Bukannya lega, Vera malah merasa Galang tidak menangkap arti pertannyaan atau kurang memberikan jawaban jelas untuknya. Oleh karena itu Vera menggigit bibir bawahnya lalu kembali bertanya. "Berarti boleh kan kita menunda anak dulu?"
Semoga Galang mengerti maksud kalimat barusan.
Vera akui itu pertanyaan cukup intim dan sensitif, dan ia juga tau mungkin perjodohan mereka dilakukan agar Lira segera mendapat cucu. Tapi ini adalah tubuh Vera dan ia rasa ia berhak menentukan apa yang terjadi padanya meski sedikit takut permintaan barusan tidak disetujui apalagi Galang kini menatapnya cukup dalam.
Helaian nafas Galang terdengar, ia meenangkup pipi gadis yang kini menunduk takut. "Everything for you, my future wife."
~~~~~~
THANK YOU FOR READING ^_^
Karya ini GRATIS! Tapi kamu boleh kok kasih tip biar kreator hepi 🥰
