
Deskripsi
• Ungkapan cinta •
"Hati, tolong jangan lemah lagi. Aku lelah menyembuhkanmu yang selalu patah," - Arwaa.
_____________________________________________
Saat ini Arwaa tengah disibukkan memasak makanan untuk keluarga dari mantan suaminya. Dia tak sadar jika sedari tadi ada seseorang yang memperhatikan dirinya. Siapa lagi kalau bukan Aldair.
Ketika Bu Hayya dan Hanna beristirahat karena masih lelah sehabis perjalanan panjang mereka. Aldair justru sedang duduk di sofa ruang tengah apartemen Arwaa yang...
Post ini tidak mengandung file untuk diunggah/baca ataupun tulisan panjang.
Dukung suporter dengan membuka akses karya
Pilih Tipe Dukunganmu
Sudah mendukung?
Login untuk mengakses

Selanjutnya
Pengantin Yang Terbuang (37)
0
0
• Penyesalan • Cinta?Apa itu cinta?Jika ditanya, apakah Arwaa pernah merasakan cinta? Jawabannya adalah tentu saja. Ada cinta untuk Sang Pencipta. Begitu pula cinta untuk kedua orangtua. Juga cintanya untuk Aldair ketika mereka masih sepasang suami-istri.Namun sepertinya cinta Arwaa tak begitu berarti untuk Aldair karena pria itu telah menghempaskan hatinya hingga ke lapisan terdalam, terpecah belah tak bersisa.Lalu apakah Arwaa salah karena terlalu berharap akan balasan dari cintanya? Tidak. Hanya saja dia sedang lalai saat itu. Hingga lupa pada cinta yang seharusnya ia jaga, cintanya pada Sang Pemilik Cinta. Besarnya harapan yang ia letakkan pada yang fana membuat ia akhirnya merasakan kekecewaan yang mendalam.Sama halnya Aldair yang dibutakan oleh cinta pada sang kekasih. Arwaa pun sama, tapi ia lebih memilih melarikan diri dari cinta itu karena hanya memberi kepedihan yang berhasil membuat malam-malam indahnya harus berubah menjadi kelam karena kenangan buruk yang diberikan Aldair.Namun malam ini sedikit berbeda. Arwaa memang masih sulit untuk memejamkan mata, tapi bukan karena kenangannya bersama sang mantan. Melainkan kenangan manis yang ia habiskan bersama gadis kecil yang tengah tertidur pulas di sisinya, dan juga Ayahnya.Sejak tadi tangan Arwaa pun terus diletakkannya di atas dada. Memastikan jantungnya masih berdetak dengan normal, karena adanya gelora aneh yang terus menerus melingkupi diri setiap kali Arwaa mengingat ungkapan cinta dari Ayah gadis kecilnya.Astaghfirullah...Arwaa segera beristighfar begitu ia sadar bahwa ia belum boleh memikirkan terlalu dalam tentang pria yang beberapa jam yang lalu mengungkapkan perasaannya.Segera Arwaa beranjak dan pergi ke kamar mandi untuk mengambil wudhu. Setelah itu, ia hamparkan sejadah dan bersiap membagi keluh kesahnya dengan Sang Pencipta di sepertiga malam.Berdo'a agar Allah senantiasa menjaga hatinya dan juga hati pria yang memang ditakdirkan menjadi Imamnya. Siapapun itu agar dimudahkan jalannya dalam setiap kebaikan, dan menjauhkannya dari fitnah kehidupan.
***
Bun... Bunda...Arwaa tersentak begitu Hanna menarik tangannya yang sedari tadi memegang sendok tapi tak melakukan apapun.E-eh maaf.Arwaa kira setelah bermunajat pada Sang Pemilik Cinta malam tadi, ia bisa menenangkan hatinya untuk tidak memikirkan Ayah dari gadis kecil di sisinya.Iya, hatinya memang tenang. Tapi tenang karena adanya sosok Attalaric yang terus berterbangan di kepalanya. Tenang karena ungkapan cinta yang terdengar begitu tulus dan meyakinkan dari pria itu. Sampai-sampai Arwaa lupa untuk makan.Kamu gak apa-apa sayang? Tanya Bu Hayya memandang Arwaa khawatir karena memang terlihat jelas kantung mata di wajahnya Arwaa akibat tidak tidur semalaman.Gak apa-apa Bu. Maaf aku hanya kekurangan tidur saja, ada banyak tugas yang harus dikumpulkan hari ini, jawab Arwaa. Dia tidak bohong tentang tugas-tugasnya itu, tapi sebenarnya bukan itu alasan dia tidak bisa tidur semalam.Oh kamu berangkat kuliah sayang? Maaf ya Ibu dan Hanna malah merepotkanmu.Kenapa Ibu bicara begitu. Aku gak merasa direpotkan kok, justru senang ada Ibu dan Hanna di sini.Arwaa tersenyum simpul sambil mengelus rambut Hanna yang kembali menyantap sarapannya. Aldair sejak tadi tak mengalihkan pandangannya dari gerak-gerik Arwaa. Ada sesuatu yang mengusik ketenangannya, entah apa itu.Kamu kuliah jam berapa? Kebetulan aku menyewa mobil rental, kalau mau aku bisa mengantarmu sekalian pergi bertemu rekan bisnisku, ucap Aldair membuat ruangan itu mendadak hening dan hanya terdengar suara dentingan sendok yang dipakai Hanna.Tidak perlu Mas. Aku akan berangkat dengan Grace, jawab Arwaa tersenyum simpul berharap tidak membuat mantan suaminya itu tersinggung.Mata Arwaa melihat Aldair yang tidak lagi bicara dan kembali makan seolah ucapannya tadi adalah hal yang wajar. Meski terlihat jelas kekecewaan dari mata itu.Bu Hayya sendiri melirik Arwaa, dia juga sedikit kesal dengan tingkah anak keduanya itu. Dulu saja disia-siakan. Sekarang ketika sudah tak lagi halal, malah mencoba diperjuangkan.Bu Hayya memang ingin Arwaa untuk tetap menjadi menantunya. Meski ada harapan akan kebersamaan Arwaa dan Aldair, tapi Bu Hayya tak mau egois. Dia hanya ingin yang terbaik bagi Arwaa. Dia akan selalu mendukung gadis yang sudah ia anggap seperti putrinya sendiri.Belum lagi Bu Hayya juga mengetahui tentang perasaan putra sulungnya terhadap gadis berhati lembut di hadapannya ini karena Attalaric memang sudah menyampaikan isi hatinya terhadap Arwaa kepada Bu Hayya dan Pak Ahmad, kedua orangtuanya.Hanya saja ada kekhawatiran tersendiri ketika Aldair harus mengetahui tentang hal ini.Ibu dan Hanna gak apa-apa kan aku tinggal dulu ke kampus? Tanya Arwaa menyadarkan Bu Hayya dari pikirannya.Eh, iya sayang gak apa-apa ko.Kalau ada sesuatu yang Ibu perlukan, Ibu bisa langsung menghubungiku.Iya, terimakasih sayang, balas Bu Hayya tersenyum tulus pada mantan menantunya.Hati Aldair sedikit tercubit melihat rona bahagia di wajah Ibunya. Hanya dengan berada di dekat Arwaa Ibunya itu jadi lebih banyak tersenyum. Jika saja Arwaa masih istrinya mungkin saja Ibunya itu tidak akan bersikap dingin lagi padanya.'Brak'Aldair menyimpan sendoknya sedikit kasar membuat semua yang berada di meja makan memandang ke arah Aldair. Kalau boleh jujur dia ingin menangis. Penyesalan dalam dirinya masih begitu besar. Sebesar keinginannya untuk kembali bersama Arwaa.Aku akan berangkat sekarang, rekan bisnisku sudah menunggu. Terimakasih sarapannya Arwaa, ucapnya menyunggingkan senyum terpaksa dan mengambil tangan Bu Hayya untuk disalami sebelum Aldair melangkah keluar apartemen. Meninggalkan Arwaa dan Bu Hayya yang menatap punggungnya dengan ekspresi yang berbeda.
***
Aldair sendiri memang semenjak kepulangan dirinya dari Toronto waktu itu. Ia langsung datang ke rumah orangtuanya, dan memohon maaf atas semua kesalahan yang telah ia perbuat kepada semua anggota keluarganya.Mereka semua memaafkan Aldair. Bahkan Aldair juga kembali tinggal di rumah keluarganya. Hanya saja, tetap, sikap dingin hasil dari kekecewaan yang mereka rasakan akibat ulah Aldair masih bertahan sampai saat ini. Bahkan Arrazi pun tidak berbicara padanya jika memang bukan hal penting, padahal dulunya dia begitu dekat dengan adiknya itu.Hanya satu orang yang kembali bersikap seperti dulu padanya, Attalaric.Sebenarnya dia benci menerima perlakuan lembut Attalaric padanya. Bagaimanapun juga bisa dibilang Aldair sudah menyakiti Kakaknya. Bahkan saat pria itu mencoba menyelamatkan Arwaa dari kukungannya, sampai rela babak belur karena dipukuli oleh para bodyguard yang Aldair pekerjakan saat itu.Begitu pula putri dari Kakaknya, Hanna. Gadis kecil itu sangat dekat dengan Aldair. Bahkan menjadi lebih akrab dari sebelumnya karena Hanna berpikir jika bersama Aldair, dia bisa bertemu dengan Arwaa. Gadis kecil itu masih beranggapan jika Arwaa adalah istri Pamannya.Kalau saja Arwaa memang masih istrinya saat ini. Tak bisa Aldair bayangkan betapa bahagia dirinya bisa memiliki istri yang cantik, penuh kasih sayang, dan lemah lembut tutur katanya. Mungkin setiap hari Aldair akan terus merasakan jatuh cinta yang akan menghasilkan banyak pahala karena telah mencintai pasangan halalnya.Tapi begitulah penyesalan, ia datang di saat terakhir. Ketika Aldair sudah kehilangan tempat di hati Arwaa.Bolehkah dirinya berharap adanya kesempatan kedua? Ya, kesempatan kedua untuk bisa kembali merajut bahtera cinta rumahtangga bersama gadis bernama Arwaa Kemuning Bhurri.
***
Apakah konten ini melanggar ketentuan yang berlaku sesuai
syarat dan persetujuan?
Laporkan