
Sakti meminta izin kepada Bima untuk pacaran. Akankah Bima mengizinkan Sakti?
©2025 WillsonEP Seluruh hak cipta dilindungi undang-undang
Terbit : 5 April 2025 (Reguler)
Chapter 10 : Boleh Aku Pacaran?
Sakti menghela napas panjang, sedikit merasa kecewa karena tidak melihat keberadaan Ratna dan ibunya di Bakso Abim. Padahal sebelumnya ia sudah berharap bisa kembali bertemu dengan Ratna di luar sekolah. Sakti melanjutkan makannya sambil sesekali melirik ke arah pintu masuk, berharap keduanya tiba-tiba datang. Namun, pada kenyataannya hingga baksonya habis harapannya tak kunjung terwujud. Sakti pun akhirnya meraih ponselnya—yang selalu dibawakan Bima setiap menjemputnya, kemudian mulai mengetikkan pesan untuk Ratna.
Ratna Kartika
14:45 Kamu di mana, Rat?
14:45 Nggak jadi ke Bakso Abim?
Aku udah di rumah, Sak. Ini baru banget sampe. 14:46
Maaf, hari ini aku nggak jadi ke Bakso Abim. Mama aku ada urusan sama temen-temennya. 14:46
Sakti menatap layar ponselnya sesaat, kemudian mengetikkan pesan balasan.
14:47 Oh, gitu. Ya, udah lain kali aja.
Kamu di Bakso Abim? 14:47
14:47 Iya, ini baru beres makan bakso.
Hobi banget kamu makan bakso. Bukannya tadi pagi udah makan bakso? 😁 14:48
Sakti tersenyum kecil membaca pesan itu. Jarinya langsung mengetik balasan dengan cepat.
14:48 Iya, dong. Habis bakso enak banget, apalagi Bakso Abim.
14:48 You sent a photo.
Ah, jadi pengen.🤤Bisa pesen online nggak sih? 14:49
14:49 Bisa kok. Ada di WE-FOOD.
Wah, ada? Oke, deh. Aku pesen online aja. 14:50
Ratna sent you a photo. 14:51
Yang ini ya, Sak? 14:51
14:52 Iya, betul.
Oke, aku pesen dulu. 14:52
Tanpa Sakti sadari, sejak tadi Bima diam-diam memperhatikannya dari kejauhan. Bima yang baru saja mengantar pesanan pelanggan, langsung menghampiri meja Sakti dengan tatapan penuh rasa ingin tahu. Ia penasaran apa yang membuat putra satu-satunya itu senyum-senyum sendiri sambil menatap layar ponsel.
“Cie, cie, ada yang senyum-senyum sendiri. Lagi chat-an sama siapa nih?” goda Bima sambil menepuk bahu sakti.
Sakti langsung refleks mengunci ponselnya, kemudian melirik Bima kesal.
“Ah, Papa ganggu aja! Mau tau banget atau mau tau aja?”
“Hmm … Papa mau tau banget apa yang membuat kamu sampai senyum-senyum sendiri. Kasih tau Papa.”
Sakti akhirnya menyerah dan memberitahukan apa yang sebenarnya terjadi.
“Iya, aku lagi chat-an sama Ratna. Papa tau ‘kan?”
“Ratna yang sering video call kamu?”
“Iya,” jawab Sakti sambil mengangguk pelan. “Dia pengen banget makan Bakso Abim, tapi nggak bisa ke sini. Jadi aku saranin pesen online aja.”
“Oh, gitu. Terus kenapa kamu senyum-senyum?”
“Ratna bilang aku hobi banget makan bakso. Masa makan bakso termasuk hobi?”
“Oh, gitu. Apa kamu naksir sama Ratna?”
Sakti terdiam beberapa saat, kemudian sedikit menunduk.
“Iya, Pa. Aku naksir sama Ratna. Menurut Papa gimana?”
“Wajar kok kamu naksir sama Ratna. Dia cantik, baik, dan pinter juga. Kamu pacaran sama dia?”
“Belum sih, baru TTM-an aja,” respon Sakti sambil tersenyum.
“Ada-ada aja kamu!”
“Jadi boleh aku boleh pacaran, Pa?”
Bima menggeleng cepat.
“Nggak boleh.”
“Yah, Pa. Kenapa?”
“Kamu masih terlalu kecil untuk pacaran, Sak. Cinta itu rumit. Kamu lebih baik fokus belajar dulu dan cari temen sebanyak-banyaknya.”
“Ratna banyak yang naksir loh, Pa. Sakti takut keduluan sama cowok lain.”
“Jodoh itu nggak akan kemana, Sak. Kalau kamu berjodoh sama Ratna, kamu pasti akan menemukan jalannya. Jadi untuk sekarang kalian temen dulu aja ya?”
“Iya, iya.”
“Sekarang kita pulang?”
“Oke, Pa.”
Bima dan Sakti beranjak meninggalkan area Bakso Abim dengan motornya.Bima sengaja melajukan motornya pelan agar ia bisa berbincang dengan Sakti terkait sekolahnya dan teman-teman geng Cakrawala.
“Papa tenang aja. Sekolah aman, masalah geng Cakrawala juga aman. Aku udah keluar baik-baik kok.”
“Papa seneng dengernya.”
“Oh, iya, Pa. Soal pacaran kapan aku boleh pacaran? Bentar lagi ‘kan aku masuk SMP, boleh aku pacaran?”
“Nggak. SMP juga belum boleh. Mama dan Papa aja dulu pacaran pas SMA.”
“Oh, ya? Berarti kalau aku SMA boleh pacaran?”
“Tergantung.”
“Kenapa tergantung, Pa?”
“Nanti Papa dan Mama bahas kalau waktunya udah tepat. Sekarang kamu fokus aja sama sekolah kamu. Pokoknya kalau kamu mau pacaran, kamu harus lulus test dari Papa dulu.”
“Test-nya gimana, Pa?”
“Ada deh, pokoknya ada sejumlah tes. Oh, iya gimana persiapan kamu masuk SMP Nirwana? Udah mulai persiapan?”
“Udah dong, Pa. Sakti udah mulai persiapan.”
“Bagus, Papa doain kamu bisa menjalani tesnya baik-baik dan keterima di SMP Nirwana.”
“Amin.”
To be continued ... © 2025 WillsonEP. Jangan lupa tekan tombol suka.❤️ Terima kasih sudah mampir. 🙌
Karya ini GRATIS! Tapi kamu boleh kok kasih tip biar kreator hepi 🥰
