
Bab 39
Mature
Semuanya terasa romantis, ketika Yasmin masih duduk di atas pangkuannya tanpa melakukan apa-apa. Hanya duduk sembari memainkan kancing kemeja. Tapi, beberapa menit berselang, tangan ramping itu entah kenapa menjadi nakal. Mengusap dada Andra teratur, membuat Andra kegerahan. Apalagi, Yasmin seolah sengaja menggerakan tubuhnya pelan di atas pangkuan pria itu.
Suasana romantis itu berubah sedikit panas. Dan saat gadis nakal itu memanggilnya dengan sensual, "Mas ..." Lalu mencium leher Andra, bahkan dia menggigit kecil perpotongan leher pria itu. Mengecup jakun Andra yang bergerak naik turun.
Tangan Andra mengepal erat, berusaha menahan. Tapi ketika Yasmin semakin nakal, dengan menggigit serta telinganya, juga mengusap dada bidangnya teratur. Andra tak kuat lagi. Dia mencengkram pinggang gadis itu, menarik tubuh ramping gadisnya agar semakin menempel pada tubuhnya.
Mencengkram dagu Yasmin, dengan mata menatap tajam wajah sayu di hadapannya. Ibu jari Andra mengusap bibir bawah Yasmin pelan, dan pada saat itu, mata Yasmin tertutup. Seolah memasrahkan diri sepenuhnya pada Andra. Dan Andra suka itu, dia suka saat Yasmin terlihat lemah dan pasrah untuk ia mainkan.
Andra semakin mencengkram dagu Yasmin. Meraup bibir kemerahan milik kekasihnya, menggunakan bibirnya sendiri.
"Hmm," Yasmin bergumam-gumam kecil. Suara decapan mulai terdengar, mendominasi kesunyian juga menambah rasa sensual dari diri masing-masing.
Tangan lentik gadis itu, menelusuri leher Andra. Mengusap tengkuk pria itu, kemudian menjalar, meremas rambut Andra, membuat rambut pria itu acak-acakan dibuatnya.
Andra semakin menarik tubuh gadisnya. Mengusap punggung Yasmin teratur. Hingga ia menemukan tepian blus yang Yasmin kenakan. Perlahan tangannya masuk ke dalam, merasai lembutnya kulit punggung Yasmin.
Yasmin meremang, merasakan panas sentuhan Andra.
Ketika dirasa posisi duduk Yasmin mengganggu. Andra menghentikan kegiatannya sesaat, memperbaiki posisi gadis itu agar mereka nyaman berkegiatan.
Yasmin merona, dia merasa sangat terbuka bagi pria itu, duduk mengangkang di pangkuan Andra. Dengan sesuatu mengganjal yang mengenai area bawahnya. Apalagi ia yang memakai rok selutut.
Andra kembali melingkarkan tangannya pada pinggang gadis itu. Menariknya, kemudian mencumbu Yasmin kembali. Mengecupi leher Yasmin, mengusap punggung Yasmin dari balik pakaian.
"Hm, Mas ..." Yasmin maracau, Pipinya semakin memerah, ketika tangan besar Andra menemukan pengait bra yang ia pakai. Lalu tidak lama, kedua pengait itu sudah terpisah. Membuat dadanya terbebas.
Tangan besar Andra, mengusap punggung Yasmin sekali lagi, sebelum menjalar, mengusapi perut rata sang kekasih. Lalu bergerak meremas dada Yasmin.
Kepala Yasmin menengadah ketika Andra meremas lembut kedua payudaranya. Dan Andra tak menyia-nyiakan itu, dia menghirup leher jenjang Yasmin, mengecup, menggigit. Hingga sedikit timbul warna kemerahan.
Yasmin bergerak lembut di atas pangkuan Andra, ketika ia merasakan gatal di area kewanitaannya. Dia menginginkan sesuatu yang lebih dari ini, menginginkan Andra menghilangkan rasa panas di tubuhnya.
Andra menyingkap blus yang Yasmin kenakan, melepasnya melewati tangan dan kepala Yasmin. Hingga tubuh atas Yasmin terpampang polos seutuhnya, karena Andra juga telah melempar bra gadis itu ke sembarang arah.
Tangan kanan Andra masih melingkar di pinggangnya. Sedangkan tangan kirinya tetap memijat lembut dada kanan Yasmin. Dan ketika Yasmin mendesah keras. Andra meraup puncak dada ranum gadisnya yang berwarna kemerahan. Mengulum dan menghisap, memainkan puncak ranum tersebut menggunakan lidah dan gigi-giginya.
Kepala Yasmin terlempar ke belakang, ketika Andra sedikit menggigit puncak payudaranya. Rasa geli, sakit, dan nikmat, menjalar ke seluruh tubuh. Jari-jari kaki Yasmin menekuk, berantusias ketika rasa gatal semakin menyerang daerah kewanitaannya.
"Mm, Mas." Yasmin meremat pundak Andra, tubuhnya semakin terlonjak tak beraturan. Berusaha meraih apa yang ia inginkan.
Semakin tangan Andra memijat dan meremas sana-sini, semakin Yasmin bergerak tak karuan di atas pangkuan Andra.
Tangan Yasmin mengacak sesekali menjambak rambut Andra, yang masih memainkan dadanya menggunakan mulut pria itu.
Andra menekan tubuh Yasmin, agar pusat tubuh Yasmin dan pusat tubuhnya semakin bergesekan. "Mas ... Yasmin, Yasmin ...." Yasmin meracau tak karuan, Andra tahu gadis itu akan mencapai puncaknya, hingga tangan kanannya yang melingkar di pinggang gadis itu bergerak meremas pinggul Yasmin, lalu membantu tubuh Yasmin bergerak.
"Sayang ..." Andra menggeram tajam, kembali memagut bibir Yasmin. Dengan pinggul bergerak, menyamai gerakan Yasmin.
Yasmin semakin menaik turunkan tubuhnya, dengan bibir masih berciuman sensual, diselingi deru napas juga geraman rendah Andra.
"Sayang ..." Andra melepas ciumannya dan saat itu kepala Yasmin mendongak ke atas. Begitupun dengan Andra yang menyurukan kepalanya pada leher gadisnya, ketika kenikmatan itu menyerbu keduanya. Sesuatu yang hangat menjalar di antara kedua paha.
"Hah, hah, hah." Wajah Yasmin memerah sempurna. Matanya yang memburam karena kabut gairah. Kembali melihat normal. Yasmin menatap rambut Andra yang masih menyurukan wajah di lehernya. Menormalkan napas.
Andra mengangkat kepala. Satu sudut bibirnya tersungging kecil, dan dengan itu Yasmin semakin merona. Dia menggigit bibir, merutuki kelakuan binalnya.
Andra mengusap bahu telanjang Yasmin, jari telunjuknya menelusuri lengan putih itu.
Yasmin menahan napas ketika jari telunjuk Andra kembali menelusuri leher, tulang selangka, hingga sampai pada daging kenyal miliknya. Menekan puncak dada Yasmin yang mencuat. Hingga Yasmin terkesiap, "Mas!"
Yasmin menyembunyikan wajahnya pada perpotongan leher Andra. Dia bergumam-gumam tak jelas. Andra tertawa kecil.
"Hei, sayang," Andra memanggil, sembari mengelus lembut punggung telanjang Yasmin. Yasmin menggeleng, menolak melihat wajah Andra.
"Sayang ..." Yasmin masih keukeuh, tak ingin melihat rupa Andra. Awalnya Andra mengira semua baik-baik saja, Yasmin-nya mungkin sedang malu. Tapi, ketika telinganya menangkap isakan kecil, juga mendapati kemejanya basah, dan merembes pada kulit bahunya, Andra mengerti, ada yang tidak beres.
"Hei, sayang. Kok nangis?" Andra bertanya panik, berusaha membawa kepala Yasmin agar menatap wajahnya.
"Kenapa nangis?" Andra menangkup kedua sisi wajah Yasmin, mengusap buliran bening yang terus berjatuhan. Yasmin menggeleng kecil.
"Yasmin nggak suka Mas kayak gitu?"
Yasmin kembali menggeleng. "Yas-Yasmin mau Mas Andra, Yasmin mau nikah sama Mas ..." Yasmin meracau tak jelas. Membuat Andra mengeryit bingung. Dan Yasmin yang masih belum berbusana lengkap mengalihkan fokusnya, sehingga ia memilih meraih blus dan bra gadis itu terlebih dahulu, yang sejajar dengan injakan kakinya.
Dengan sabar, dia memakaikan pakaian ke tubuh Yasmin, sehingga gadis itu terlihat rapi seperti sedia kala.
Andra mengusap rambut Yasmin. "Kenapa, hm?"
Yasmin menunduk, memainkan jari-jarinya. "Yasmin mau sama mas, Yas-Yasmin nggak mau dijodohin ..." Yasmin kembali terisak, tadi dia berpikir bodoh, kalau misalkan ia dan Andra melakukan itu, lalu dia mengandung anak dari Andra. Mungkin saja ibunya akan sedikit luluh dan membatalkan perjodohannya, lalu memberi restu agar Andra dapat menikahinya, dengan alasan anak yang Yasmin kandung.
"Sayang, dengar. Yasmin percaya sama mas?" Andra kembali menangkup pipi Yasmin. "Yasmin percaya, kalo Mas akan berjuang untuk hubungan kita?"
Yasmin mengangguk kecil. Andra menghela napas, kemudian membawa Yasmin ke dalam pelukan. "Kalau begitu, Yasmin hanya perlu bersabar, karena mas nggak mau kehilangan Yasmin juga," ucapnya meredam emosi yang tiba-tiba tersulut. Sebegitu tak bolehnya kah, Andra menjadi pasangan Yasmin. Sehingga orang tua gadis itu malah menjodohkan Yasmin dengan pria lain.
Dan apakah sikap Yasmin yang tiba-tiba tadi, karena gadis itu berpikir bahwa itu adalah jalan pintas. Yasmin lupa sepertinya, bahwa Andra tak akan menyentuh Yasmin sampai sedalam itu. Dari awal, dia mempunyai prinsip kuat, dia tidak akan menyentuh Yasmin sedalam itu sampai waktunya mereka sah menjadi suami istri.
"Sekarang, Mas antar pulang, ya?"
Yasmin mengangguk dalam pelukan Andra. Kemudian, Andra mengangkat tubuh Yasmin dari atas pangkuannya, mendudukkannya ke atas jok mobil. Di samping jok yang Andra duduki.
Andra memasangkan seatbelt di tubuh Yasmin, dan ketika Andra menegakkan tubuh kembali ia melihat Yasmin, yang menggigit bibir canggung, juga mata bergerak-gerak gusar.
"Kenapa?"
"Mas ... di bawah ... basah," ucapnya polos. Ketika ia merasakan sesuatu yang hangat kembali keluar.
Andra mengerang. Sial!
*
"Jangan Mas," Yasmin menutup jendela kamarnya, lalu berbisik. "Ada Bunda hari ini, jangan ke sini dulu." Yasmin melarang Andra yang akan ke rumahnya untuk hari ini, karena ibunya sudah pulang. Tiga hari kemarin, ketika Reni sedang tidak berada di rumah, Andra memang rutin mengunjunginya, setiap sore atau malam, seusai pria itu bekerja, dengan membawa beberapa makanan sebagai buah tangan.
Dan ngomong-ngomong, Ghifari juga telah mengembalikan kartu provider-nya. Sehingga ia dapat kembali berhubungan dengan Andra via ponsel.
Yasmin menggigit bibir bawahnya pelan. Ketika di seberang sana Andra keukeuh, ingin berkunjung dan berkata kalau misalkan ini kesempatan bagus. Andra berkata bahwa ia bukan anak ingusan, yang akan mundur ketika digertak seperti itu.
Yasmin mencebik. "Jadi nanti mas tetep ke sini?"
Dan jawaban tegas Andra di sana membuat Yasmin tak bisa berbuat apa-apa.
Yasmin berusaha tersenyum. "Ya, udah. Yasmin tunggu Mas, di sini."
Yasmin menutup panggilan ketika Andra telah berkata bahwa pria itu ada meeting sebentar lagi. Lalu mengucap salam sebagai perpisahan.
"Yasmin," Yasmin mendengar ibunya memanggil. "Iya, Bun," sahut Yasmin cepat. Kemudian buru-buru keluar untuk menghampiri ibunya.
Yasmin berdiri di belakang Reni, yang baru menutup telpon.
Wanita paruh baya itu, memegang kedua tangan anaknya, dengan wajah semringah, tidak menutupi kebahgaian. Dan Yasmin sangsi, apakah kabar yang akan ibunya bawa akan sama membahagian bagi dirinya.
"Nanti malam kamu harus dandan yang cantik."
Pikiran buruk menghampiri benaknya. "A-ada apa bun?" Tanyanya hati-hati.
"Laki-laki yang dijodohkan sama kamu, ngajak kamu makan malam, sayang."
"A-apa ..."
"Iya," Reni mengangguk cepat. "Jadi, kamu harus dandan secantiknya, agar laki-laki itu ndak ngerasa kecewa, di pertemuan pertama ini."
"Ta-tapi, bun ... Yasmin udah bilang Yasmin nggak mau."
Reni berdecak. Dia kira Yasmin sudah merenungkan keinginannya itu. "Kamu masih berhubungan dengan pria tua itu?"
Yasmin menunduk. Dan Reni kembali berdecak keras. "Dengar Yasmin, kamu tetap akan dijodohkan suka atau ndak suka."
Wanita angkuh itu berjalan meninggalkan putrinya yang kembali berwajah muram.
"Dan untuk nanti malam," Reni berhenti melangkah, dan berucap tanpa menoleh pada Yasmin. "Segera siap-siap," perintahnya. Tanpa mau dibantah.
Yasmin menutup mata, menghela napas panjang. Dia tak ingin bertemu dengan laki-laki pilihan kedua orang tuanya.
Hingga malam menjelang, hati Yasmin semakin tak karuan. Apalagi Andra yang tak kunjung datang dan mendadak susah dihubungi. Sedangkan ia telah duduk tegak di atas sofa bersama ibunya. Menunggu laki-laki yang akan dijodohkan dengannya untuk menjemput.
Yasmin meremas kedua tangan, ketika ia mendengar deru mesin mobil. Semoga saja itu Andra. Yasmin berdoa di dalam hati.
Dia melihat wajah ibunya yang tersenyum cerah. "Ayo nduk," dia meraih tangan Yasmin, mengajaknya menyambut seseorang di balik pintu itu.
Reni membuka pintu tersebut dengan senyum merekah. Dan ketika pintu terbuka sepenuhnya. Yasmin tak kuasa untuk tidak tertawa miris.
Kenapa takdir sebercanda ini?
TBC
Karya ini GRATIS! Tapi kamu boleh kok kasih tip biar kreator hepi 🥰
