[SERI 21+] Temporary Happiness SS2 (Bab 27)

1
0
Deskripsi

Cuplikan bab sebelumnya : 

Xiao Zhan tersenyum senang mendengarnya. “Aku menunggu hari itu tiba. Baiklah, aku keluar dulu.”

Ketika Xiao Zhan keluar dari mobil Tuan Zhao, kalung itu menyembul keluar dari pakaiannya. Mata cokelat hazelnut milik pria tua itu memicing melihat kalung itu, tetapi karena pencahayaan di dalam mobil yang kurang, Tuan Zhao tidak terlalu melihatnya dengan jelas.

Namun, Tuan Zhao seperti mengenali bentuk itu. Rasanya, liontin yang Xiao Zhan kenakan sekarang ini terasa sangat familiar,...

Bab 27 - Old Memories

 

Setelah merasakan apa itu kehilangan, manusia baru akan memahami bagaimana rasa sakitnya penderitaan. Begitulah yang sedang di alami oleh Tuan Zhao. Kehilangan orang yang dicintai hampir membuatnya menjadi gila. Beruntung, ia masih memiliki sosok berharga sebagai penyemangat hidupnya.

Ya ... dia adalah Zhao Liying, putri sekaligus penyemangat hidup di tengah-tengah situasi hatinya yang kacau balau ini.

Tuan Zhao menghela napas kecil. Di tangannya, sebuah bingkai foto di usap hati-hati. Di dalamnya ada sebuah potret—terdiri dari tiga orang, termasuk dengan dirinya yang mengenakan seragam sekolah.

Foto itu di ambil 32 tahun yang lalu, di saat mereka masih menduduki bangku sekolah di tahun ajaran ketiga. Mereka dulu sangat dekat, bahkan saking dekatnya, Tuan Zhao menaruh hati pada salah temannya itu.

– – –

Chongqing, tahun 1990.

Dia adalah gadis yang cantik dan pintar, sosoknya yang periang mampu membuat semua orang sangat menyukainya. Tak heran ia jatuh cinta pada gadis itu.

Ketika ada jam kosong atau libur, ketiganya pasti akan bermain bersama. Selama tiga tahun itu adalah masa yang sangat menyenangkan untuk mereka bertiga, dan selama itu pula ia memendam rasa pada gadis itu.

Ujian sekolah hanya tinggal menghitung minggu lagi untuk di laksanakan. Namun, gadis itu tidak datang selama beberapa hari ini bersama salah satu saudarinya yang lain. Setelah tiga hari gadis itu tidak masuk. Dia lalu kembali masuk ke sekolah dan memintanya untuk bertemu secara pribadi di atas atap.

Ia pikir, gadis itu hanya ingin menceritakan masalah pribadi, seperti yang sudah-sudah gadis itu lakukan. Tetapi ternyata, gadis itu malah menyatakan perasaan kepadanya.

Tentu saja, ia sedikit merasa syok, karena selama ini, ia selalu berpikir mungkin hubungan mereka hanya sebatas teman bagi gadis itu. Ia tidak pernah menyangka kalau gadis yang ia cintai dalam diam selama ini, ternyata juga menaruh hati kepadanya.

Ia jelas sangat bahagia, tetapi kebahagiaan itu langsung berakhir di dua detik setelahnya. Ternyata, gadis itu akan pergi ke luar negeri, bahkan sebelum mereka melakukan ujian. Jadi, pertemuan itu adalah hari terakhir mereka bersama.

Sebelum gadis itu pergi, mereka sempat membuat janji bahwa mereka akan saling mencintai dan bersumpah untuk saling menunggu, tidak peduli masalah apa yang terjadi suatu saat nanti.

Ke esokkan harinya gadis itu benar-benar pergi meninggalkan China, dan begitulah mereka berakhir. Dua bulan setelah gadis itu pergi, ia malah melanggar janji yang mereka buat dulu. Ia menikah tanpa gadis itu ketahui.

– – –

“Kau tahu ...? Aku selalu merindukanmu dan juga dirinya,” suaranya teramat lirih, nyaris tidak terdengar.

Tuan Zhao kembali menyimpan bingkai itu ke dalam lemari. Menguncinya rapat-rapat, agar tak ada orang lain yang melihat bingkai itu selain dirinya.

•••


Zhao Liying ternyata tidak pulang, dia menginap di rumah utama. Sangat jarang sekali hal ini terjadi. Biasanya, Wang Yueji selalu berusaha mengusir Zhao Liying dari rumahnya. Tetapi sekarang, malah wanita tua itu yang mengajak menantunya untuk tinggal.

Kabar Zhao Liying yang menginap tentu saja di manfaatkan dengan sangat baik oleh Wang Yibo dan Xiao Zhan. Mereka melakukan hubungan badan kembali di kamar tamu yang sudah ditinggali oleh Xiao Zhan beberapa bulan terakhir.

Di dalam selimut tebal dan dengan tubuh yang sama-sama telanjang bulat, keduanya tidur dengan saling berpelukkan satu sama lain. Tidak, mereka masih belum benar-benar tidur. Hanya saja, mereka memilih merebahkan diri usai letih melakukan kegiatan panas selama hampir dua jam.

Cukup lama untuk mereka berhubungan intim, di saat Xiao Zhan yang sedang hamil begini. Setidaknya mereka sudah tembus empat ronde, dan itu sudah cukup memuaskan bagi kejantanan Wang Yibo.

“Tidak tidur?” Wang Yibo bertanya dengan suara yang amat sangat rendah.

Xiao Zhan menggeleng pelan. Yang tadinya dia menatap pada dada telanjang pria itu, kini mendongak menatap wajahnya.

“Tidak bisa tidur,” jawabnya serak.

“Kenapa tidak bisa tidur?”

Bibir semerah delima itu merengut lucu, tampak seperti paruh bebek di mata Wang Yibo. “Gege tidak peka!” Xiao Zhan berseru kecil. “Gege belum memberikan ciuman selamat tidur untuk Zhan dan Baby.”

Ternyata hal kecil itulah yang sedari tadi Xiao Zhan tunggu, sampai dia rela menahan diri dari rasa kantuk yang sudah menyerang kelopak matanya. Wang Yibo tertawa kecil, merasa gemas dengan tingkah Xiao Zhan saat ini.

Dia mendudukkan diri sehingga selimut yang menutupi dadanya pun tersingkap jatuh tepat di selangkangan. Memajukan badan, Wang Yibo mencium kening Xiao Zhan dengan lembut.

Untuk sesaat Xiao Zhan memejamkan mata, meresapi kecupan yang Wang Yibo berikan kepadanya. Usai itu, Wang Yibo kemudian menyingkap selimut tebal dari Xiao Zhan hingga sebatas pinggul.

Wang Yibo mengusap perut Xiao Zhan yang sudah membesar, dia lalu menunduk, mendekatkan wajahnya untuk mencium calon anaknya nanti.

“Selamat tidur, Sweetheart,” bisik Wang Yibo lembut. Setelahnya, ia menegakkan tubuhnya dan menutup tubuh polos Xiao Zhan dengan selimut.

Pemuda itu telah memejamkan matanya lagi, napasnya pun sudah beraturan. Selagi Wang Yibo tengah berbicara dengan buah hati yang tengah Xiao Zhan kandung, Xiao Zhan ternyata sudah jatuh tertidur. Lagi-lagi Wang Yibo mengulum senyum tipis.

Dia lalu merebahkan dirinya kembali, memilih untuk ikut tidur di sebelah Xiao Zhan sembari memeluknya erat.

Tanpa di sadari, ternyata Zhao Liying menelepon Wang Yibo. Sudah ada beberapa kali dia menghubungi suaminya, namun pria itu sama sekali tidak mengangkat. Rupanya, Wang Yibo memang sengaja mensenyapkan ponsel agar tidak ada yang menganggu waktu berduanya dengan Xiao Zhan.

•••

July 14th, Beijing.

Wang Yibo sudah siap dengan setelan jasnya, kini ia sedang memakai jam keluaran terbaru dari brand Casio G-Shock.

Erangan pelan terdengar dari ranjang. Wang Yibo melirik ke arah ranjang, ternyata Xiao Zhan sudah bangun. Dia tersenyum dan langsung menghampiri Xiao Zhan.

“Selamat pagi, Sayang,” sapa Wang Yibo. Dia menunduk memberikan morning kiss pada puncak kepala Xiao Zhan.

“Pagi juga, Ge. Kenapa tidak membangunkanku? Astaga, sarapanmu!” Saat Xiao Zhan akan turun dari ranjang, Wang Yibo sudah menahannya.

“Tidak perlu. Biar pelayan yang menyiapkannya, Gege menggaji mereka untuk melayani majikan, bukan sebaliknya,” ucap Yibo lembut, dia lalu melanjutkan, “Cuci wajahmu, kita sarapan bersama,” suruhnya lagi.

Xiao Zhan mau tidak mau mengikuti perintah kekasihnya. Dia mencuci muka dan menggosok gigi, lalu keduanya pun makan bersama.

•••

“Liying Jie belum pulang?” tanya Xiao Zhan.

Di depannya, Wang Yibo menghentikan garpu yang akan ia suap ke dalam mulut. Ia menatap ke arah Xiao Zhan. “Belum. Dia mungkin pulang siang,” jawabnya.

Xiao Zhan mengangguk. Dia kembali melanjutkan sarapannya yang sempat tertunda.

Usai makan, giliran Wang Yibo yang melempar tanya pada Xiao Zhan, “Zhan, kamu mau ikut ke kantor?” Biasanya pemuda itu selalu ikut ketika ia mengajaknya ke kantor. Akan tetapi hari, ini pemuda itu malah menolaknya.

“Tidak, aku di rumah saja.”

“Tumben, tidak akan bosan?”

Xiao Zhan menjawab dengan gelengan. “Ada Juan yang menemaniku.”

Wang Yibo mengernyitkan dahi. “Juan?”

“Pelayan yang waktu itu mengantar makanan saat kita sembunyi dari Ibumu,” beritahu Xiao Zhan.

Pria itu mengangguk, dia ingat siapa pelayan itu sekarang. Berdiri dari duduknya, Wang Yibo siap untuk berangkat ke kantor.

“Hari ini tidak perlu mengantar sampai depan, cukup di sini saja.” Pria itu menunduk, mengecup ranum merah Xiao Zhan yang mengkilap oleh sisa minyak dari ayam goreng bekas sarapan. Setelahnya, ia menyejajar dirinya dengan perut Xiao Zhan, ia tak lupa memberikan kecupan untuk calon anaknya juga.

Selesai dengan acara rutinitas kecupan pagi. Wang Yibo langsung pergi ke kantor, meninggalkan Xiao Zhan dengan para pelayan di rumah ini.

•••

Zhao Liying pulang di antar sopir dari rumah utama. Sungguh, Zhao Liying amat sangat lelah. Dia lelah bukan karena di suruh-suruh, tetapi lelah karena harus berbohong kepada banyak orang tentang kehamilan palsunya, terutama ayah dan ibu Wang Yibo.

Begitu dia menginjakkan kakinya di rumah, semuanya kosong. Zhao Liying membawa langkah kakinya masuk, dan ia mendapati Ruyi yang berdiri di ujung dinding pembatas dapur.

Zhao Liying mendekat ke arah Ruyi. “Apa yang kamu lihat?”

Suara Zhao Liying yang tiba-tiba itu mengejutkan bagi Ruyi. Dia hampir saja berteriak. “Nyonya, Anda mengejutkan saya!”

Zhao Liying hanya menyengir. “Kenapa kamu seperti tengah mengintip begini? Memangnya ada apa di dapur?”

Ketika Ruyi ingin menjelaskan situasi pada Zhao Liying, Yan Juan sudah berdiri di ambang pintu.

“Nyonya, ada apa?”

Zhao Liying menoleh pada Yan Juan. Dia kenal pada pelayan ini, tentu saja karena dia adalah pelayan di rumah keluarganya dulu. Dan dialah yang memanggil Yan Juan ke sini, tentu untuk membantu Xiao Zhan.

Yan Juan sudah menjadi pelayannya ketika gadis itu berumur 13 tahun. Dulu gadis ini pernah memohon kepada ayahnya agar dia dapat di terima sebagai pelayan. Karena ayahnya tidak tega membiarkan gadis kecil itu terluntang-lantung di jalanan, akhirnya, ayahnya menerima gadis itu menjadi pelayan.

“Yan Juan, ternyata itu kamu. Tidak apa-apa, Ruyi sepertinya ingin bermain denganmu.” Zhao Liying mencoba mencairkan suasana.

Ruyi tentu saja langsung membantah. “Siapa yang ingin bermain dengannya? Tidak!”

“Saya juga tidak mau,” balas Yan Juan dingin.

Zhao Liying tertawa canggung. Selalu saja seperti ini, mereka berdua bagaikan air dan minyak. Tak mungkin bisa bersatu.

“Nyonya, jika Anda tidak memerlukan sesuatu, maka saya undur diri.” Zhao Liying baru menyadari jika Yan Juan sedang membawa segelas susu dan salad buah di atas nampan. Segera saja ia menyingkir dari jalan, memojokkan diri hingga punggungnya menyentuh dinding.

“Terima kasih.” Yan Juan melenggang pergi begitu saja meninggalkan Zhao Liying dan Ruyi yang masih senantiasa berdiri di sana.

Dari semua pelayan yang ia miliki, hanya Yan Juan yang memang tidak bisa akrab dengannya. Selagi Yan Juan mengerjakan tugasnya dengan baik, Zhao Liying tidak mempermasalahkan hal itu.

Tbc ...

Karya ini GRATIS! Tapi kamu boleh kok kasih tip biar kreator hepi 🥰

Selanjutnya [SERI 21+] Temporary Happiness SS2 (Bab 28)
1
0
Cuplikan bab sebelumnya : “Terima kasih.” Yan Juan melenggang pergi begitu saja meninggalkan Zhao Liying dan Ruyi yang masih senantiasa berdiri di sana.Dari semua pelayan yang ia miliki, hanya Yan Juan yang memang tidak bisa akrab dengannya. Selagi Yan Juan mengerjakan tugasnya dengan baik, Zhao Liying tidak mempermasalahkan hal itu.
Apakah konten ini melanggar ketentuan yang berlaku sesuai syarat dan persetujuan? Laporkan