
"Lima detik! Lepaskan saya dalam lima detik atau anda akan menyesal!!" Qila memotong ucapannya.
"Satu!" Qila mulai menghitung.
Pria itu terkekeh, bukannya menjauh, dia malah semakin mendekat. "Menarik, ayo kita lihat apa yang bisa kamu lakukan pada ku dalam lima detik."
"Dua!"
"...."
"Tiga!!"
Pria itu semakin berani, dia membawa ujung rambut Qila ke hidungnya, mencium aromanya.
Aqila menggertakkan gigi jijik. Terus menghitung.
"Empat!"
Pria itu tak gentar, bahkan tangannya naik menyentuh wajah Qila.
"Lima!!"
Di minggu ke tujuh kehamilan trisemester awal. Aqila benar-benar dimanjakan oleh Ethan.
Mulai dari bangun pagi sampai malam hari, dia sama sekali tidak diperbolehkan kerja berat.
Jangankan kerja berat, sekedar mandi saja tidak diizinkan sendiri, harus Ethan yang memandikan.
Yaa, meski ujung-ujungnya mereka selalu berakhir 4 jam di kamr mandi. Yang tanpa berpikir pun semua orang tahu apa yang mereka lakukan di sana selama itu.
Setelahnya, Aqila akan menggerutu seharian karena bekas cupang yang semakin hari semakin bertambah menghiasi tubuhnya —siapa lagi kalau bukan ulah anomali selir setan yang tingkahnya makin hari makin membagongkan.
"Buka mulut kamu, Aaaa" Ethan menyodorkan sesendok bubur ayam ke mulut istrinya yang sedang rebahan di sofa.
Aqila dengan leher putih penuh jejak kemerahan tidak langsung menerima suapan itu, tapi berkata, "Ganti baju dulu nggak sih, Than?"
Ethan menggeleng, menatap istrinya yang terkulai lemas mengenakan bathrobe putih bersih.
"Kita tadi empat jam di kamar mandi. Sekarang kamu pasti lapar banget, 'kan? Makan dulu, nanti ganti baju."
Aqila prengat-prengut. "Ya pikir sendiri aja lah siapa yang bikin aku empat jam di kamar mandi! Orang gila mana yang mandi empat jam, hah?!" protes bumil itu dengan galak.
Ethan tidak bisa menahan senyum.
"Ketawa lo? Berani ketawa lo?! Pinggang gue sampe sakit masih berani ketawa lo?!" Emosi Qila sambil menimpuk wajah Ethan dengan bantal sofa.
"Iya, sayang. Maaf... maaf...," Ethan terkekeh sambil berusaha menyelamatkan wajah tampannya dari serangan bertubi-tubi Aqila.
"Habis kamu makin berisi sekarang." Ethan mencengkram bagian bawah dagu bumil galak itu dengan lembut, lalu memutar wajahnya kiri-kanan.
"Lihat, pipi kamu makin chubby. Gemes banget. Gigit dikit boleh nggak?"
Aqila menggembungkan pipinya dan menggigit tangan Ethan keras-keras.
Membuat pemuda tampan itu meringis kesakitan.
Aaahhh, kenapa istrinya ini galak sekali?
"Oke, oke, oke, aku cuma bercanda. Sekarang kamu makan dulu, oke? Kasihan baby king kelaparan," kata Ethan membujuknya dengan lembut.
Mendengar itu, Aqila tidak bisa marah lagi dan duduk dengan benar di sofa. Membiarkan Ethan menyuapinya bubur.
"Enak?" tanya Ethan.
Qila mengangguk, matanya langsung berbinar. "Enak banget"
Ethan tersenyum melihat itu.
Dua hari ini Aqila benar-benar makan dengan lahap. Meski kadang sering muntah di pagi dan sore hari, setidaknya nafsu makannya tidak hilang.
Ethan memberikan suapan kedua, lalu berkata santai sambil mengaduk bubur.
"Aku udah nulis resep makanan yang bisa kamu makan di buku. Para ART kita mulai kerja besok sore. Bantu aku kasihin ke mereka ya buku resepnya supaya mereka bisa masak makan malam buat kamu."
Qila yang awalnya mengunyah dengan happy langsung terdiam mendengar itu.
"....."
"Aku udah sekalian nulis sama tutorial masaknya juga, jadi kalau aku nggak ada besok kamu bisa tetap makan tanpa masalah." Ethan masih fokus mengaduk bubur, tidak menyadari ekspresi Qila yang berubah.
"Ini, satu suap lagi." Ethan akhirnya mengangkat wajah, tersenyum manis memposisikan sesendok bubur di depan bibir istrinya.
"Bilang, Aaahh" tuntun papa muda itu seperti memberi makan bayi.
Mulut Qila tetap tidak bergerak, iris cokelat terangnya menatap lurus ke mata Ethan.
Ethan segera menyadari perubahan itu dan berkata, "Sayang, kenapa?"
"Kamu beneran pergi besok?" Qila bertanya tanpa kedip.
Ethan mengangguk. "Iya, aku harus pergi besok. Kak Evan nggak mungkin bisa nge-handle situasi perusahaan sendirian. Papa sama Mama juga lagi kolaps di tengah peperangan market global. Selama perusahaan belum 90% stabil, aku harus bantu mereka," jelas pemuda itu sambil memasukkan seseondok bubur ke dalam mulut Qila.
Qila mengunyah tanpa ekspresi, egonya mengatakan untuk mencegah Ethan pergi, bagaimana pun dia tengah hamil muda, benar-benar butuh perawatan dan perhatian lebih dari Ethan.
Tapi, meski begitu, Aqila tetaplah Aqila.
Dia memang bisa menjadi sangat manja di depan Ethan, tapi jika berhadapan dengan masalah seperti ini, logika dan jiwa lakiknya tetap jalan. Dia tidak akan merengek meminta Ethan untuk tetap tinggal.
"Oke" Qila mengangguk mantap. "Selama perusahaan keluarga Abraham kembali normal. Seharusnya nggak masalah kita LDR lagi."
Ethan terdiam, bulu matanya turun. Dia berpikir sejenak dan berkata, "Gimana kalau kamu ikut juga?"
"Nggak mungkin, Than. Aku lagi hamil, kamu lupa?"
"Kenapa? Aku bisa jagain kamu. Aku bakal bawa kamu kemanapun aku pergi." Ethan menggenggam tangan Qila.
Qila menggeleng. "Nggak bisa, Sethan. Kondisi aku sekarang nggak memungkinkan ngikutin kamu bolak-balik lebih dari satu negara tiap hari. belum lagi kalau dihantam jet lag. Aku nggak kuat, aku nggak papa di sini bareng baby king nunggu kamu pulang."
Genggaman Ethan pada tangan Qila semakin erat.
Itu memang benar, Aqila sedang hamil muda. Kondisi janin masih rentan, dan dia sangat mudah kelelahan. Akan beresiko jika terbang jauh bersamanya.
Aqila tersenyum, mengusap pipi suami setannya dengan lembut. "Kamu tenang aja, aku bisa jaga diri sendiri di sini. Percaya sama aku dan baby king, oke?"
Ethan menghela napas, perlahan tersenyum dan mengangguk.
Aqila juga tersenyum, namun terkesiap ketika Ethan mencium bibirnya singkat.
"Um Manis." Ethan menjilat bibirnya. "Sayang, Kenapa kamu manis banget?" kata pemuda itu dengan sexy, membuat pipi Qila memerah dan menabok kepala Ethan efek salting parah.
****
Ethan akan pergi besok.
Aqila memang mengatakan 'Tidak apa-apa ditinggal sendirian', tapi begitu malam tiba, dia akan memeluk selirnya sampai pagi di atas tempat tidur.
Memeluk erat-erat seolah tidak akan melepaskan.
Begitu fajar menyingsing, Ethan bangun membuat sarapan pagi, dan mereka makan dengan khidmat dipenuhi canda tawa khas pasutri baru versi bucin.
Siangnya, Ethan berangkat ke bandara ditemani Aqila.
Bandara cukup ramai, ada banyak sekali orang berlalu-lalang seolah-olah dikejar waktu.
Aqila mengamati suasana sejenak, sebelum akhirnya menoleh menatap Ethan
"Kamu beneran langsung kerja pas nyampe sana? Nggak istirahat dulu?"
"Iya, ada rapat penting setelah sampai di London."
Aqila menatap jas hitam lengan panjang membalut tumbuh tinggi dan tegap pemuda itu, lalu maju selangkah memperbaiki posisi letak dasinya.
Ethan tersenyum membiarkan.
"Langsung kabari aku kalau udah sampai." kata Qila dengan muka datar.
"Siap, Yang Mulia"
Begitu dasi Ethan rapi, Aqila melangkah mundur. Tetapi pinggangnya ditahan oleh Ethan, membuat posisi mereka sangat dekat.
Aqila mendongak menatapnya.
"Susunya jangan lupa diminum."
Qila mengerjap, mengangguk.
"Jangan lupa makan, istirahat yang banyak, aku udah perpanjang cuti kamu ke Dewan Direksi. Jadi kamu bisa nyantai di rumah."
Aqila agak ragu tapi tetap mengangguk.
Ethan mengusap pipi istrinya dengan lembut, tatapannya dipenuhi cinta yang amat tulus.
"Kalau uang kamu kurang minta ke aku. Barusan aku udah transfer uang ke rekening kamu, kalau habis minta lagi, oke? Atau kamu kan tau semua pin bank aku. Ambil aja di sana, jajanin semua sampai kamu puas."
Aqila tersenyum mendengar itu. "Serius? Kalau habis gimana?"
"Bagus, ayo kita taruhan. Kalau kamu berhasil ngabisin semua uang aku selama satu hari, aku bakal ngasih hadiah jet satu unit lagi."
"Kalau aku gagal?"
Ethan tersenyum evil, membungkuk membisikkan sesuatu ke telinga Qila. Membuat pipi Qila memerah semerah tomat dan memukul dada Ethan sambil berdesis, "Dasar setan mesum!"
Ethan tertawa, membawa Qila ke dalam dekapannya.
Ah, kenapa Yang Mulia Kaisarnya ini sangat menggemaskan sekali?
Ethan tidak tahan untuk tidak mencium pipi dan puncak kepalanya berkali-kali.
"Aku bakal nyuruh Keysa tinggal di rumah supaya kamu nggak kesepian."
Aqila mendongak di sela pelukan, matanya berbinar cerah. "Beneran?"
Ethan mengangguk. "Selain pelayan, nggak ada orang lain di Villa, dia juga sendirian. Dia pasti mau nemenin kamu sama baby king di rumah."
Aqila sangat senang, dia pikir dia akan mati kebosanan sendirian. Syukurlah jika ada Keysa. Selir setannya ini benar-benar pengertian.
Setelah pelukan, Ethan tiba-tiba berlutut. Dia menatap perut Qila yang sedikit menonjol dan mengusapnya dengan lembut.
"Baby King, Papa pergi dulu. Kamu jangan rewel, jagain Mama, Ya" kata Ethan dengan senyum tulus yang tak lepas dari wajahnya, lalu mencium perut Qila.
Adegan itu benar-benar membuat iri orang-orang yang lewat di bandara.
Ethan menarik perhatian karena wajahnya yang tampan, bersikap romantis di depan umum seperti ini jiwa mana yang nggak ikutan baper juga?
"Aku pergi dulu. Jaga diri baik-baik," kata Ethan setelah berdiri dari berlutut.
Aqila menatapnya, mengangguk, tersenyum.
Tapi ketika Ethan berbalik dan melangkah menuju area check-in, Aqila tetap mengikuti di belakang. Dia bahkan sengaja menginjak bekas lantai yang Ethan injak.
Ethan menghela napas sambil tersenyum dan berhenti mendadak. Membuat Qila yang tadinya berjalan menunduk langsung menabrak punggung tegap pemuda itu dengan telak.
Buk!
"Aduh..."
Belum sempat Qila menyentuh keningnya yang terbentur, Ethan Tiba-tiba berbalik menahan bagian belakang kepalanya dan mencium bibirnya di tempat.
Aqila terkejut, matanya membulat.
Ini di tempat umum! Ada ramai orang!! Bisa-bisanya Ethan menciumnya terang-terangan!!
Aqila ingin mendorong, tapi rasanya tidak etis. Lagi pula mereka sudah suami-istri sekarang. Apa salahnya ciuman, 'kan? Jadi, Qila menutup matanya dan menikmati ketulusan yang diberikan Ethan lewat ciuman.
"Sayang, kamu nggak bisa ngikutin aku lagi. Kamu harus pulang," kata Ethan masih dengan tangan menangkup sisi wajah Qila.
Qila mengerjap. Meski tidak mengatakan apa-apa, matanya berkedip tidak rela.
Ethan berpikir Qila sangat imut dan kembali mencium pipi dan bibirnya singkat, lalu berkata, "Sayang, patuh ya"
Aqila menggembungkan pipi dan mengangguk. Mundur selangkah memberi izin Ethan untuk pergi.
Ethan menghela napas berat, jika Aqila seperti ini, dia jadi makin enggan untuk berpisah.
Dia meletakkan tangan di bahu istrinya itu dan mencium keningnya cukup lama.
"Pulang, istirahat yang cukup. Jangan pikirin apa-apa," bisik Ethan di telinga Qila.
"Aku janji setelah semua ini selesai. Aku akan pulang, aku akan pulang nemenin kamu sampai anak kita lahir. Qil, tunggu aku."
Mata Qila sedikit berair, tapi tetap mengangguk pelan. Hati Ethan sakit melihat itu dan langsung mendekap Qila dengan erat. Kenapa tiba-tiba firasatnya tidak enak seperti ini?
Dia sebenarnya tidak rela meninggalkan Aqila sendirian walau hanya beberapa bulan, tapi jika dia tidak pergi, akan lebih banyak masalah di masa depan.
Dia tidak hanya ingin menjaga Qila di masa kini, tapi dia juga ingin melindungi Qila dari pahitnya masa depan yang tak pasti.
Setelah pelukan erat itu, Ethan berbalik, dia tidak berani menatap wajah Qila. Karena dia tahu, jika menatap matanya lagi, tekadnya akan melemah.
Jadi, tanpa berbalik sedikitpun, Ethan melangkah ke area check-in dan menghilang setelah memasuki boarding room area.
Di sisi lain, Aqila menyaksikan hingga siluet Ethan benar-benar tidak bisa dilihat lagi.
Tangannya terangkat tanpa sadar menyentuh perutnya, berharap waktu berjalan lebih cepat.
****
Skip time
3 bulan kemudian....
Tanpa terasa, tiga bulan berlalu.
Itu bukanlah waktu yang sebentar bagi Qila. Tapi dia tetap melewatinya dengan santai diselingi kerinduan yang tak ada habisnya.
Trimester pertama kehamilan Aqila hadapi sendirian. Untungnya, Keysa pindah ke rumahnya, jadi selama tiga bulan ini Qila tidak benar-benar kesepian.
Setidaknya ada yang tetap berkicau di rumah meski gadis itu hanya menceritakan Keita, Keita, dan Keita.
Di meja makan, Aqila meminum susu khusus ibu hamil yang dibelikan Ethan selama di luar negeri. Sementara di depannya ada Keysa yang sedang makan roti lapis dengan slay strawberry.
Gadis manis dengan seragam sekolah SMA Galaxy itu menunggu sampai Qila selesai minum susu dan berkata antusias.
"Kak, bentar lagi usia kandungan kakak lima bulan, 'kan? Mau aku temanin ke dokter buat cek dedek bayinya cewek apa cowok nggak?"
Qila menyeka bibirnya dengan tisu, menatap Keysa sambil tersenyum. "Kakak kamu bilang kita nggak perlu tahu Jenis kelamin baby king, cewek atau cowok terserah, biar jadi suprise pas lahir."
Keysa manggut-manggut paham.
"Trus kenapa panggilannya 'Baby King?' bukannya itu artinya kalian mau punya anak cowok?" heran Keysa.
Qila mengerjap, bagaimana cara menjelaskannya, ya?
Dia itu Kaisar, sedangkan Ethan selir. Tentu saja anak mereka entah itu cowok atau cewek akan menjadi 'King'.
Ya, begitulah kira-kira pikiran sinting Qila.
"Kenapa emang? cewek kan juga bisa pakai mahkota King."
Keysa memahami maksud dari kalimat Qila dan manggut-manggut paham.
Tiba-tiba dia teringat sesuatu dan excited lagi.
"Kak, ntar sore Keysa mau bawa temen ke sini, boleh nggak?"
"Siapa? Keita?"
Keysa menggeleng, cemberut. "Bukan, kalau Keita mah aku masih berjuang buat dapetin dia lagi, Kak. Huhuhu. Belum bisa bawa ke sini..."
Qila tertawa geli. "Kasihan... Trus kamu bakal ajak siapa? Temen sekolah?" tanyanya sambil mengunyah salad.
Keysa mengangguk. "Iya, tapi dia nggak sekolah di SMA Galaxy. Dia teman aku waktu masih sekolah di IVHS, namanya Stella, Rainy Stella."
Aqila mengernyit, memasang pose berpikir. "Kek nggak asing tuh nama, kamu pernah notice sebelumnya kalau nggak salah."
"Iyaapp, dia itu owner Rainy Cafe langganan kakak. Cafe yang tiap hari kak Qila datangin buat pesan pancake strawberry tiap kali kangen sama kak Ethan,"
"Wow, masih SMA tapi udah punya usaha cafe sendiri? Cafe itu terkenal banget loh, benar-benar definisi sukses di usia muda. Pasti emak bapaknya bangga." Kata Qila takjub.
"Hmmm" keysa ragu-ragu, menggaruk tengkuknya yang tak gatal. "Hmmm sebenarnya... dia yatim-piatu, Kak. Orangtuanya udah meninggal. Trus cafe-nya itu bukan dia yang ngerintis dari awal, tapi almarhum pacarnya."
Qila tertegun mendengar itu.
"Cowoknya ngerintis cafe atas nama Stella, sedari awal tuh cafe emang dibikin buat dia. Jadi pas cowoknya meninggal, hak waris jatuh ke dia. Makanya teman aku itu yang jalanin Rainy Cafe sampai sekarang." Jelas Keysa panjang lebar.
Qila tidak tau harus merespon bagaimana setelah mengetahui fakta tersebut. Siapa sangka kafe yang selalu ia kunjungi untuk makan sepiring pancake strawberry ternyata memiliki kisah tragis di balik itu?
'Seromantis itu, tapi kok bisa berakhir setragis itu?' gumam Qila dalam hati.
Setelah sarapan pagi, Qila mengantar Keysa ke SMA Galaxy.
Setiap kali melihat gerbang sekolah lamanya, Qila selalu merasa Dejavu.
Dia kadang tertawa sendiri teringat pertemuan pertamanya dengan Ethan di gerbang ini.
Di hari pertama MOS, dia hampir ditabrak Ethan, lalu Ethan yang dalam mode selir galak mengatainya 'goblok'. Qila diam-diam menyimpan dendam kesumat dan menendang selir galak itu ke kolam ikan setelah cek-cok di jembatan.
Tidak hanya itu, di depan gerbang ini juga mobil Ethan pernah melindas skateboardnya dulu.
Ahhhh, benar-benar momen yang tak terlupakan.
Rasanya seperti masih kemarin.
Qila menyentuh perutnya yang mulai membesar.
Sekarang dia sudah punya anak.
Hehe, hubungan mereka sejak awal memang plot twist sekali.
Setelah mengantar Keysa ke sekolah.
Aqila pergi ke kantor untuk bekerja.
Sebenarnya, Ethan tidak memperbolehkan Qila untuk bekerja lagi, tapi ia tidak mau dan tetap kukuh ingin bekerja. Alhasil, Ethan meminta dewan direksi merekrut CEO tambahan untuk meringankan pekerjaan Qila.
Jadi, perusahaan mereka memiliki dua CEO sekarang.
CEO baru yang direkrut dewan direksi adalah pemuda matang berusia 30 tahun dengan perawakan tinggi dan tampan.
Otaknya cerdas, hampir semua masalah perusahaan tidak ada apa-apanya baginya. Sifatnya juga sangat dewasa seolah-olah berpengalaman menghadapi dunia.
Mungkin karena usianya sudah matang, dia jadi sangat gentleman. Alhasil, banyak wanita-wanita di kantor tertarik padanya.
Tetapi dia bukan tipe yang suka main perempuan. Semua wanita yang mendekat selalu ditolak secara halus.
Pria itu bernama Liam Wilbert. Pemuda blasteran indo-eropa yang saat ini populer di perusahaan teknologi ArThan-Tech yang dirintis Ethan.
Hari ini ada rapat besar dengan Dewan Direksi berserta investor asing. Aqila sedikit terlambat, jadi dia terburu-buru ke tempat duduknya.
Tapi di tengah jalan Qila tersandung, untung saja seseorang menahannya dari belakang. "Be careful"
Aqila tertegun, segera menoleh. "Liam?"
Pria itu tersenyum. "No need to rush. Kami juga belum mulai."
Aqila mengernyitkan kening, sedikit terganggu dengan wajah pria itu terlalu dekat dan tangannya yang melingkar posesif di pinggangnya.
Aqila segera berdiri tegak dan melangkah mundur ke belakang memberi jarak.
Pria itu tersenyum. Rahangnya sangat tegas, retina matanya yang sedikit kehijauan menatap Qila dengan lekat, gen eropanya benar-benar sangat mendominasi sehingga sulit untuk tidak menarik perhatian.
Aqila tersenyum meminta maaf, saat akan duduk, Liam lebih dulu menarik kursi untuknya.
Benar-benar gentleman sejati!
Qila hanya bisa duduk sambil mengucapkan terima kasih.
Rapat di mulai dan berlangsung selama dua jam lebih.
Setelah rapat, Aqila kembali ke ruangannya, ruangan Qila dengan Liam berdekatan. Jadi, mereka berjalan berdampingan sembari mendiskusikan hasil rapat.
"Baiklah, untuk sementara kita bisa coba saran dari Dewan Direksi. Senang bisa kerja sama dengan mu, Aqila Auristella." Kata pria itu di akhir diskusi sambil mengulurkan tangan untuk berjabat tangan.
Aqila menerima jabat tangan itu dan berkata, "Senang bisa kerja sama dengan anda juga, Liam Wilbert."
Pria itu tersenyum, tangannya masih menggenggam tangan Qila, matanya berkabut efek mabuk.
"Kapan suami mu pulang?"
Aqila mencoba menarik tangannya, tapi tidak bisa. Genggaman Liam terlalu erat.
Masih dengan senyum penuh kepalsuan, Qila menjawab. "Kenapa Pak Liam menanyakan suami saya?"
Tatapan Liam turun ke bawah, menatap perut Qila yang sedikit menonjol di balik long-coat panjangnya. Meski tidak terlalu jelas, jika diperhatikan baik-baik, siapapun tau dia sedang hamil.
Liam membuka pintu ruangannya dan menarik Qila untuk masuk ke dalam.
Pintu ditutup dan dikunci, Qila dikurung dengan satu tangan di balik pintu.
"Bukan begitu... Sebentar lagi kamu akan hamil besar, tapi dia belum pernah sekalipun kembali melihat mu. Do you know what it means? You got dumped, right?"
Aqila tersenyum miring, ketika ditarik paksa dan dikurung seperti ini dia tidak takut sama sekali.
Dia menatap mata hijau rekan kerja yang memiliki wewenang yang sama dengannya itu dan berkata santai.
"Mr. Liam, anda mabuk? that's why you're talking such nonsense?"
Ya, setelah rapat tadi, para petinggi asing memang sempat meminum wine. Di sana, hanya Aqila yang tidak ikut minum karena tengah hamil.
"Nonsense? Aku hanya berbicara yang sebenarnya. Mustahil ada lelaki yang tetap setia setelah pergi dalam jangka waktu selama itu," lanjutnya.
Aqila mendengkus. "Ah, anda benar-benar mabuk. Tapi tetap saja kan. Setia atau tidaknya suami saya, apa hubungannya dengan anda?"
Liam terkekeh mendengar itu. Tangannya terangkat menyentuh ujung rambut Qila, memutarnya hingga melingkari jari-jarinya dengan sensual.
"Saya tahu anda mabuk, jadi wajar bertingkah di luar nalar seperti ini. Lepaskan saya sekarang dan saya akan menganggap ini tidak pernah terjadi." Kata Qila tegas.
Aroma alkohol semakin menguat, pria itu tidak mendengarkan peringatan Aqila dan malah berkata,
"Aqila Auristella, I've been watching you for a long time. Aku tahu kamu kesepian. Jadi... kita bisa—"
"Lima detik! Lepaskan saya dalam lima detik atau anda akan menyesal!!" Qila memotong ucapannya.
"Satu!" Qila mulai menghitung.
Pria itu terkekeh, bukannya menjauh, dia malah semakin mendekat. "Menarik, ayo kita lihat apa yang bisa kamu lakukan pada ku dalam lima detik."
"Dua!"
"...."
"Tiga!!"
Pria itu semakin berani, dia membawa ujung rambut Qila ke hidungnya, mencium aromanya.
Aqila menggertakkan gigi jijik. Terus menghitung.
"Empat!"
Pria itu tak gentar, bahkan tangannya naik menyentuh wajah Qila.
"Lima!!"
BUKHH!!
BUMM!!
· · ─────── ·𖥸· ─────── · ·
~To be continued~
A/N :
Haha, tuh musang mikirnya Qila cewe menye-menye kali yaakk.
Nggak tahu aja dia kalau Qila kita itu siluman Dugong👀
Karya ini GRATIS! Tapi kamu boleh kok kasih tip biar kreator hepi 🥰
