
"Akan aku balas kematian semua orang, sampai kalian berlutut di kakiku"
Tahun 3805, Laboratorium Aludra.
Di sebuah ranjang kecil di sudut ruangan serba putih dengan beberapa orang berjas putih yang berjalan mondar mandir ada seorang pemuda kurus dan pucat yang terus menerus bergerak dengan liar berusaha untuk membuka rantai yang melilit di tubuhnya, dia menggeram saat merasakan kemampuan miliknya tidak berguna sama sekali.
Tentu saja tidak berguna, dia sudah menahan lapar selama dua minggu dan darahnya terus menerus di kuras oleh orang-orang di sekitarnya.
Dia adalah Naviar Lysander-Qin/Qin Hua Shu, salah satu negara adidaya dengan kemampuan berbasis Air level 7 dan kemampuan tambahan Spesial Ruang level 3. Akan tetapi, di hadapkan dengan alat-alat laboratorium yang canggih serta beberapa peneliti super otak membuatnya tidak berdaya.
"Ah... Lysander sayangku, sedang apa kamu hmmm?"
"Apakah kamu ingin buang air kecil?"
“Atau kamu merasa lapar?”
Naviar menatap tajam sosok di depannya yang terasa seperti bayangan karena efek dari obat yang baru saja mereka suntikan pada tubuhnya.
Obat yang setiap saat mereka masukan ke dalam tubuhnya sehingga membuatnya menjadi semakin lemah.
Tapi, satu hal yang pasti adalah bahwa dia mengenal betul suara tersebut.
"Leaman, Bianca" Ucap Naviar dengan lirih, walaupun begitu semua orang akan tahu bahwa suaranya mengandung kemarahan dan dendam yang besar.
Orang-orang yang sangat dia benci, sampah menjijikan.
"AHAHAHAHA. Ya itu aku. Kenapa jalang? Terkejut hmmm?"
“Ahh Bianca tidak perlu seperti itu. Lihat dia, AHAHAHA wajahnya sudah berwarna merah penuh amarah”
"Heh. Jalang yang satu ini memang harus di perlakukan dengan buruk agar dia sadar siapa dia sebenarnya. Manusia rendahan"
"Sampah"
Naviar mendecih "Ada seorang Jalang yang sedang membicarakan dirinya sendiri. Menjijikan"
Sosok didepan Naviar terkekeh keras dan menampar wajah Naviar yang kusam “Ah... aku sangat tersanjung dengan kalimat yang keluar dari mulut busukmu. Tapi karena hari ini aku sedang bahagia maka aku tidak akan marah padamu jalang”
Naviar tidak membalas ucapan mereka karena dia sedang berusaha untuk melawan efek dari obat tersebut.
Bianca mendekat dan membisikan beberapa kalimat kearah telinga Naviar.
"Aku membencimu Lysander, sangat membencimu. Sejak dulu aku ingin sekali membunuhmu dan membiarkan tubuhmu di lahap habis oleh anjing-anjingku"
"Hehehe"
"Saat ini juga aku akan membuat dirimu menghilang dari dunia ini"
“Boom"
"Aku akan mengambil inti kristal dalam otakmu, membuang tubuhmu kedalam kerumunan Zombie dan melihatmu dimakan oleh mereka.... Ohh... indah sekali HAHAHAHA"
"Sampah sepertimu tidak pantas dilahirkan ke dunia"
Naviar benar-benar ingin melepaskan seluruh rantai yang melilit tubuhnya dan menghancurkan orang-orang di sekitarnya.
“Hei, ada satu hal lagi yang ingin aku sampaikan kepadamu. Ini adalah kejutan yang membahagiakan untukmu, kamu pasti akan sangat terkejut sampai menangis bahagia”
Kali ini giliran Leaman yang mengeluarkan suara dan dia juga tersenyum manis seraya melihat wajah Naviar yang kesakitan.
"Empat tahun yang lalu, akulah yang memerintahkan anak buahku untuk mendapatkan anakmu dan memberikannya langsung kepada zombie yang kelaparan"
Mendengar kata ‘anak' seketika ingatan Naviar terbang menuju tahun-tahun yang lalu, dia menahan rasa sakit dan gemuruh didalam dada dan melotot tajam kearah pria dan wanita di depannya.
Wajahnya yang cekung dan matanya yang melotot benar-benar berbeda dengan sosok menawan dirinya beberapa tahun yang lalu. Tapi Naviar tidak peduli dengan penampilannya, bertahun-tahun dia berkeliaran dari satu pangkalan ke pangkalan lain untuk mencari pembunuh anaknya.
Ace Lysander-Qin/Qin Meng Yang adalah anak kandungnya yang telah tewas empat tahun yang lalu saat dia dan penyintas lain berniat untuk pergi menuju pangkalan Merak.
Kejadian yang membuatnya trauma itu kembali membekas di otaknya. Bagaimana anaknya terbunuh dan bagaimana tubuhnya digerogoti oleh zombie yang sangat banyak.
Dia sangat menyesal, kenapa harus menitipkan anaknya kepada salah satu penyintas yang cukup akrab dengannya, anaknya terbunuh tapi penyintas itu kabur setelah melempar anaknya ke dalam kerumunan Zombie.
Naviar tahu bahwa seseorang pasti sudah merencanakannya, itulah sebabnya dia berkeliaran mencari orang tersebut.
'BIADAB'
Naviar menggeram dan menangis.
‘Kenapa harus anaknya?’
Leaman dan Bianca tertawa terbahak-bahak melihat Naviar yang mengeluarkan air mata dengan deras, mereka sangatlah puas melihat hidup Naviar menderita.
"Oooh pasti sangat menyakitkan ya kehilangan anak tersayang, tapi…."
Leaman menyeringai "Ayah kandung dari bayi itu sendiri yang memberiku kewenangan untuk memusnahkan bayimu Naviar Lysander"
Naviar menutup matanya pedih.
'Max. Ace adalah anak kandungmu sendiri'
"MANUSIA HINA"
"MANUSIA BIADAB"
"TERKUTUKLAH KALIAN YANG MEMBUNUH ANAKKU. TERKUTUK KALIAN SEMUA"
Naviar berteriak keras sambil berusaha untuk menekan denyut menyakitkan yang dia yakini sebentar lagi akan meledak.
"HAHAHAHA. Aduh.... Lysander, menyedihkan sekali takdirmu. Hidup sendiri dan kehilangan seorang anak, lalu sekarang kamu mengetahui bahwa kematian anak kandungmu adalah rencana dari orang yang kamu cintai, ayah kandung dari bayimu sendiri. Hidupmu penuh kesialan sekali ya Lysander"
Bianca tertawa untuk kesekian kalinya.
"Nah, karena kami telah menemukanmu. Sekarang Maximilian menyuruhku untuk menghabisimu, karena parasit seperti dirimu memang pantas dihilangkan dari bumi"
Naviar tidak lagi mempunyai batas kesabaran, selama lima tahun ini dia berusaha bertahan hidup sendirian tanpa orang-orang terdekatnya. Sahabatnya telah tewas semua dan anaknya juga telah tewas secara mengenaskan yang akhirnya dia tahu bahwa kematian anaknya berhubungan dengan mantan kekasihnya sendiri, Maximilian Aldridge yang merupakan Ayah kandung bayinya. Lalu sekarang orang-orang itu ternyata masih mencarinya dan ingin dia mati di tangan mereka?
Lalu untuk apa dia hidup?
“Ke-kenapa?”
Iya. Kenapa? Dia tidak mengerti kenapa keluarga Aldridge sangat membencinya? Bukankah dia sudah tidak berhubungan dengan pewaris mereka? Kenapa orang-orang itu masih sangat membencinya?
Kenapa bahkan mereka tega membunuh anaknya? anak kecil tidak berdosa yang masih memiliki darah yang sama di dalam tubuh mereka.
Leaman tertawa terbahak-bahak "Kenapa? Ah... kenapa ya? Huhu aku juga tidak mengerti Lysander"
"Tapi yang aku tahu adalah bahwa detik ini juga aku akan memusnahkanmu jalang"
Naviar melihat semuanya, alat-alat yang memerangkap tubuhnya dan sebuah pisau yang diarahkan ke kepalanya.
'TIDAK'
Dia tidak ingin mati sendirian.
'Semuanya....semuanya akan aku kembalikan kepada kalian'
'Jangan pernah menyesali perbuatan kalian karena dikehidupan selanjutnya aku akan membalas semua perbuatan menjijikan kalian'
'Dikehidupan selanjutnya aku berjanji akan menagih semuanya dengan impas'
'Yangyang. Baba akan menemuimu sayang'
"APA YANG KAMU LAKUKAN?"
"NAVIAR LYSANDER. JANGAN BERANI KAMU MELAWAN"
"JALANG, APA YANG KAM-uh"
Duar
Duar
Duar
“ARGHHHHHH…. TIDAAAAK”
"AKU TIDAK INGIN MATI HIKS.........."
"HENTIKAN LYSANDER. KAMI AKAN MATI JIKA KAMU MELEDAK..."
Sebuah ledakan besar terjadi di tengah-tengah pangkalan ibukota negara Mirach dan seketika memusnahkan lima puluh gedung beserta isinya.
Dihadapan kematian bahkan seorang penjahatpun tidak berkutik.
Naviar menutup matanya dengan pilu, tangis kesedihan tak bisa dibendung. Sakit dari hancurnya tubuh miliknya tidak sebanding dengan penderitaannya.
Banyak kenangan dari masa kecil sampai dia dewasa dan memiliki anak berkeliaran di dalam jiwanya, kenangan itu mengelili jiwanya seolah jiwa miliknya adalah pusat dari kenangan tersebut.
Sekarang dia telah mati dengan meledakan inti kristal di otaknya, mengubur semua orang mati bersamanya.
‘Ya, benar. Setidaknya aku tidak mati sendirian’
‘Iyakan?’
.
.
.
.
.
.
.
.
.
"Iyakan?"
"Ehh...."
Naviar membuka kedua matanya dengan lebar untuk melihat dan merasakan keadaan tubuh miliknya yang sangat sehat dan lingkungan yang terasa sangat familiar baginya.
"OEEEEK"
"Ehhh"
"OEEEEK"
"OEEEEK"
Naviar menoleh kearah box bayi yang berada disebelah kasur besar miliknya, suara tangisan bayi yang kencang membuatnya tersentak.
Satu tetes air mata di susul tetesan-tetesan lainnya turun dengan deras dari kelopak mata indahnya.
Dia mencubit pahanya dan merasakan rasa sakit di pahanya yang kini memerah, lalu dia mengambil sebuah cermin kecil dan melihat wajah nya yang masih tampan dan cantik dengan kulit putih seputih salju di cermin.
“Ahh”
Jangan bilang padanya bahwa ini seperti yang dia pikirkan.....
TBC…
Word masih sedikit karena masih pembukaan..
Karya ini GRATIS! Tapi kamu boleh kok kasih tip biar kreator hepi 🥰
