PALE BLUE DOT II

1
0
Deskripsi

61. Memories


 

In the bright season that we've waited for 
In the world with the most colors 
I'm looking into your eyes, I'm so happy 
Red Velvet - Mojito
 


-----------------🎄

"Gue tau!" ucap Rino "Berarti ia simpan di markas nya"

"Markas?" Venus berhenti mengunyah roti di mulut nya "Maksud kamu markas geng mereka?"

Rino mengangguk, ia mengambil gigitan besar dari donat nya, mata nya menatap lurus ke depan pada dinding kosong di depan mereka.

By the way, mereka sedang berada di belakang bangunan kafe, semenjak Venus menceritakan tentang Adam yang menebak nya akan bertemu dengan cowok gangster, Rino memutuskan akan lebih baik kalau mereka bertemu di tempat yang tak di sukai orang namun hewan sukai, alasan nya kalau tiba-tiba Adam melihat mereka, mereka bisa menggunakan hewan-hewan itu sebagai tameng.

I know, stupid right?

"Geng? Itu lo nyebut nya? bukan nya orang nyebut nya Fart?"

"Frat?"

"Ya sama aja"

"Aku ngga tau, kata nya sih gitu, tapi Frat kan untuk orang kuliah"

Rino mengangguk.

"Tapi mereka masih SMA"

Rino mengangguk lagi.

"Apa alasan nya?"

Rino masih mengunyah roti nya, ia memperhatikan dengan seksama petugas kafe yang membuang sampah di tempat sampah dengan ogah-ogahan.

"Kenapa lo... ngga tanya langsung aja sama mereka?" tanya rino asal.

"Kata nya karena kemampuan otak mereka yang pas-pasan, mereka kemungkinan besar ngga akan masuk universitas yang sama jadi mereka mau menikmati masa kuliah di SMA" jawab Venus.

Rino melirik Venus "Lo tau darimana?"

Venus mengangkat hp nya "Aku tanya ke Adam"

"Dia jawab kayak gitu?"

"Itu versi sopan nya, kalau kamu mau lihat versi 25+ nya..." Venus mengulurkan Hp nya pada Rino.

"Ngga, ngga perlu, gue ngga mood buat muntah" ucap Rino "Sudah lo tanya?"

Venus mengangguk "Dia bilang itu white coffe"

Rino terkekeh "Lo percaya?"

Venus tersenyum miris "Kalau itu white coffe kamu ngga mungkin nyuruh aku nyembunyiin itu di dalam baju"

Rino mengangguk-ngangguk "Si kampret itu ngga make lagi" ucap nya "Tapi pacar nya"

"Bella?" Venus menoleh ke arah Rino penasaran.

"Gue inget waktu pertama kali Bella datang nonton balapan, dia langsung jadi pusat perhatian, dia cantik, aura hot nya makin keluar waktu malam, apalagi pas ada cahaya-cahaya dari lampu mobil ck, Si kampret emang tau cara nya milih cewek"

"Tahun berapa itu?"

"Sekitar 3 tahun yang lalu"

"Berarti waktu mereka SMP kelas 3, kamu kelas berapa?"

"Gue ngga sekolah" ucap Rino enteng "Berenti waktu kelas 2 SMP"

Venus melongo "Kenapa?"

"Kalau lo pernah denger si kampret kecelakaan sampai dia koma, itu karena gue dan karena itu juga gue di keluarin dari sekolah"

Hening, bukan jenis hening yang awkward tapi jenis hening dimana dua kepala yang sedang berbicara sedang memikirkan hal-hal baru yang coba mereka pahami.

"Dan lo? apa yang membuat Miss Goody two-shoes jadi Wicked Witch?" tanya Rino.

"Dulu dia dan pacar nya sering bulyi aku" jawab Venus jujur "Karena aku pernah ngga sengaja... ganggu mereka waktu mereka pacaran di belakang gedung sekolah"

"Emang pening kalau ngga di selesaiin sih, lu emang salah" ucap Rino.

"Aku ngga sengaja"

Hening lagi.

"Kamu ngga mau lanjut sekolah?"

"Buat apa?"

"Kok buat apa?"

Rino mengangkat bahu nya acuh. Melihat dari mobil Rino, pakaian nya, Hp nya dan semua barang yang melekat di tubuh nya, ia yakin Rino bukan anak orang tak mampu, ia hanya tak punya motivasi untuk sekolah atau ia hanya terlalu malas untuk mandi di pagi hari.

Jujur saja, Venus merasa part dimana ia harus mandi pagi dan berangkat sekolah adalah hal terberat yang harus ia lakukan, tentu ia suka belajar, sangat suka namun ia berharap satu hari ada teleportasi yang memungkinkan murid akan langsung ada di kelas bahkan sebelum ia bangun tidur.

"Besok malam, si kampret bakal ngadain acara ulang tahun nya di markas fart, kita kesana"

"Emang kamu di undang?"

"Venus, sejak kapan lo butuh undangan untuk datang ke ulang tahun"

"Tapi... kamu sama Adam kayak, Taylor Swift Vs Kim Kardashian, Katy Perry, Nicki Minaj..."

"Tolong, jangan bilang kalau gue Nicki Minaj nya"

"Kamu Taylor Swift nya" ucap Venus "Kamu memusuhi semua anggota frat"

"Gue? Bukan gue yang musuhin mereka, mereka yang musuhin gue" ucap Rino tersinggung.

"Kenapa?"

"Because I'm too cool"

Venus memutar mata nya "Jadi, kamu mau ajak aku ke kandang singa besok malam, tempat dimana orang-orang musuhin kamu karena kamu terlalu keren untuk level mereka dengan modal nekat?"

"Kegigihan juga"

"Aku ngga tau" ucap Venus ragu "Bisa ngga kamu aja? aku takut ketahuan Adam"

"Tenang aja, dia ngga bakal nyakitin lo, mungkin dia bakal pukul lo, mungkin ya, tapi ngga lebih dari itu, gue ngga pernah liat dia mukul cewek"

"Kamu ngorbanin aku untuk nyelamatin diri kamu sendiri?" tanya Venus tak percaya.

"Bukan gitu, kalau gue, dia ngga akan mikir 2 kali buat bunuh gue, tapi lo, gue rasa dia bakal lebih marah ngeliat lo sama gue di banding ngeliat lo datang ke markas fart tanpa di undang"

"How do you know?"

"Feeling laki-laki"

"Kamu pribadi atau general?"

"General"

"Aku ngga ngerti" ucap Venus "Lagian kalau kita berdua ngorbanin nyawa cuma untuk kartu memori, apa ngga sia-sia?" tanya Venus penasaran, ia tak tau mengapa Rino begitu ngotot ingin memori hp nya kembali, mungkin saja ada video waktu dia mandi dan dia takut Adam menyebarkan nya? maybe.

"Gue ngga tau, mana yang lebih sia-sia, gue yang harus hidup tanpa memori itu atau gue yang harus mati untuk dapat memori itu"

Venus melirik Rino "Apa isi nya?"

"Memories" jawab Rino, ia menatap dinding kosong di depan mereka seolah itu adalah lukisan "A lot of memories"

"You can't buy memories, once it happens, it happens, there is no repetition" ucap Rino.

Mendengar keseriusan dan ketulusan Rino bicara membuat Venus tersentuh, Apapun itu, di dalam hati Venus ia berjanji akan membantu Rino untuk mendapatkan nya kembali.

🐒🐒
 


Esok pagi nya tak ada yang begitu spesial selain Lidya yang lagi-lagi di panggil ke BK, sebenarnya itu juga bukan hal yang terlalu spesial karena ini sudah ke 3 kali nya, bisa di pastikan besok Orang tua nya juga akan di panggil ke BK.

Ujian nasional sebentar lagi dan nilai Lidya merosot dari yang rata-rata nya 9,6 menjadi 8, dia bahkan beberapa kali remedy. Nilai nya memang lumayan tapi untuk kelas Aksel? Nilai nya di bawah rata-rata.

Venus sedang melipat halaman terakhir dari Novel "The Great Gatsby" yang ia baca untuk tugas bahasa inggris nya saat tiba-tiba ia merasa sesak luar biasa di leher nya.

Sebuah tangan memiting leher nya dan melihat dari jam tangan nya ia tau siapa tersangka nya.

"Aw! Aw!! Lepas!"

Adam mengabaikan tatapan heran orang-orang di kantin, ia menundukan wajah nya hingga sejajar dengan leher Venus.

"Lo!" ucap nya tajam.

"Huh?" Venus mencoba menoleh ke arah Adam untuk mencari tau, kini, apa lagi salah nya hingga pantas untuk di siksa di depan umum.

Seingat nya kemarin, ia tak lagi menulis puisi di buku pelajaran Adam atau mewarnai bulatan di huruf d di dalam buku tulis Adam dengan warna Pink atau menggambari buku Adam dengan gambar princess atau- Ok, ia memang sering membuat keusilan yang membuat Adam marah tapi, seingat nya akhir-akhir ini ia tak melakukan sesuatu yang usil atau jahil atau jahat...

Apa?! apa salah nya?!?!

"Lo sembunyiin kemana semua sempak gue huh?!" bisik Adam tajam tepat di telinga Venus.

Wajah Venus memanas, sempak? Ia pikir yang kemarin ia sembunyikan itu bokser...

"A-aku-"

"Ngaku lo!" bisik nya "Cuman lo yang keluar masuk kamar gue seenak jidat"

"I-iya, iya! Aku! aku ngga sengaja" ucap nya asal.

"Ngga sengaja gimana? Gue pulang ke rumah ngga pake sempak gara-gara lo!" bisik Adam tajam.

Venus melirik ke sekitar, semua orang menatap nya kasihan tanpa tau bahwa Adam adalah korban disini.

"A-aku pikir itu bokser" ucap nya.

"Lo pikir pake celana jeans tanpa sempak itu nyaman huh?"

"A...aku m-minta maaf, aku taro semua nya di bawah tempat tidur kamu" ucap Venus terbata, Adam masih belum melonggarkan pitingan nya di leher Venus, Ia bahkan bisa merasakan mata nya mengeluarkan air mata saking sakit nya.

"Permintaan maaf lo ngga gue terima"

Venus memegang lengan Adam "N-nanti aku kembaliin semua nya, aku janji"

"Hei Dam, anak orang lo apain?" tegur Putra, Lidya ada di samping nya menatap Venus dan Adam heran.

"Dia-" ucapan Adam terhenti mengingat betapa absurd nya jika ia mengatakan kalau Venus menyembunyikan semua sempak nya di depan puluhan orang yang sedang makan di kantin.

"Fuck off, bukan urusan lo" usir Adam.

"Lama-lama lo jatuh cinta sama si Saturnus kalau tiap hari lo ganggu dia" olok Putra, ia menggandeng Lidya untuk segera pergi dari sana sebelum Adam memutuskan untuk menendang nya.

"A-aku Venus bukan Saturnus" ucap Venus di sisa-sisa nafas nya "Tolong... lepas... nafas... mati..."

Adam akhir nya melepas pitingan nya, membiarkan Venus menghirup nafas bebas... setidak nya untuk 5 detik sebelum ia kembali menarik 2 helai rambut Venus, percayalah itu lebih sakit di banding Adam langsung menarik seluruh rambut nya dalam satu genggaman.

"A-awwwww! Aw!" Venus kembali menggenggam lengan Adam, memohon pada nya untuk menghentikan siksaan bertubi-tubi nya.

"Jangan pegang-pegang gue" ucap Adam datar.

Venus menurut "Le-lepas, cabut aja kalau kamu mau tapi jangan tarik rambut ku rasa nya sakit Dam..." mohon Venus.

"Ini yang gue rasain kemaren"

"Aku cuma becanda"

"Apa lo liat gue ketawa?"

Venus menggeleng lalu kembali meringis saat merasakan sakit di kepala nya.

"Nanti sore gue jalan" ucap Adam tiba-tiba.

Venus mengangguk-ngangguk saja, diam-diam bersyukur Adam melepas rambut nya "Kemana?" tanya nya.

"Bukan urusan lo" jawab Adam ketus "Tapi lo harus tetap datang ke apartment gue" ucap nya.

Lagi, Venus mengangguk.

Adam menyipitkan mata nya "Lo harus beresin kekacauan yang sudah lo buat"

"Ok"

Adam kembali memberikan Venus tatapan sinis "Lo dengerin gue ngga sih?"

Venus memegangi leher nya, sedikit perih namun untung nya tak memar seperti saat dulu Adam mencekik nya, ia dan Adam sudah seperti pasangan masokis yang saling menyakiti satu sama lain namun tak bisa pisah dari satu sama lain.

"Aku denger, kamu mau ke klub lagi?" tanya Venus, pura-pura tak tau kalau Adam akan merayakan ulang tahun nya bersama para anggota frat di rumah Frat.

"Ngga" saat ini Adam sudah duduk di depan nya, biasa nya ia akan duduk di samping pacar nya, 7 meja jauh nya dari meja Venus, ia duduk di dekat jendela, tempat favorit semua orang, sedangkan Venus duduk di ujung belakang di dekat tong sampah, tempat yang semua orang paling hindari, it's okay, Venus juga jarang makan, biasa nya ia ke kantin kalau ia bosan di perpus dan kelas.

"Kenapa? Lo mau ikut?"

"Ngga, club bukan style ku"

Adam memutar mata nya "Ada acara, lo ngga denger? Biasa nya anak cewek suka gosip"

"Kamu ngga liat?" Venus menggerakan kepala nya ke kanan dan kiri, menunjukan bangku kosong di samping nya, ia sendiri di meja ini "Ngga ada yang mau bagi gosip ke aku, satu-satu nya sumber gosip ku sudah di ambil sama Kak Putra"

Adam menaikan alis nya "Lili huh?"

"Lidya" ralat Venus.

"Terserah" ucap Adam.

"Kak Putra itu tipe yang kalau punya hubungan serius?" tanya Venus.

"Why? Lo mau jadi pacar nya?"

Venus menggeleng "Aku cuma khawatir sama Lidya aja, tadi pagi dia di panggil ke BK lagi"

"Gue juga sering di panggil ke BK, memang nya kenapa?" ucap nya enteng bahkan bangga.

Venus memutar mata nya "Dia bisa ngga dapat rekomendasi kuliah Dam, sebener nya kalau dia ngga dapat malah bagus sih untuk murid yang lain, bisa dapat kesempatan di rekomendasikan tapi kan Lidya itu lebih pantas dapat, dulu nya dia pantas tapi kalau sekarang aku khawatir dia malah ngga bisa nembus SNMPTN"

"SMPTEEN? Apa?" Adam mengernyitkan alis nya.

Venus tertawa "Kamu akan tau nanti kalau kamu sudah kelas 3"

"Lo emang nya udah daftar kuliah?" tanya Adam

"Belum"

"Lo mau ngambil dimana?"

"Dimanapun yang ngasih aku beasiswa, lebih bagus lagi kalau ada beasiswa dari luar negeri, aku pengen ngerasain sekolah di negara bersalju biar kayak di drama-drama, waktu aku lagi bicara sama cowok, mulut ku keluar asap karena aku kedinginan terus dia ngambil tangan ku dan gosok tangan ku pake tangan nya, akhir nya di sepanjang jalan tangan ku dia genggam di dalam saku jaket nya" Venus tersenyum seperti orang gila.

"Ew" ucap Adam dengan ekspresi jijik "Lo ngalangin orang di belakang lo buat jalan tau ngga, itu ngga romantis itu mengganggu"

Venus menatap Adam geli "Kamu ngga akan bilang kayak gitu kalau kamu genggam tangan orang yang kamu sayang"

"Cara lo bicara seolah lo udah pacaran sebanyak 129 kali"

"Aku dapat semua pengalaman orang pacaran dari buku dan tv, pasti rasa nya lebih indah kalau itu kejadian di dunia nyata" ucap Venus sambil berkhayal.

"Yang kayak gitu, ngga ada di dunia nyata"

Venus menyenderkan tubuh nya di meja dengan kedua tangan yang melipat di atas meja, ia menggeleng "Dam, semua yang ada di tv itu terinspirasi dari kejadian di dunia nyata"

"Sinetron azab di Tv, Kisah cinta remaja di dunia balapan, orang ketiga dalam rumah tangga, pertemuan dengan Cinta pertama dan Kisah tentang cinta terakhir, semua itu terinspirasi dari dunia nyata"

Venus menunjuk pada Adam dan diri nya sendiri berulang-ulang dengan jari telunjuk nya "Begitu juga dengan kita, Mr. Popular and Ms. Nerd satu meja di kantin" ucap nya

"Kita mungkin baru aja menginspirasi seseorang yang diam-diam punya akun wattpad untuk nulis cerita berjudul "Reasons Why Bad boy Always Falling In Love With Nerd" dan disanalah cerita tentang Bad boy dan Nerd di mulai"

Adam ikut menyenderkan tubuh nya ke meja lalu melipat tangan nya di atas meja, mengkopi gerakan Venus,

"I'm not falling in love with you" ucap Adam.

Venus tersenyum "I'm not falling in love with you too"

--------------🐽
 

62. Fraternize

But if I die tonight
At least I can say I did
What I wanted to do
Tell me, how 'bout you?
Madona - 4 Minutes
 


--------------------💲

"Can you tell me why i MUST wear this wig?"

Rino yang sedang memasang jaket bomber melirik pada Venus "Ini hal terbaik yang bisa gue lakuin untuk melindungi nyawa lo malam ini"

"Kedengeran nya kayak ini malam terakhir ku hidup di dunia ini" ucap Venus sambil berusaha memakai wig berwarna pink sependek bahu nya dan saat terkena sinar bulan rambut nya jadi berkilau seperti rambut Maudi Ayunda di iklan Shampo.

Mungkin kalau ia sedikit mancung dan sedikit lebih normal dia bisa jadi model shampoo.

Apa susah nya jadi model iklan shampoo? Tinggal kibas-kibas rambut.

"Seandainya ini malam terakhir kita di dunia ini, apa yang lo mau lakuin?" tanya Rino tiba-tiba setelah mengoleskan pomade pada rambut hitam nya.

Venus memperhatikan kalau rambut Rino di sisir dengan style yang berbeda, lebih rapi dan macho, sebelum nya lebih badass dan macho, Rino adalah tipe laki-laki yang mau melakukan apapun tetap macho, bahkan saat mereka makan donat di depan tong sampah kemarin, ia tetap terlihat macho, seperti G-Dragon di video "Crooked".

Venus, di lain sisi nampak seperti gembel.

"Kalau gue, gue mau get laid sama cewek yang gue cinta sampai subuh"

Venus melirik Rino "Tolong jangan bilang kalau cewek itu orang yang ada di sebelah kamu" ucap nya takut.

Rino memutar mata nya "Lo emang sama narsis nya sama bos lo"

Venus merapikan poni di wig nya, jika ia menjadi murid popular maka beginilah wajah nya dan style nya.

"Aku mau ngerjain semua pr ku, aku tipe orang yang ngga akan tenang sebelum semua yang jadi tanggung jawab ku ku selesaikan, aku ngga mau jadi arwah penasaran karena terlalu gemas mau hidup lagi untuk nyelesaiin PR ku" ucap Venus.

Rino melongo "Lo kebalikan dari Bella, mulai dari atas sampai bawah, luar dan dalem, gimana bisa Adam tahan sama lo" tanya nya heran.

"Adam bilang aku gampang di suruh-suruh maka nya dia butuh aku"

Rino terkekeh "Dan lo mau-mau nya dia suruh?"

Venus mengangkat bahu nya acuh "Dia bayar aku"

"Fair enough" Rino mengangguk-ngangguk, ia melirik keluar pada rumah besar yang berjarak 300 meter dari tempat mobil Rino di parkir, dari jauh pun sudah kelihatan jika sedang ada pesta disana, bau vandalisme tercium sampai 1 kilo jarak nya dari rumah itu.

"Siapa yang punya rumah itu?" tanya Venus.

"Gue ngga tau siapa tepat nya, tapi yang gue denger itu punya angota fart yang sudah lulus"

"Kenapa dia ngebolehin rumah sebesar ini di tempati sama anak-anak liar kayak mereka?" tanya Venus penasaran.

"Yang punya rumah itu pun sama liar nya kayak mereka, lagian mereka pake rumah ini bukan karena mereka ngga mampu beli rumah lain" ucap Rino.

"Jadi?"

"Rumah itu udah di jaga sama oknum, jadi apapun itu yang mau mereka lakuin, mereka aman"

🐗🐗
 


"Ms. Strawberry and..."

"Mr. Pineapple" ucap Venus saat laki-laki yang ia ketahui sebagai teman Adam yang juga anggota frat bertanya tentang indetitas mereka.

Rino melirik Venus, nampak ingin protes dengan nama panggilan nya namun memilih diam dan setuju saja.

"Ms. Strawberry dan Mr. Pineapple ngga ada di daftar tamu undangan, fuck off" usir nya.

"Dude, lo lupa siapa gue?" ucap Rino dengan nada tersinggung, Venus tau apapun yang terjadi mereka harus masuk ke dalam, lagipula sayang sekali jika ia tak menyombongkan diri nya sejenak dengan gaya rambut baru nya.

Laki-laki itu membuat gerakan mengusir "Gue sibuk, Man, kalau lo bosen pergi ke club gue ngga mau bikin masalah" ucap nya jengkel.

Venus melirik Rino, ia menarik lengan Rino, membuat lelaki di depan mereka memutar mata jengah.

"Kayak nya dia ngga mau kita masuk" bisik Venus.

"You think?" tanya Rino balik.

"Denger, dalam masyarakat ada beberapa orang yang mengelompokan diri nya menjadi satu kelompok, bisa berdasar suku, agama, kepercayaan poli-"

"Bisa langsung ke poin nya?"

"Punch him"

Sudut bibir Rino terangkat tinggi "Kalau lo ngga aneh mungkin gue udah jatuh cinta sama lo" ucap nya.

Rino yang menunduk untuk menyamakan tinggi nya dengan Venus, berdiri tegap, ia berbalik dan Venus menghitung sampai 10 untuk Rino "Menghabisi" laki-laki itu.

"Ok, lo udah boleh balik" ucap Rino.

Saat Venus berbalik, ia melihat laki-laki itu sudah duduk menyender di tembok dengan mata tertutup.

Ia menghampiri Rino "Kamu pake jurus apa tadi? Silat? Tinju? Karate? Taekwondo? aku bisa taekwondo" cerita Venus "Aku bahkan pernah ngalahin perempuan yang badan nya 4 kali dari aku"

Di dalam markas Frat, Rino dan Venus berpencar, ia ke sisi kiri dan Rino ke sisi kanan, alasan nya, Rino bilang ia selalu di ajarkan untuk melakukan sesuatu dengan yang kanan.

"Tapi yang kiri itu selalu di gunakan untuk membersihkan hal yang jorok, cebok pake tangan kiri, ngupil pake telunjuk kiri..."

"Memang itu kemauan lo kan? Lo mau ngebersihin Adam dan semua nggota fart dari kekotoran mereka, mulai sekarang anggap aja mereka eek atau upil kalau lo mau dan lo tangan kiri mereka"

Rumah Frat tak mengejutkan lagi adalah rumah besar bergaya modern bertingkat 3 dengan kolam renang berukuran lapangan badminton, rumah ini bagus dan lebih jelas nya lagi menghibur, ada banyak hiburan disini dan yang paling keren lagi TIDAK ADA ORANG TUA!!!!

Venus menaiki tangga besar yang melingkar menyambungkan lantai 1 sampai lantai 3, ia melihat Ceper di ujung tangga sedang berciuman dengan perempuan, ia bersyukur karena jika Ceper tidak terlalu sibuk menjilati mulut perempuan itu, ia pasti akan tau kalau Ms. Strawberry disini adalah Venus.

Entah bagaimana Ceper punya sense of Venusity, tau kan yang tiap Venus berjarak kurang dari 100 meter dari dia, ia bisa mencium bau ke-Venusan itu di hidung mancung nya.

Mungkin sebenar nya Ceper suka dengan Venus...

Hoaaahhh memikirkan nya saja sudah membuat Venus bergidik ketakutan, di cintai oleh monster seperti Ceper? Lebih baik ia menikah dengan Pangeran William saja.

Venus mencari Adam, di dalam keramaian dan kekacauan pesta, Adam tak terlalu sulit untuk di temukan, selain karena aura cool nya yang dari jarak 500 meter pun memancarkan sinar, ia juga selalu menjadi pusat dari segala pusat, ibarat organ tubuh, ia adalah udel.

Adam berdiri disana, meminum sesuatu di gelas merah nya sambil sesekali tertawa dan mengobrol bersama teman-teman nya, Rizal datang membawa seorang perempuan dan saat perempuan itu mengulurkan sebatang rokok ke mulut Adam, Adam dengan senang hati menerima nya, membiarkan perempuan itu menyalakan rokok nya dan menyengir saat asap keluar dari mulut nya.

Sick.

Manwhore.

Asshole.

Hp Venus bergetar, pesan dari Rino.

Gangsta Boy : Kamar si kampret di lantai 3, pintu kedua dari sisi kiri.

Wallet Girl : How do you know?

Gangsta Boy : Ada cewek yang mau ngasih tau kamar si kampret asal gue mau nyium dia.

Venus memutar mata nya, boys always be boys.

Ia naik ke lantai 3, seperti nya ini memang tempat untuk beristirahat karena berbeda jauh dengan keadaan di lantai 1 dan 2 yang terlalu bling-bling, di lantai 3 suasana nya lebih nyaman bahkan homie.

Jantung nya berdegup kencang, ia takut ketahuan, terlebih lagi, ia takut kalau yang Rino katakan benar, bahwa mungkin ini adalah hari terakhir nya, ia belum menyelesaikan PR Fisika nya, ia juga belum menyelesaikan novel "The Great Gatsby" nya, ia juga belum menyelesaikan 
tugas makalah Ekonomi Adam... tidak! Ia tidak mau mati hari ini.

Venus terlonjak kaget saat sebuah tangan tiba-tiba mendarat di bahu nya, ia menarik nafas panjang, menghitung sampai 5 sebelum melirik pada jemari yang sedang menyender santai di bahu nya.

"Sampai kapan lo mau berdiri kayak patung disitu?"

Venus melirik ke belakang dan bernafas lega saat tangan itu adalah tangan Rino.

"Bukan nya kamu bilang kamu nyari di sisi kiri?" desis Venus.

"Ini sisi kiri kan, dari tangga Kanan terus ke Kiri"

Venus memutar mata nya "Urusan kamu sama perempuan itu sudah selesai?"

"Perempuan? Siapa?" Rino mengernyitkan dahi nya.

"Yang mau ngasih tau kamu kamar Adam kalau kamu nyium dia"

"Oh... udah, lipstick nya meleber kemana-mana, gue ngga suka"

Venus melirik Rino, benar, ada bekas lipstick perempuan itu darii bibir Rino sampai ke leher nya "Mungkin kamu harus cuci muka"

Rino melirik leher nya "Biar aja, biar mantan gue sakit hati ngeliat nya"

"Mantan kamu ada disini?"

Rino baru saja akan menjawab saat suara langkah terdengar, mereka berdua saling melirik satu sama lain, lalu Rino segera menarik tangan Venus dan membawa nya masuk tepat ke kamar Adam.

Mereka berdua bersembunyi di dalam lemari, selang beberapa menit terdengar pintu terbuka, Adam masuk ke dalam kamar seorang diri, ia duduk di atas tempat tidur, kepala nya menunduk, bahu nya merosot dan ia mengacak rambut nya frustasi di iringi ucapan kotor dari mulut nya.

Rino menyenggol lengan nya, mengangkat hp nya di depan wajah Venus, saat Venus hendak mengambil nya Rino menarik nya, menunjuk pada saku Venus.

Venus mengambil hp nya sendiri, ada pesan dari Gangsta boy, ia melirik Rino aneh, untuk apa mereka berkirim pesan kalau jarak mereka tak lebih dari 1 cm?

Rino menunjuk pada Adam dan menaruh telunjuk nya di bibir, otak cerdas nya pun memproses bahasa tubuh Rino dengan cepat, ia mengangguk dan membuka pesan Rino.

Gangsta Boy : Lo pernah nonton film porno?

Tepat seperti dugaan Venus, pesan nya tidak penting.

Wallet Girl : Kalau ciuman termasuk porno, aku sering.

Gangsta Boy : Lebih spesifik lagi, misal nya... buka baju?

Gangsta boy : Lo serius ngasih nama kontak gue gangsta boy?

Wallet Girl : Baju nya masih utuh.

Wallet Girl : Kamu manggil aku Wallet Girl

Gangsta Boy : Gue cuma mau lo siap-siap aja kalau Bella masuk, mereka mungkin bakal sedikit kinky.

Wallet Girl : Oh My God

Gangsta Boy : Kayak nya dia lagi sakau

Wallet Girl : Dia lagi frustasi

Gangsta Boy : How do you know?

Wallet Girl : Teman-teman nya lagi merayakan ulang tahun nya tapi dia mengunci diri nya sendiri di dalam kamar plus dia selalu ngacak rambut nya berulang kali saat dia frustasi.

Gangsta Boy : Frustasi atau ngga seharus nya dia sudah keluar dari kamar, kaki gue keram. Menurut lo dimana dia naro hp gue?

Wallet Girl : Di laci nakas

Gangsta Boy : That's specific, how do you know?

Wallet Girl : Dia orang nya simple.

Gangsta Boy : Masuk akal

Wallet Girl : Dia berdiri... oh dia ngacak rambut nya, dia ngelirik keluar jendela..

Gangsta Boy : Venus, gue disini... lo ngga harus ngelaporin semua gerakan si kampret ke gue.

Wallet Girl : Sorry

Gangsta Boy : Dia pergi... dia pergi... dia pergi...

Wallet Girl : Kita keluar sekarang?

Gangsta Boy : Tunggu sampai gue selesai nyanyiin lagu nya Queen - Bohemian Rhapsody

Wallet Girl : Adam juga suka lagu itu!

Gangsta Boy : Ok, kita keluar sekarang aja.

Venus dan Rino saling menatap satu sama lain sebelum mereka menggunakan bahasa non-verbal mereka kembali untuk memerintahkan satu sama lain untuk menggeledah kamar tidur Adam.

Venus menarik laci di nakas namun terkunci, Rino mengambil uang koin di dompet nya dan dengan trik pencopet ia berhasil membuka nya, begitu terbuka Rino langsung menarik tangan Venus.

"Lebih baik lo jangan sentuh apapun, sidik jari lo bisa ketinggalan" ucap Rino.

Ia mengambil sarung bantal dan menggunakan nya untuk mengambil Hp nya, Hp Samsung dengan casing bendera UK.

"Shit, si kampret ngga ngeces hp gue" kutuk nya.

"Bukan nya itu bagus, berarti dia ngga meriksa hp kamu"

Rino menatap Venus "Bener juga"

Setelah memasang kembali sarung bantal dan menutup laci Adam, Venus dan Rino segera berlari menuju lantai bawah, pesta ulang tahun Adam masih sama riuh nya dengan saat pertama kali mereka datang.

"Wait... wait..." ucap Rino.

"Kenapa?"

"Errr... gue..."

"Huh?"

"Lo pulang naik ojek aja ya"

"Huh?!"

"Gue ada keperluan"

"Keperluan apa?" desis Venus.

"Lo inget waktu gue bilang gue mau mati setelah get laid sama cewek yang gue cinta?"

Venus memutar mata nya "Siniin hp nya" Venus merebut hp di tangan Rino.

"Setelah kamu selesai dengan semua urusan kamu, temui aku di tong sampah biasa, jangan lupa bawa memori hp ku!" ucap Venus.

Ia memperhatikan Rino hanya mengangguk dan berlari di antara kerumunan orang-orang, di dalam hati Venus bertanya-tanya, siapa perempuan itu?

---------------👛
 

63. Caught Red-Handed


 

Even though it's not who I am
I'm not afraid of who I used to be
Miley Cyrus - Younger Now
 


--------------⌛

"Aku ngga tau kamu bisa nulis!" ucap Venus kagum.

"Lo pikir gue idiot?" ucap Adam tersinggung.

Venus terkekeh "Jangan tersinggung, tulisan di buku catatan kamu beda semua soal nya"

"Banyak cewek yang mau nulisin gue di kelas" ucap nya, masih berkonsentrasi pada buku pelajaran di depan nya, ia menulis jawaban yang telah Venus garis bawahi pada buku tulis nya.

Venus tak tau petir apa yang sudah menyambar Adam semalam tapi sore ini secara mengejutkan dan luar biasa nya, Adam tanpa Venus minta mau mengerjakan sendiri tugas nya, ya walaupun tetap saja jawaban nya Venus yang mencari tapi Hey untuk orang yang hanya memegang pulpen untuk menggambar porno, itu sudah cukup mengesankan.

Bisa di bilang, Venus merasa seperti Ibu yang sedang berbangga pada anak nya saat ini.

Apalagi melihat Adam yang terlalu serius menulis jawaban di buku tulis nya, kernyitan di dahi nya membentuk lipatan-lipatan seperti Guru Matematika nya saat sedang memeriksa kertas ulangan dan menemukan murid nya menjawab soal Matematika dengan rumus Fisika, just if you guys can see his face right now...

"Oh, kamu bayar mereka pakai gombalan pasaran kamu itu?"

Adam melirik Venus seolah Venus baru saja mengajak nya mandi di tengah jalan "Ngga, lo tau nulis di buku catatan Adam itu suatu kebanggaan untuk cewek, hampir setingkat kayak gue ngucapin "Hi" ke mereka waktu di lorong kelas"

Venus melongo "You must be kidding me" ucap nya, namun jauh di dalam hati nya ia tau Adam serius karena kenyataan nya saat di sekolah, bahkan jika semua orang di dunia ini tau bahwa Adam adalah milik Bella, banyak perempuan yang rela menjadi kedua, ketiga, keempat untuk Adam.

"Sooooooo" Venus melirik Adam yang sedang memberi titik pada huruf I dengan bulatan kecil sempurna "Apa yang membuat Natawijana muda disini jadi playboy, pernah di tolak mentah-mentah sama cewe? Atau... di selingkuhi sama sahabat sendiri?"

"Lo harus berhenti baca buku yang isi nya cerita-cerita sampah, mulai baca buku dongeng, fantasi tapi ngga merusak otak"

"Kenapa? kamu tau kenapa hampir semua buku dan film itu selalu punya adegan cliché? Karena yang cliché itu yang paling indah"

Adam menaruh pulpen nya di meja, siap berdebat dengan Venus "Gue bisa liat seberapa cliché nya lo, baju kedodoran, ponytail, selalu ke perpustakaan, masuk 3 besar seumur hidup, lo tokoh Nerd di buku"

"And you are the badboy?"

"Believe me Venus, Nerd always falling in love with Badboy" Adam tersenyum pongah.

Venus menggeleng "I told you I'm not falling in love with you, lebih banyak badboy yang jatuh cinta sama nerd, we nerd have our charm that you, badboy can't get from popular girl" ucap Venus sama pongah nya.

Adam menaikan satu alis nya "Dan apa pesona lo itu yang ngga di miliki cewek lain?"

Venus tersenyum lebar "Polos"

Adam menganga "Lo serius lo jawab polos?"

"Yup" Venus mengangguk.

"Lo lupa kalau lo udah pernah ciuman?" Adam mengingatkan.

Mendengar memori buruk itu, darah Venus terasa mendidih sampai naik ke puncak kepala nya, jika saja kepala nya bolong maka Adam pasti bisa melihat darah itu meletup-letup keluar dari kepala nya.

"Aku selalu berpikir kalau itu mimpi buruk, ngga... itu memang ngga pernah terjadi, soal nya aku juga pernah mimpi ketemu sama Fransisco Lachowski terus dia ngajak aku jalan-jalan" Venus mengangkat bahu nya.

"Lo pernah ngusap-ngusap tengkuk sama telinga gue" ucap Adam tak mau kalah.

"Ya ampun Adam bedakan antara mengusap dan mengobati"

"Lo pernah makein gue baju"

"Dasi itu baju?" Venus menepuk jidat nya.

"Lo juga sering liat gue pakai bokser"

"Aku sering liat binatang telanjang Dam"

Venus tertawa saat Adam hendak membuka mulut nya lagi, menyadari betapa bodoh nya perdebatan mereka, Adam juga ikut tertawa.

"That's ridiculios" ucap Venus.

"I'm agree"

Mereka berdua saling menatap satu sama lain dengan sisa tawa, tiba-tiba Venus membelalak seolah teringat sesuatu, ia menepuk jidat nya keras.

"Aku lupa!" ucap nya lalu segera berdiri dan mengumpulkan tas nya.

Adam menatap nya penasaran "Lo mau kemana?"

"Pulang... aku ada... err.. urusan sebentar" ucap Venus.

"Tapi gue belum selesai"

Venus menatap Adam "Kamu tinggal nyalin semua jawaban nya Dam, next time aku bakal paksa kamu untuk mulai belajar cari jawaban nya sendiri, kamu ngga bisa terus-terusan mengandalkan aku untuk ngerjain tugas kamu" Venus memasang ransel nya,

"Aku ngga bisa sama kamu selamanya, apalagi kalau aku sudah kuliah nanti, aku mungkin bakal populer kalau aku rebonding rambut ku, kelas 3 itu kelas yang paling sibuk, aku ngga mau ngerasain masa-masa seperti ini untuk kedua kali nya, jadi jangan harap aku mau tetap jadi pembantu kamu setelah aku lulus nanti"

"Memang lo mau ngapain di tempat kuliah lo?" tanya Adam ketus.

Venus menatap Adam, ia tersenyum berbunga-bunga "You know... cliché things"

"Huh?"

Mengabaikan Adam, Venus berjalan keluar dari apartment Adam sementara Adam sendiri masih duduk di tempat nya memikirkan ucapan Venus.
 


 

"Cliché?" ia mengerutkan dahi nya "Maksud nya dia mau cari badboy kampus buat di ajak pacaran?" Adam memadang sinis pintu apartment nya "Mimpi!"
 


 

🐻🐻
 


Venus berlari ke tong sampah di belakang kafe, disana Rino sedang berjongkok dan bermain dengan seekor anjing. Venus takut anjing.

"Rino" panggil nya.

Rino asli dan anjing itu menoleh bersamaan kepada nya, ia menelan ludah nya "Aku takut anjing" ucap Venus.

"It's okay, dia juga takut lo" ucap Rino.

Venus menghela nafas "Serius, aku takut anjing" ucap Venus penuh penekanan.

Rino memutar mata nya, ia mengusap kepala Anjing itu beberapa kali sebelum menyuruh nya pergi.

Venus menggelar bekas koran dan duduk di samping Rino, Rino bergeser dan ikut mengistirahatkan pantat nya disana.

"Jangan bilang lo telat satu jam cuma buat nyari koran"

Venus nyengir "Aku lupa"

Rino memutar mata nya "Mana Hp gue?"

Venus mengeluarkan hp Rino dari tas nya "Memori ku?"

Seperti anggota mafia mereka bertukar barang penting dalam hidup mereka dengan profesional, tak lupa wajah poker face mereka yang membuat kegiatan barter itu semakin mendebarkan.

"Lo tau gue ngabisin donat 3 waktu nunggu lo" ucap Rino kembali ke mode gembel nya.

"Jangan nyalahin aku, salahin mulut rakus kamu" ucap Venus.

"Ngomong-ngomong..." Venus menggaruk tengkuk nya yang tak gatal "Aku seharusnya nanya ini sebelum aku bantu kamu..."

Rino menaikan satu alis nya.

"Kenapa kamu benci Adam?"

"Bukan benci, lebih tepat nya gue sama si kampret memang ngga di lahirkan untuk bersama"

"Kedengeran nya kamu kayak patah hati sama Adam"

Rino memutar mata nya "Istilah nya, gue utara dia selatan, ngga akan pernah ketemu, kalau lo paksa ketemu bakal terjadi perubahan iklim dunia, Australia bakal kena musim durian, Indonesia musim salju dan Arab musim demam berdarah"

"Aku juga gitu sama Adam, kami selalu berdebat bahkan untuk hal yang ngga penting sekalipun, kayak nya dia benci banget sama aku"

"Menurut gue, dia malah suka sama lo"

Venus menatap Rino ngeri.

"Lo tau cowok itu cenderung ganggu cewek yang dia suka buat nyari perhatian cewek itu, bisa aja dia ngatain lo jelek padahal dia cuma mau nyari kesempatan buat bicara sama lo atau dia mempermalukan lo di depan orang-orang supaya lo selalu inget sama dia"

"Wow... mirip masokis ya"

Rino mengangguk "Kalau lo keliatan seneng dikit aja, dia bakal ngerusak mood lo, lo tau kenapa? karena cowok itu cuma mau dia seorang yang buat lo ketawa, buat lo nangis, buat lo marah, dia mau lo sendirian, ngga punya teman, dengan begitu lo ngga bakal deket sama cowok lain"

"Tapi akhir-akhir ini dia sedikit berubah, aku ngerasa mungkin dia sudah nganggap aku sebagai teman nya, dia bahkan udah ngijinin aku buka kulkas nya"

"Lo ngga pernah pacaran ya?" tebak Rino

Venus mengangguk "Satu-satu nya laki-laki yang aku suka sudah punya pacar, aku mungkin tunggu sampai dia putus dan aku berubah jadi cantik supaya dia mau liat aku" ucap Venus "Bukan sebagai adik nya tapi sebagai calon pacar nya"

Rino terkekeh "Kalau dia suka sama lo, dia ngga harus nunggu sampai lo jadi cantik, semua cewek itu cantik tau" ucap nya "Kecuali cewek jadi-jadian"

Venus tertawa.

"Cowok itu emang selalu ngeliat fisik pertama nya, tapi setelah itu pasti sifat nya, tergantung... kalau cantik tapi bloon ya di jadiin pacar aja, di ajak ena-ena, beliin tas kremes satu biji aja paling udah seneng tapi kalau muka nya biasa aja tapi bisa ngerubah yang tadi nya suka minum beer jadi suka minum wedang jahe, yang tadi nya horny-an kayak anjing mau kawin jadi pengen cepet nikah, ngebuat cowok yang tadi nya hobi merawanin cewek jadi pengen punya anak cewek, bukan buat di perawanin juga ya... istilah nya mau membangun rumah tangga gitulah, ya pasti kalau gue milih yang muka nya biasa aja"

"Mau secantik Manohara juga kalau tua muka nya sama-sama keriput" tambah Rino.

Venus memandang Rino takjub "Aku ngga nyangka kamu tipe cowok yang bijaksana" ia tersenyum "Seandainya Adam juga kayak gitu..."

Rino mendengus "Lo jangan nyamain gue sama dia, kalau dia mau sama cewek bukan karena dia suka tapi karena kepaksa"

"Menurut ku Adam bahagia sama Bella.. yaa walaupun mereka kadang kelahi, tapi di dekat Bella, Adam berubah jadi... you know... lebih boyfriend gitu"

"I don't think so, their relationship is toxic for each other lebih tepat nya they are toxic for each other, gue penasaran kenapa sampai sekarang mereka masih sama-sama" ucap Rino "Antara Bella yang mau ngikutin semua fantasi seks nya si kampret atau si kampret yang pernah buntingin 
Bella..."

Venus melotot, ia menoleh ke arah Rino, melihat ekspresi Rino yang biasa saja membuat nya yakin jika Rino hanya asal omong... walau sebenarnya yang Rino katakan benar...

"Tapi tetap aja, buat apa mertahanin racun di sisi kita, itu kayak ngajak tukang gali kuburan kemana-mana tau ngga? Lo tau lo bakal mati tapi lo ajak yang ngubur lo main sama lo, sadis ngga sih? gue gila juga ngga segitu nya" ucap Rino.

"Dan orang bilang kalau lo pergi sekolah lo bisa pinter ck" Rino berdecak.

"Mungkin mereka cinta satu sama lain" ucap Venus diplomatis.

"Apa orang cinta saling merusak diri satu sama lain?" tanya Rino.

Jawaban nya, Tidak. Tapi alih-alih menjawab nya Venus hanya tersenyum, ia tau Rino benar namun situasi Bella dan Adam berbeda, ya mereka racun untuk satu sama lain tapi bahkan jika racun itu membunuh, Venus tak akan membiarkan Adam meninggalkan Bella begitu saja, mereka harus membuang racun di dalam tubuh mereka terlebih dahulu, setelah itu 
barulah mereka berpikir tentang tetap bersama atau berpisah.

"Kamu bilang ada memori penting di hp kamu, aku boleh tau itu apa? Kalau ngga juga ngga papa kok"

"Foto" ucap Rino "Foto keluarga gue"

Hening.

"Bokap gue nikah lagi setelah nyokap gue meninggal dan istri baru nya ngga suka ada foto nyokap gue di rumah, bokap gue nurut-nurut aja sama Istri baru nya" Rino berdiri, ia memasang jaket nya "Kadang gue heran sama laki-laki, untung gue ngga suka sama laki"

Venus ikut berdiri, ia tertawa "What are you doing after this?" tanya Venus penasaran.

"Nothing" Rino mengangkat bahu nya.

Venus diam memperhatikan Rino yang ribet sendiri dengan Hp nya, Rino adalah sosok yang tak banyak ia temui dalam hidup nya, lebih tepat nya sosok unik yang baru pertama kali ia temui, badass, bijaksana dan rebel, dimana lagi ia bisa menemukan sosok seperti ini, sayang nya seperti kebanyakan orang dengan kepribadian menarik di dunia ini, Rino tenggelam dalam dunia, ia tersesat dan tak tau apa yang harus ia lakukan dalam hidup nya.

"Seenggaknya Orang tua kamu kaya" ucap Venus sambil menepuk bahu Rino pelan.

Rino tersenyum "Istri bokap gue udah punya anak sama bokap gue, gue ngga kaget kalau harta bokap gue di kasih sama anak nya, bentar lagi gue ngegembel"

"Kalau gitu kamu harus sekolah" ucap Venus.

"For what? supaya gue bisa belajar hal-hal yang setelah gue lulus nanti ngga akan berguna buat gue?" Rino tertawa "Nah, I'm done with all that bullshit"

Setelah saling berhigh-5 dan mengucap salam perpisahan canggung untuk satu sama lain, ia dan Rino berpisah, masing-masing dari mereka tau bahwa ini adalah pertemuan terakhir mereka, setelah semua keliaran yang m mereka lakukan, inilah akhir nya.

Venus senang bisa bertemu dengan Rino terlepas dari Rino adalah musuh bebuyutan frat.

Venus memungut koran nya, saat melihat judul kolom gosip tentang pernikahan fenomenal Syahrini dan Reino Barack, ia menyempatkan sedikit waktu nya untuk membaca, ia mendesah, melihat betapa heboh nya orang-orang menanggapi pernikahan ini, toh sama-sama mau, sama-sama single, kenapa orang pada ribet sendiri, kayak ngga ada yang lebih penting
untuk di ribeti misal nya, perdamaian dunia atau Kelaparan di negara berkembang.

Ia melipat koran di tangan nya untuk di simpan di dalam tas, namun saat ia berbalik ia merasa bayangan hitam berdiri di depan nya, mata nya menelusuri perlahan sosok itu mulai dari sepatu nya sampai ke wajah nya, ia membelalak saat melihat sosok itu, wajah nya tak menunjukan apapun selain amarah dan Venus harus nya tau, seharusnya ia mengerjakan Pr Matematika nya terlebih dahulu, seharusnya ia membuat slide power point untuk Biologi semalam, seharusnya ia mengerjakan semua tugas nya sebelum datang menemui Rino...

Karena yang ia tau, setelah ini ia akan mati.

------------------
 

64. Harassment


 

Can you blame me for being heartless
When I had my fuckin' heart ripped out?
Epic High Ft. HI - Here Come The Regrets
 


----------------🔬

Adam menatap 2 orang itu dengan tangan mengepal, ia memukul stir dan bergegas keluar dari mobil, langkah besar nya membawa nya dengan cepat pada orang itu.

Saat ia berbalik dan mata mereka bertemu, Adam merasa seluruh kendali tubuh nya menghilang, mata coklat sama yang pernah membawa nya masuk ke dimensi lain, mata yang sama juga yang telah menghianati nya.

Ia tak butuh waktu lama untuk menyeret lengan orang itu dan mendorong nya paksa masuk ke dalam mobil, mengabaikan tubuh bergetar dan tangan dingin nya, Ia melajukan mobil nya dengan kecepatan tinggi, menarik nya ke dalam apartment dan mengunci nya bersama dengan dirinya.

Hanya berdua.

"Dam..." suara nya bergetar.

"You are fucking bitch" desis Adam, ia menarik kerah seragam Venus, mengangkat nya tinggi hingga wajah mereka hanya berjarak beberapa centi, kepalan tangan Adam di kerah mengerat saat ia melihat mata coklat itu berubah menjadi merah, seolah menunjukan pada Adam bahwa warna musim gugur yang ia lihat selama ini disana menyembunyikan setan yang akan menghancurkan nya.

"I should've known" ucap nya "Lo emang cewek bangsat, harus nya gue matiin lo dari dulu, harus nya gue hancurin lo dari dulu" desis nya tajam.

Ia melepaskan tangan nya yang mencengkram kerah seragam Venus, mengganti nya dengan cekikan erat di leher Venus.

Venus mengingat hal ini, sama seperti saat pertama kali Adam melakukan nya di kelas dulu, rasa sakit nya masih sama yang berbeda adalah bagaimana Adam menatap nya, murni sebuah rasa benci dan Venus tak pernah melihat tatapan itu hingga hari ini.

Cengkraman jemari Adam di leher Venus mengerat, Venus berusaha menggapai lengan Adam untuk melepaskan nya namun dengan mudah tangan rapuh itu ia tepis, tubuh Venus terangkat hingga ia berdiri berjinjit di depan Adam, Adam ingin membunuh nya, Venus bisa merasakan itu.

"Adam... lep-pash..." mohon Venus.

"Lo udah main-main sama gue" ucap Adam tajam "Apa yang lo rencanain huh?"

Venus mencoba menggeleng, ia kehabisan nafas, wajah nya memerah saat pasokan udara di tubuh nya menurun drastis, jantung nya berdegup kencang seperti genderang perang. "Ng-ga... Dam.... Pleaseee"

"APA YANG LO RENCANAIN?!" teriak Adam marah.

Adam menatap nya tajam "Fucking traitor" desis nya.

Melihat Venus mencoba melepaskan diri nya dari Adam dengan sisa-sisa kekuatan nya, terlihat begitu menyedihkan dan mengenaskan di mata Adam, senyum iblis nya terbit ia melonggarkan sedikit cengkraman jemari nya pada leher Venus, menarik tubuh lemah itu untuk merapat pada nya.

"Gue bisa buat lo mati sekarang... gue bisa buat lo mati detik ini juga dan lo tau Venus ngga akan ada orang yang peduli, ngga ada yang peduli cewek lemah kayak lo mati karena kenyataan nya lo sendiri" ucap Adam bengis.

Venus menggeleng, ia menangis "De-dengar dulu Dam... A-Aku..."

"Diem lo bangsat!" ucap Adam tajam "Selama ini... selama ini lo bohongin gue, lo manfaatin gue! Lo... lo dan si brengsek itu..." rahang Adam mengeras, gigi nya bergemeletuk menahan keinginan tubuh nya untuk memukuli Venus hingga berdarah.

"Kalian berdua..." desis Adam.

"Aku sama Rino-"

Adam kembali mengeratkan cekikan nya membuat Venus tersentak "Jangan pernah lo nyebut nama si brengsek itu di depan muka gue" desis nya.

Venus mengangguk, mencoba mengikuti semua ucapan Adam, mencoba mengambil hati Adam agar tak terus menyakiti nya namun, itu semua seperti nya sia-sia karena setelah Adam melepas cengkraman di leher nya ia menarik ikatan rambut Venus kuat, hingga wajah nya mendongak menatap Adam.

"Apa yang lo lakuin sama dia?" tanya nya.

"Aku ketemu dia untuk- U-untuk Hp" ucap nya terbata.

"Hp?"

"Untuk apa dia perlu hp lo?"

Venus menggeleng "A-aku ngga tau"

"Lo jangan bohong! Jawab gue yang jujur!"

"Hp... untuk.. dia pinjam-"

Adam menarik rambut Venus kasar "Lo ngomong apa sih?!" bentak nya "Sini hp lo"

Venus sontak menggeleng.

"Sini Hp lo atau gue buat lo nyesal seumur hidup" ancam Adam.

Venus menangis, ia tak bisa memberikan Hp nya, itu malah akan semakin menambah masalah dan Rino... ia tak tau apa yang akan Adam lakukan pada nya, jika ia bisa sekasar ini pada Venus maka ia bisa melakukan hal yang lebih pada Rino.

Ia menggeleng.

Mata Adam menggelap, berkabut bak badai di tengah laut samudera, Venus semakin di kuasai rasa takut saat Adam menundukan wajah nya, bibir mereka berjarak tak lebih 1 centi meter, ia bisa merasakan nafas panas Adam di bibir nya, ia bahkan bisa merasakan detak jantung Adam di dada nya.

Bayangan akan malam kelam itu kembali muncul di kepala nya saat nama sialan itu keluar dari bibir Venus, ia masih mengingat tiap detik nya dengan sangat jelas.

Satu-satu nya penyesalan dalam hidup Adam ialah ia tak berhasil mengirimkan si brengsek itu ke neraka.

Flashback

"Oi Dam" asap rokok mengepul dari mulut dan hidung Rino "Lo ngga mau coba satu putaran lagi?" tanya Rino dengan senyum mengejek.

"Go fuck yourself motherfucker" ucap Adam.

Rino tertawa, suara tawa nya yang menyebalkan itu terdengar sangat jelas di telinga nya, Adam bisa melihat bagaimana angkuh dan sialan nya Rino duduk di dalam mobil nya, menikmati satu kemenangan lagi atas Adam, Adam hanya anak bawang, anak baru yang selalu menempati posisi bontot saat balapan, ia benci mengakui fakta ini, fakta bahwa ia memang selalu kalah dari Rino.

"I'm not your motherfucker, you motherfucker" Rino terkekeh, ia kembali menghisap rokok nya lalu melempar puntung nya ke kaki Adam.

"Go kill yourself mother..." Rino tersenyum miring "Fucker"

Adam membuka mata nya yang tanpa ia sadari tertutup, mata nya kembali bertemu dengan mata coklat itu, mata yang tak lagi memancarkan kehangatan musim gugur melainkan badai besar di musim hujan, ia 
melepaskan cengkraman nya di rambut Venus, mendorong nya sampai jatuh ke lantai, dengan arogan nya ia berdiri di depan Venus, tersenyum setan.

"Atau gue bisa buat lo tetap hidup" ucap Adam "Dan hancur di tangan gue, sedikit demi sedikit sampai lo mengharapkan kematian"

🐬🐬
 


Adam menjatuhkan tubuh Venus di atas kasur, mengabaikan tangisan minta ampun Venus, ia menarik paksa seragam Venus hingga beberapa kancing nya terlepas, Venus menggeleng, dalam diam ia menangis, meminta Adam lewat tatapan menyedihkan nya untuk berhenti namun, Venus terlambar, ia telah membangunkan setan dalam diri Adam yang telah lama tertidur.

Ia membangunkan jiwa liar Adam dan saat Adam naik ke atas tubuh nya, Venus berusaha menendang nya, mencakar nya, dengan wajah tanpa ekspresi Adam terus menahan kedua tangan Venus, memaksa nya tidur di kasur, memaksa nya memberikan hal paling berharga dalam hidup Venus.

"Dam! Denger aku Dam!!!" ucap nya panik saat Adam menarik paksa tangan nya untuk membuka seragam Venus.

Venus menangis "Jangan Dam! Aku ngga nggapa-ngapain sama Rin-"

"Jangan sebut nama nya di depan gue! Anjing!" sumpah Adam marah, ia mencengkram dagu Venus "Lo emang paling pinter buat gue marah, lo jalang... bangsat, seharus nya gue perkosa lo dari dulu biar lo tau seberapa rendahan nya lo di mata gue" ucap Adam tajam.

Venus tergugu "Kenapa kamu ngelakuin ini Dam... ini ngga seperti yang kamu pikirin..."

"Lo pikir gue begok hah?! lo ketemuan sama dia di belakang gue, lo tau kalau gue benci dia! lo tau kan!?!"

Venus menggeleng "A-aku ngga tau... di-dia memang cerita ta-tapi"

"Tapi apa?! lo terlalu jalang buat nolak dia?" Adam tertawa, jenis tawa setan yang membuat Venus semakin takut.

"Mungkin lo memang harus di kasih pelajaran dulu, lo berdua sama, setelah lo bakal gue buat hancur hidup dia" ucap Adam seperti kesetanan.

Adam menatap wajah Venus yang telah di basahi oleh air mata, ia nampak berantakan dan ketakutan.

Adam menarik seragam Venus hingga terbelah menjadi 2, meninggalkan Venus hanya dengan bra nya, ia berusaha menutupi nya dengan tangan kecil nya namun Adam menarik tangan nya ke atas, memaksa nya untuk menunjukan aset pribadi Venus pada nya.

Venus terus menggeleng dan meronta, bukan nya menyerah Adam malah semakin bersemangat "Teriak sesuka hati lo, ngga bakal ada yang nolong lo" ucap nya sambil berusaha melepas bra Venus.

"STOP! Stop, aku mohon stop" isak Venus "Aku akan kasih... aku akan kasih hp ku... tolong berhenti"

Gerakan tangan Adam terhenti, ia menatap Venus "Lo mau kasih Hp lo sekarang?"

Venus mengangguk cepat "I-iya"

Adam tersenyum miring "Terlambat, gue bisa pake lo dulu baru periksa hp lo" ucap nya.

Venus menangis semakin nyaring "Jangan Dam, aku ngga mau, aku ketemu Rino ngga sengaja, dia.. di-dia minta... tolong untuk... untuk ngambilin memori Hp nya... aku ngga tau kalau dia punya masalah sama 
kamu"

"Dengan dia yang minta tolong lo diam-diam di belakang gue, apa otak yang selama ini lo banggain itu ngga mikir gimana hubungan gue sama dia Garhh!"

Venus tersentak "Aku ngga tau! Aku ngga tau! Aku ngga tau!" Venus terus menggelengkan kepala nya, dia sudah kehabisan cara untuk menghentikan Adam, bicara jujur pun nampak tak berguna.

Adam menangkap Venus, menghentikan nya "Bagaimana bisa lo ngga tau?!"

"Dia-dia muncul tiba-tiba, aku ngga tau... dia bilang dia butuh hp nya yang kamu ambil karena disana ada foto keluarga nya... a-aku kasihan, aku... aku ngga tau... aku b-bantu dia... aku ngga bicara apapun selain itu, aku bersumpah"

"Hp?"

Venus mengangguk "Hp...h-hp yang dia buat untuk jadi barang ta-taruhan"

"Apalagi yang dia bilang ke lo?"

"Ngga ada, aku bersumpah, di-dia bilang kamu... kamu pacar Bella ta-tapi aku sudah tau, dia nanya hubungan kita" Venus menggeleng "Aku jawab jujur kalau a-aku kerja untuk ngerjain tugas ka-kamu"

"Apa lagi yang dia tanya ke lo?"

"Ngga ada... dia benar-benar cuma mau memori hp nya ka-karena itu... isi nya semua foto keluarga nya"

Adam bangkit dari atas tubuh Venus, ia menyugar rambut nya lalu menendang meja di samping nya, ia terus berteriak menyumpah dengan kata-kata kasar.

Venus terduduk dan menutup tubuh nya dengan selimut, Adam seperti kerasukan, ia menjadi semakin takut tapi untuk lari pun ia tak bisa karena ia hanya mengenakan bra dan rok.

Prank!

Venus tersentak saat Adam meninju cermin di depan nya, cermin itu rentak meninggalkan lingkaran dengan bercak darah di sekitar nya.

Venus mau tak mau berdiri, menarik paksa Adam agar tak melakukan hal yang lebih gila lagi, namun Adam malah menyentak tangan Venus, mendorong nya menjauh.

"Sini hp lo" ucap nya dengan nada datar
Dengan tangan gemetar ia memberikan Hp nya, ia sungguh akan mati, memori nya banyak menyimpan semua kegiatan ilegal Adam selama ini.

Adam membongkar hp Venus dan memasang memori itu di laptop nya, ratusan bahkan mungkin ribuan folder tersimpan disana.

Adam menoleh ke belakang untuk melihat pada tubuh Venus yang tertutupi selimut, ia bergetar masih dengan sisa-sisa tangis di wajah nya.

Adam kembali fokus pada layar laptop nya, ia mengernyit dengan banyak nya folder video disana.

Ia mengklik satu video dan membelalakan mata nya saat melihat isi video itu, ia menutup nya lalu membuka nya yang lain, Sama! Begitu pula 5 video lain nya.

Adam tak membuka video selanjut nya karena yang ia tau isi nya pasti akan tetap sama, ia berbalik dan menatap Venus yang sama terkejut nya dengan nya.

Dan di detik itu pula tubuh Venus luruh ke lantai, selimut yang menutupi tubuh nya ikut jatuh sementara tangan nya menutup wajah nya, bahu nya bergetar kuat, ia menangis.

-------------🍂
 

65. TOXIC


 

Would've gave it all for you, cared for you
So tell me where I went wrong
Halsey - Eyes Closed
 


---------📒

For 20 fine minutes, hanya ada suara tangis Venus yang memenuhi ruangan, masih diam di tempat nya Adam menatap pantulan diri nya di cermin dengan amarah, kecewa, malu dan jijik.

Ia berjalan ke arah Walk-in-Closet dan mengambil satu kaos, tanpa mengucapkan apapun ia berjongkok di depan Venus, takut-takut ia memandang Adam, tak ada yang bersuara saat Adam dengan tangan yang sama yang telah mencekik nya itu memakaikan kaos ke tubuh nya.

Lama Adam menatap nya sebelum ia berucap "Gue..." ia menghela nafas dan mengalihkan tatapan nya dari Venus kepada dinding kaca di samping mereka, pemandangan yang dulu Venus anggap indah kini tak lebih nya pemandangan yang akan mengingatkan nya akan hari terburuk dalam hidup nya.

"Gue bakal ganti seragam lo" ucap Adam datar.

Venus mengangguk kaku "O-ok"

"Gue-" ia berhenti, tak yakin dengan ucapan nya sendiri.

Venus tak ingin memotong atau bertanya atau mengucapkan apapun, ia hanya berharap jika semua yang terjadi pada nya 20 menit yang lalu itu hanyalah mimpi dan seperti biasa ia akan terbangun di pagi hari, menikmati sarapan nya dan pergi ke sekolah untuk menuntut ilmu.

20 fucking minutes, lagi-lagi Adam dan Venus terjebak dalam ruang hening yang sama, bukan jenis hening yang awkward atau hening yang nyaman, jenis hening ini adalah jenis hening dimana semua orang yang ada di dalam ruangan itu sedang memikirkan 2 hal yang sama namun dengan cara yang berbeda.

Venus begitu ketakutan, ia bahkan tak peduli lagi jika seandainya Adam mengajak nya bicara dengan bahasa Romania sekalipun, ia akan berpura-pura mengerti lalu mengangguk, menuruti saja semua perkataan Adam asal ia tak lagi marah.

Adam mendesah "Gue ngga-" Ia menatap Venus serius "Apa hubungan lo sama si brengsek? Kenapa dia ngasih lo memori yang isi nya video porno? Apa lo sama dia-"

Venus dengan cepat menggeleng "Ngga tau"

"Ngga mungkin!" bentak Adam tanpa sadar, saat ia melihat Venus tersentak mundur, ia menyugar rambut nya frustasi "Ini salah lo! kalau lo bilang dari awal si Brengsek itu ngancam lo, gue bisa bantu lo, tapi apa lo malah milih di pihak dia, lo bantu dia? Bullshit! Dia itu brengsek, bantuan apa yang si brengsek itu butuhin?" ucap Adam "Fuck!"

Venus menatap Adam takut "A-aku cuma... dia cuma butuh hp nya, cuma itu, aku bantu dia karena... semua foto keluarga nya ada di hp itu dan kamu malah ngambil hp nya untuk taruhan, aku cuma kasihan sama dia"

Adam menatap nya sinis "Lo percaya? Lo itu naïve banget, dia itu setan mana mungkin punya keluarga"

Venus memilih diam, tidak tau harus menjawab apa, bohong atau tidak, bukan urusan Venus yang penting ia sudah menolong nya.

"Berdiri" perintah Adam, ia menarik tangan Venus untuk duduk di kasur nya namun saat Venus hendak melawan, ia melotot "Tenang" ucap nya.

Ia menghela nafas lalu mengambil kotak obat di nakas, memandang wajah Venus sebentar lalu mulai menumpahkan alkohol di atas kapas.

Venus menggeleng "Ng-ngga usah Dam" ucap nya.

"Bibir lo berdarah, kalau ngga di obatin malah infeksi, mau lo infeksi di bibir? Ngga bisa makan sama ngomong?" tanya nya ketus.

"Bu-bukan Dam, aku malah keracunan kalau kamu bersihan luka di bibir ku pake alkohol" jelas Venus.

Semburat warna pink muncul di pipi Adam,mengetahui jika ia malu Venus menundukan wajah nya, ia takut Adam malah semakin tersinggung jika ia melihat Venus memandangi wajah nya yang blushing.

Adam menaruh kapas yang sudah ia beri alkohol dan mengambil kapas yang baru, menumpahkan betadine, ia menangkup dagu Venus dengan tangan kiri nya saat satu tangan nya yang lain mulai mengoleskan betadine itu di bibir nya.

Rasa nya sangat sakit, Venus mencoba menahan erangan nya namun ia tak bisa menahan tubuh nya untuk berhenti tersentak saat rasa sakit itu menyerang, Adam tampak menyadari nya, ia memelankan usapan kapas pada bibir Venus.

Saat ia selesai, ia menaruh kembali kapas nya pada kotak, duduk di tempat nya dengan kedua tangan menyugar rambut nya, ia menunduk menatap lantai, Venus tak tau apa yang Adam pikirkan namun saat ini mata nya hanya fokus pada warna merah di jemari dan punggung tangan Adam.

Sungguh luar biasa Adam masih bernafas dengan normal melihat banyak nya darah yang keluar dari tubuh nya, mungkin sebanyak satu kantong darah? Venus dengar saat kita melakukan donor darah tubuh kita akan lemas untuk beberapa saat, ia menatap Adam lekat menyadari jika tangan Adam yang tenggelam dalam kepala nya sedikit bergetar, mungkin rasa nya sakit tapi Adam menahan nya.

Ia terus memandang tangan itu, tubuh nya bergetar saat darah menetes keluar dari sana, Adam nampak nya tak menyadari hal itu karena meskipun Venus kacau secara fisik namun Adam nampak jauh lebih kacau secara mental.

Venus mengangkat tangan nya, ragu ia menyentuh lengan Adam, Adam tersentak dan memandang nya tajam.

"Tangan kamu" cicit Venus.

Adam memandang tangan nya yang masih mengeluarkan darah "Biar aja" ucap nya acuh.

"Ngga bisa" ucap Venus tegas "Orang tua kamu bisa khawatir ka-"

Adam berdiri "Lo pikir orang tua gue peduli?" ia berdiri membelakangi Venus sambil berkacak pinggang.

Adam menggeleng "Mereka ngga peduli" ia berdecak "Bangsat" gerutu nya.

Adam menyugar rambut nya dengan kedua tangan berjalan bolak-balik di dalam kamar, Venus mengamati nya dalam diam.

"Dam"

"Stop calling my name" desis nya.

Venus melihat satu tetes lagi darah jatuh ke lantai putih "Satan" panggil nya.

Adam menoleh, menatap Venus dengan tatapan tajam "Lo manggil gue apa?"

"Kamu ngga mau aku panggil nama kamu" ucap Venus.

Mata Adam menyipit "Pulang" ucap nya "Lo pulang sekarang"

Tak bergeming, Venus masih diam di tempat nya, Adam berdiri di depan nya, mengintimidasi nya "Lo ngga denger? Pulang sekarang!"

"Gladly" ucap Venus, ia berdiri "Setelah tangan kamu di obati" ucap nya serius.

Ia menarik kaos Adam dan membawa nya duduk di tempat tidur, membersihkan sisa-sisa darah di sepanjang jari dan punggung tangan Adam dengan telaten, meneteskan betadin pada setiap luka dan membalut nya dengan kasa.

Venus yakin jika rasa nya pasti akan sangat sakit, namun selama itu Adam tak pernah sekalipun membuat gerakan tersengat atau menunjukan ekspresi menahan sakit, wajah nya datar dari dan sampai Venus selesai membalut luka nya.

Venus memandang Adam, begitupun sebalik nya, tak ada yang berbicara atau pun niat berbicara, mencoba mencari tau apa yang akan terjadi selanjut nya.

"... their relationship is toxic for each other lebih tepat nya they are toxic for each other..."

Ucapan Rino kembali terngiang di kepala nya, ia merasa seperti itu pula lah hubungan nya dengan Adam, terlepas mereka tak memiliki hubungan yang terikat seperti pacar, bahkan mereka juga bukan teman, namun itulah masalah nya, mereka bukan siapa-siapa dan mereka terus jatuh dalam lingkaran yang sama, berkelahi, mengobrol, berkelahi, mengobrol, mereka bahkan tak pernah berbaikan, seolah semua masalah lama yang pernah terjadi pada mereka hanyalah angin lalu.

Jika tahap pertemanan ada di step 10 maka Adam dan Venus menempati step -1000, betapa banyak nya hal yang ia ketahui tentang Adam begitu juga sebalik nya, mereka selalu berakhir dengan cara yang mengenaskan.

Mereka racun untuk satu sama lain.

Dan ia merasa telah cukup banyak menyakiti diri nya, begitupula dengan Adam.

Mereka menatap satu sama lain, sama-sama terluka namun yang paling lucu dari semua ini ialah, tak satupun kata maaf terucap atau pihak yang merasa berhak marah dan di rugikan.

Fakta nya, Venus tak bisa marah karena ia salah, ia telah terlalu lancang masuk ke dalam kehidupan pribadi Adam dan Adam ia hanya... menjadi diri nya sendiri, sosok yang tak akan pernah bisa Venus pahami.

Sebab itu, ia tak punya sedikitpun rasa marah setelah semua yang telah Adam lakukan pada nya.

"Aku pulang" ucap Venus "Dan aku berhenti kerja sama kamu"

---------------🍘

66. Breaking News

Your smile my ghost
I fell to my knees
Taylor Swift - This Love
 


--------⏰

"Kalian udah denger?" bisik Lidya.

Masing-masing Fitri dan Venus yang duduk di samping Lidya menoleh ke arah nya, jiwa bergosip sudah mendarah daging dalam tubuh manusia dan tak ada pengecualian bahkan jika perempuan itu perempuan jadi-jadian seperti yang Rino katakan.

Ahh Rino, mengingat nama itu ia jadi terkenang banyak hal gila di dalam kepala nya, Wallet Girl, Ms. Strawberry dan Adam...

Terakhir kali ia bertemu dengan Adam, itu sekitar seminggu yang lalu dan setelah nya mereka benar-benar putus hubungan, semua kembali ke dasar, -0.

"Bella sama Adam putus" bisik nya.

Fitri menutup mulut nya dengan kedua tangan sementara Venus, jika bukan karena saraf yang menahan mata nya, ia yakin mata nya sudah terlepas dari wajah nya.

"Gimana bisa?" bisik Fitri, mereka sedang ada di lab Biologi, menghunus pisau ke tubuh binatang, tak baik mengganggu konsentrasi murid lain hanya karena permasalahan cinta Adam namun, nampak nya Fitri dan Venus ketinggalan berita, semua orang nampak memasang wajah tegang dan penasaran di saat yang sama, ia yakin 1.000% itu bukan karena isi tubuh kodok yang baru saja mereka bedah melainkan karena sesuatu yang jauh lebih dahsyat dan penting, yaitu Adam dan Bella.

"I don't know... tapi yang gue denger dari Putra beberapa hari ini mereka memang selalu berantem"

"Bukan nya mereka memang selalu berantem? Mereka itu masokis" bisik Fitri.

"Tapi berantem mereka kali ini, bener-bener berantem, bukan berantem karena hal stupid kayak biasa nya, gue yakin kali ini mereka bener-bener bakal putus"

"No, mereka bakal balikan lagi, mereka udah kayak gitu dari kelas 1 SMA, kenapa berhenti sekarang?"

"Mungkin muak, gue ngga tau, mereka sama-sama punya kelebihan di fisik, gue yakin mereka bisa dapat pengganti 3 detik setelah berita putus mereka menyebar"

"Ini kayak berita pemenang pemilu Presiden, ini breaking news!" bisik Fitri antusias.

Lidya mengangguk "Menurut gue Bella bakal lari ke Cleo"

"Siapa Cleo?" tanya Venus, yang sedari tadi hanya diam mendengarkan, terlalu terkejut dengan berita yang seperti Fitri katakan sama penting nya dengan Breaking News pemenang pemilu Presiden.

"Dj" jawab Lidya "Gue beberapa kali liat Adam sama Bella kelahi karena cowok itu, dia DJ di club yang biasa anak Frat datangin, muka nya lumayan tapi kalau gue jadi Bella gue tetep milih Adam"

"Kenapa?"

"Adam kan kaya"

Venus memutar mata nya mendengar jawaban matre Lidya.

"Bukan masalah kaya nya Lid, lo tau kan Bella sama Adam itu udah... you know... kok si Bella mau-mau aja putus?" bisik Fitri.

"Di kota besar kayak gini lo ngarep ada cewek yang ngga mau putus karena udah di perawanin, hal kayak gitu itu bukan hal besar buat mereka, orang mereka mau sama mau kok"

Fitri memandang Lidya "Lid... jangan bilang lo-"

"Meja nomer 3 dari kanan, kelompok kalian sudah selsai?" tanya Bu Gita, menghentikan sesi bergosip Venus, Lidya dan Fitri.

"Belum bu" mereka menggeleng bersamaan.

"Lalu kenapa kalian mengobrol? Silahkan mengobrol tapi setelah kalian selesai dengan tugas kalian" ucap Bu Gita.

"Iya Bu" jawab ketiga nya bersamaan dan mulai fokus menyelesaikan tugas kelompok mereka, sementara yang dua sibuk dengan prgan tubuh kodok, yang satu lagi lebih sibuk memikirkan 2 orang yang bahkan tak pernah memikirkan nya, Bella dan Adam.

Putus? How can?

🐧🐧
 


Setelah berita putus nya Adam dan Bella menyebar, mulai banyak bermunculan spekulasi mengenai penyebab nya, mulai dari Bella yang di katakan suka dengan sesama perempuan sampai Adam yang ketahuan selingkuh dengan seorang Tante-tante.

Jujur saja, ia tak percaya jika Adam selingkuh, ya Adam memang jenis laki-laki yang bisa di golongkan bad boy, tapi playboy? Nah.

Venus sedang duduk berjongkok di pinggir lapangan, memperhatikan segala hal yang bisa di perhatikan, hidup nya kembali ke fase membosankan setengah mati setelah ia tak bertemu dengan Adam, tentu ia melihat Adam di sekolah tapi hanya itu, mereka tak pernah bercakap-cakap sebelum nya, bicara dengan manusia sejenis Venus di sekolah sama saja menenggelamkan diri di dalam lumpur, merusak reputasi Adam dan Venus tak terlalu suka menjadi pusat perhatian.

Kadang ia ingin menjadi populer namun saat memikirkan betapa melelahkan nya menjadi orang populer itu ia jadi bergidik ngeri dan memilih untuk tetap menjadi si Nerd.

Eksa... Peta... Tetra... Giga... Mega...Ki-

"Ngapain lo disini?"

Venus mendongak, menganga saat melihat siapa yang berdiri di samping nya dengan kedua tangan tenggelam di dalam saku celana.

"Sampai kapan lo mau mangap begitu?" tanya Adam.

Venus berdiri membersihkan lutut dan pantat nya, meski secara logika tak mungkin kedua bagian tubuh nya itu kotor karena ia berjongkok.

"Ngapain kamu disini?" tanya Venus balik.

"Bukan nya semua anak seusia gue memang harus nya ada disini di jam segini?"

Venus mengangguk, iya juga sih.

"Bukan, spesifik nya di lapangan belakang, biasa nya kalian main futsal di lapangan depan"

"Gue ngga boleh kesini?"

Venus menghela nafas "Tentu boleh"

Ia kembali berjongkok, tadi nya ia berpikir Adam akan melakukan percakapan normal yang menjurus ke permintaan maaf, you know... seperti yang di Tv tapi huh...

"Lo sendiri ngapain disini?"

"Memulihkan kejiwaan" jawab Venus seadanya tanpa disadari nya jawaban nya membuat Adam ingin tertawa, namun menjaga aura cool dan wajah datar nya, Adam menahan tawa nya dan membiarkan itu hanya membentuk senyum miring yang sering Venus salah artikan sebagai senyum meremehkan atau penghinaan.

"Kalau kamu mau memulihkan hati kamu yang lagi patah, aku saranin di ujung sana, disana udara nya lebih sejuk dan lagi banyak cewek yang lewat sana kalau mau ke toilet" saran Venus.

"Kenapa lo ngga pernah suka kalau gue ada di dekat lo?" tanya Adam tiba-tiba.

Pertanyaan Adam membuat Venus terkejut, well sangat terkejut, ia tak pernah mengira kalimat se-sentimental itu akan keluar dari mulut Adam, namun ia juga tak yakin apakah Adam benar-benar merasa sakit hati dengan segala jenis penolakan Venus karena cara bicara Adam yang lebih terdengar seperti orang yang sedang membicarakan bisnis, flat and straight to the point.

Venus menggaruk tengkuk nya "Aku ngga pernah bilang begitu, aku cuma... karena aku sudah ngga kerja sama kamu ja-"

"Jadi kita ngga boleh ngobrol lagi?"

Venus berdiri "Kita ngga pernah ngobrol, kita selalu kelahi, ingat waktu di apartment kamu, cuma karena masalah kaleng coca-cola aja kita kelahi selama 2 jam, apa kamu ngga capek? Aku merasa merusak kesehatan mental kamu juga aku"

Adam mengangguk-ngangguk lalu mengusap dagu nya "Jadi ini semua karena kaleng coca-cola" gumam nya.

Venus menatap Adam tak percaya "Bukan karena kaleng coca-cola Dam, tapi itu membuktikan kalau untuk hal seremeh itu aja kita kelahi berarti untuk hal lain nya kita bisa bunuh-bunuhan" ucap Venus

"Kita ngga bicara selama satu minggu dan lihat, semua nya berjalan kembali normal, kamu dengan hidup bling-bling kamu dan aku dengan hidup ku yang membosankan, life can't be better right?"

"Then, are you happy?" tanya Adam.

"Are you happy?" tanya Venus balik.

"Gue anggap itu sebagai ngga"

Venus tersenyum "Begitu juga dengan kamu, kenapa kamu ngga bahagia? Karna kamu putus dengan Bella?"

Wajah Adam berubah murung "Lo sudah tau?"

"Semua orang sudah tau" ucap Venus "Jangan salahkan mereka, kamu kayak artis di sekolah ini apapun yang kamu lakukan pasti akan jadi pembicaraan orang-orang bahkan kalau kamu lupa nutup pintu wc, itu bakal jadi trending topic, #Adam'sToiletDoor"

Adam tersenyum, meski tak mengurangi ekspresi muram nya "Venus"

"Hm?"

Adam menghela nafas, ia menggeser tubuh Venus agar berhadapan dengan nya, mengeluarkan earphone dari saku celana lalu memasangkan nya di telinga Venus.

"Dam" ucap Venus bingung dengan tingkah nya.

Ini tingkah ngga normal kan?

"Ssst" ucap nya datar, ia mengeluarkan Hp nya yang sudah tersambung dengan earphone, menyetel sebuah lagu dengan volume sedang.

"Lo bisa denger gue?" tanya nya.

"Iya"

Adam menaikan volume nya.

"Masih bisa denger?" tanya nya.

Venus mengangguk, samar ia mendengar suara Adam.

Venus mengernyit saat Adam kembali menaikan volume, Venus rasa telinga nya akan bocor namun saat ia berusaha melepas earphone nya, Adam malah menahan tangan nya, menyuruh kedua tangan nya untuk diam di tempat.

Ia menggerakan mulut nya, bertanya sesuatu pada Venus namun ia tak dapat mendengar nya.

"Apa?!" tanya Venus.

Adam kembali menggerakan bibir nya, mengucapkan sesuatu tapi Venus benar-benar tak bisa mendengar nya.

Ia berpikir mungkin saja perusahaan Papa Adam sedang mengembangkan earphone canggih di masa depan dan Adam sedang 
melakukan uji coba nya dengan Venus.

Wajah Adam nampak rileks, kedataran wajah nya yang sejak pertama kali ia pasang saat berbicara dengan Venus luntur, berganti dengan ekspresi sungguh-sungguh... bahkan tulus, Adam mulai menggerakan bibir nya lagi, ia berbicara, Venus mencoba membaca gerakan bibir nya namun Adam memaksa mata nya untuk menatap mata Adam.

Mata nya berwarna hitam, tak tau kah Adam jika warna mata nya adalah yang paling langka di dunia ini, kebanyakan orang terlihat seperti memiliki warna mata hitam namun saat di bawah sinar matahari, warna nya akan terlihat lebih jelas menjadi coklat gelap.

Dan bulu mata Adam, nampak lentik namun dengan cara yang manly, saat ia berkedip bulu mata nya menyentuh bagian bawah mata nya dan saat ia sedang memikirkan sesuatu kedua alis nya akan menyatu, alis nya begitu mirip dengan Papa nya, tak tipis, tak juga terlalu lebat, membuat sepasang mata di bawah nya menjadi jauh lebih indah.

Hidung Adam lurus dan tegak, begitu pas berada di tengah-tengah wajah nya dan pipi nya, beberapa kali Venus melihat kedua pipi itu berubah menjadi merah muda, entah karena rasa malu atau marah dan saat ia tersenyum... membuat Venus ingin ikut tersenyum.

Adam melepaskan earphone di telinga nya, nampak puas dengan entah apapun yang telah ia lakukan beberapa detik yang lalu.

"What are you doing?" tanya Venus penasaran saat Adam kembali memasukan earphone dan hp nya ke dalam saku celana.

Adam mengangkat bahu nya acuh "Nothing"

"Huh?"

"Lo ngga denger apapun yang gue bilang tadi kan?" tanya Adam.

"Tentu ngga, telinga ku aja sampai sekarang masih berdengung"

Adam mengangguk "Perfect"

"What's perfect?" tanya Venus bingung.

Adam melirik nya, mengangkat bahu "Everything"

Venus mengernyit "You're weird"

Mereka berdua berdiri bersisian, hening tanpa mengucapkan apapun, lagi, terjebak dalam dimensi yang sama, saat dunia ini seolah hanya di isi oleh mereka berdua dan hal-hal sederhana.

"Kamu belum ganti perban kamu?" tanya Venus, melirik pada perban di tangan Adam yang mulai memunculkan titik-titik merah tua di atas nya.

"Gue ngga pernah mandi, so it's okay"

Venus menatap Adam "Kamu ngga mandi selama seminggu ini? Woww" ia menggeleng-gelengkan kepala nya "Kamu tetap harus ganti, nanti malah busuk"

Adam melirik pada perban di tangan nya sekilas "Nanti"

"Dan kamu harus mandi" ucap Venus tegas.

Adam tersenyum "Nanti"

"Tapi Dam" ucap Venus, mata nya memperhatikan pohon trembesi di pinggir lapangan.

Pohon kesukaan nya.

"Hm?"

"Kenapa kamu punya lagu Frere Jacques?"

"Shut up" Adam memalingkan wajah nya, malu.

"Seriusan, kenapa kamu punya lagu anak-anak di Hp kamu"

"Lo ngga bakal berhenti nanya sampai gue jawab kan?" sisa-sisa warna merah muda di pipi Adam masih terlihat.

Venus memandang Adam sambil tersenyum "You know me so well~~~" jawab nya sambil bernyanyi.

Venus tertawa saat melihat Adam mendengus meski begitu ia masih bisa melihat senyum di bibir Adam dan seperti yang Venus katakan sebelum nya, saat ia melihat Adam tersenyum... ia pun ikut tersenyum.

------------------💛
 

67. In Vino Veritas


 

Where troubles melt like lemon drops
Way upon the chimney tops
That's where you'll find me
- Somewhere Over The Rainbow
 


-----------------

Sore hari Venus datang ke apartment Adam untuk mengambil semua buku yang ia pinjamkan dari perpus untuk Adam, ia sempat meminta nya dari Adam namun Adam hanya mengangkat bahu nya dan mengatakan kalau ia tidak tau, ia bahkan menyuruh Venus mencari sendiri buku nya.

Namun, karena ia sempat mampir terlebih dulu ke rumah Fitri untuk belajar kelompok dan Orang tua Fitri memaksa nya untuk ikut makan malam bersama, akhir nya ia sampai di apartment Adam pukul 10 malam.

Ia sudah mencoba menghubungi Adam beberapa kali namun tidak di jawab jadi ia memutuskan untuk naik ke lift dan masuk ke apartment langsung.

Venus yang baru masuk ke dalam apartment begitu terkejut saat mendengar suara ribut dari ruang Tv, ia berjalan kesana perlahan, memastikan tidak ada maling atau orang gila yang nyasar ke apartment Adam, mengingat si pemilik apartment juga punya gangguan mental yang cukup parah...

Venus menutup mulut nya saat melihat pemandangan di depan mata nya, Adam sedang tidur telungkup di atas sofa, di meja ada beberapa kaleng dan botol beer.

Ragu, ia menyentuh pelan pundak Adam dan Venus terlonjak kaget saat Adam menoleh ke kanan membuat nya berhadapan dengan Venus yang sedang berdiri ketakutan di samping nya.

"Who's you?" tanya nya serak.

Venus menunjuk diri nya sendiri "Aku? Kamu ngga ingat aku?" tanya Venus tak percaya.

Ia melihat mata Adam yang merah, mungkin ia mabuk, pikir nya.

"Aku Taylor Swift" jawab Venus.

Adam mengernyit, mata nya tak fokus "Lo bukan Taylor Swift, Taylor Swift itu tinggi, lo pendek, Taylor Swift rambut nya keriting lo lurus, Taylor Swift suka nyanyi lagu country, lo suka K-pop"

Venus tertawa "Ok, aku memang bukan Taylor Swift, tebak aku siapa?"

Adam mencoba duduk namun gagal, akhir nya ia menyandarkan kepala nya di pinggirin sofa "Lo? Lo... Saturnus"

"Hampir benar" Venus duduk di sofa single yang selalu Adam duduki "Kenapa cara bicara kamu- kamu mabuk?"

Adam menggeleng, ia mencoba duduk lagi namun gagal "Shit" kutuk nya, ia mulai meurunkan retsleting celana nya dan saat ia akan menurunkan bokser nya Venus buru-buru menghentikan nya.

"Kamu mau apa Dam?!" tanya nya panik.

"Kencing"

"Kencing di WC!"

"WC?"

"Iya, Wc, Toilet, kaskus... kamu biasa nya kencing dimana?" Venus menepuk jidat nya.

"Pohon?" tanya Adam.

Venus menutup wajah nya, ia datang di saat yang benar-benar salah, harus nya ia datang besok pagi saja sa-

"ADAM!" teriak Venus saat Adam lagi-lagi ingin menurunkan bokser nya.

"Huh?"

"Kencing di wc..." lirih Venus.

"Gue ngga bisa berdiri!" ucap nya kesal.

Venus menarik nafas "Jadi kamu kalau kencing jongkok?!"

Ia menatap Venus seolah Venus mengeluarkan api dari lubang hidung nya, mata nya menyipit, ia mengangkat bahu nya acuh "Persetan, gue mau kencing" ucap nya.

Venus menarik tangan Adam yang hendak menurunkan bokser nya "Ke Wc... ayo kita ke wc" Venus menaruh tangan Adam di pundak nya dan membawa nya masuk ke dalam kamar, Adam beberapa kali tersandung namun lebih sering mengendus leher Venus.

"Dam! Stop!" ucap Venus tak nyaman "Kamu buat aku merasa terganggu"

"Oh ya?" suara nya serak.

"Ok, buka celana jeans kamu disini dan buka bokser kamu di dalam"

"Lo mau gue cuma pake bokser di depan lo?" tanya nya, aneh nya mata nya terlihat excited dengan permintaan Venus.

Venus menutup mata nya dan menggaruk kelopak mata nya kasar "Dam, aku bukan kamu yang gampang horny dan aku sudah biasa liat kamu pake bokser, Just..." Venus menunjuk pintu toilet Adam

"Masuk kesana, Sekarang!" ucap nya serius, Venus bahkan berniat menyeret Adam masuk ke dalam toilet dengan menjewer telinga nya kalau dia masih banyak omong.

Adam memutar mata nya, dengan langkah tertatih ia masuk ke dalam toilet.

"Jangan lupa di siram!" Venus mengingatkan dari luar.

"Cerewet" gerutu Adam, ia keluar dari toilet, mata nya jauh lebih merah dari sebelum nya, ia melewati Venus dan jatuh di atas tempat tidur, terakhir kali ia datang kemari... Venus menggeleng, mencoba menghapus kenangan buruk itu.

"Aku ngga percaya, kamu beneran mabuk?!" Venus mengangkat tangan nya ke udara, mengikuti Adam yang terbujur kaku di atas tempat tidur seperti mayat hidup.

"Berapa usia kamu? 39? 45?" omel Venus "Kamu bahkan masih anak-anak Dam!"

"I'm sweet 17" ucap Adam, wajah nya terbenam di atas bantal.

"Sweet 17? Kamu sudah 18 tahun, kamu bukan lagi Princess Disney"

Adam membalik tubuh nya hingga ia tidur menyamping, ia menatap Venus "Kenapa lo ngga datang ke ulang tahun gue?" tanya nya.

"U-ulang tahun?"

"Lo tau" ucap nya.

Venus menggeleng "Aku ngga tau kamu ulang tahun"

"Lo bohong, lo tau, semua orang tau, lo bilang semua orang tau tentang gue, lo bilang semua orang ngebicarain gue"

Venus duduk di bawah menyender pada tempat tidur, ia membelakangi Adam "Ya... aku tau" ucap nya.

"Kenapa lo ngga datang?"

"Aku pikir kamu ngga akan suka kalau aku datang"

Adam mengangguk "Memang"

Venus tersenyum miris "Gimana pesta nya?" tanya Venus, setelah beberapa saat mereka berdua hanya diam.

"Suck"

Venus tertawa "Kenapa? karena kamu ngga suka pesta ulang tahun?"

"Semua nya, gue ngga suka semua nya, makanan nya, minuman nya, orang-orang nya..."

"Kamu ngga suka banyak hal" ucap Venus.

"I don't like you too" ucap Adam.

Venus menolehkan kepala nya ke belakang untuk menatap wajah Adam, ia tersenyum "I know"

Hening.

"How's school?" tanya Venus canggung.

Adam mendengus, ia menenggelamkan kepala nya ke dalam bantal lalu tertawa mengejek "Lo bisa nanya gue hal yang lebih masuk akal daripada itu"

Venus memutar mata nya, ia berdiri "Bangun!"

Adam mengerang, mengambil guling lalu memeluk nya seperti anak kecil.

"Ya ampun, kalau bukan karena muka kamu yang ganteng dan-"

"Seenggak nya lo ngga buta"

"-Papa kamu kaya raya, kamu-"

"Adam anak kebanggaan Papa!"

"-mungkin bakal jadi bujangan sampai mati"

"Lo mau nikah sama gue?"

Venus berkacak pinggang "Dengar ya, ngga ada perempuan yang mau sama laki-laki yang suka mabuk dan nakal" ucap Venus seperti menasehati anak nya.

"Ngga ada? Bahkan lo?" mata Adam menatap nya polos seperti anak kecil.

"Ngga, aku cuma mau nikah sama laki-laki yang hapal semua tabel periodik kimia dan tau siapa orang yang pertama kali mendarat di bulan, bukan orang yang syuting mendarat di bulan!"

"Adam, hapal tabel periodik kimia dan-"

"Wait, kamu bilang apa?" mata Venus terbelalak.

"Tabel periodik kimia?"

"Ngga, kamu nyebut kata ganti "Gue" dengan nama kamu?!"

"..."

"Adam kamu mabuk!" ucap Venus panik.

Ia memegang kepala nya, bingung harus melakukan apa, saat Adam hangover ia hanya perlu memberi nya susu, ya kan? Tapi saat ia mabuk, saat ia tak sadar diri, saat ia sendiri bahkan tak ingat nama lengkap nya sendiri, apa yang harus Venus lakukan?!

"Aku ngga percaya ini, kamu bener-bener mabuk, duduk diam disini seperti anak pintar, buka baju kamu dan aku... aku ambilin susu yah susu supaya jiwa kamu yang sudah di rasuki setan itu segera kembali"

Venus kembali dari dapur dengan membawa segelas susu dan biskuit?

Well... Agnes bilang Adam sebelum tidur minum susu sama cookies dulu, iya biskuit sama cookies beda tapi kan... sama-sama dari tepung juga!

"Adammmmmm" panggil Venus frustasi.

"What?" erang nya kesal.

"Kenapa kamu belum buka baju kamu, ini ganti cepat badan kamu bawa alkohol"

"No! gue nyaman begini" ucap nya.

"Adammm"

"No!"

Venus menarik nafas, menenangkan diri nya, ia harus sabar, Adam sedang keadaan setengah sadar, jangan sampai membuat nya marah atau tersinggung kalau tak mau Adam melakukan sesuatu yang gila LAGI pada Venus.

Ia harus bersikap seperti seorang Ibu penyayang pada anak nya.

"Adam, ngga ada perempuan yang mau sama laki-laki yang baju nya bau"

"Oh ya?" perhatian Adam mulai fokus pada Venus.

"Good boy" puji Venus saat Adam duduk di atas tempat tidur nya, ia menghela nafas "Here, ganti baju kamu" Venus mengulurkan kaos berwarna putih kepada Adam.

"Kenapa kamu angkat tangan kamu, kamu bukan anak ke-" Venus menghentikan ucapan nya saat menyadari tak ada guna nya mengomeli Adam saat Adam bahkan tak terlalu mengerti bahasa manusia, ia memilih untuk memakaikan Adam kaos nya.

"Ok, anggap aja ini Adam versi 5 tahun, Adam versi 5 tahun, Adam versi...25 tahun..." Venus menganga saat melihat perut Adam yang terlihat lebih menyejukan di banding teh kotak di dalam kulkas.

"Sekarang aku tau kenapa Bella cinta mati sama kamu Dam" ucap Venus, mata nya tak lepas dari teh kotak yang menempel di perut Adam.

Venus mengambil celana piyama Adam di lantai dan memberikan nya pada Adam.

"Ganti cela-"

"Gosh! Kamu benar-benar kayak anak kecil" ucap Venus jengkel, saat Adam mengangkat satu kaki nya ke atas "Anggap aja ini Adam versi 8 tahun... Adam versi 8 tahun... Adam versi... 28 tahun"

Venus mengipasi wajah nya yang memanas bak oven yang siap meledak "Sekarang aku tau kenapa Bella ngga bisa lepas dari kamu Dam"

Ia berdiri, memandang Adam yang sudah berpakaian lengkap dengan bangga, entah mengapa ia bangga, mungkin karena ia memainkan peran Ibu penyayang dengan sangat baik?

"Selesai. Kamu harus bilang makasih sama aku besok pagi" ia mengambil susu di nakas "Ini minum susu nya"

"Susu?"

"Iya Adam, supaya otak kamu kembali berfungsi"

"Ini susu siapa?" tanya nya, memandang gelas di tangan nya dengan ekspresi mengernyit.

"Sa- Bella"

"Bella?"

Begitu Venus mengangguk, Adam tak menunggu sedetikpun untuk meminum susu nya.

"Sekarang aku ngerti kenapa kamu cinta mati sama Bella" ucap Venus, duduk di samping Adam, ia memperhatikan Adam yang meminum susu nya sampai habis seperti seorang Ibu yang mengamati anak nya.

"Berapa banyak yang kamu minum sampai kamu semabuk ini Dam?"

"2" Adam mengangkat ke-10 jari nya.

"Kenapa kamu minum-minum? Ini bahkan bukan malam minggu dan dimana Bella? Bukan nya kalian ngga pernah terpisah, dia sudah pulang?"

Adam melirik Venus "You asking too much"

"Kenapa kamu minum-minum?" tanya Venus.

"Karena gue mau"

"Kamu minum sendirian?"

Adam menggeleng.

"Bella?" tebak Venus.

Adam mengangguk, ia tak habis pikir dengan Adam maupun Bella, mengapa mereka masih saja merusak satu sama lain jika sudah putus, nampak nya hal-hal seperti ini hanya bisa ia mengerti jika ia sudah masuk ke dalam golongan "Badgirl" atau "Badboy".

"Dimana dia?"

"Sama pacar nya" jawab Adam.

Venus mengernyit "Apa maksud kamu, bukan nya kamu... kalian putus tapi kalian minum sama-sama kan?" tanya Venus bingung.

Adam memandang dinding kosong di depan nya "Dia sudah punya pacar"

"Pacar?" ucap Venus terkejut.

Adam mengangguk "Cleo"

"Cleo?" Venus mengingat ucapan Lidya dan nampak nya semua nya kini tersambung menjadi paragraph yang utuh.

"Jadi, karena ini kamu mabuk-mabukan? Karena Bella sudah move on dan kamu belum?" tanya Venus tak percaya "Ya ampun Dam, kamu bisa dapatin perempuan manapun dengan mudah, Bella itu cuma sa-" Venus menghentikan ucapan nya saat ia mengingat satu fakta penting tentang hubungan Adam dan Bella, ia melirik Adam meyakinkan Adam jika ia benar-benar mabuk dan tak sadar dengan apapun yang akan Venus lakukan atau tanyakan pada nya.

Ya... lagi-lagi ia harus menggunakan cara kotor untuk mendapatkan informasi dari Adam.

"She's not just a girl" ucap Adam "Gue ngerusak dia"

Venus diam, 100% setuju kecuali dengan satu fakta lain nya, bahwa Adam bukanlah satu-satu nya yang salah disini, Bella pun sama salah nya dengan Adam.

Let's just say, both of them.

"Gue ngerusak masa depan nya, cita-cita nya, gue ngerusak hidup nya..." Adam mengusap wajah dan rambut nya kasar.

"Why you do that?" ucap Venus akhir nya.

"I don't know"

"You love her?" tanya Venus

Adam diam.

"Dam..."

"Adammmmm" Venus menggerak-gerakan lengan Adam namun laki-laki itu tetap menutup mulut nya.

Venus melirik ke sekitar kamar Adam, mencoba mencari sesuatu yang bisa membuat nya berbicara, ia berdiri lalu mengambil ukulele di bawah meja belajar Adam, normal nya Adam akan langsung melempar nya jika ia sedang tidak mood tapi yeah... mari di coba...

"Ini" Venus memberikan ukulele itu pada Adam "Lakukan apapun yang kamu mau sama ukulele itu"

Adam memandang ukulele itu aneh "Ini...?" tanya nya.

Venus mengangguk dan langsung menganga saat Adam mulai memetik ukulele itu menimbulkan bunyi yang harmonis... Venus tak mengharapkan itu, ia berharap Adam membanting nya! seperti Adam yang normal biasa nya akan lakukan.

"Ka-kamu ngapain?!"

"Somewhere over the rainbow~~~ way up high~~~"

"No No No No No No No No No No kamu ngga boleh nyanyi!" ucap Venus panik, ia takut jika Adam bukan nya mabuk malah kesurupan arwah nya Elvis Presley "Jangan jangan jangan jangan jangan"

Tapi Adam tak mau berhenti "One day I wish upon a star, wake up where the clouds are far behind me~~"

Venus menutup wajah nya, this is ultra extraordinary awkward.

Ia mengambil ukulele di tangan Adam "Hey!" ucap Adam tak terima.

"Jawab aku dulu, apa maksud nya kamu merusak hidup Bella?"

Adam menatap nya tajam "None of your business! Kembaliin ukulele Adam!"

Adam berusaha merebut ukulele di tangan Venus namun Venus menaruh nya di belakang punggung nya, dengan kesadaran yang hanya tersisa seperempat ia yakin Adam tak akan bisa memaksa nya.

"Answer me" ucap Venus dengan setulus hati, ia bahkan hampir tak mengenali suara nya sendiri "Kamu... pernah menghamili Bella?" tanya nya hati-hati.

Mata Adam membulat, mabuk-sadar-mabuk-sadar, mata nya berubah dari berkabut mencoba normal lalu berkabut lagi tapi akhir nya alkohol lah yang mengusasi tubuh nya "I wont tell you" ucap nya menggeleng.

Venus menyentuh bahu Adam "Hey, look at me I'm Taylor Swift, I'm in Indonesia just for concert, tomorrow I'll be back to my country, you can trust me, I wont tell anyone" ucap Venus sungguh-sungguh.

Adam menatap Venus lamaaaaaa, membuat Venus yang sudah membuat alasan konyol dengan menjadi Taylor Swift tersipu malu.

"You are Taylor Swift?" tanya nya memastikan.

Venus mengangguk "I am"

Ia menatap dinding kosong di depan nya dengan pandangan menerawang "She was pregnant"

Mendengar kebenaran nya langsung dari Adam, sudah seperti yang ia duga jawaban nya, namun hati nya seolah jatuh ke dasar Bumi, jika dasar Bumi adalah neraka maka disanalah hati nya telah jatuh, terbakar bersama para pendosa.

"Was?" tanya Venus "Dimana... dimana..." Venus berdeham "Bayi kalian"

"Mati" ucap Adam dengan mata setengah tertutup.

"Dan kenapa bisa... meninggal?" Venus memutuskan untuk menggunakan kata yang lebih manusiawi, ia tak menyalahkan ucapan kasar Adam karena dari sana nya ia sudah kasar dan akan bertambah kasar saat ia mabuk.

"Gue bunuh" ucap Adam seperti gumaman, kepala nya jatuh di atas bantal dan ia meringkuk seperti bayi, aneh melihat hal itu karena ia baru saja mengakui ia telah membunuh seorang bayi.

"Dam, apa maksud kamu? Kamu ngga mungkin ngelakuin itu kan Dam" pinta Venus, namun yang di tanya hanya diam, ia sudah memejamkan mata nya bergabung dengan jutaan manusia lain nya, tenggelam dalam dunia mimpi.

Yang mungkin, lebih baik dari dunia yang Adam miliki di dunia nyata.

"Sekarang aku tau... kenapa kamu ngga bisa lepas dari Bella Dam" bisik Venus pelan.

------------------🌎

68. First Love


 

And your laugh like a sunshine
Fading into shadow of tears
Lasse Lindh - Hush
 


------------🎋

"Adam, bangun Adam"

Suara itu menggema di kepala nya, ia berusaha membuka mata namun rasa pusing di kepala nya memaksa ia menutup mata nya rapat, ia terduduk sambil memegangi kepala.

"Fuck"

Melirik jam di nakas, ia segera berdiri untuk mandi, sekolah, fuck, ia harus sekolah, batin nya menggerutu.

Adam mengernyit saat melihat seragam nya sudah tergantung rapi di dekat lemari, ia tak pernah menyetrika baju apalagi seragam nya, ia bahkan lebih memilih untuk berkendara pulang saat subuh untuk mengganti seragam nya di rumah.

Bodo amat, pikir nya.

Ia memakai seragam nya, dengan handuk kecil ia membasuh rambut nya yang basah, mungkin ia akan melewatkan jam pertama untuk sarapan di kantin atau dia bi-

"Shit!" handuk di tangan Adam jatuh ke lantai begitu ia melihat sosok berambut panjang dengan dress putih selutut berdiri di dapur nya, ia berbalik saat mendengar suara kutukan Adam, tangan perempuan itu memegang pisau yang amat sangat panjang namun bukan itu yang membuat Adam semakin terkejut melainkan keberadaan gadis itu di Apartment nya sepagi ini!

"Good morning" sapa nya sambil tersenyum manis.

"Kamu- lo ngapain disini?" tanya Adam linglung.

"Kamu mabuk semalam" ucap nya, menaruh roti tawar di atas meja makan "Oh ya, kamu harus sarapan, aku buatin kamu susu dulu ya, aku mau buat susu hangat tapi di kulkas kamu cuma ada susu kotak, kayak nya kurang bagus kalau di hangatin, ya kan?"

Adam yang sejak tadi hanya diam mematung di kursi nya seperti orang yang baru saja melihat aksi pembunuhan sedikit tersentak saat gadis itu berjalan ke arah nya, senyum tak lepas dari wajah nya.

"Atau kamu mau aku beliin susu di bawah, kayak nya jam segini sudah buka" ia nampak berpikir, memiringkan kepala nya ke kiri "Kamu mau?" tanya nya.

Adam berdeham, ia mencoba melihat ke arah manapun selain gadis itu "Ngga usah"

"Kamu ngga suka sarapan nya? Mau aku ganti?"

Adam melirik perempuan itu sekilas lalu pada roti tawar nya, ia mengernyit melihat hiasan kekanakan di atas roti tawar nya, wajah tersenyum dengan bintik-bintik di kanan dan kiri nya yang di buat menggunakan selai coklat, buruk sekali.

"Ngga papa, ak- gue bisa makan ini" ucap Adam bijak.

Gadis itu duduk di samping nya, memandangi nya seolah ia adalah lukisan Monalisa.

"Ka- lo ngga makan?" tanya nya, ia sedikit risih di pandangi seperti itu saat ia sedang makan.

Ia menggeleng "Aku sudah sarapan, enak?" tanya nya.

Seperti anak kecil yang baru pertama kali mencoba makanan Ibu nya, ia mengangguk.

Tangan gadis itu tiba-tiba berada di kerah seragam nya, membuat Adam yang sedang memasukan roti tawar ke mulut nya sedikit tersentak, gadis itu merapikan kerah nya.

"Kurang rapi ya, tadi aku nyetrika buru-buru takut nya kamu keburu berangkat"

Adam menganga "Kamu yang setrika?" ia mengigit bibir nya, keceplosan menggunakan kata terlarang itu, shit.

Ia mengangguk "Ehmm atau mau di setrika ulang?" tawar nya.

Fuck no.

"Ngga, ini juga udah rapi"

"Rambut kamu udah panjangan ya" ucap nya sambil mengusap pelan rambut Adam.

"Padahal dulu selalu di potong semi-militer gitu ya sama Papa kamu"

"Oh, ini bekas tindik, kamu pernah tindik?"

Adam sedikit menjauhkan kepala nya dan mendorong pelan tangan gadis itu, keterlaluan sekali kenapa semua perempuan yang ia kenal selalu meraba-raba tubuh nya tanpa ijin, meski ia sudah tak perawan lagi bukan berarti ia murahan.

Fuck, sekarang dia kedengaran seperti perempuan yang baru saja di lecehkan secara seksual oleh lelaki bajingan.

"Gue berangkat sekarang" ia berdiri "Kamu ngga minum susu kamu dulu?" tanya nya dengan mata jernih yang membuat Adam hampir tak bisa menolak, hampir.

"Ngga, gue udah 18 tahun, ngga lagi minum susu" ucap nya seperti bajingan.

Kenyataan nya, ia bahkan masih minum susu sebelum tidur.

"Oh" bahu nya sedikit merosot, menunjukan kekecewaan tapi dengan cepat ia menyembunyikan nya, lagi, ia tersenyum "Kita sama-sama" ucap nya.

"Sama-sama?"

Ia mengangguk "Supir ku sudah ada di bawah, kamu ngga bisa mengendarai mobil dalam keadaan habis mabuk"

"Siapa bilang ngga bisa?" Adam mengambil tas nya, lalu memasang sepatu nya.

"Adam" ucap nya.

Adam mengikat tali sepatu nya, ia duduk tegak untuk menatap gadis itu "Agnes" ucap nya dengan nada yang sama.

Agnes tersenyum, semburat merah muda muncul di wajah nya "Kita sudah lama ngga ketemu, aku penasaran sama sekolah kamu, aku rindu kemacetan Jakarta di pagi hari" ucap nya.

"Kemacetan Jakarta?"

Agnes mengangguk "Dan juga kamu"

🐟🐟
 


"Kamu yakin ngga mau di jemput?" tanya Agnes.

Adam mengangguk, ia mengintip wajah Agnes dari jendela mobil yang terbuka "Ak- gue bisa pulang sama temen"

Agnes mengangguk, tersenyum pada nya sebelum mengisyaratkan pada supir nya untuk menjalankan mobil.

Adam mengamati mobil itu sampai jauh, tanpa ia sadari bibir nya membentuk sebuah senyum konyol.

"Waaaahhhh, kamu keliatan berbunga-bunga"

Adam tersentak dan berbalik ke sumber suara, Venus berdiri di belakang nya dengan senyum menggoda.

"Sejak kapan lo disitu?" tanya Adam.

"Dari senyum kamu segini" Venus tersenyum tipis "Sampai segini" ia memperlihatkan seluruh gigi nya, seriusan itu yang dia sebut sebagai senyuman? Terlihat lebih seperti orang gila yang baru saja melihat sesuatu yang sangat ia sukai.

"Gue ngga senyum kayak gitu" ucap Adam tak terima, mulai berjalan ke sekolah nya.

Venus mengikuti di samping nya "She?"

"Siapa?"

"Tunangan kamu"

Adam melirik Venus sekilas, ia kembali memfokuskan mata nya ke depan, tak ada niatan untuk menjawab.

"Cantik" puji Venus "Siapa nama nya?"

"Agnes" ucap Adam setelah beberapa saat diam.

Venus mengangguk-ngangguk "Aku ngga pernah liat kamu..." Venus menggerak-gerakan kedua tangan nya di depan mata "Mata kamu bercahaya seolah ada kembang api yang keluar, kayak Katy Perry di video nya firework, dari mata, telinga, dada-"

"Apa?"

"Lagu Katy Perry, Baby you're fire-"

"Gue tau"

"Kamu tau?" goda Venus "Ohhhh"

"Lagian ngapain lo disini?" tanya Adam.

"Sekolah, kita sekolah di tempat yang sama"

"Gue tau itu, yang gue maksud ngapain lo jalan di samping gue? Sejak kapan kita jadi teman yang pergi ke sekolah bareng-bareng?"

"Kita bisa jadi teman sekarang, di mulai dari kamu cerita segala hal tentang dia, dia pacar kamu? Mantan? Ohh... first love?"

Adam melirik Venus "Gue ngga mau jadi teman lo" ucap nya, berjalan satu langkah lebih cepat dari Venus.

"Kenapa?" tanya Venus, mensejajarkan langkah nya dengan Adam "Kamu takut cinta pertama kamu cemburu?" goda nya lagi.

"Agnes and Adam sitting in the tree K-i-s-s-i-n-g!"

Venus mulai bernyanyi saat Adam terus mengabaikan nya "First comes love. Then comes marriage~~~"

Adam melirik nya "Seriusan lo sudah SMA bukan boc-"

"Then comes baby, in the baby carriage, sucking his thumb~"

"Diam. Lo mempermalukan diri lo sendiri"

"Wetting his pants, doing the Hula-" Venus menghentikan nyanyian nya, bukan karena tatapan tajam Adam yang selalu berhasil membuat nya menciut melainkan karena semburat warna merah muda yang mewarnai pipi Adam.

Venus tertawa "You blushing!"

"Ap- Ngga! Gue habis kelahi, ini bekas- bekas memar" ucap Adam berbohong.

Venus makin tertawa mendengar alasan nya sementara Adam hanya bisa pasrah, biasa nya dia bisa membuat alasan yang sangat masuk akal, mungkin ia masih berada di bawah pengaruh alkohol, sebab itu pikiran nya tak berfungsi dengan benar.

"Memar? Mungkin yang kamu maksud memar cinta" ucap Venus setelah tawa nya mereda, bukan berarti ia berhenti tertawa.

"Sebagai calon dokter, gue ngga nyangka lo bisa buat diagnosis se-non-ilmiah itu" ucap Adam.

"Non-ilimah? Jadi maksud kamu, warna pink di pipi kamu yang sekarang sudah hilang itu memar lebih ilmiah?" tanya Venus.

Adam mengangkat bahu nya.

"Tapi, aku ngga suka gaya nya" ucap Venus tiba-tiba.

Adam langsung menolehkan kepala nya "Kenapa gaya nya? cara berpakaian nya sopan, cara bicara nya juga baik, ngga terlalu dewasa, ngga juga terlalu kekanak-"

Venus tertawa, membuat Adam menghentikan ucapan nya.

"Kenapa kamu sensitif banget, aku belum nyelesaiin ucapan ku, aku mau bilang aku ngga suka gaya nya karena gaya nya itu sangat... perempuan, anggun, elegan, buat aku jadi iri, wahhhh kamu benar-benar sudah memendam rasa terlalu lama sampai jadi over protective, kamu tau Dam itu berarti apa?" tanya Venus.

"Gue begok?"

Venus tersenyum "You falling in love with her"

Adam membulatkan mata nya "Sok tau lo"

"Darimana lo tau- nebak kalau dia ehm cinta pertama gue?" tanya Adam setelah beberapa saat mereka hanya diam, menikmati perjalanan ke sekolah dengan damai, well tidak untuk Adam, ia merasa baru saja di telanjangi oleh Venus di muka umum.

"Cinta pertama itu ngga bisa dilupakan, selalu ada reaksi yang... ngga terduga dari tubuh kita saat kita melihat cinta pertama kita, masih ada sisa-sisa ion di dalam tubuh yang sulit untuk hancur atau larut"

Venus melirik Adam "Aku ngga pernah lihat kamu, melihat sesuatu seolah itu satu-satu nya objek yang ada di dunia ini" ucap Venus.

Adam menghela nafas, apa dia memang secupu itu tadi?

"Dan senyum kamu tadi lumayan creepy tau?" goda Venus.

Adam memutar mata nya membuat Venus lagi-lagi tertawa.

"Lo harus ngucapin banyak terima kasih ke gue, gue buat lo banyak ketawa pagi ini" ucap Adam.

Venus mengangguk setuju "Terima kasih"

"Dan kamu harus ngucapin banyak terima kasih ke aku, karena aku sudah berhasil buat kamu jujur ke diri kamu sendiri" ucap Venus.

"Tentang apa?" Adam mengernyit.

"Cinta pertama kamu"

Venus tersenyum saat Adam hanya diam, dengan diam nya Adam membenarkan ucapan Venus tentang cinta pertama nya, Agnes.

"Kamu tau, seseorang yang pernah mematahkan hati ku pernah menasehati ku, Kalau kamu di hadapkan dua pilihan, just choose the one you trust tapi kalau kamu masih ragu, pilih yang kedua, karena ngga akan ada yang kedua kalau kamu percaya sama yang pertama"

Adam menaikan satu alis nya, pertanda ia tak mengerti.

"Agnes dan Bella" hanya menyebut 2 nama itu sudah cukup membuat otak lemah Adam memahami objek dan subjek utama dari ucapan Venus.

"Pilihan pertama itu ngga akan ada kalau pilihan kedua ngga muncul" ucap Venus, ia memandang Adam lembut "Selalu ada alasan kenapa "Dia" jadi pilihan pertama kamu, in your case, pilih seseorang yang bisa menjadi pegangan kamu, seseorang yang membuat kamu bahagia, someone who can fix you" ucap Venus serius.

"Lo ngomong seolah lo udah punya pengalaman jauh lebih banyak dari gue" ejek Adam.

"Aku? Aku mungkin ngga punya kehidupan romansa seribet kamu tapi, aku tau dengan jelas rasa nya jatuh cinta dan patah hati" Venus mengangkat bahu nya "Sementara kamu, Kamu masih punya jalan yang panjang, kamu masih terjebak di kisah cinta segitiga kamu"

Venus menghentikan langkah nya,mereka berhenti tepat di depan gerbang sekolah "Tapi jika nanti tiba waktu nya kamu membuat pilihan, beritau aku jawaban nya" ucap nya,

"Sampai saat itu tiba aku akan menunggu kamu"

"Lo mau kemana?" ucap Adam sedikit nyaring saat Venus berjalan mundur menjauhi nya.

"Ke tempat cinta pertama ku" Venus berbalik sambil tersenyum ke arah Adam.

Adam mengernyit.

"Biologi" jelas Venus "Lab Biologi"

Adam berdecak saat melihat Venus masih berjalan mundur sambil menatap ke arah nya "Hati-hati lo nanti jatuh" peringat nya.

Venus tersenyum "Kenapa? Kamu sudah mulai peduli sama aku? Jadi arti nya sekarang kita teman?"

Adam memutar mata nya, mengibaskan tangan nya agar Venus segera pergi dari hadapan nya, ia berjalan ke arah berlawanan dari Venus, menuju kelas nya sendiri.

-------------------🎋
 

69. Another First Time


 

Today I realized how much
I really love you for the First Time
Red Velvet - First Time
 


-----------------👔

"Gue ngga liat mobil lo tadi di parkiran" ucap Putra.

"Memang ngga bawa" jawab Adam.

Rizal tertawa "Jadi lo di antar Bokap lo ke sekolah tadi? Ohhh harmonis nya Bapak dan anak"

"Ngapain lo disini bukan nya kelas 12 lagi ada pengumuman atau apalah itu nama nya di Perpus?" tanya Putra heran, melihat Rizal malah minum es teh di kantin.

Rizal mengangkat bahu nya "Ngantuk gue" ucap nya "Apalagi ada si.. siapa tuh nama nya, Saturnus?"

"Venus" ucap Adam.

"Iya si Venus, gue ngerasa jadi kutu buku ada di ruangan yang sama kayak dia"

"Lo lebih sering satu ruangan sama yang liar ya?" ejek Putra.

"Serius, dia selalu bisa jawab apapun yang di tanyain ke dia dan lo tau, waktu gue nanya jawaban ke dia, dia cuma ngasih gue rumus, kata nya tinggal masukin angka, masukin dimana coba? Lobang nya juga ngga ada"

Mereka yang ada di meja tertawa.

"Lobang nya lah" celetuk Ceper, membuat suara tawa makin membahana.

"Gue yakin dia masih perawan" Putra tersenyum mesum.

"Bukan urusan lo dia masih atau sudah ngga perawan" ucap Adam, ia meneguk cola nya.

"Menurut gue, Alex masih belum nyerah" ucap Rizal "Mereka berdua udah kayak sepasang burung di bawah pohon beringin tiap ketemu"

"Emang keliatan banget yang cewek lebih suka sama yang cowok" tambah Rizal.

"Tapi dia ngga agresif, lo tau? Itu yang buat Alex mati kutu" ucap Putra.

"Halah, hajar aja langsung pasti mau, dia jual mahal" ujar Ceper "Shit, gue paling benci cewek kayak gitu"

"Tapi itu tanda nya dia ngga murahan kan?" tanya Putra.

Ceper tertawa "Lo inget dulu dia selalu ngikutin Alex kemanapun, gila cewek se-depresi itu nyari laki, kalau gue jadi Alex langsung gue tidurin, kalau gue udah dapet perawan nya langsung gue tinggal, gue ngga mau sama cewek sentimental kayak dia, cengeng dan banyak main drama"

"Pacar lo yang sekarang, lo ngga inget, dia udah tidur hampir sama semua orang yang ada di meja ini" ucap Adam.

"Jaga omongan lo Dam" peringat Ceper.

"Gue ngomong fakta, kenapa lo tersinggung? Tenang aja gue belum pernah tidur sama cewek lo kalau itu yang lo takutin" Adam tertawa.

"Lo berdua jangan berantem sekarang, leher gue lagi sakit buat ngelerai lo pada setan kalau kelahi" ucap Rizal emosi.

"Kenapa Dam? Lo marah gue ngomongin si cewek aneh itu? Lo suka sama dia? Iya? Itu alasan lo putus sama Bella?" tantang Ceper.

"Gue sama Bella bukan anak kecil lagi, gue sama dia udahan, apa masalah nya, lo ganti pacar tiap minggu juga gue ngga peduli"

Ceper terkekeh "Lo emang bangsat" desis nya.

"Lo sama gue ngga jauh beda, sebelum lo nyalahin gue lo tanya sama Bella alasan kita putus, gue ngga mau lagi lo jadi kayak cewek patah hati gini tiap kali hubungan gue sama dia ada masalah, dia bukan anak kecil lagi, lo ngga usah selalu berdiri di depan dia kalau dia punya masalah"

"Terus apa yang harus gue lakuin?" tanya Ceper "Diem aja kayak orang begok waktu keluarga gue di sakitin sama orang bangsat, itu bukan gue man, mungkin itu lo tapi jangan samain gue sama kayak lo"

"Ap-" Rizal langsung menahan bahu Adam saat ia berdiri dan hendak meloncati meja untuk menghajar Ceper.

"Lo mau hajar gue? Hajar! Bokap lo pasti masih punya banyak uang buat nyuap Kepala sekolah sampai se-cucu-cucu nya kayak waktu Bokap lo nyuap media buat nyembunyiin skandal nya" Ceper tersenyum mengejek.

"Per! Tutup mulut lo, lo udah kehabisan poin lo ngga mau di keluarin dari sekolah karena berantem kan?" ucap Rizal tajam.

"Terserah" ucap Ceper tak peduli.

"Lo-" Adam mendorong tubuh Rizal, membuat Rizal yang hendak berbicara memilih diam dan membiarkan Adam pergi.

"Kampret lo Per" ucap Rizal.

"Gue cuma ngomong fakta"

"Iya tapi lo ngga usah bahas Bokap nya segala, lo tau dia paling benci sama Bokap nya"

"Halah tadi pagi juga berangkat barengan, dia cuma bikin drama aja"

"Gue ngga yakin dia pergi sama Bokap nya, dia lebih milih jalan kaki 50 kilo daripada harus di antar sama Bokap nya kali" ucap Putra "Apa dia ngga...?"

"Apa?" tanya Ceper.

"Lo tau cewek nya yang ada di Australia"

"Maksud lo tunangan nya si Agnes?" tanya Rizal "Lo gila? Mereka udah lama ngga ketemu, ngapain juga si Adam masih sama dia"

"Dia tunangan nya kampret ya pasti masih sama dia lah" ucap Putra "Bukan nya dia juga dateng ke ulang tahun nya Adam"

"Dimana? di rumah Frat?" tanya Ceper

"Bukan, di rumah Bokap nya" jawab Putra "Mereka berdua ada disana sama keluarga besar masing-masing, buat peresmian pertunangan mereka"

🐣🐣
 


"Adam!"

Adam berbalik dan melihat Venus berlari ke arah nya, baru lari beberapa meter saja ia sudah ngos-ngosan.

"Ma- hosh hosh maaf, aku hosh panggil kamu hosh, buku perpus jangan lupa di bawa ya, kartu perpus ku masih di tahan karena aku belum ngembaliin buku yang aku pinjamin buat kamu" ucap nya to the point.

"Bukan nya waktu itu lo bilang mau ambil ke apartment gue?" tanya Adam.

Venus mendadak salah tingkah "Ah... aku lupa, yang penting kamu bawa aja langsung besok okay?" ucap nya lalu melangkah pergi.

Adam menggelengkan kepala nya, ia menyampirkan tas nya di pundak lalu berjalan ke arah lain.

"Adam!"

Adam memutar mata nya, melanjutkan langkah nya.

"Hosh- hosh Adam, tunggu!" panggil Venus lagi.

"Apa lagi?" tanya Adam.

"Kamu mau kemana?" tanya Venus "Parkiran mobil disana! Kamu mabuk lem? Astaga! Bisa-bisa nya ka-"

Adam menutup mulut Venus dengan tangan nya "Diem. Bisa?"

Venus mengangguk.

"Gue ngga bawa mobil, gue pesen Grab"
jelas Adam saat Venus sudah di jinakan.

"Grab?" tanya Venus dengan ekpresi luar biasa terkejut.

Memang apa salah nya kalau cowok naik Grab?

"Ngga, ngga, Grab itu mahal untuk anak sekolahan kayak kita, lebih baik kamu naik kendaraan eksklusif milik Pemerintah, gratis" Venus menarik tangan Adam.

"Lo mau bawa gue kemana?" tanya Adam bingung.

Venus menatap Adam lekat "Just trust me"

🐤🐤
 


"Jadi ini yang lo sebut kendaraan eksklusif milik pemerintah?" tanya Adam pada Venus yang duduk di samping nya.

"Transjakarta itu eksklusif tau dan yang lebih penting gratis untuk anak sekolah"

Adam melirik ke sekitar nya, ia tak pernah naik segala macam bis umum sebelum nya, bis wisata? Pernah namun dengan kualitas yang benar-benar masuk ke dalam golongan "Eksklusif" ia tak pernah merasa harus saling berebut masuk ke dalam bis hanya agar mendapat tempat duduk atau berdesakan dengan orang asing tanpa merasa risih sedikitpun.

Ia menundukan kepala nya dan berbisik di telinga Venus "Lo ngehina Bokap gue? Kalau Bokap gue tau gue naik Bis gratis dia bakal dengan senang hati ngambil mobil gue dan nyuruh gue pulang pergi naik Bis" ucap Adam,

"Lagian, apa lo ngga tau Bokap gue selalu naik private jet untuk urusan bisnis nya dan disini gue duduk di dalam bis karena mengharapkan tumpangan gratis"

Venus melirik nya sekilas "Ini ngga gratis tau, Pemerintah yang bayar dan Pemerintah dapat dana untuk membangun infrastruktur dan transportasi dari pajak, dengan segala kekayaan Papa kamu sudah pasti Papa kamu bayar banyak pajak" ucap Venus

"Dan lagi, Papa kamu seenggak nya tau uang pajak yang dia bayar menolong banyak orang, kamu harus bangga sama Papa kamu karena itu"

Adam menghela nafas, berusaha menyenderkan tubuh nya ke sandaran kursi "Bokap gue pasti lebih bangga sama lo karena berhasil buat gue naik kendaraan umum"

Venus tersenyum "Untuk sesaat aku lupa kamu anak orang kaya Dam"

"Aku juga ngga pernah naik mobil sport sebelumnya, anggap aja ini balas budi ku ke kamu karena sudah membuat ku pernah merasakan kehidupan sehari menjadi crazy rich Asians" ucap Venus.

"Gue juga belum pernah naik bis umum" ucap Adam

"Apartment kamu adalah apartment pertama yang ku masuki dalam hidup ku" sahut Venus.

"Dan lo cewek pertama yang gue kenalin ke Bokap gue"

"Kamu cowok pertama yang bertamu ke rumah ku"

"Bahkan Alex ngga pernah masuk ke rumah lo?" tanya Adam tak percaya.

"Dia pernah ngantar aku, cuma sebatas sampai depan rumah" Venus melirik Adam "Yang pertama dan terakhir"

"Jadi, gue cowok pertama yang ngantar lo ke rumah lebih dari 1 kali?" tanya Adam.

Venus tertawa "Kalau kamu mau masukan itu ke daftar pertama kali... boleh aja"

"Gue juga satu-satu nya cowok yang lo ajak naik bis" ucap Adam.

"Aku satu-satu nya perempuan yang bisa ngajak kamu naik bis" ucap Venus tak mau kalah.

Mereka tertawa "Lo satu-satu nya cewek yang pernah ngajak gue pulang naik bis" ucap Adam.

"Well, another first time" Venus tersenyum.

Adam mengangguk.

"Jangan bilang aku perempuan pertama yang bisa buat kamu blushing" bisik Venus.

"Apa yang membuat lo berpikir kayak gitu?"

"Intuition"

Adam tertawa "Jangan bilang gue cowok pertama yang pernah cium lo?" Bisik Adam.

Mata Venus membulat, ia tak berani menatap Adam, dengan pandangan lurus ke depan, ia menggeleng namun Adam tak bisa di bohongi lewat semburat merah di wajah Venus, ia tau benar jika Venus sedang merasa malu.

Adam tertawa dan Venus bisa merasakan gerakan tubuh Adam di tubuh nya, menyalurkan listrik yang membuat nya hampir terlonjak dari kursi nya, ia melirik Adam yang masih menikmati tawa nya.

"Aku pikir lebih baik, untuk sekarang dan di masa depan kita ngga perlu bahas-bahas itu lagi"

"Kenapa?" tanya Adam, alis nya naik sebelah.

"Karena ngga seharusnya kita bahas itu" ucap Venus, ia menatap Adam serius "Kamu minta maaf sama aku tepat setelah kamu... aku pikir itu sudah jelas kalau kamu menyesal, begitupun aku"

"Gue minta maaf karena... karena..."

"Karena kamu merasa bersalah sama Bella" lanjut Venus "Kamu merasa bersalah mencium perempuan lain padahal kamu sudah punya pacar"

"Alasan nya bukan itu... dan berapa kali gue harus ngasih tau lo kalau Bella bukan pacar gue"

"Pacar atau bukan Dam yang aku tau kamu sama Bella itu pasangan dan jujur aja kamu harus nya bersyukur aku ngga nampar kamu setelah itu"

Adam melirik Venus "Apa lo juga bakal nampar Alex kalau dia... dia nyium lo?"

Venus nampak berpikir "Mungkin" jawab nya acuh "Kamu cowok pertama yang pernah aku tampar"

"Gue seneng bisa jadi cowok pertama buat lo dalam beberapa hal" ucap Adam ambigu.

Venus menoleh "Orang-orang bisa salah paham kalau denger omongan kamu Dam"

Adam menggeser tubuh nya lebih dekat, ia berucap "Untuk pertama kali nya Venus, abaikan aja apa yang orang lain pikirkan tentang kita, abaikan aja"

-----------📌

70. Divine Decree

I gave you the world
Only you were my everything
So I gave you my winter and my summer
Taeyeon - Four Seasons
 


-----------🎋

Bus berhenti, Adam menoleh ke luar jendela “Kita udah sampai?” ia tak pernah merasa begitu rindu rumah seperti ini sebelum nya.

“Belum”

Adam mengerang. Wajah nya makin tertekuk saat lebih banyak orang masuk ke dalam bis, baru saja ia berniat untuk tidur Venus sudah menarik tangan nya.

“Sudah sampai?” tanya Adam sekali lagi dalam kurun waktu kurang dari 5 detik.

Venus menggeleng, dia menunjuk pada Ibu hamil dan anak nya yang tak kebagian tempat duduk.

Tak bermaksud menjadi brengsek, Adam menahan mulut sadis nya untuk meneriaki Venus bahwa ia juga butuh tempat duduk.

Mereka berdua berdiri berhadapan, Adam berpegangan pada gantungan di atas nya sementara Venus memeluk tiang besi di depan nya.

“Apa selalu kayak gini setiap hari nya?” tanya Adam.

Venus mengangguk “Biasa nya lebih rame”

“Dimana lagi orang-orang itu di taro? Kita aja sampai ngga kebagian tempat duduk. Di pangkuan supir nya?”

Venus tertawa, ia melirik keluar, mengamati lalu lintas Jakarta di siang hari.

Adam berdiri di samping nya “Ngga terlalu macet” ucap nya, melihat kendaraan di jalan raya tidak berhenti di tempat seperti yang biasanya terjadi di jam sibuk.

“Bokap gue ternyata bayar banyak pajak” puji nya.

Venus menoleh ke arah nya, tersenyum geli “Ini jam anak sekolah pulang Dam, tentu ngga begitu rame, apalagi sekarang sudah ada MRT dan LRT, orang-orang lebih milih buat naik kendaraan umum” ucap nya “Dan terimakasih karena Papa kamu bayar pajak”

Adam tak bisa menutupi ekspresi bangga nya atau lebih tepat nya songong nya, ia tersenyum ala Donald Trump.

“Biasanya aku main tebak-tebakan nama pakai nomer plat, kamu tau misal nya B 350 K, berarti mobil nya lunas “Besok” atau B SYR 1, berarti itu mobil nya Syahrini” ucap Venus “Kamu tau, untuk mengusir kebosanan”

Adam tertawa di samping nya “Itu lumayan efektif”

“Tapi sejak ada peraturan ganjil-genap mobil jadi jarang lewat, aku jadi ngga punya hiburan” keluh Venus, mata nya masih memandang keluar jendela pada jalan raya.

“Hari ini jadwal nya genap?”

Venus mengangkat bahu nya “Ngga tau, kamu kan yang pake mobil Dam”

“Gue juga baru tau ada peraturan kayak gitu dari lo” ucap Adam.

2 mobil melintas beriringan.

“Ganjil”

“Genap” ucap Adam dan Venus bersamaan.

Venus mengernyitkan kening nya “Mungkin ini hari bebas”

“Mungkin” gumam Adam saat ia melihat mobil ber-plat ganjil kembali melintas.

“Plat ganjil, aku menang, plat genap, kamu menang” ucap Venus.

Adam melirik nya, merasa sedikit antusias “Hadiah nya?”

Venus nampak berpikir

“Cium…” bisik Adam “Di pipi, cium di pipi” tambah nya cepat saat Venus memberikan nya lirikan setajam silet.

“Itu bukan hadiah, tapi hukuman untuk aku” ucap Venus

“Gimana kalau…” Venus mengangkat tangan kanan nya ke depan wajah Adam, menyatukan jari tengah dan jempol nya “Sentil” ucap nya sambil tersenyum lebar.

“Lo yakin?” alis Adam naik sebelah “Lo ngga bakal pake kartu”Laki-laki ngga boleh mukul perempuan” kan? Kalau iya gue lebih milih cium”

Venus menatap nya tak percaya.

“Apa? Nyium lo itu bisa masuk hukuman buat gue” ucap Adam membela diri, ia merunduk untuk berbisik di telinga Venus “Gue emang pernah ngelakuin lebih dari itu tapi gue ngga nyium orang sembarangan”

“Lo pikir cuma cewek yang punya harga diri?” tanya Adam saat Venus masih memberikan tatapan menuduh pada nya “Cowok juga punya” ucap nya.

“Okay…” ucap Venus, sebelum Adam bisa tersenyum merayakan kemenangan atau hukuman nya? Venus berbicara “Aku ngga akan marah atau nangis kalau kamu sentil” ucap nya.

“Lo lebih milih di sentil daripada di cium?” tanya Adam tak percaya

Unbelievable” Adam mengangkat satu tangan nya ke atas.

Venus tertawa “Ready?

“100%” ucap Adam sarkas.

Mobil berwarna putih melaju dengan kecepatan sedang, bersama menatap sungguh-sungguh pada plat mobil putih itu, Adam tersenyum lebar.

“Lo yakin masih lebih milih sentilan daripada ciuman?” tanya Adam sambil tersenyum setan, ia sudah menggerak-gerakan jemari nya, bermaksud untuk mengintimidasi Venus.

Venus mengangguk, ia beberapa kali mundur ke belakang karena takut akan sentilan Adam.

“Wah Venus, lo bener-bener tau cara nya ngehancurin ego laki-laki” gumam Adam, ia mendekat, tangan nya menangkup dagu Venus,

Jangan nangis” ucap nya sebelum menyentil jidat Venus keras. Sangat keras.

Venus merasa tengkorak nya terbelah menjadi 2. Ia ingin menangis!.

Adam mundur selangkah, kembali memegang gantungan besi untuk menahan nya agar tak terjatuh, ekspresi kemenangan tergambar jelas di wajah indah nya. Ia berusaha keras menahan tawa nya yang seolah akan meledak kapan saja.

Venus mengusap jidat nya “Okay” ucap nya “Aku ngga nangis”

“Mata lo merah” ucap Adam geli.

“Tapi Dam, coba kamu pikir pakai logika, kamu laki-laki yang-“

“Tuh kan! Lo pake alasan gue laki-laki!” tuduh Adam tak terima.

“Dengerin aku dulu, aku bukan permasalahin kamu laki-laki nya, maksud ku disini, kamu kan sudah terbiasa pakai tangan kamu ini untuk kelahi, sedangkan tangan ku, paling keras, aku pakai gosok panci, ngerti ngga?”

Adam menggeleng, wajah nya datar “Ngga”

“Itu arti nya, tangan ku lebih lembek dari kamu” jelas Venus.

Adam mengerang, tak setuju “Jadi lo mau nya apa? gue kan sudah nawarin ciuman”

“Menurutku lebih adil kalau aku sentil kamu pakai ini” Venus mengambil penggaris dari samping tas nya tanpa mengalihkan pandangan nya dari Adam.

“Lo gila?! Lo mau nyentil gue pakai penggaris 30 cm?” Adam menggeleng-geleng “Ngga, ngga, gue bisa cacat, gue anak laki-laki satu-satu nya Bokap gue tau?”

“Ini ngga sakit kok” ucap Venus.

“Ngga sakit?! Lo belum pernah di pukul pake penggaris? Rasa nya itu kayak… kayak di sengat 1 juta semut secara bersamaan terus di sengat lebah dan bekas nya di taburi garam dan air jeruk”

“Oh Adam” ucap Venus “Aku ngga tau serendah itu toleransi kamu akan sakit, ok then, aku akan nyentil kamu pakai jari ku yang lebih mirip lidi, lemah… kaku, rapuh…”

Venus memandangi jemari nya dengan ekspresi sedih “Mungkin jari ku bakal sedikit memar… atau patah, tapi ngga papa, aku ngga mau kamu kesakitan” ucap Venus sungguh-sungguh namun Adam lebih tau apa yang sedang Venus lakukan.

“Lo bener-bener…” ucap Adam geram “Ok, lo boleh pakai penggaris dan gue cuma pakai jari, tapi kalau sampai otak gue kenapa-kenapa lo hutang banyak cucu laki-laki ke Bokap gue” ucap Adam tajam.

“Itu bisa diatur” ucap Venus tersenyum puas.

Mobil berwarna abu-abu melintas, kali ini plat ganjil.

Venus tersenyum “Kamu yakin mau di sentil pakai ini? Kalau kamu ngga cukup kuat un-“

Just do it” ucap Adam yang merasa kesal dan ngeri di saat yang bersamaan saat Venus menggerak-gerakan penggaris nya di depan wajah Adam.

Venus mendekat “Jangan nangis” ucap nya mengulang ucapan Adam.

PLAK!

Baru saja Adam hendak menikmati rasa sakit nya, Venus kembali menampar dahi nya dengan penggaris.

PLAK!

PLAK!

Orang-orang di dalam bis menatap Adam kasihan dan ngeri. Mereka terbelalak melihat seorang gadis yang keliatan “Baik-baik” itu menggampar laki-laki muda yang kelihatan “Tidak baik-baik” dengan beringas.

“AW! Lo mukul kepala gue lebih dari 1 kali!”

“Mobil di seberang juga plat ganjil” Venus membela diri.

“Gue mana liat! Anjir!” Adam mengusap dahi nya, rasa nya luar biasa perih, ia melirik keluar dan saat mata nya melihat mobil ber-plat genap lewat ia langsung menarik tubuh Venus mendekat berniat akan menyentil nya.

“Hei Nak!” teriak salah satu Ibu-ibu yang tadi menutup mata anak nya saat Venus memukul dahi Adam “Kalau kalian punya masalah di selesaikan baik-baik, jangan pukul pacar kamu, ngga baik mukul perempuan, bicarakan, coba ingat-ingat mungkin kamu punya salah”

“Atau mungkin kamu lupa tanggal enipersari” ucap Ibu-ibu lain nya.

“Cowok nya kurang peka ya mbak? Mas ada nge-love postingan cewek di Instagram mungkin” ucap mbak-mbak kuliah.

“Hah? kami ngga-“

“Mas nya selingkuh ya?” tanya yang lain.

Prasangka itu mulai membuat orang di dalam bis riuh, ada yang pro ada pula yang kontra.

“A-apa? Ngga, kami ngga ada hubungan” Adam menyenggol Venus yang diam mematung di samping nya, ekspresi bingung terlukis jelas di wajah nya.

“Uh i-iya, saya.. err saya adik nya” ucap Venus “Adik sepupu” ralat nya saat orang-orang menatap nya tak percaya.

“Kemarin dia lupa.. err lupa beli garam?” Venus melirik Adam meminta pertolongan.

“I-iya garam” ucap Adam setuju-setuju saja asal ia tak jadi di rajam massa.

“Jadi tadi pagi sarapan kita hambar” ucap Venus “Maka nya saya pukul dia di dahi, dalam ilmu kedokteran itu berguna untuk meningkatkan konsentrasi dan ingatan” tambah nya cepat.

“Iya…” ucap Adam.

Ohhhhhh” semua orang di dalam bis nampak mengangguk-ngangguk paham.

Adam dan Venus berbalik, menatap ke jendela bersamaan, bernafas lega karena telah berhasil keluar dari masalah besar.

Terutama untuk Adam.

“Ini pertama dan terakhir kali nya gue naik bis” bisik Adam pada Venus, membuat Venus yang masih di landa shock tersenyum geli.

Mobil ber-plat ganjil kembali lewat, Venus dan Adam saling melirik lalu terkekeh geli.

Memilih untuk menghentikan permainan gila mereka sebelum ada Ibu-ibu yang menelpon Kak Seto karena melihat sepasang anak muda yang berseragam sekolah saling menyiksa diri satu sama lain di depan umum.

“Bukan nya lebih banyak mobil yang plat nya ganjil” bisik Adam

“Mobil Bokap gue plat nya ganjil, ada yang genap juga tapi yang 3 ganjil, mobil gue juga ganjil”

“Oh! Mobil kamu yang plat nya… ngga sopan itu? Percaya atau ngga beberapa bulan yang lalu sebelum aku kenal kamu, aku pernah liat mobil kamu di jalan, aku lagi di dalam bis” Ingat Venus “Kamu bunyiin klakson kamu beberapa kali, bahkan sebelum aku kenal kamu secara pribadi aku sudah tau kamu orang nya kasar Dam”

“Oh ya?” ucap Adam terkejut “Percaya atau ngga, sehari sebelum ketemu lo Bokap gue nyuruh gue beli roti di toko roti yang nama nya Venus, gue nyari sampai keliling Jakarta” ucap nya “Dan sampai hari ini ngga ketemu, sesuatu yang mengandung kata Venus emang selalu nyusahin gue”

Now you find me” canda Venus

Adam melirik Venus, ia mengangguk setuju “I found you”

-----------🎊
 

71. I Love You!


 

I love you in the morning
And in the afternoon
I love you in the evening
And underneath the moon
- Skidamarink
 


------------👓

Pada halte selanjutnya Adam mengajak nya untuk berjalan kaki pulang ke rumah nya, ia bilang ia masih dalam mode trauma jadi tak masalah jika ia harus berjalan kaki 1 km lagi ke rumah nya.

Ia berjanji akan mengantar Venus dengan mobil nya, yang arti nya ia juga harus ikut pulang ke rumah Adam namun, Venus tak keberatan karena rumah Adam terletak di sebuah perumahan mewah ala Eropa, yang di sisi kanan dan kiri jalan nya di tumbuhi pohon yang amat sangat tinggi dengan rumput hijau ala rumput New Zealand.

“Gue ngajak lo pulang ke rumah gue karena lo udah terlanjur bilang sama orang-orang di bis kalau lo Adik sepupu gue” ucap Adam untuk ke 3 kali nya selama perjalanan mereka pulang.

Venus mengangguk “Dan aku sudah bilang 3 kali sama kamu kalau orang-orang di bus juga ngga bakal tau kalau aku pulang ke rumah kamu atau ngga setelah kita turun dari bis”

“Gue ngomong kayak gini supaya lo ngga salah paham” ucap Adam untuk ke 3 kali nya.

Venus mengangguk lagi “Dan aku sudah bilang 3 kali ke kamu kalau aku bukan cewek baperan”

“Baperan atau ngga, lo tetep aja cewek dan-“

“Cewek itu punya perasaan yang sentimental” lanjut Venus mengulang ucapan Adam “Aku ngerti Dam”

“Menurut ku kalau kamu ngga punya topik pembicaraan lebih baik kamu diam Dam, ini sudah cukup awkward kita jalan kaki berdua ke rumah kamu dan jadi semakin awkward karena kamu mengulang-ngulang ucapan kamu” ucap Venus.

Adam melirik Venus salah tingkah “Gue cuma ngasih tau kalau gue ngajak lo pulang karena lo udah terlanjur bilang…”

Venus menghela nafas panjang, ingin rasa nya ia menyumpal mulut Adam dengan kaos kaki nya namun ia sudah terlalu lelah berjalan kaki untuk sekedar menunduk dan melepas sepatu nya saja dia sudah tak memiliki banyak tenaga tersisa, aneh rasa nya Adam masih punya banyak energi
tersisa untuk terus berbicara sepanjang waktu.

Ohh perjalanan ini rasa nya semakin dan semakin jauh.

🐴🐴
 


“Aku penasaran” ucap Venus saat mereka sampai di depan gerbang rumah Adam yang luas dan besar nya 2 kali lipat dari gerbang sekolah mereka.

“Apa semua orang kaya benar-benar masuk ke dalam setiap ruangan di dalam rumah mereka?” tanya nya, ia menatap pada rumah besar bergaya Eropa di depan nya dengan takjub.

Adam menekan sebuah tombol “Buka” ucap nya tak sopan.

“Ruangan terjauh yang pernah gue masuki itu ruang kerja Bokap gue” ucap nya, gerbang itu terbuka otomatis menampilkan seorang laki-laki yang cukup tua, ia tersenyum memberi salam pada Adam.

“Sore Mas, Mobil nya ngga di bawa?” tanya nya.

“Di tinggal Pak” jawab Adam.

“Ada berapa kamar di rumah kamu?” tanya Venus, mengikuti Adam dari belakang.

“Ngga tau, tapi gue denger disini ada teater nya, gue juga ngga tau, ngga pernah meriksa”

Venus menganga di samping Adam dan disinilah ia, gadis dengan tipe rumah berukuran sederhana, yang tiap ruang dan jengkal rumah nya ia hapal mati saking kecil nya berdiri di samping laki-laki yang bahkan tak tau isi rumah nya sendiri karena rumah nya terlalu besar dan mewah untuk di jelajahi.

Jika Venus jahat bisa saja ia benar-benar mengaku kepada Papa Adam kalau dia benar-benar hamil, ia mungkin bisa mendapat cek 1 miliar oh atau rumah tingkat 3 di perumahan elit atau mobil yang atap nya bisa di buka tu-

“Apapun yang ada di otak lo sekarang ini, lebih baik ngga lo lakuin karna Bokap gue punya riwayat penyakit jantung” peringat Adam serius.

“Aku ngga mikir apapun” bohong Venus.

Adam menarik Venus mendekat ke arah nya “Lo tau, ekspresi lo tadi itu persis kayak ekspresi perempuan-perempuan di samping Bokap gue kalau mereka lagi butuh duit”

Pipi Venus memerah “A-apa?” Venus mendorong Adam “Ngga semua perempuan itu sama seperti perempuan di sekitar Papa kamu, aku tadi mikir alangkah baik nya kalau nanti kamu kasih aku tour singkat di rumah kamu yang luar biasa megah ini”

Adam menatap Venus tak percaya “Kalau gue ngajak lo tour di rumah gue, yang ada lo sama gue malah tersesat dan kita ngga bakal tau jalan balik ke… ke rumah gue” ucap Adam tak jelas.

“Mungkin kita bisa minta Blue print nya ke Papa kamu” ucap Venus.

Adam menatap Venus seolah kepala Venus di tumbuhi tanduk badak, ia memutar mata nya dan berjalan lebih dulu masuk ke dalam rumah.

“Sore Den, mau langsung makan?” tawar perempuan tua yang Venus perkirakan sebagai Asisten rumah tangga di rumah Adam.

“Hemm nanti aja mbok” ucap Adam “Lo tunggu disini, gue mau ganti baju, kalau lo mau minum atau apa minta aja” ucap nya.

Venus mengangguk, ia duduk di sebuah sofa besar ala Victoria berwarna kuning emas.

“Mbak nya mau minum apa?” tanya asisten rumah tangga itu.

“Air.. air putih aja” ucap Venus, di dalam hati ia berharap akan di bawakan jus namun ia terlalu malu untuk meminta.

Tak lama asisten rumah tangga Adam membawa minum dan banyak cemilan untuk Venus, ia tersenyum melihat banyak nya cemilan manis disana. Menggigit satu kue coklat yang lebih banyak coklat nya ketimbang tepung nya Venus memperhatikan setiap sudut ruangan di sekitar nya, lagi-lagi tak bisa menutupi kenorakan nya, ia terperangah dengan setiap detil hal disana, gorden di rumah Adam ukuran nya lebih besar di banding semua gorden yang ada di rumah Venus.

Ia melirik ke sekitar, tak ada tanda-tanda kehadiran Adam, bosan ia melangkahkan kaki nya ke sudut ruangan di dekat jendela besar dimana gorden sebesar kamar Venus sedang bergantung, ia menyentuh nya, mencium bau nya dan tak bisa menahan senyum nya saat teringat adegan cliché dimana seorang gadis manis biasa nya bersembunyi di balik gorden saat pacar nya mencari nya.

Di depan jendela besar itu terdapat Grand Piano berwarna coklat mengkilat.

Ia duduk disana, Do~ Re~ Mi~ Fa~ Sol~ La~ Si~ Do~ menekan tuts piano bergantian.

“Main piano orang tanpa izin itu ngga sopan, lo tau?”

Venus mengangkat kepala nya dan tersenyum, ia mengangkat tangan nya dan mengintruksikan pada Adam untuk bergabung bersama nya.

Ya, Venus memang tak tau malu.

Saat Adam duduk di samping nya, ia mulai menunjukan kemampuan bermain piano nya.

Do~ Mi~ Do~ Mi~ Fa~ Sol~ Sol~

Hanya itu yang ia ketahui, ia menoleh ke samping untuk melihat eekspresi geli Adam “Kamu tau lagu apa itu?”

Tak menjawab dengan ucapan Adam menaruh tangan nya di atas tuts piano dan melanjutkan permainan piano Venus sampai akhir.

“Aku anggap itu sebagai iya aku amat sangat tau” ucap Venus tertawa.

Do~ Do~ Sol~ Sol~ La~ La~ Sol~

Twinkle, twinkle little star~~” Venus bernyanyi mengikuti permainan piano Adam.

Mereka berdua tertawa “Itu keren” ucap Venus “Tapi apa kamu spesifik main piano untuk lagu anak-anak aja?” tanya Venus.

Adam menggeleng “Dulu waktu kecil gue les main piano dan lagu yang di ajarin ke gue lagu anak-anak semua, yang masih bisa gue mainin sampai sekarang itu yang paling simple” cerita Adam.

“Jadi kamu ngga bisa lagu pop? Lagu Heaven nya Bryan Adams misal nya, kalau kamu mau melamar perempuan, biasanya lagu itu yang sering di mainin, di dalam Restaurant, kamu duduk di pojokan pakai Tuxedo, hampir semua perempuan suka lamaran yang kayak gitu, adakan acara melamar di tv, aku ngga bisa nonton karena terlalu… cringe… tapi yah semua 
perempuan, hampir semua perempuan suka”

“Tapi apa lo suka?” tanya Adam balik.

“Hmmm” Venus menatap langit-langit nampak berpikir “Ngga”

“Kenapa?”

Venus mengangkat bahu nya “Terlalu di buat-buat? Aku bukan tipe orang yang gampang nangis, aku takut nanti kalau aku di lamar kayak gitu sama orang dan aku ngga nangis orang itu malah nganggap aku keras hati”

Adam tertawa sampai kepala nya menunduk mendengar alasan Venus “Gue sudah mikir kalau lo bakal ngarep di lamar ala-ala novel yang sering lo baca itu, mungkin lo lebih cocok di datangin langsung sama Orang tua nya”

Venus mengangguk “Aku lebih suka yang ngga banyak tingkah tapi serius” ucap Venus “Aku cuma mau menikah satu kali”

“Kalau gue mungkin ngga bakal nikah” ucap Adam.

“Ngga mungkin Dam, kamu kan butuh penerus” Venus menaik turunkan alis nya.

Adam menekan tuts Do~ berulang kali “Gue bisa nyewa rahim lerempuan kayak Christiano Ronaldo”

“Ngga” Venus menggeleng ”Ngga mungkin”

What do you think?” tanya Adam.

“Kalau kamu bakal nikah karena menghamili orang di luar nikah, kalau kamu bakal nikah lebih dari satu kali dan kalau kamu bakal nikah dengan model majalah dewasa”

“Apa ngga ada hal yang baik tentang gue di kepala lo?” gumam Adam.

Venus nampak sedikit terkejut dengan pertanyaan Adam, ia mengangkat kedua tangan nya canggung “Jangan salah mengerti, menikah sama model majalah dewasa itu bukan hal buruk, ya walaupun kalau kamu seandainya punya pilihan lain, lebih baik lagi kalau bukan dari dunia entertainment karena pergaulan nya terlalu… bebas, tapi ngga papa kalau kamu menikah sama salah satu dari mereka, ngga ada orang yang sempurna kan di dunia ini” jelas Venus sungguh-sungguh, ia tak mau membuat Adam sedih terlebih lagi jika sampai ia menangis, ia bisa dimarahi Orang tua Adam.

“Lo ngga jawab pertanyaan gue” ucap Adam.

“Ngga mungkin kan aku mau duduk di samping kamu kalau aku nganggap kamu ngga baik” Venus tersenyum, tangan nya terulur ke rambut Adam, ia mengusap nya pelan membuat poni Adam jatuh ke depan

“Kamu melanggar peraturan nomer 6 soal penampilan, poni kamu nyentuh alis” ucap Venus.

Adam menyugar rambut nya ke belakang “Sudah ngga kan?”

Venus tersenyum “Aku bisa potong rambut kamu kalau kamu mau, punk? Mohawk? Gentleman?

“Gue lebih suka rambut gue kayak gini” ucap Adam sedikit malu.

Venus menyugar rambut Adam dan membentuk nya menjadi belah tengah “Jarang ada orang yang masih keliatan ganteng waktu rambut nya di belah tengah” puji Venus.

“Menurut lo gue ganteng?” tanya Adam serius.

Venus tertawa “Ganteng itu relatif tapi jelas muka kamu bukan muka yang bisa bikin orang bad mood

Adam memandang wajah nya di pantulan piano, ia merapikan rambut nya seolah ia akan pergi ke kondangan.

“Kamu lebih mirip Papa kamu” ucap Venus.

“Oh ya? gue rasa kelakuan gue juga mirip Bokap gue” ucap Adam tak suka.

Venus mengangguk, ia menjalankan telunjuk nya perlahan di alis Adam, lalu ke hidung sampai ke atas bibir Adam dan turun ke rahang Adam,

“Alis kamu, warna mata kamu, hidung kamu, bibir kamu dan rahang kamu, semua nya mirip Papa kamu”

Adam menyentuh lengan Venus lalu menggenggam nya “Venus, lo ngga boleh megang anggota tubuh laki-laki tanpa ijin, lo bisa aja buat orang salah paham sama maksud lo”

“Oh” Venus menarik tangan nya “Maaf” ia menggaruk kepala nya yang tak gatal, merasa sedikit malu dan canggung.

“Ehmm tapi, kayak nya telinga kamu mirip Mama kamu” ucap Venus sambil memegang kedua telinga nya sendiri.

“Telinga gue?” Adam menaikan satu alis nya “Emang lo pernah ketemu sama Nyokap gue?”

“Waktu kita di restaurant…”

“Nyokap gue udah meninggal, perempuan itu Istri Bokap gue” jelas Adam.

“Oh” kini ia merasa semakin canggung, lebih dari itu bersalah seolah dia baru saja melakukan kejahatan paling keji di dunia ini, yaitu korupsi dan membunuh orang.

JENG!

Venus tersentak saat Adam dengan ke sepuluh jari nya menekan tuts piano keras, seperti saat adegan dimana kamera men-zoom wajah sang artis di sinetron.

Adam terkekeh “Muka lo lucu banget” ucap nya “Nyokap gue udah meninggal lama jadi lo ngga usah pasang ekspresi merana lo di depan gue”

“Bukan itu, masalah nya aku ng-“

“Lo mau gue mainin instrumental sedih biar suasana nya makin berkabut” tawar Adam.

Venus memutar mata nya, saat ia berpikir Adam memiliki sisi rapuh yang bisa ia tunjukan saat ia dalam keadaan normal dan tidak dalam keadaan mabuk, Adam menghancurkan fantasi nya.

“Ngga usah, Now just play me a song” ucap Venus

“Lagu apa?” tanya Adam.

“Terserah, lagu apa aja yang paling kamu bisa”

“Hmmm” Adam nampak berpikir “Lagu yang gue tau…”

“Tolong jangan lagu-lagu yang romantis, lagu-lagu yang kamu tau… untuk orang pacaran” ucap Venus “Setelah kamu selesai main piano situasi nya bisa jadi canggung…”

Adam memutar mata nya, ia menaruh jemari nya di atas tuts piano dan mulai memainkan lagu yang samar Venus ketahui namun ia sulit untuk mengingat nya.

Venus menyenggol lengan Adam pelan “Sing it

Adam menggeleng “Ngga”

“Ayolah, sekali aja, lagu apa ini?” bujuk Venus

Skidamarink

Venus mengernyit sesaat sebelum tersenyum lebar “Pantas aku kayak tau” ucap nya.

I Love you in the morning and in the afternoon~~ I love you in the evening and underneath the moon~~ Oh!, skidamarink a dink a dink, skidamarink a doo, I Love You!” Venus bernyanyi, ia menatap Adam dan mereka berdua tertawa.

Unbelievable, seorang Adam tau lagu skidamarink” Venus tertawa.

“Banyak yang lo ngga tau tentang gue” Adam mengangkat bahu nya.

“Banyak juga hal kamu ngga tau dari aku, aku kasih tau salah satu nya, aku bisa main suling” ucap Venus bangga “Kamu tau lagu nya IU yang Peach? Aku bisa mainin lagu itu, nanti, kalau ada kesempatan aku bakal main untuk kamu”

Adam hanya mengangguk.

“Adam”

Venus dan Adam mengalihkan pandangan mereka dari wajah satu sama lain, saat mendengar suara lain di ruangan itu, mereka menoleh ke sumber suara dan sama-sama menganga saat melihat siapa yang berdiri di belakang piano.

Mama Tiri Adam berdiri disana bersama dengan Agnes.

-----------------🎩
 

72. Third Wheel

If you’re not dumb, I’m sure you understand
Suzy - Bad X
 


-----------------🔰

Venus ingat sekali saat ia SD ia pernah berlibur ke sebuah kolam renang umum, ukuran nya tak lebih dari lapangan badminton, saat musim libur akan ada lebih banyak lendir manusia di banding air nya di dalam kolam.

Saat itu ia berharap, satu hari nanti ia akan memiliki sebuah rumah, sederhana saja, tapi ada kolam renang nya, untuk diri nya seorang tiap tetes air nya.

Tapi Hey! Hidup tak seindah itu bukan, Sometimes life has a cruel sense of humor, giving you the thing you always wanted at the worst time possible.

Venus punya jus alkupat di tangan nya dan setengah kaki nya tenggelam di dalam air berkaporit, jika ia tak punya malu ia akan berkata jika hidup nya sudah sempurna kenyataan nya, ia sendirian, dari jarak 5 
meter di samping nya sepasang Lovebirds tengah bernostalgia, membicarakan masa lalu dimana Venus masih jauh dari kota besar seperti Jakarta, masih bermain dengan lumpur saat mereka bermain ice-skating dan mengingat bagaimana mereka saling menolong satu sama lain agar tak kembali jatuh di atas lapisan es tipis.

Venus ingat saat ia berumur 8 tahun tempat terjauh yang pernah ia kunjungi adalah rumah guru nya yang saat itu sedang sakit, hanya berjarak 1 km dari sekolah nya.

“Ngga, waktu di jepang itu kamu kena flu karena kamu ngga tahan sama musim dingin” ucap Agnes tertawa.

“Ya wajar, aku masih umur berapa? 6…7?”

“8” ucap Agnes “Kamu 8 Dam, kamu lebih pendek dari aku”

“Kita cuma beda 2 centi” erang Adam.

2cm is a big deal” Agnes tertawa.

“Yang penting sekarang aku lebih tinggi dari kamu”

Agnes mengangguk “Itu karena kebiasaan minum susu kamu dari dulu ngga berubah”

Lagi-lagi Adam mengerang, pipi nya blushing untuk ke 5 kali nya semenjak mereka berbicara.

Venus tidak tau banyak acara anak-anak, seingat nya ia sudah menonton Spongebob sejak ia… lahir? Dan film? Oh mungkin film Home Alone bisa di golongkan film anak-anak, ia selalu menonton nya saat musim liburan tiba, itu selalu di tayangkan di Tv-tv.

“Aku ngga suka Barney” ucap Adam meyakinkan.

“Tapi kamu selalu nolak untuk main sama aku waktu Disney chanel memutar acara Barney, kamu bahkan bisa niru suara nya” Agnes tertawa.

“Yah itu karena kamu dan adik-adik ku selalu nonton acara itu”

Just admit it, it wont hurt you

Atau destinasi wisata, nope… ia tak pernah pergi ke tempat semacam itu saat ia kecil.

“Satu hari kita harus kembali ke Disney Land” bujuk Agnes.

“Yang di Hongkong atau Jepang?”

“Hongkong, kalau kamu masih belum tahan sama dingin nya Jepang” canda Agnes.

Venus meminum jus nya, memandang awan di langit yang berbentuk abstrak saat Agnes menunjuk ke atas dan berkata ia melihat kelinci, sama seperti saat mereka berada di Residence Nenek nya.

Mungkin, seperti itulah kenangan, bagi tiap orang bentuk dan arti nya berbeda dan bagi orang yang tak mengalami nya secara langsung, kenangan itu tak memiliki bentuk, tak memiliki warna dan tak berbau.

“Venus” panggil Agnes saat mata Venus tercucuk selang jus.

“Hmm iya”

“Di sekolah dia ngga menyusahkan kamu kan?” Agnes menunjuk Adam.

“Nyusahin? Emang aku gembel” gerutu Adam.

“Huh? Ngga, we’re cool, maksud nya dia cool, kalau aku biasa aja, bener-bener biasa aja” jawab Venus.

“Kamu ngga nyuap dia kan?” tanya Agnes pada Adam.

“Tanya dia, aku sudah jadi laki-laki baik selama beberapa minggu terakhir ini” ucap Adam membela diri.

“Beberapa minggu terakhir ini? berarti dulu-dulu nya nya ngga baik dong”

“Nama nya juga anak laki” ucap Adam.

“Anak laki kan ngga harus nakal” Agnes menyentuh hidung Adam sambil terkikik.

“Itu masa lalu, udah ah ngga usah di bahas orang udah ada masa depan nya” ucap Adam.

Venus yang tadi hendak meminum jus alpukat nya langsung melakukan tolehan India, ia tak percaya ia baru saja mendengar Adam menggombal perempuan, rasa nya telinga nya akan berdarah.

Venus berusaha mengabaikan cekikikan sepasang burung Lovebirds itu dengan mengingat semua nama presiden Amerika serikat, berharap bahwa hari ini akan cepat berakhir.

🐇🐇
 


Nyata nya Tidak.

Agnes dan Adam, di belakang, berjarak 7 meter dari pasangan Lovebirds itu Venus mengikuti di belakang, menikmati taman bunga di rumah mewah Adam, antara kesal dan terpesona, ia tak tau mana yang 
mendominasi.

“Kamu masih suka mawar?”

Nggak!, jawab Venus di dalam hati meski ia tau pertanyaan itu Adam berikan untuk Agnes.

Ia menyentuh kelopan pink bunga mawar yang mekar, ia heran kenapa banyak perempuan suka dengan bunga mawar, memang indah tapi lebih indah bunga Matahari, ukuran nya besar, bunga yang punya filosofi hidup jelas, menuju ke arah Matahari terbit dan tenggelam, seolah bunga itu mengatakan kepada kita untuk selalu fokus pada apa yang kita tuju, jangan lupakan kuaci nya, god! Venus tak bisa berhenti jika ia sudah memakan satu kuaci, jika ia terdampar di tengah pulau, ia akan menulis kuaci di daftar pertama hal yang paling ia inginkan.

Maksud nya kuaci gituloh… kecil, menjengkelkan tapi ngegemesin.

Venus menarik nafas lalu membuang nya, pyuhhh… dia jadi terlalu possessive jika bicara soal kuaci.

“Aw”

Venus menoleh dan mendapati Agnes tengah menggenggam jemari nya, ia mendekat.

“Kenapa Dam?” tanya Venus.

“Kena duri mawar” jawab Adam.

“Duri mawar?” entah mengapa suara Venus terdengar takjub membuat Adam mendelik pada nya.

“Aku ambilin kotak p3k dulu” ucap Adam.

Agnes menarik lengan Adam “Ngga, ngga papa cuma kena duri, ngga luka”

You sure?

Venus ingin memutar mata nya saat lagi-lagi pasangan yang tengah di mabuk cinta itu membuat scene cliché nya, bersedih ria atas luka yang tak seberapa.

Venus memilih untuk menjauh, ia sudah seperti obat nyamuk saja, duduk di sebuah Gazebo, dimana ia tak harus melihat pasangan Lovebirds itu maupun drama nya, ia memperhatikan deretan bunga yang di tanam mengelilingi air mancur, tak sebesar yang di depan namun bentuk nya sama classic nya, Venus mengeluarkan hp nya dan mengambil selfie dengan pemandangan air mancur itu.

Lagi, lagi dan lagi, ia menikmati dunia nya sendiri dengan semua pose norak nya di depan kamera.

Ia tersenyum puas, memeriksa semua foto di hp nya, ia mengernyit pada beberapa foto terakhir, Venus berbalik dan melihat sosok yang menjadi salah satu figuran di sesi photoshoot nya.

“Kamu bener-bener harus berdiri disitu?” tanya Venus jengah.

Adam mengangkat bahu nya acuh, ia sendirian.

“Seenggak nya jangan pasang muka kayak tentara bosan perang Dam!” ucap Venus, menilik pada foto dimana Adam berdiri di belakang nya dengan muka sedatar layar laptop.

Stop foto-foto” ucap Adam saat Venus kembali bergaya di depan Hp nya.

Venus mendengus “Pelit” gerutu nya “Ini Secret garden? Ngga boleh di perlihatkan ke orang umum?” tanya Venus.

“Ngapain lo disini?” tanya Adam, mengabaikan pertanyaan konyol Venus.

“Foto-foto”

“Iya maksud gue, lo ngapain disini, gue kan disana” ucap nya merujuk pada taman mawar dimana Agnes dan Adam sedang syuting drama Korea.

“Menurut ku lebih baik kalau aku ngasih kalian ruang lebih bebas untuk berduaan, kalian udah lama ngga ketemu kan?”

“Lo merasa ngga nyaman gue sama dia?”

Venus menggeleng lalu mengangkat tangan nya dan mengibaskan nya berulang kali “Ngga, maksud nya… iya… iya dalam artian aku ngga nyaman jadi obat nyamuk, you know Third Wheel? Lagian aku ngga ngerti kalian ngobrol apa, Barney? Apa itu Barney? Makanan kah… atau tokoh superhero?”

“Ngga, its fine, lo ngga usah merasa ngga enak”

“Ya tap-“ Venus mengernyitkan kening nya lalu menatap Adam tak percaya.

“Apa? kenapa ekspresi lo kayak gitu?” tanya Adam.

“Kamu… kamu sekarang jadi sopan!” ucap Venus takjub.

“Huh?”

“Jawaban kamu tadi…” Venus menutup mulut nya dengan tangan “Ngga, its fine, lo ngga usah merasa ngga enak” Venus mengkopi ucapan Adam.

Adam memutar mata nya “Lo gila”

Venus masih tersenyum “No, no, itu bagus, kamu tau? Kurangi menyumpah dan kamu bakal jadi menantu idaman semua rakyat Indonesia”

Adam mengangkat bahu nya “Yah gue coba ngurangin bicara kasar, agak susah, fuck susah banget” kutuk Adam.

Venus tersenyum maklum “I see, dia pengaruh baik buat kamu- Agnes”

Adam mengangguk “Dia ngga terbiasa sama gue yang…”

“Kasar?”

“Sebelum gue ngerusak diri gue, sebelum… sebelum kehidupan menyedihkan gue dimulai”

“Melangkah maju?” tebak Venus “Atau lebih tepat nya melangkah mundur kalau kamu mau maju dengan orang baru yang sebenar nya lama tapi belum menyelesaikan apapun itu yang sudah terjadi dalam hidup kamu selama dia ngga ada”

Hening.

Mereka berdua duduk di Gazebo dengan pikiran yang melayang tak tentu arah, meski mata mereka sama-sama tertuju pada air mancur di depan mereka.

By the way, aku ngga merasa hidup kamu menyedihkan” ucap Venus

“Kamu punya seseorang yang mencintai kamu”

“Siapa?” tanya Adam.

“Agnes” ucap Venus “Mana cincin pertunangan kalian? Jari kamu kosong” Venus menunjuk jemari Adam.

“Gue masih sekolah ngga mungkin gue pakai cincin dan lagian gue ngga pernah setuju sama pertunangan itu, gue masih muda, belum siap sama nikah-nikahan”

Venus tertawa “Sejak kapan kamu peduli sama peraturan sekolah?”

Venus memiringkan kepala nya “Tapi kamu keliatan sayang sama dia, kamu cinta dia?”

Adam mengangkat bahu nya “Gue ngga percaya cinta”

“Jangan terlalu pesimis” tegur Venus.

“Gue cuma realistis”

“Mungkin kamu cuma belum paham rasa nya, rasa nya mencintai dan di cintai dan bukan sekedar saling membutuhkan untuk tujuan tertentu” ucap Venus,

“Aku merasa kita sekarang jadi lebih dekat” Venus menyenggol lengan Adam pelan, tersenyum “Sampai kapan kamu ngga mau ngaku kalau kita teman?”

Adam memutar mata nya “Ok, sekarang lo jadi temen gue”

“Ahh senang nya” Venus menyatukan kedua tangan nya di depan dada “Kamu tau kenapa aku seneng banget bisa temanan sama kamu?”

“Karena gue kaya?” tebak Adam.

“Salah satu alasan nya” Venus tertawa “Aku ngga pernah ketemu sama orang seperti kamu, pertemuan kita singkat tapi kalau satu hari kamu menikah kamu mau kan undang aku? Derajat ku di mata orang-orang akan naik 1.000 kali lipat kalau ada Miliuner yang ngundang aku ke acara pribadi nya”

“Gue pikir lo ngga peduli sama status gue” ucap Adam pura-pura tersinggung.

Venus tertawa “Bahkan kalau aku ketemu kamu dalam keadaan berbanding terbalik dengan kamu yang sekarang, aku ngga akan menyesal pernah mengenal kamu” ucap nya tulus.

“Mana Agnes?” tanya Venus.

“Ngambil minum, lo haus?”

Venus menggeleng, ia berdiri “Mungkin aku lebih baik pulang sekarang, sebentar lagi jam pulang orang kerja, Papa kamu pasti akan terkejut kalau liat aku disini”

Adam ikut berdiri “Gue sudah janji mau ngantar lo pulang, lo bisa ikut makan malam sama keluarga gue, lo inget dulu Bokap gue pernah ngundang lo makan malam, Bokap gue jarang ada di rumah, kalau lo ikut makan malam hari ini lo mungkin bisa minta tanda tangan nya” ucap Adam, mengingatkan Venus akan permintaan konyol nya setelah bertemu dengan Papa Adam.

Venus tertawa, lagi ia menggeleng “Ngga, aku ngga enak sama Ma-“

“Dan foto bareng, lo boleh foto bareng sama Bokap gue 2 pose” tambah Adam “Gimana?”

Venus tertawa, tak mau berpikir ribet ia mengangguk “Deal

“Adam”

Ahhh lagi, Venus harus menjadi obat nyamuk saat Agnes berjalan ke arah mereka sambil membawa minuman di tangan nya.

“Kalian lagi ngobrol apa? aku masih boleh gabung kan?” tanya nya sambil tersenyum.

Tentu, karena pada akhir nya Adam dan Agnes kembali berakhir pada nostalgia mesra mereka sementara Venus menikmati kuaci yang Agnes bawa sambil mengingat nama-nama Presiden Amerika.

-----------👡
 

73. Dinner

Happiness is close
It’s not far away
It’s right next to you
Hyolin - Turnaround
 


-------------🎊

Awal nya Venus pikir makan malam kali ini, ia tak akan lagi menjadi obat nyamuk, di dalam khayalan nya ini akan seperti jumpa fans… antara Venus dan Papa Adam, seberapa buruk pun citra Papa Adam pada setiap majalah gosip murahan yang ia baca Venus tentu tak bisa buta akan kekuasaan dan kekayaan Papa Adam, maksud nya ini Ahmad Natawijana lohhh… orang yang pernah di undang Presiden ke istana negara.

Ohhh ya ya, tentu semua foto membanggakan itu terpajang jelas di tiap dinding, foto bersama Pemimpin negara, band luar negeri dan foto berlibur di destinasi wisata 7 keajaiban dunia.

Pfff… dan foto Adam saat masih kecil.

Tapi bukan itu yang menarik saat ini, Papa Adam telah datang, tak hanya sendiri namun bersama tamu kehormatan nya yang tak lain dan tak bukan Orang tua Agnes.

Oh dan jangan lupakan Trion disana, berdiri di belakang kedua orang tua nya, mengerikan sekali memikirkan jika tunangan Adam adalah adik dari laki-laki sadis ini.

Venus sangat menantikan drama apa lagi yang akan Trion bawa di meja makan.

“Jadi ini…”

“Venus” ucap Venus saat Mama Agnes menatap nya.

“Venus…?” ia menggantung ucapan nya seperti menunggu Venus melanjutkan ucapan nya namun ia sungguh tak punya apa-apa untuk di ucapkan, kecuali alis Mama Agnes yang tinggi nya lebih dari Gunung Himalaya tapi tentu ia tak akan berani mengucapkan hal itu secara langsung di depan orang nya.

Coward.

“Siapa nama panjang kamu Nak? Mungkin Tante kenal orang tua kamu” ia tertawa “Bukan nya sombong tapi Tante kenal hampir semua sosialita Indonesia, ngga hanya sosialita, pebisnis pun Tante kenal, beberapa dari mereka selalu mencoba untuk mengenalkan anak nya sama anak Tante, tapi tentu sebagai Orang tua yang baik Tante serahkan semua nya ke anak 
Tante, terlihat jelas sekali Agnes sekarang bahagia dengan Adam, bukan nya mau sombong tapi kamu tau pembalap Indonesia yang kemarin ikut F1? Tante ketemu Mama nya dan dia minta di atur tanggal biar anak nya bisa ketemu Agnes” Mama Agnes tertawa, ia menutup mulut nya dengan jemari lentik nya yang berhias cincin berlian.

Papa Adam beserta suami nya hanya mengangguk dan ikut tersenyum kecil.

Mama Agnes memandang Venus “Jadi, siapa nama Orang tua kamu?”

“Hmm Ayah saya, Rahman dan Ibu sa-“

“Ohh Rahman yang punya tambang batubara di Tanjung itu ya?” tanya Mama Agnes.

“Bukan”

“Bukan?” Mama Agnes mengernyit “Pa, bukan nya yang punya apartment di Jakarta Pusat itu Rahman juga ya?” Mama Agnes bertanya pada suami nya.

“Iya, tapi kan sekarang dia tinggal di luar negeri”

“Ahhh sama aja, kapan Ayah kamu pulang dari luar negeri, dulu Tante sama Mama kamu sering belanja bareng loooh”

Venus menggeleng “Rahman yang punya apartment itu bukan Ayah saya” ucap Venus “Ayah saya bukan pebisnis… tepat nya bukan pebisnis besar, Ayah saya punya usaha cukur rambut”

“Cukur rambut?” tanya Mama Agnes, satu alis nya terangkat.

Venus mengangguk “Ya”

“Jadi tempat cukur rambut ini… terkenalkah?”

Venus melirik semua orang yang ada di meja, menyadari semua orang menunggu jawaban nya “Usaha itu sudah di turunkan dari Kakek saya jadi banyak orang yang sudah jadi langganan disana, bahkan salah satu pelanggan kami Pak Jokowi selalu datang tiap bulan untuk di potong rambut nya padahal dia botak” Venus tertawa sendiri sementara orang di sekeliling nya menganga.

“Ya Tuhan! Pak Jokowi Presiden? Dia langganan potong rambut di tempat Ayah kamu? Apa nama barber shop punya Ayah kamu?” tanya Mama Agnes heboh.

Venus melongo “Bukan Pak Jokowi Presiden tapi Pak Jokowi pensiunan TNI, dia tetangga rumah kami dan lagi Pak Jokowi Presiden cuma botak di depan nya, ngga botak licin tapi masih ada sedikit rambut nya sedangkan Pak Jokowi pensiunan TNI benar-benar botak, Ayah saya bilang itu karena waktu muda dia terlalu sering pakai obat anti uban, rambut nya jadi rontok dan sampai sekarang ngga tumbuh” jelas Venus.

Adam yang sedang duduk di samping nya, tersedak air minum nya sendiri, Agnes langsung menepuk pelan punggung nya.

Interisting” ucap Mama Agnes dengan ekspresi sebalik nya “Lalu Ibu kamu?”

“Guru” jawab Venus “Guru SD Negeri”

“Ohh… Orang tua kamu punya pekerjaan yang… baik” ucap nya “Dia mengajar disini sekarang, di Jakarta?”

“Orang tua saya sudah meninggal, mereka meninggal dalam kecelakaan mobil”

Mendengar jawaban Venus, Mama Agnes nampak salah tingkah “Kamu yatim piatu?” tanya nya terperangah “Jadi sekarang kamu tinggal di panti asuhan?”

Venus yang baru saja hendak memasukan nasi ke dalam mulut nya, menurunkan sendok nya “Iya saya yatim piatu tapi saya tidak tinggal di panti asuhan”

“Kamu di angkat anak orang?”

Venus menggeleng “Saya tinggal dengan Tante saya”

“Apa pekerjaan Tante kamu?” ekspresi Mama Agnes mulai berubah dari yang tadi nya terlalu heboh menjadi prihatin.

“Karyawan- Karyawan swasta”

“Ma… Venus ngga nyaman di tanyai kehidupan pribadi nya di depan orang yang ngga dia kenal” tegur Agnes.

Nono Mama cuma tanya, kamu tau keluarga kita punya Yayasan yang cukup besar, bukan nya Mama mau sombong” Mama Agnes melirik Papa Adam “Ya kan Ahmad, kamu sendiri sering menyumbang di Yayasan yang keluarga kami kelola, Venus tolong jangan salah paham tapi Yayasan kami bisa memenuhi semua kebutuhan hidup kamu, menunjang sekolah kamu bahkan kalau kamu mau kuliah, Yayasan keluarga kami bisa membantu ka-“

“Ngga” potong Adam, ia yang dari tadi hanya duduk diam mendengarkan cerita Venus dengan geli, memotong ucapan Mama Agnes.

“Venus murid pintar di sekolah, dia ngga butuh bantuan dari Yayasan Tante untuk bisa melanjutkan sekolah, selain itu dia juga sering ikut Olimpiade dan selalu menang, jadi Adam yakin setelah dia lulus nanti, dia ngga akan kesulitan untuk kuliah karena Universitas ternama di Indonesia pasti akan berebut ngasih Venus beasiswa”

“Aku? pintar?” ucap Venus tak percaya, tentu ia percaya bagian ia pintar tapi ia tak percaya bagian dimana Adam mengatakan kalau ia pintar.

Mungkin ia salah dengar.

Adam melirik nya kesal “Ya lo, siapa lagi, gue? Lo bahkan bisa ngerjain tugas gue walau kita beda jurusan”

“Papa pikir, Venus cuma membantu kamu belajar bukan nya mengerjakan tugas kamu Dam” ucap Papa Adam, sedari tadi ia hanya menanggapi omongan heboh dan tidak sombong Mama Agnes dengan mengangguk atau jawaban singkat seperti Iya atau Tidak sementara Mama Adam well… Mama tiri Adam menanggapi nya dengan sopan, tidak dengan kalimat pendek namun menjawab semua pertanyaan Mama Agnes.

“Oh ngga… ngga, awal nya memang begitu tapi beberapa bulan terakhir dia sudah bisa nyelesaiin tugas nya sendiri, awal nya, aku yang nulis semua tugas nya full lalu perlahan, aku yang nyari jawaban dia menyalin dan akhir-akhir ini, dia mulai bisa nyari jawaban nya sendiri, dia bahkan sudah bisa nulis nama nya sendiri” puji Venus.

“Sudah gue bilang, dari dulu juga gue bisa nulis nama gue” ucap Adam tak terima.

“Ini teman kamu yang kamu bilang jadi guru les pelajaran kamu Adam?” tanya Mama tiri Adam.

“Iya” jawab Adam tanpa melirik Mama tiri nya “Dan Papa ingat, Papa pernah ngundang Venus makan malam tapi Papa ngga pulang ke rumah?”

“Oh ya? mungkin Papa lagi ada meeting di luar, tapi setidaknya sekarang Papa punya kesempatan untuk makan dengan teman kamu, yang pasti nya punya pengaruh besar dalam hal akademik di sekolah kamu” ucap Papa Adam

“Om sangat berterimakasih karena kamu sudah membantu Adam, biasa nya Adam akan pura-pura tertidur atau melakukan hal-hal yang membuat guru les nya mundur walau baru 3 hari mengajar, Om berhutang budi dengan kamu Venus”

“Ngga usah berterimakasih” ucap Venus tak enak “Kalau bukan kemauan dari diri Adam sendiri, siapapun yang mengajar pasti ngga akan berguna, lagipula saya yang harus nya berterimakasih sama Pak Om karena… saya sudah sering menonton di Tv Pak Om jadi suatu kehormatan untuk saya ada di meja makan yang sama dengan Pak Om” ucap Venus jujur, ia tak bisa menyembunyikan jiwa fan-girl nya di depan idola nya.

Mama Agnes tertawa “Kamu sangat terkenal bahkan anak SMA mengenal kamu” ucap nya pada Papa Adam, membuat orang yang ada di meja makan tertawa anggun.

Adam terkekeh di samping nya “Semua teman Adam pun tau Papa”

“Teman-teman kamu Orang tua nya rekan bisnis Papa kamu, Adam” ucap Mama Agnes.

“Venus yang Orang tua nya bukan rekan kerja Papa pun tau, Papa pikir darimana dia tau? Dari majalah gosip murahan”

Ya Tuhan, Venus menganga, berusaha menutup mulut Adam yang sedang mengadu domba ia dan Orang tua nya sendiri.

“Dam…”

“Sebenernya bukan cuma Venus, Adam pun pernah beli majalah nya, ngga cuma majalah, di media sosial pun ada, Papa ingat artis dangdut yang kemana-mana bawa ular itu? dia pernah Dm Adam di Ig nanyain kenapa Papa ngga datang ke hotel”

Venus tersedak air minum nya, kali ini Adam mengelus pelan punggung nya, namun Adam belum berhenti bicara.

“Bahkan Putra, temen Adam pernah liat secara langsung Papa makan malam sama Mahasiswi yang usia nya cuma beda 2 tahun sama Adam”

Batuk Venus tak mereda malah semakin nyaring, ia merasa ada batu mengganjal di tenggorokan nya.

“Pembantu di rumah Rizal pun bahkan pernah nanya langsung ke Adam apa bener Papa itu punya istri di tiap Provinsi, tentu Adam jawab ngga, karena kenyataan nya Papa punya simpanan di setiap Kabupaten”

“UHUK! UHUK! UHUK!”

“Lo makan apa sih sampai kesedak gini?” tanya Adam heran.

“Cukup” Ucap Papa Adam tegas “Adam masuk ke dalam kamar kamu, Makan kamu sudah selesai”

Adam berdiri “Adam memang sudah kenyang, lagian siapa juga yang makan Lobster malam-malam begini, bikin penyakitan” ucap nya ketus, ia menarik Venus berdiri.

“Ayo” perintah nya, tak mau membuat Adam marah, Venus menganggukan kepala nya kepada semua orang di meja makan untuk pemirsi, ia melihat Trion sekilas memandang nya sambil tersenyum sinis, ia takut Trion akan mengucapkan kalimat yang akan membuat Adam berkata-kata nyinyir, tak hanya pada Orang tua nya tapi juga untuk Orang tua Trion.

“Adam” Papa Adam memanggil nya dengan nada kebapak-an yang sangat tegas, namun Adam tetap melangkahkan kaki nya keluar dari ruang makan hingga mereka –setelah menempuh jarak yang amat sangat jauh- berhasil sampai di pintu utama rumah Adam.

You okay?” tanya Venus saat mereka sudah masuk ke dalam mobil.

“Menurut lo gimana?” tanya Adam ketus.

“Menurut ku kamu baru aja ngasih kesan buruk ke calon Mertua kamu” jawab Venus jujur.

“Lo pikir gue peduli?” tanya nya, menginjak pedal gas “Gue ngga suka cara mereka bicara, seolah mereka yang paling hebat”

Venus tersenyum geli “Kamu ngga sadar kalau cara bicara kamu juga kayak gitu?”

Adam melirik nya sinis, mata nya kembali fokus ke jalan raya.

“Tapi Dam, bukan nya aku bermaksud sombong” Venus meniru ucapan Mama Agnes “Aku merasa tersanjung kamu bela aku tadi, kamu ngga mengharapkan balas budi kan?”

Adam mendengus “Lo pikir tadi gue bela lo, gue cuma ngasih tau fakta, seharus nya mereka lebih tau topik apa yang pantas di bicarain di meja makan dan lo, apa lo ngga marah denger omongan nya itu orang, gue yang denger aja kesel”

“Kalau aku yang dulu, aku mungkin akan sakit hati sama apa yang Mama Agnes ucapin ke aku, tapi semenjak aku terbiasa bicara sama kamu, aku paham kalau cara bicara orang di dunia ini berbeda-beda, ada yang kedengeran kasar walau maksud nya baik, ada yang ucapan nya manis tapi sebenarnya dia sedang menghina, aku nganggap itu seperti film yang membosankan, harus ku tonton dan ku dengarkan tapi kalau film nya sudah berakhir aku ngga punya kepentingan untuk menyimpan film itu di memori ku… tapi aku merasa, makan malam malam ini ngga akan bisa ku lupakan…”

“Karena gue mempermalukan Bokap gue di depan lo?” tebak Adam.

“Bukan” Venus menggeleng “Ini pertama kali nya aku makan malam di rumah orang kaya dengan sajian enak dan mewah dan hanya makan 2 sendok terus pergi, seharus nya bagaimanapun kamu marah nya sama Papa kamu, kamu bisa minta bungkus nasi untuk kita berdua sebelum pergi Dam” ucap Venus tiba-tiba kesal.

Adam memutar mata nya “Entar lo makan aja di apartment gue, gue juga masih laper”

“Di apartment kamu? Kamu mau suruh orang rumah antar makanan ke apartment kamu?.... atau kamu mau pesan makanan? Aku yang pesan ya, aku yang pesan kamu yang bayar, deal!

Deal apaan, di apartment gue ada mi rebus entar gue yang masak sebagai ganti rugi karna lo ngga jadi dapat tanda tangan Bokap gue, kalau foto lo bisa download di google ntar gue suruh temen gue edit biar kayak lo lagi foto bareng sama Bokap gue”

“Seharus nya kamu marah setelah kita berdua selesai makan Dam!”

“Emang nya marah bisa di tahan?” ucap Adam kesal.

“Ya bisalah, kemaren aja kamu bisa nahan Buang air besar sama pipis kamu bersamaan, kenapa marah aja ngga bisa?” ucap Venus masih belum menerima kenyataan kalau ia tak jadi makan lobster tapi malah makan mie rebus.

“Ah udahlah, lobster juga banyak lemak nya nanti lo malah sakit lagi makan lobster malam-malam” ucap Adam yang sedikit banyak merasa bersalah.

“Kamu pikir makan mi rebus lebih sehat, aku ngga pernah makan lobster Dam” ucap Venus dengan ekspresi nelangsa.

“Iya, iya entar lo ulang tahun gue beliin lobster”

“Tapi ulang tahun ku sudah lewat, 7 bulan yang lalu”

“Oh ya? ya tinggal nunggu lo ulang tahun aja lagi, susah amat”

“Tapi tahun depan kan aku sudah kuliah, kita sudah ngga sama-sama lagi”

“Lo masih tinggal di Bumi kan?” tanya Adam “Asal lo ngga pindah ke planet lain, kemanapun lo pergi pasti bakal gue temuin bahkan ke ujung dunia sekalipun”

-----------📜

74. Ukulele

I'll give you the world
You can be the owner
This is a crazy love song
You can just be the main character
G-Dragon Ft. Lidya Paek - R.O.D
 


-------------💣

"Aku mau bicara sama kamu"

"Bicara aja" ucap Adam datar.

"Ngga disini" Bella melirik pada anggota frat, mereka berpura-pura tak menyadari kebersamaan 2 mantan pasangan paling heboh di sekolah itu dengan berbicara satu sama lain.

"Gue lagi mager" ucap Adam malas.

"Kamu apa?- Kamu ngga bisa kayak gini terus Dam, aku sudah coba bicara sama ka-"

"Tunggu" tegur Rizal "Kalau kalian mau kelahi soal hubungan seksual kalian yang kurang memuaskan satu sama lain mending jangan disini, ntar jadi canggung"

Adam meneguk beer kaleng nya dan berdiri, tidak mau teman-teman nya merecoki percakapan yang ia pikir akan menjadi lebih drama dari sebelum nya.

Masuk ke dalam kamar nya di rumah frat, Bella berdiri di belakang nya bersedekap dada, lingkaran hitam di mata dan wajah pucat Bella adalah sesuatu yang tak bisa Adam abaikan.

"Lo make berapa banyak sama si Cleo?" tanya Adam.

"Aku ngga pakai lagi sama dia, kami sudah putus dari 3 hari yang lalu"

"Terus mau lo sekarang apa?"

"Aku- aku mau kita kembali lagi kayak dulu"

"Kita kembali lagi ke Aku-kamu?" tanya nya sinis "Lo yang mau kita udahan Bel, gue capek, gue udah janji sama lo ngga bakal ninggalin lo, lo lebih milih si Dj pengedar itu daripada gue, itu pilihan lo tapi kalau lo udah bosen sama si pengedar itu lo ngga bisa tiba-tiba minta gue balik sama lo, lo pikir gue pelacur lo"

"Aku salah, aku pikir dia bisa buat aku bahagia-"

"Lo mau sama dia karena dia ngga bakal ngelarang lo pake narkoba lagi! Dia bahkan bisa nyediain barang buat lo, gue emang yang ngerusak lo Bel, gue yang pertama kali ajak lo pake, tapi gue udah berhenti dan tiap kali gue larang lo pakai lo selalu cari-cari kesempatan di belakang gue buat make!"

Bella terbelalak, ia pikir selama ini Adam tidak tau kelakuan nya di belakang nya, karena Adam nampak biasa saja saat bertemu dengan nya.

"Lo pikir gue begok? Itu yang lo pi-"

"Kalau malam itu kamu ngga kecelakaan dan buat anak kita mati, aku pas-"

"LO SELALU NGEBAHAS ITU!" ucap Adam nyaring "Lo pikir gue ngga ngerasa bersalah?! Satu-satu nya alasan gue masih mau bertahan sama lo sampai lo minta putus sama gue karena gue ngerasa bersalah!" ucap Adam frustasi.

"Rasa bersalah ngga akan ngembaliin anak ki-"

"Stop bilang anak kita, lo gila? Gue masih muda dan lo sendiri yang sebelum nya mau aborsi"

"Aku bicara kayak gitu karena kamu ngga mau tanggung jawab!"

"Terus apa yang lo harapin dari cowok yang masih 15 tahun! Kita sama-sama rusak! Kalau lo mau tetep rusak lo bisa balik ke mantan lo yang pengedar itu tapi kalau lo mau berenti, gue bisa bantu lo tapi gue ngga janji mau balik sama lo"

Wajah Bella memerah dan basah, ia menatap Adam tak percaya "Semudah itu, kamu... kamu yang buat aku kayak gini! Kamu yang buat aku jatuh ke dunia malam, hamil di luar nikah dan sekarang kamu ninggalin aku begitu aja!"

"Lo ngga bakal berakhir kayak gini kalau lo bisa bedain mana cowok yang baik sama ngga Bel, harus nya lo sudah tau itu sejak awal Ceper ngenalin lo sama gue, gue bukan cowok baik-baik dan lo ngga seharusnya mau punya hubungan apapun lagi sama gue" ucap Adam.

"Ini karena Agnes kan?" tanya Bella di antara tangis nya.

"Dia ngga ada hubungan nya sama putus nya kita, lo lupa? Lo yang minta putus sama gue bahkan setelah gue kelahi sama si Cleo lo tetep mau sama dia!"

"Aku buat kesalahan, okay? Aku buat pilihan yang salah"

"Gue ngga peduli, gue cuma mau terlepas dari lo aja" ucap Adam.

"Terlepas dari aku?" tanya Bella tak percaya, ia menatap Adam lekat dari mata merah nya, ia tersenyum sinis "Sebelum itu sebaiknya aku harus ketemu sama Papa kamu, aku harus ngasih tau dia bagaimana Anak nya bertingkah menjadi pecundang dengan ngga mau bertanggung jawab dan membunuh cucu nya"

Adam menatap Bella tajam "Gue bisa bilang yang sama ke Bokap lo, gimana liar nya anak nya di atas tempat tidur waktu ngelayanin gue apalagi setelah lo gue cekokin pake narkoba, gue yakin Bokap lo langsung mati di tempat begitu tau anak perempuan satu-satu nya punya tingkah kayak perempuan jalang"

"How dare you..." desis Bella "Kamu ngga bakal berani bilang kayak gitu!"

"Lo nantang gue? Lo lupa siapa gue? Gue bisa buat hidup lo hancur Bel" ancam Adam.

Bella menatap nya lalu tersenyum sinis "Lakukan aja, Lakukan apa yang ingin kamu lakukan dan tunjukan ke semua orang bagaimana mirip nya kamu seperti Papa kamu dan kalau sesuatu terjadi sama Orang tua ku, kamu, walau kamu ngga menusuk pisau ke dada Papa ku atau meracuni makanan nya tapi perlakuan dan ucapan kamu yang akan menjadi penyebab kematian Orang tua ku nanti, Kamu memang sangat mirip dengan Papa kamu Dam, sama-sama brengsek... sama-sama pembunuh"

🐐🐐
 


Begitu Bella pergi dengan wajah penuh air mata, Ceper datang, membuat Adam semakin yakin jika sebentar lagi akan ada perang dunia ke 3 di rumah frat, merasa pusing dan tak punya sedikit pun kesabaran tersisa di badan nya, Adam memutuskan untuk pulang, Ricki dan Ricko juga Putra mengikuti nya sedangkan Rizal sibuk berpacaran dengan pacar baru nya.

Mereka pergi ke apartment Adam yang akhir-akhir ini relative aman dari gangguan Papa nya, sejak kedatagan Venus dan Adam yang mengenalkan nya pada Papa nya, perlahan Papa nya mulai menaruh kepercayaan pada teman-teman Adam.

Tentu saja, Venus merupakan contoh baik untuk di jadikan "Teman" selain pintar, ia juga punya sifat alami yang mudah untuk tersentuh, membuat Adam mudah memanfaatkan nya.

Tak jarang ia menghabiskan waktu nya bersama Bella di malam hari dengan alasan sedang belajar bersama Venus pada Papa nya, saat itu prioritas utama nya adalah kenyamanan Bella, ia tau bagaimana tak suka nya keluarga nya akan Bella, jika saja Bella bisa sedikit saja bersikap layak nya orang yang memiliki sopan santun dan perempuan baik-baik, bukan masalah besar bagi nya untuk memiliki hubungan secara terbuka dengan Bella, masalah nya hal itu sangat sulit di lakukan jika Adam sudah merusak Bella.

Hal yang sampai detik ini ia sesali.

Ia merebahkan tubuh nya di sofa, mencoba menenangkan pikiran nya saat Ricki dan Ricko mulai menyalakan PS untuk bermain dan Putra, entah dimana keberadaan nya, ia hanya bisa mendengar suara nyanyian sumbang nya.

Adam mengusap wajah nya kasar, ia di kuasai rasa takut, marah, gelisah dan kecewa. Ia benar-benar tak tau apa yang harus ia lakukan saat ini.

Teringat oleh Adam bagaimana Venus selalu duduk di bawah, di atas karpet dengan punggung menempel sofa, membuka buku-buku nya dan terus-terusan menggerutu tentang ini dan itu, dulu ia merasa harus membiarkan nya ia ingin mengalihkan semua perhatian yang di terima Bella pada Venus, waktu berlalu dan Adam ingin tertawa saat ia mulai terbiasa dengan keberadaan Venus di sekitar nya.

Sisi sofa di samping nya bergerak, Putra duduk disana sambil membawa Ukulele dan minuman, ia menyalakan rokok dan menghembuskan nya tanpa ragu di depan wajah Adam.

"Putus cinta itu biasa yang ngga biasa itu lo dan Bella, apa ada sesuatu di antara kalian berdua yang ngga lo kasih tau ke kita?" tanya Putra serius.

Adam menggelengkan kepala nya, ia merasa ingin sekali saja membagikan masalah hidup nya pada seseorang agar ia tak terlalu gila memikirkan segala jalan keluar masalah nya sendiri namun, berapa kali pun ia mencoba untuk lebih terbuka pada teman-teman nya ia tak bisa.

"Ngga ada" ucap nya bohong.

"Man, lo bisa cerita ke gue" ucap Putra.

"Lo tau sendiri gue deket sama dia lama, cuma itu, mungkin gue cuma lagi ada di fase alay setelah putus" jelas Adam.

"Tapi selama ini lo memang alay Dam!" sahut Ricko, bergabung dengan mereka.

"Kita bisa cari cewek seksi buat lo, supaya lo bisa berenti galau karena putus dari Bella"

"Gue ngga galau!" ucap Adam tak terima, kata galau membuat nya terdengar seperti perempuan patah hati dan ia tak suka itu.

"Lo tau, Dinda, anak kelas 10-3, yang bodi nya kayak biola?" tanya Ricki.

Adam mengernyit.

"Yang rambut nya di rebonding" sahut Ricko.

"Pakai behel" ujar Ricki.

"Dan pakai rok"

"Ngga, gue ngga tau" ucap Adam jujur.

"Dia suka sama lo, lo inget surat yang ada di loker lo?" tanya Ricki.

"Itu dari kami" ucap Ricko bangga, lalu mereka saling ber-high-5 ria.

"Kalian nulis surat cinta buat gue? Anjir!" Adam bergidik jijik.

"Bukan kami" sahut Ricko

"Sebenarnya kita" sahut Ricki.

Ricki mengangguk setuju.

"Dia yang nulis" ucap Ricko.

"Dan kami yang naro di loker lo"

"Ha?" ucap Adam tak mengerti, ia tak ingat menerima surat apapun di loker nya dan itu membuat nya teringat sesuatu, jika ia berbagi sandi loker dengan Bella. Bagus sekali.

"Gue ngga terima apapun dan gue ngga peduli kalau Diana suka sama gue"

"Dinda Man, nama nya Dinda" ucap Ricko.

"Apapun nama nya" jawab Adam acuh, ia mengambil keripik kentang di meja dan memakan nya.

"Atau lo bisa daftar di aplikasi kencan kayak di tv-tv!" saran Putra.

"Lo ngehina Adam? Menurut lo dia ngga bakal dapat pacar di dunia nyata?" sahut Ricki.

"Bukan itu maksud gue, ya kalau lo... udah ngga tahan punya pacar lagi"

"Bukan nya lo sama Agnes?" tanya Ricko.

"Nah yang itu baru cocok!" ucap Putra.

"Siapa yang bilang?"

"Putra" seru Ricki dan Ricko bersamaan seperti anak-anak.

"Put, lo nyebarin gosip soal gue!?" tanya Adam kesal.

"Yah... yang gue denger dia datang ke ulang tahun lo, ya kan? Gue ngga asal omong, itu fakta! Ngga usah malu, Agnes itu cantik" ucap Putra.

"Bukan masalah cantik atau ngga nya tapi lo tau kan kalau gue masih belum clear sama Bella"

"Ahh clear-clear apaan, lo pikir shampo?" ujar Putra, mengambil ukulele di bawah kaki nya.

"Bicara soal iklan shampo" ucap Ricki "Gue suka model sampo yang baru"

"Lo suka semua model sampo" sahut Ricko.

"Dan lo suka semua model sabun" ucap Ricki tak mau kalah.

Mereka tertawa, Adam mengambil kaleng minuman nya dan membuka nya, ia meminum nya pelan, saat Putra memetik senar ukulele tiba-tiba jantung nya berdegup kencang untuk satu alasan yang tidak ia ketahui, petikan lain nya terdengar dan semua mendadak sunyi kecuali petikan senar ukulele yang menggema di kepala nya dan saat sesuatu menyengat di kepala nya, samar, sebuah gambaran muncul di kepala nya.

"Somewhere over the rainbow~~~ way up high~~~"
 


 

"I'm Taylor Swift"
 


 

"She's not just a girl"
 


 

"Gosh! Kamu benar-benar kayak anak kecil"
 


 

"How's school?" tanya Venus canggung
 


 

"Suck"
 


 

"Kenapa lo ngga datang?"
 


 

"Aku pikir kamu ngga akan suka kalau aku datang"
 


 

Adam mengangguk "Memang"
 


 

"Ngga ada? Bahkan lo?" mata Adam menatap nya polos seperti anak kecil.
 


 

"Somewhere over the rainbow~~~ way up high~~~"
 


 

"Sekarang aku tau kenapa Bella cinta mati sama kamu Dam" ucap Venus.
 


 

"Gue ngerusak masa depan nya, cita-cita nya, gue ngerusak hidup nya..." Adam mengusap wajah dan rambut nya kasar.
 


 

"You love her?" tanya Venus
 


 

"Somewhere over the rainbow~~~ way up high~~~"
 


 

"Kamu... pernah menghamili Bella?" tanya nya hati-hati.
 


 

"Jawab aku dulu, apa maksud nya kamu merusak hidup Bella?"
 


 

"Gue bunuh"
 


Byur! Adam menyemburkan soda di mulut nya tepat ke wajah 3 teman nya, membuat mereka yang sedang tertawa dan bernyanyi, berhenti melakukan segala nya dan melongo, memandang Adam tak percaya.

Ricki yang pertama kali sadar, ia segera membuka mulut nya untuk menyumpah Adam.

"Ehh anjing, lo nyembur muka gue!"

Adam tak membalas ucapan Ricki, mata nya melotot dan seluruh darah di wajah nya menghilang membuat wajah nya berwarna pucat di ikuti ekpresi panik dan takut, ke tiga teman nya menatap nya emosi dan heran.

"Dam lo kesurupan ya?!" tanya Putra marah sambil mengelap wajah nya dengan kaos.

"Why you do that?!" teriak Ricko tak terima.

Pertanyaan Ricko, aneh nya malah membuat Adam menjerit panik, membuat ketiga nya terloncat dari tempat duduk nya, menatap Adam bingung.

Adam mengusap wajah, rambut hingga tengkuk nya kasar dan berulang-ulang seperti mesin setrika otomatis rusak, mata nya menatap ke arah manapun selain mereka bertiga.

"Why you do that?"

"I don't know"

"Dam, lo-" ucap Putra namun segera di potong Adam.

"Gue ngasih tau dia!" ucap nya serius.

"Huh? Lo ngasih tau siapa apa?" tanya Putra bingung.

"Bella! Shit!" teriak Adam panik.

"Adam- guys kayak nya dia beneran kesurupan!" teriak Ricko panik.

"Lo mau kita panggil Bella?" tanya Ricki berusaha bersikap normal meski ia pun takut.

"Lo gila?!" ucap Adam emosi.

"Apa yang sebenernya lo kasih tau ke dia?" tanya Putra meski ia tak tau "Dia" yang Adam maksud ini siapa.

"Semua nya!"

"Dan apa tepat nya itu?" tanya Putra penasaran.

"Bella! Lo ngga punya pertanyaan lain ya, sudah gue bilang kan gue ngasih tau semua nya tentang Bella"

"Dam, jangankan gue, mereka juga ngga ngerti lo bilang apa?" ucap Putra.

"Kayak nya dia harus di sembur juga!" teriak Ricko heboh.

Adam mengacak rambut nya frustasi, hingga membuat nya berdiri tak beraturan, ia mengangkat-ngangkat tangan nya seperti orang gila lalu meninjukan kedua tangan nya ke langit, membuat ketiga teman nya menganga ketakutan.

Ricko segera berlari mengambil air dari kaleng soda, memenuhi mulut nya dan bersiap akan menyemburkan nya pada Adam yang masih bergumam tak jelas tentang "Dia" "Bella" "Semua" "Ketahuan" namun saat ia sudah akan menyemburkan air soda di mulut nya, Adam berjalan ke samping hingga membuat Putra dan Ricki lah yang terkena semburan nya.

Meninggalkan kepanikan lain, Adam berjalan keluar dari apartment dengan tergesa, perlahan namun pasti di antara pikiran sadar nya, Adam kembali mengingat jelas malam itu, malam saat ia terbaring bak mayat hidup di atas sofa nya setelah mabuk-mabukan dengan Bella, setengah bahagia, setengah frustasi Bella tak mau lagi kembali pada nya.

Malam yang sama saat ia mengakui semua dosa nya pada Venus dan penjahat kecil itu telah memanfaatkan keadaan tak sadar nya untuk menggali rahasia nya.

----------------🎍

75. Fucked Up


 

Yesterday I saw a lion kiss a deer
Turn the page maybe we'll find a brand new ending
Adam Levine - Lost Stars
 


---------🔮

Venus terbelalak, lebih tepat nya hampir meloncat saat melihat siapa yang berdiri di depan pintu rumah sederhana nya, Lord Voldemort!... alias Adam.

“Kejutan yang menyenangkan” ucap nya dengan nada kaku.

Saat Adam masih berdiri diam di tempat nya, Venus mencoba tersenyum –Yang lagi-lagi kaku- “Kamu ngga salah rumah kan?”

“Atau aku yang salah rumah?” gumam Venus sambil melongo ke dalam rumah nya, ia yakin ini rumah nya sendiri –lebih tepat nya rumah Tante nya-

“Lo yang malam itu… lo kan?” tanya Adam terputus-putus.

“Apa?” tanya Venus bingung.

“Malam itu, waktu gue mabuk, lo yang datang ke apartment gue kan?” Adam menyipitkan mata nya.

Venus tergagap, ia berniat berbohong tapi ia tau jika itu akan merugikan diri nya sendiri, lagipula saat itu Adam sedang mabuk bukan nya amnesia, sudah pasti ia akan mengingat malam itu cepat atau lambat.

“Aku… ya” Venus mengangguk “Aku datang ke apartmen malam itu dan kamu mabuk… berat” bisik Venus.

“Apa aja yang sudah gue omongin ke lo?” tanya nya.

“Dam…” Venus menatap nya dengan tatapan memohon, ia berbalik dan melihat ke rumah nya, ada Adik nya Hugo disana, ia takut Adam akan melakukan sesuatu yang gila lagi, misal nya memperkosa Adik nya.

Ok, itu berlebihan, tapi siapa tau?

Just tell me” ucap Adam tegas “Gue mau tau seberapa banyak yang sudah lo denger… atau lo tanyakan” desis nya.

Venus merona malu saat kejahatan nya ketahuan, ia menatap Adam dan menggeleng “Not here” bisik nya.

Mereka berjalan ke taman, dimana Venus dan Adam untuk pertama kali nya menikmati momen damai dalam hidup mereka berdua, saat mereka melihat Matahari terbit sambil memakan es krim, Venus merasa itu baru terjadi kemarin atau lebih tepat nya beberapa jam yang lalu.

Taman itu hanya berjarak beberapa ratus meter dari rumah nya dan cenderung tak di datangi saat malam, tempat yang sempurna untuk menyiksa Venus namun, bukan itu yang Venus takutkan saat ini, melihat Adam, mengenal nya untuk waktu yang cukup singkat ia mulai terbiasa dengan sikap monster Adam.

Venus memandang Adam di bawah sinar rembulan, ia menatap Adam simpati juga takut “Aku minta maaf-“

Cut the crap, lo sudah tau semua nya?” tanya Adam marah.

“Ya-“

“Dan lo merasa punya sedikit kesempatan buat ngasih gue lebih banyak pertanyaan walau lo tau gue lagi mabuk?!” emosi Adam meningkat.

“Aku ngga- Ya!” ucap Venus, memutuskan untuk jujur saja “Aku tau apa yang aku lakukan saat itu salah, aku minta maaf tap-“

“Tapi apa? Seberapa banyak yang sudah lo denger?”

“Dam…” Venus memohon

“Pergi sekarang, lo bisa ngasih tau ke semua orang! Pergi! lagian ini yang lo mau kan?!” ucap nya marah.

“Adam…” lirih Venus

“Apa lagi yang lo tunggu ha? Atau lo bisa datang ke rumah Bokap gue sekarang, dia bisa ngasih lo apapun yang lo mau bahkan kalau lo mau beasiswa ke luar negeri atau uang berapa banyak pun yang lo mau, lagipula lo ngga ada beda nya sama perempuan-perempuan murahan yang bisa Bokap gue bel-“

PLAK!

Tangan Venus bergetar, ia menatap Adam marah namun juga kasihan, Adam menatap nya balik tak percaya akan apa yang telah Venus lakukan pada nya, tentu Venus pernah menampar nya namun, dalam konteks yang berbeda.

“Berhenti menyamakan semua perempuan di sekitar kamu seperti semua simpanan Papa kamu, karena percaya atau ngga, hanya karena kami punya Rahim dan jenis kelamin yang sama bukan berarti kami semua punya sifat yang sama” ucap Venus tersengal, menunjukan sorot kekecewaan dan marah nya lewat mata nya.

“Dan asal kamu tau, malam itu memang aku datang ke apartment kamu, kamu mabuk, kamu hampir kencing di atas sofa…” Jeda sejenak untuk Venus menarik nafas “Dan kamu tanya kenapa aku ngga datang ke ulang tahun kamu”

Adam terbelalak namun dengan cepat ia menormalkan ekspresi nya kembali ke wajah datar nya.

“Aku memang tanya ke kamu tentang Bella tapi sebelum itu… sebelum malam itu, aku sudah tau semua nya” Venus menatap Adam lekat.

“Apa?” ucap Adam hampir seperti bisikan, dia menatap Venus tak percaya.

“Waktu kalian kelahi di wc perempuan…” Venus mengingatkan “Aku disana Dam, aku benar-benar ngga bermaksud untuk menguping pem-“

“Lo disana?” tanya Adam “Lo denger semua nya?”

Venus menatap Adam takut “Semua nya” jawab nya jujur.

“Semua nya” gumam nya, mata nya mendadak kosong, jauh menerawang ke tempat yang tak Venus ketahui, ia mundur selangkah lalu mengusap rambut nya kasar, seperti yang ia lakukan saat sesuatu tak sesuai harapan nya.

Dan disini Venus mewujudkan semua nya, menguak rahasia nya dan membuat Adam kehilangan kontrol nya, semua karena Venus.

“Dam…” lirih Venus, mencoba mendekat namun Adam kembali melangkah mundur.

“Dam, aku tau ini bukan urusan ku tapi kamu-“

“Diam” ucap Adam “Apa mau lo?” tanya nya, mata nya menatap Venus tajam, kembali seperti saat Adam menatap nya untuk pertama kali, pandangan tak suka itu, mau tak mau Venus akui sedikit menyakiti perasaan nya namun ia tau permasalahan yang Adam hadapi saat ini bukan perkara mudah dan yang Venus ketahui, dari sorot mata Adam meski sekilas, ia tau Adam ketakutan.

“Berapa banyak yang lo mau?” tanya Adam “Lo mau uang? Atau lo mau sesuatu? Lo sebutin aja, gue bakal kasih lo asal lo tutup mulut, lo ngga boleh kasih tau siapapun” ucap Adam dingin.

Venus menggeleng pelan “Dam…”

Adam menatap nya dingin sama sekali tak tersentuh denga pandangan simpati Venus.

I don’t want your money” ucap Venus.

“Lo ngga mau uang gue, lo ngga mau apapun dari gue, jadi apa yang harus gue lakuin supaya lo mau nutup mulut lo?!” tanya Adam marah.

Venus menggeleng, sebutir air mata menjatuhi pipi nya, ia tak tau mengapa ia menangis namun saat ini ia merasa hampir sama frustasi nya dengan Adam meski ia tak terus-terusan mengusap rambut nya dengan kasar seperti apa yang Adam lakukan sedari tadi.

Nothing, I want nothing from you” bisik Venus.

Adam menatap nya lekat, tak percaya tentu saja, ia menyipitkan mata nya “Apa maksud lo? lo ngga mau apa-apa dari gue?”

Let me help you” ucap Venus tulus “Kamu ngga bisa memperbaiki semua hal dengan uang Dam”

Bullshit” ucap Adam “Don’t play a games with me Venus, lo tau sekarang gue lagi serius, jangan sok jadi Mario Teguh di depan gue sekarang, ucapin aja apa mau lo, ngga usah malu atau takut karna lo sudah tau aib terburuk seorang Adam Natawijana! Lo bisa ngehancurin keluarga gue dengan aib gue jadi lebih baik lo pake mulut lo itu sekarang untuk ngucapin sesuatu yang mau gue denger dan kita selesaikan urusan kita dengan cepat” desis nya.

“Kalau aku berniat untuk nyebarin hal ini ke semua orang, aku ngga akan nunggu sampai kamu sadar untuk mendapatkan sesuatu dari keluarga kamu, kalau aku mau kamu hancur, aku ngga akan nunggu sampai detik ini untuk kamu datang ke rumah ku dan menawarkan aku sesuatu, kalau aku mau merusak nama keluarga kamu, aku ngga akan nunggu sampai kamu berdiri di depan ku sekarang ini, aku pasti akan lari ke media besar yang mau membeli berita ini… kenapa kamu ngga pernah bisa percaya aku?” tanya Venus.

Adam mengalihkan pandangan nya dari Venus, nafas nya berhembus kasar “Lo ngga mau apapun terserah lo, kalau sampai hal ini di ketahui sama orang lain, lo orang pertama yang gue cari” Adam berbalik hendak pergi namun Venus memanggil nya.

“Aku memang bilang aku ngga mau apapun tapi bukan berarti aku akan diam aja Dam” ucap Venus tegas.

Adam berbalik, ia mengernyit “Sudah gue duga, lo mau jual mahal” ucap nya “Apa yang lo mau, sebutin” ucap nya datar.

Venus menatap nya kecewa dan sedih, sorot mata itu sungguh mengganggu Adam, ia tak menyukai cara Venus memandang nya seolah ia orang paling jahat di dunia ini, seolah ia telah melakukan suatu kesalahan yang besar… dia memang telah melakukan 2 hal itu.

Venus menunduk “Aku pikir kamu ngga seperti Papa kamu” bisik Venus pelan namun masih bisa di dengar Adam.

“Kamu bilang, gen Mama kamu lebih kuat di banding gen Papa kamu, apa itu cuma berlaku saat pagi? Apa saat malam gen Papa kamu jadi lebih kuat di dalam tubuh kamu?” Venus menatap Adam

“Kalau begitu kita bicara besok pagi… saat… saat gen Mama kamu lebih mendominasi di tubuh kamu”

“Gue memang begini Venus” ucap Adam “Ngga perlu nunggu pagi, inilah gue, apa selama beberapa bulan ini lo masih belum tau gimana gue?”

Venus menggeleng “Aku tau kamu… You better than this…”

Saat Adam menggeleng, Venus bergerak maju “Much better” ucap nya di depan Adam.

“Bahkan setelah lo tau semua ini, lo masih bisa ngomong kayak gitu?” tanya Adam sinis “Lo begok?”

“Sejujurnya aku berpikir kamu akan jauh lebih buruk dari ini” ucap Venus jujur “Aku pikir setelah kamu menyadari kalau aku tau semua ini, kamu bakal datang dengan sekelompok gangster yang membawa pistol dan samurai… aku juga berpikir kamu akan membakar rumah Tante ku, menggunakan koneksi keluarga kamu untuk mengeluarkan aku dari Indonesia… aku pikir kamu akan bunuh aku”

Adam menatap Venus “Lo pikir gue ngga bisa ngelakuin itu?”

“Kamu bisa, tapi kamu ngga ngelakuin itu” ucap Venus cepat.

“Gue ngga bisa ngelakuin itu begok” ucap Adam

“Dengan semua uang yang kamu punya, kamu bisa Dam… tapi kamu ngga menggunakan kekuasaan dan kekayaan kamu untuk melakukan itu, kamu beda dari Papa kamu Dam, kamu bisa menyelesaikan masalah kamu tanpa itu semua”

Hening.

“Waktu itu gue masih 15 tahun, 15 tahun, masih sekolah dan gue udah ngehamilin anak orang, gue belum siap… ngga siap bahkan sampai sekarang dan yang paling buruk gue menyesal bukan karena bayi… itu meninggal tapi semata-mata karena gue ngehamilin Bella” ucap Adam

“Keluarga gue… seperti yang lo lihat, gue ngga tau apa yang bakal mereka lakuin, mungkin gue bakal di kirim keluar negeri tapi Bella dan anak nya- gue ngga mau memperkeruh keadaan di dalam keluarga gue, gue ngga punya pilihan, gue ngga bisa begitu aja pulang ke rumah dan ngetuk pintu ruang kerja Bokap gue dan mengakui kalau gue sudah ngehamilin anak orang, gue bukan- gue ngga bisa…” Adam menggeleng.

“Bokap gue bakal lebih dari marah sama gue, gue anak laki-laki satu-satu nya yang dia punya, gue sadar bagaimanapun kelakuan Bokap gue dia selalu naruh harapan ke gue, gue ngga punya pilihan lain”

“Selalu ada pilihan lain” ucap Venus “Kamu hanya memilih pilihan yang salah”

“Dan gue ngga menyesali pilihan itu” ucap Adam serius.

Sorot kecewa itu tak bisa Venus sembunyikan, ia benar-benar menelanjangi segala kesalahan Adam tanpa ragu dan Adam menyadari itu saat Venus tak lagi mengucapkan apapun, ia mungkin telah menyerah, seperti yang lain nya, menyerah akan Adam.

“Inilah gue Venus” ucap Adam “Gue ngga lebih baik dari yang lo pikirkan dan gue bukan apa yang selama ini lo pikirin, gue jauh lebih buruk dari itu semua”

I’m fucked up right?” tanya nya setelah beberapa saat hanya ada keheningan di antara mereka, suara nya bergetar.

Venus menatap Adam lekat, sebutir air mata nya kembali turun, ia mengangguk “Yes, you are” jawab nya jujur.

And I can’t fix you” bisik nya pelan.

Beberapa orang berkata jika tidak semua kejujuran itu manis, kebenaran nya, kadang sebuah kebohongan itu akan terasa lebih manis untuk di jalani dan lebih manis lagi jika tak pernah terungkap.

Sama seperti Adam dengan segala kehidupan sempurna nya yang sempat membuat Venus iri, itu semua nampak manis dari luar namun pahit di dalam nya.

Dan saat Venus berkata senyum Adam selalu berhasil membuat nya ikut tersenyum, itu juga berlaku untuk tangisan dan ia tak butuh penjelasan secara ilmiah mengapa ia menangis saat ini.

Karena jika ia boleh berbohong, ia sama sekali tak peduli dengan Adam.

------------🎀
 

76. Ex-Girlfriend


 

Love’s the key to the games that we play
But don’t mind losing
Love’s the key to the things that you see
But you don’t mind moving
The War on Drugs - Lost In The Dream
 


--------------👜

Melipat halaman 237 dari Novel The Queen of The Tearling, Venus hendak meninggalkan kantin saat seseorang menghalangi langkah nya, surprise! Bella sedang berdiri di depan nya, seorang diri.

“Kita harus bicara” perintah nya final seolah ia sedang bicara dengan budak nya dan Venus menjadi diri nya, mengikuti saja apa mau nya Bella, meski ia di hantui rasa takut.

Ia tak mau lagi berkelahi di sekolah, itu akan menjadi catatan buruk untuk portofolio nya saat lulus nanti, ia ingin keluar dari sekolah ini bersih seperti kertas yang baru di cetak.

“Lo semakin akrab sama Adam” ucap nya tanpa menatap Venus, melainkan pada kuku cantik nya yang bersih dan berkilau, Venus yakin Bella tak pernah menggunakan nya untuk mengupil.

“Ya… itu karena-“

“Lo kerja sama dia” sambung Bella “Lo pikir pacar gue ngga akan ngasih tau gue kalau ada cewek lain di apartment nya?” ada nada bangga di suara nya saat menyebut Adam sebagai pacar nya dan Venus hanya bisa diam mendengarkan, apapun yang akan Bella katakan disini, di dalam wc perempuan ini, pastilah hanya sederet panjang kalimat ancaman. Typical Bella sekali.

“Apa yang mau gue bicarain adalah gue ngga mau lo berpikir macam-macam soal rumor yang ada di sekolah ini, rumor soal gue dan Adam putus” ucap nya, menatap Venus serius,

“Gue dan Adam memang ngga punya hubungan pacaran tapi lebih dari itu, gue sama dia ngga bisa dipisahkan, lo mungkin juga sudah tau soal Agnes, well semua orang di sekolah sudah tau… gue dan Adam memilih untuk menyembunyikan hubungan kami selagi ada Agnes disini”

Venus mengangguk, ia tak mengerti mengapa Bella harus memberitahu nya mengenai hal ini, terlebih lagi pembawaan Bella yang saat ini nampak seperti air danau yang tenang namun siapa tau di dalam nya menyembunyikan buaya liar, begitu membuat nya ngeri.

Jika ada 2 mahluk tersisa di bumi ini, setan dan Bella, ia pasti akan lebih takut pada Bella.

“Setelah Agnes kembali ke Australia, gue dan Adam akan kembali seperti dulu dan saat itu tiba gue dan Adam ngga akan lagi butuh lo”

“Maaf?” tanya Venus tak mengerti.

Bella tertawa pelan, 2 lesung pipit nya muncul namun alih-alih terlihat manis, ia malah nampak seperti Putri kematian.

“Kami berdua, gue dan Adam, bukan setahun 2 tahun hubungan kami, gue kenal Adam lebih dari siapapun bahkan Agnes teman kecil nya, tunangan nya, karena itu Adam sangat bergantung sama gue-”

“Bergantung atau tertahan?” tanya Venus.

Mata Bella berubah galak “Lo orang baru, baru datang dan lo merasa sudah bisa menilai hubungan gue sama Adam? Wahh bukan karena Adam ngejadiin lo budak nya lo bisa buat komentar sebebas itu”

“Bukan menilai tapi melihat, kalau Adam memang laki-laki sejati dan kalau dia memang-seperti yang kamu bilang bergantung sama kamu- tentu dia akan memperjuangkan kamu di depan keluarga nya dan bukan nya malah menyembunyikan hubungan kalian dan membawa aku ke depan keluarga nya dan bukan nya kamu yang adalah pacar resmi nya” ucap Venus “Dan aku bukan budak Adam, kalau Adam lupa untuk ngasih tau kamu, aku sudah berhenti kerja dengan dia”

“Lo pikir gue sama Adam ngga tau apa yang baik nya gue sama dia lakuin, lo itu naïve, terlalu naïve, Bokap nya Adam itu punya riwayat penyakit jantung, lo pikir gue bisa dengan seenak nya datang ke rumah nya dan bilang kalau gue pacar nya padahal dia sudah punya tunangan dan asal lo tau Adam ngga setuju sama pertunangan mereka, pertunangan itu di 
paksakan, bukan berarti lo yang di ajak Adam ke acara ulang tahun Andrew karena lo spesial, tapi dia cuma ngejadiin lo pelindung gue dari Tante nya yang cerewet itu, dengan begitu dia bakal sibuk ngerendahin lo daripada gue” ujar Bella.

“Aku ngga pernah merasa spesial untuk datang kesana sama Adam dan aku kesana terpaksa karena-“

“Lo mau nguntit Alex di club” sambung Bella sadis, ia tertawa “Adam cerita semua nya ke gue” ucap nya bangga.

Di saat bersamaan Venus merasa darah nya surut dari wajah nya, ia merasa malu.

Well itu bukan urusan kamu”

Bella tertawa “Lo tau, gue kasihan sama lo setelah semua ini, setelah semua hal memalukan yang lo lakuin untuk dapat perhatian nya Alex, bahkan setelah lo ngeliat Alex having sex sama cewek lain, lo masih kayak anjing yang kehilangan induk nya tiap kali ada Alex” Bella menggeleng-gelengkan kepala nya, ia melipat tangan nya di dada “Gue ngga tau seberapa rendah lagi lo”

“Mencintai seseorang itu bukan sesuatu yang rendah” ucap Venus tegas “Yang rendahan itu memaksa seseorang untuk mencintai kita”

“Tau apa lo soal cinta?” tanya Bella jijik.

“Lebih dari kamu dan aku sarankan ke kamu, untuk berhenti memaksa Adam tetap bersama kamu karena yang aku tau dan juga pasti nya sangat kamu ketahui kalau dia ngga lagi mau sama kamu, sekarang atau nanti” ucap Venus pada akhir nya.

Plak!

“Tau apa lo soal gue dan Adam?! Lo itu cuma orang luar! Kalian itu ngga tau apa-apa, kalian-“

Venus menatap Bella, melupakan rasa panas dan sakit di pipi nya, menantang Bella “Bagaimana kalau aku tau?” tantang Venus.

“Apa?” tanya Bella “Lo asal tau!”

“Kamu takut?” tebak Venus

“Lo-“ tangan Bella sudah terangkat namun sebelum itu mendarat di pipi Venus, pintu toilet terbuka keras, membuat ia dan Bella sama-sama menoleh ke arah pintu dan kedua nya sama-sama tak percaya dengan siapa yang berdiri disana.

“Tepat waktu Alex, lo datang tepat saat kita mau ngebahas lo” ucap Bella sinis.

“Bel” peringat Alex, ia berjalan masuk ke dalam toilet perempuan dan berdiri di samping Venus, melihat pada pipi Venus yang nampak merah sebelah ia menatap Bella tajam “Ini kekanakan Bel, lo ngga bisa bawa orang ke dalam wc dan ngebulyi dia, ini salah” ucap nya tegas.

Bella melirik Alex tak suka “Lo ngga perlu ngajarin gue mana yang baik benar dan salah karena kalau lo lupa, lo udah ngelakuin sesuatu yang jauh lebih salah dari gue”

Rahang Alex mengetat, ia menatap Bella tajam, hal itu tak membuat Bella takut atau gentar malah memancing tawa nya.

“Cuma karena lo cewek bukan berarti gue ngga bisa ngelakuin sesuatu yang buat lo nyesel” ucap Alex.

“Silahkan! Lo mau tampar gue? Lo mau jadi pahlawan kesiangan buat dia? Lo mau syuting lagi? Lo udah undang penonton lo kemari, go ahead! Lo pikir gue takut!”

Alex berdecih “Kita sama-sama tau Bel, kalau gue mukul lo, lo pasti bakal lari ngadu ke Adam dan gue ngga lagi mood buat berantem tapi ngeliat gimana Adam ngehindarin lo beberapa hari belakang ini gue yakin dia ngga bakal peduli bahkan kalau gue mukul lo tapi gue bukan cowok pengecut yang mau mukul cewek dan sebagai cewek yang cuma bisa ngelawan orang pakai mulut bacot lo, lebih baik lo pergi sekarang sebelum gue bener-bener kehilangan kesabaran gue”

Bella berdecak, melipat tangan nya di dada dan tersenyum sinis “Lo terlalu sombong Lex, cara lo bicara seolah lo yang paling bener” Bella melirik Venus sinis lalu beralih pada Alex “Apa mau lo Lex?”

“Belum bosan? Atau belum dapat yang lo mau?” tanya nya.

Shut up” desis Alex.

“Lo bener, gue mungkin memang cuma bisa pakai mulut bacot gue ngelawan lo tapi jangan lupa apa yang keluar dari mulut gue ini bisa ngehancurin lo dan… mainan kecil lo ini” ia melirik Venus jijik

“Kalian memang cocok, gue ngebiarin ini sekarang karena gue sangat menikmati 
pertunjukan yang lo mainkan di depan gue tapi Alex, saat pertunjukan ini semakin dan semakin membosankan jangan salahkan gue kalau gue, secara terpaksa akan ikut bagian, lo ngerti kan maksud gue” ucap Bella

“Untuk sekarang gue menikmati pertunjukan kalian, tapi asal lo tau gue orang yang cepat bosan” Bella berjalan keluar dari toilet perempuan setelah memberikan tatapan arogan nya pada Venus dan Alex.

“Apa maksud nya itu?” tanya Venus begitu mereka hanya tinggal berdua di toilet.

Alex melirik Venus “Ngga usah di pikirin, lo tau kan kalau dia itu agak gila”

Venus tak setuju, meski ia sering mengatai orang lain gila tapi fakta nya Bella tidak mungkin di terima sekolah umum kalau ada yang salah dengan otak nya, mungkin psikis nya iya.

“Dia bilang sesuatu ke lo?” tanya Alex serius.

Venus mengangguk “Banyak”

“Apa itu?” tanya Alex penasaran.

“Cuma soal Adam”

“Dia pikir lo mau ngerebut Adam atau gimana?” nada suara Alex terdengar geli.

Venus mengangkat bahu nya “Gimana Kakak tau…”

“Ada adik kelas yang mau masuk ke toilet tadi dan dia denger kalian kelahi”

Venus membulatkan mata nya “Kami ngga seharus nya kelahi di dalam Wc”

“Seharusnya kamu ngga nurut aja kalau di ajak Bella” ucap Alex “Lebih baik kita keluar sekarang, sebelum ada orang yang masuk dan nemuin kita disini, mereka bakal berasumsi jelek”

Venus mengangguk.

“Kak” ucap Venus saat mereka sudah ada di luar.

“Ya?”

“Berapa lama Kakak sudah kenal sama Adam dan Bella?” tanya nya.

“Lumayan lama, kami satu sekolah dari SD sampai SMA, semoga kuliah nanti ngga” canda Alex.

“Jadi mereka juga satu SD?”

Alex mengangguk “Kenapa?”

I’m just trying to figure out about their relationship” ucap Venus.

Alex mengernyit “Kayak nya itu ngga terlalu penting”

Venus berhenti melangkahkan kaki nya, membuat Alex yang sudah berjalan satu langkah di belakang nya mundur dan menghadap nya “Apa ada sesuatu yang Bella ucapin tadi…”

Venus menggeleng, ia menatap Alex “Menurut Kakak, apa Adam masih atau pernah cinta sama Bella?”

Alex menaikan satu alis nya “Itu pertanyaan yang… kurang bisa Kakak jawab, tapi dari yang Kakak lihat… seperti nya begitu, mereka suka satu sama lain”

Alex mengangkat bahu nya “Ngga mungkin kan mereka sama-sama lebih kurang 3 tahun kalau ngga punya rasa”

“Suka?” gumam Venus, ia menatap Alex lekat seperti mencoba mencari sesuatu “Jadi itu perasaan suka bukan nya cinta” gumam nya lagi, menatap ke arah lorong kosong, dimana ia dan Adam untuk pertama kali nya bertemu.

----------------👕
 

77. Stuck

I wish that I can make it all just go away But it seems like there’s no way I can escape
Lidya Paek - Eyes, Nose, Lips
 


----------📞

Adam menghentikan mobil nya tepat di samping Venus membuat perempuan itu melirik ke arah nya takut-takut.

"Mau kemana?" tanya Adam.

"Err mau ke pasar ini kan jam pulang sekolah" jawab nya sarkas

Adam menyipitkan mata nya "Masuk"

Venus menatap nya tak percaya, ia melirik ke kanan dan ke kiri seperti seorang pencuri yang hendak mengambil spion mobil.

"Are you sure?" tanya nya "Disini banyak murid sekolah kita, mereka bakal ngo-"

"Gue ngga peduli mereka mau ngomong apa, lagian gue cuma nyuruh lo masuk ke dalam mobil gue bukan jadi Istri gue kan?" tanya nya jengah.

Venus menelan ludah "Ok"

Adam memutar mata nya, begitu Venus masuk ke dalam mobil, Adam tak langsung menginjak pedal gas seperti sebelum nya yang membuat tubuh Venus terlempar ke belakang, malahan ia menatap Venus lekat, begitu intens hingga membuat tubuh Venus mundur secara refleks saat di rasa wajah Adam mendekat ke arah nya.

"Aw!" teriak Venus saat Adam mencengkram dagu nya "Tadi gue denger Bella ngomong sama lo, apa dia juga nampar lo?"

Venus mendorong tubuh Adam, tak taukah ia sakit di tampar Bella tak lebih sakit dari cengkraman tangan Adam pada dagu nya "Bukan Bella tapi kamu, tangan kamu itu tangan jahat Dam, sudah mukul orang banyak, dagu ku sakit kamu pegang" keluh nya kesal.

"Lo ngga jawab pertanyaan gue" ucap Adam serius.

"Bella hampir nampar aku tapi untung Kak Alex datang" ucap nya sedikit berbohong.

"Alex?" ucap Adam dengan nada jijik "Jadi, Alex tiba-tiba datang nolong lo" ia terkekeh.

"Ya, dari pacar monster kamu itu"

"Sudah gue bilang dia bukan pacar gue!" ucap Adam marah.

"Ibu dari anak kamu kalau begitu" ucap Venus.

Ucapan Venus sontak membuat tubuh Adam menjadi kaku, ekspresi nya berubah marah "Keluar! Keluar dari mobil gue sekarang!"

Bukan nya keluar, Venus malah memasang seatbelt nya "Ayo" ucap nya santai seolah ia tidak baru saja mengatakan sesuatu yang bisa saja menjungkirbalikan hidup Adam.

Adam sudah terbiasa menyembunyikan nya di dalam kegelapan, hidup dalam rasa takut dan gelisah jadi, saat seseorang selain ia dan Bella membahas nya, mereka berdua bahkan tak pernah lagi membahas nya selama bertahun-tahun, itu membuat tubuh nya refleks bereaksi, panik, takut dan gelisah, ia tidak menyukai perasaan itu.

"Keluar atau gue tendang lo" ancam Adam.

"Kamu ngga akan berani" tantang Venus penuh percaya diri.

"Apa yang buat lo mikir kayak gitu?" desis Adam marah.

"Karena aku tau rahasia terbesar kamu" jawab Venus percaya diri.

"Lo- Tapi semalam lo bilang-"

"Aku ingat dengan benar kalau semalam kita belum deal dengan apapun"

Adam menatap Venus tajam "Bitch" gumam nya, lalu kembali mengalihkan perhatian nya ke depan, sebelum menginjak gas dalam-dalam, membuat tubuh Venus terlempar ke belakang.

"Mau kemana kita?" tanya Venus.

"Apartment gue"

🐴🐴
 


"Ahhh capek nya" ucap Venus begitu masuk ke dalam apartment Adam, membuat Adam melirik nya kesal.

"Jaga sikap lo, lo pikir ini rumah lo" tegur nya.

Venus tersenyum "Home sweet home... oh, apartment sweet apartment in this case..."

Adam memutar mata nya "Lo-" ucapan Adam terhenti, ia berjalan ke dapur meninggalkan Venus sendiri di depan Tv, saat kembali ia membawa kain yang telah di beri es batu di dalam nya "Pipi lo" ucap nya singkat.

"Oh" Venus menyentuh pipi nya membuat Adam mendengus "Pipi lo satu nya, lo inget ngga sih yang mana yang di tampar Bella?"

Venus nyengir, ia mengambil kain dari tangan Adam dan menempelkan nya di pipi kiri nya "Ini blushing bukan bekas tamparan"

"Lo pikir gue percaya?"

"Harus, karena dulu waktu kamu blushing aku pura-pura percaya kalau itu bekas memar, seperti yang kamu bilang"

Adam menyenderkan tubuh nya pada sofa "Lo ngga mau nangis?" tanya nya heran.

"For what?" tanya Venus balik.

"Lo habis di tampar"

Venus tersenyum "Kamu lupa? Kalian sudah ngelakuin hal yang lebih dari cuma sekedar tamparan"

Adam melirik Venus, sedikit malu "Waktu itu gue masih belum dewasa"

"I see" jawab Venus tenang "Sekarang pun sama" sindir nya.

Adam menghela nafas "Apa sebenernya yang lo mau?"

Venus menggeser duduk nya hingga kini ia berhadapan dengan Adam "Bukan nya lebih baik... aku tau kamu pasti ngga bakal setuju tapi... aku pikir... You should tell your Father" ucap Venus hati-hati.

"Lo gila?" seperti dugaan Venus, reaksi Adam akan sedramatis ini.

"Stop, you ruining your hairs" ucap Venus saat Adam mulai mengusap kasar rambut nya "Dan itu juga bukan kebiasaan yang baik"

"Lo ngga ngerti masalah nya Venus, gue nge- lo pikir Bokap gue bakal bilang "Ok, Papa maafin kamu" Bokap gue bukan orang kayak gitu, dia... lo ngga tau apa yang dia bisa lakuin buat ngedisiplinin gue" ucap nya frustasi.

"Apa yang paling buruk? Mungkin kamu... di pukul? Pakai sapu? Gayung? Gesper?" Venus mengangkat bahu nya "Just... sebelum kamu ngomong ke Papa kamu, make sure ngga ada barang berat dan tajam di sekitar kalian, taruhlah sisir atau I don't know... gantungan baju, senggaknya Papa kamu bisa mukul kamu"

"Lo ngga serius kan? Lo pikir ini candaan?" tanya Adam tersinggung.

"Dan kamu ngga berpikir kalau kamu bisa nyembunyiin ini semua dari Papa kamu selamanya kan? Kamu sendiri yang bilang kalau Papa kamu itu bisa melakukan apapun dan aku yakin Bella mau balikan lagi sama kamu"

Adam menyipitkan mata nya "Darimana lo tau?"

"Dia bilang sendiri ke aku, bukan begitu kalimat nya tapi menjurus ke itu" ucap Venus, ia menatap Adam "Kenapa kamu bawa aku ke peternakan kuda Kakek kamu waktu itu?" tanya nya.

"Dia ngasih tau lo?" tanya Adam balik.

Venus mengangguk "Kamu mau melindungi dia dari keluarga kamu, khusus nya Tante kamu" jawab Venus "Jadi, aku semacam tikus percobaan dalam hubungan kalian? Kalau eksperimen nya gagal kalian akan cari tikus lain untuk dipakai?"

"Lo bukan tikus" ucap Adam marah "Gue ngga punya pilihan"

"Selalu ada pilihan Dam, kamu selalu memilih yang salah" ucap Venus serius.

Hening.

Hanya ada suara Tv.

"Aku serius" ucap Venus "Mungkin lebih baik kamu kasih tau Papa kamu, bagaimanapun juga akan lebih menyakitkan kalau dia tau dari orang lain dan bukan nya anak nya sendiri, trust me"

"Gue ngga bisa" ucap Adam setelah berpikir lama

"Dan Bella? Kamu pikir Bella akan diam aja?"

Adam melirik Venus sinis "Itu urusan gue"

"Let's talk about it" mohon Venus

Adam mengernyit "Kenapa lo mau pusing-pusing mikirin masalah gue, selama ini gue bisa nge-handle semua nya tanpa bantuan siapapun"

"I don't know... I want to... help" ucap Venus

"Why?" tanya Adam tak suka.

"No reasons"

Adam menatap Venus lekat untuk beberapa saat sebelum ia mengalihkan perhatian nya ke arah Tv, mata nya fokus kesana namun Venus yakin pikiran nya ada di dunia lain.

"A-aku tau ini gila tapi ini satu-satu nya cara Dam, ka-"

"Venus, ini ngga se-simple yang lo pikirin, lo bisa dengan mudah bilang kayak gitu karna lo- lo bukan gue! Lo ngga tau gimana hidup sama rasa bersalah bertahun-tahun, nyembunyiin hal sebesar ini dari keluarga gue- gue- mungkin harus nyimpan ini semua sampai mati" Adam berdiri, berjalan mondar-mandir di depan Venus.

"Lalu gimana dengan Agnes?" tanya Venus "Kamu ngga bisa begitu aja ninggalin Bella setelah semua yang kamu lakukan ke dia, kamu harus selesaikan semua urusan kamu dulu sama Bella dengan begitu kamu bisa melanjutkan hidup kamu dengan tenang"

"Gue ngga tau" jawab Adam.

Venus menghela nafas, ia menepuk sofa di samping nya "Duduk"

Adam melirik nya dan mendudukan diri nya kembali di samping Venus, Venus mematikan tv dan mengambil jeda beberapa menit sebelum memulai percakapan yang sangat berat dengan Adam.

"Bagaimana kamu bisa kenal sama Bella?" tanya Venus.

"Gue sama dia satu sekolah" jawab Adam acuh "Gue bener-bener ngga mau bicara soal dia sekarang ini" tambah Adam serius.

"Tentu aja, kamu sudah bilang sendiri ke aku kalau kamu mau menyimpan semua ini sampai kamu mati"

Adam menatap nya marah "Kenapa lo terus ngelakuin ini? Apa mau lo? Lo terus-terusan maksa gue untuk ngakuin ini semua ke Bokap gue, lo bukan siapa-siapa, lo ngga punya hak untuk ngatur hidup gue!"

Venus mengabaikan rasa sakit di hati nya "Sampai kapan kamu mau begini terus?" tanya Venus tak habis pikir "Kamu punya kesempatan untuk... punya hidup yang lebih baik, seenggak nya kam harus bicara sama Bella" bujuk Venus.

"Apa yang harus gue omongin sama dia?! "Maaf, gue ngga mau ngakuin anak lo dan gue ngga nyesel dia mati" ?"

"Percaya sama gue Venus, setiap hari tiap detik nya setelah hari itu, waktu Bella... dia nangis dan gue, tetap menjadi gue yang brengsek, gue sama sekali ngga sedih, gue... merasa lega, gue pikir setelah itu hidup gue bakal balik ke normal tapi Bella, gue ngga sadar dia berubah, awal nya cuma gue yang make obat-obatan, goblok nya gue, gue malah ngasih itu ke dia supaya dia ngelupain apa yang sudah terjadi, ngelupain... anak nya"

"Perlahan gue sadar gue ngga harus nya ngerusak hidup gue, gue mulai ngurangin, gue bahkan ngga lagi ngisep ganja tapi Bella... dia ketergantungan, gue ngga tau apa yang ada di pikiran nya atau hati nya, yang gue tau cuma soal badan nya, sekedar fisik nya, gue ngga tau dalam nya gimana... dan gue sadar, dia berubah... jadi lebih kacau dan itu semua karena gue" ucap Adam.

Sekali dalam hidup nya Venus melihat sesuatu yang lain di mata Adam, sebuah rasa penyesalan yang amat besar dan Adam sama sekali tak berusaha menyembunyikan ekspresi itu.

Mata nya menatap kosong pada tangan nya yang mengepal "Gue... beberapa kali... gue kadang berharap kalau semua nya ini terbongkar, gue berharap ada satu orang yang tau dan dia ngasih tau Bokap gue tapi gue ngga siap, bukan karena gue takut Bokap gue marah dan mukul gue atau gue di kirim ke luar negeri... atau-" Adam mengusap kepala nya berulang kali.

"Apa maksud kamu... kamu bunuh bayi kalian?" tanya Venus pelan, ia mengintip wajah Adam yang nampak kosong.

"There's an accident" ucap nya "Mobil gue tabrakan sama mobil... Rino, gue koma 3 hari dan Bella keguguran, ngga ada yang tau kecuali gue karena Bella waktu itu di tolong sama Tante nya yang juga Dokter, sejak itu gue tau Bella punya rasa benci ke gue, gue tau di juga ngga mau ngandung di usia semuda itu, dia juga sempet mikir mau aborsi dan... kecelakaan itu terjadi, gue rasa walaupun kami ngga pernah bener-bener ngomong sama satu sama lain soal ini dari hati ke hati tapi kejadian ini bener-bener turning point buat gue dan Bella"

"A-aborsi?" tanya Venus

"Waktu itu gue bilang ke dia kalau gue ngga mau tanggung jawab karena gue... gue udah punya tunangan, gue tau gue ngga seharus nya ngomong kayak gitu tapi gue kalut, gue bilang ke dia gue ngga peduli apapun yang mau dia lakuin sama... janin nya"

"Dan kecelakaan itu terjadi" bisik Venus lirih "Apa dia... orang tua nya"

Adam menggeleng "Kita sama-sama ngga mau orang tua kita tau dan gue ngga ngerti kenapa gue nyeritain ini semua ke lo"

Venus tersenyum tipis "Well, itu mungkin karena kamu mulai benar-benar menerima aku sebagai teman kamu" canda Venus.

Adam hanya melirik nya sekilas, tak membalas candaan nya dengan ucapan sarkas nya yang kerap kali menusuk hati Venus.

"Adam..." panggil Venus "Kecelakaan itu... benar-benar kecelakaan kan?" sesuatu yang terus menghantui pikiran Venus sejak tadi, ia menatap Adam berusaha menemukan kejujuran di mata nya.

Adam menatap dinding kosong di depan nya "Sampai hari ini gue sendiri juga bertanya-tanya ke diri gue sendiri, apa malam itu kecelakaan atau bukan, gue mabuk dan Rino, si brengsek itu dorong gue sampai ke batas kesabaran gue, satu-satu nya yang gue harap mati malam itu adalah si Rino, gue ngga berpikir kalau tindakan gue itu malah..."

"Bella jelas nyalahin gue soal kejadian itu" gumam Adam dengan pandangan menerawang, Venus bertanya-tanya apakah Adam tengah memikirkan malam kejadian itu atau saat ia untuk pertama kali nya bertemu dengan Bella, apakah Adam menyesal pernah mengenal Bella? Apakah ia menyesali semua yang telah ia lakukan pada Bella? Jika iya benar menyesal, seberapa dalam rasa penyesalan itu?

"Tapi dia sebelum nya mau aborsi...?" tanya Venus tak mengerti.

Adam mengangguk "Mungkin dia berubah pikiran, gue ngga tau... Bella bukan cewek jahat, gue yang udah bikin dia kayak gitu, dia... dari banyak nya orang, cuma dia satu-satu nya yang bisa ngasih gue ketenangan saat itu, ngasih gue kenyamanan yang ngga bisa gue dapet dari siapapun"

"Setelah Agnes pergi ke Australia... gue ngga bisa ngebuka hati gue untuk cewek lain, selain Bella saat itu" ucap Adam, suara nya bergetar dan Venus yakin perasaan apapun yang Adam miliki untuk Bella, sangat dalam, jauh lebih dalam dari yang ia miliki dengan Agnes terlepas itu hanya rasa bersalah, namun Venus yakin, itu sesuatu yang lebih, sesuatu yang sangat bermakna dan itu membuat nya terikat dengan Bella, sadar ataupun tidak.

Venus menaruh tangan nya di atas tangan Adam yang menyatu di atas lutut nya, jemari nya memutih oleh genggaman erat tangan nya sendiri, Adam melirik ke arah nya.

"Kamu harus bicara sama Bella" ucap Venus.

Adam menggeleng "Apa yang harus gue bicarain sama dia? Gue sama dia sama-sama gila, gue ngga bisa-" Adam menghela nafas, menyugar rambut nya kasar "Dia pernah nyoba bunuh diri, lo tau"

Venus terbelalak, sosok Bella yang begitu kejam di mata nya pernah ada di titik itu membuat nya, mau tak mau memaklumi dan menerima segala kelakuan gila nya, sama seperti Adam ia mencari pelarian dari masalah nya dengan cara yang salah.

Venus menyadari tangan Adam gemetar "Di-dia minum obat tidur dan hampir overdosis karena gue, waktu itu gue mikir lebih baik kami ngga sama-sama karna apa yang sudah terjadi sama Bella itu terjadi karena gue, gue pengaruh buruk buat dia, gue mau dia bahagia, lepas dari gue... tapi dia... dia berpikiran sebalik nya, dia pikir gue ninggalin dia, gue memang ninggalin dia tapi itu gue lakuin untuk dia juga!" Adam berdiri

"Dan dia milih untuk mati! Seandainya gue ngga datang malam itu, Bella... gue bahkan ngga bisa ngebayangin apa yang bakal terjadi... sudah cukup satuvnyawa mati karena gue dan gue ngga bisa nanggung satu nyawa lagi pergi karena gue!"

Adam menatap Venus nyalang, mata nya merah, takut dan sedih di saat bersamaan "Apa lo ngga ngerti? Gue terjebak sama dia selamanya, gue janji untuk selalu sama dia dan- I'm stuck with her for my entire fucking life!"

Venus ikut berdiri di depan Adam, ia tau seharusnya ia mengatakan sesuatu yang membuat Adam nyaman, sesuatu yang menenangkan, memberi nya fantasi jika dunia akan lebih baik nanti nya, jika ia tetap menjadi diri nya yang sekarang, mengatakan kata-kata manis dan meminjamkan pundak nya untuk Adam, tempat ia bisa berkeluh kesah dan menangis, ia harus nya melakukan itu.

Ia harus nya menjadi sosok itu untuk Adam saat ini namun, alih-alih menjadi psikolog dadakan untuk Adam, ia malah melayangkan tamparan nya sekali lagi di pipi Adam.

Plak!

"Loser, You are a loser" ucap Venus.

-----------------

78. Truism

Come back come back come back to me here
Like you would before you said it's not that easy
Before the fight, before I left you out
But I'd take it all back now
Taylor Swift - If This Was A Movie
 


-----------------📖

Plak!

"Loser, You are a loser" ucap Venus.

Ia memandang Adam, tak pernah ia mengira satu hari di pagi yang cerah, berdiri di sebuah lorong sedang menulis kertas Amnesia sendirian dan bertemu dengan seorang laki-laki yang satu hari nanti akan duduk di samping nya, mengakui dosa-dosa nya dengan wajah datar namun mata nya menyimpan luka, tak mau mengakui kesalahan nya karena rasa takut nya.

Laki-laki yang membawa nya paksa masuk ke dalam mobil di satu pagi, setelah menyeret nya ke dalam sebuah gang sepi nan gelap, mengancam nya dengan kata-kata kasar, tak lebih nya laki-laki lemah yang tak berani menghadapi masalah nya.

Duduk di belakang nya, tersenyum lebar penuh kemenangan setelah mendengar letusan suara pistol menggema di langit saat mereka mencuri anggur, membawa nya menjelajah padang rumput dan sungai sampai ke pinggir tebing bak ksatria di negeri dongeng, lebih dari siapapun sosok yang tak pernah Venus temui sebelum nya, lambang keberanian dan ketengilan.

Tak dapat ia sangka, satu hari nanti, berminggu-minggu lama nya setelah kejadian itu, sosok itu masih ada di samping nya, duduk lesu, bahu turun dan kepala menunduk malu, tak mau menatap langsung ke arah Venus, setiap kata yang keluar dari mulut nya, jika bukan aib adalah luapan frustasi, sosok Adam telah berubah di mata nya, bukan lagi ksatria di negeri dongeng melainkan seorang yang lain, seseorang yang lemah... kehilangan 
keberanian dan ketakutan, seorang pecundang.

Adam mematung di tempat nya, ekspresi tak percaya muncul di wajah nya seolah Venus baru saja melempari tai ke wajah nya namun sejujur nya jika Adam lebih tau apa yang akan Venus lakukan mungkin lebih baik ia pergi karena sekali Venus membuka mulut pedas nya ia tak akan berhenti.

"Apa lo bilang?" desis nya.

"Kadang aku merasa, orang-orang seperti kamu cuma butuh seorang teman untuk di ajak bicara tapi aku salah, aku terlalu banyak membaca novel yang seperti kamu bilang bacaan sampah, orang-orang seperti kamu, khusus nya kamu, yang kamu butuhkan bukan seorang teman bicara tapi teman yang bisa membuat kamu melupakan semua kesalahan kamu dalam sekejap, orang yang sama tidak peduli nya dengan kamu, orang yang cuma peduli sama diri nya sendiri, orang yang egois sama seperti kamu"

Adam mendorong tubuh Venus kasar "Bagian mana dari cerita gue yang ngebuat lo berpikir gue egois, gue ngorbanin seluruh hidup gue untuk Bella! Kalau gue egois gue bakal biarin di mati disana! Dengan begitu semua masalah gue hilang terkubur di dalam tanah sama mayat nya!"

"Itu semua ngga akan terjadi seandainya kamu cukup berani untuk menjadi seorang laki-laki dan bertanggung jawab sama kesalahan kamu" ucap Venus tegas

"Seluruh hidup kamu yang kamu bilang kamu korbankan untuk dia, itu bukan pengorbanan! Itu siksaan! Apa kamu ngga mengerti situasi nya?! Dia juga merasakan hal yang sama, terjebak dengan kamu selama nya!" teriak Venus.

"Aku kecewa sama kamu, 2 hari yang lalu kamu asik jalan-jalan di taman rumah kamu, memetik bunga mawar sama Agnes seolah dunia cuma milik kalian berdua, ketawa cekikikan ngga jelas cuma karena ada kupu-kupu yang lewat, sementara ada perempuan lain yang kamu hamili, depresi dan hampir bunuh diri, kamu tinggal begitu aja-"

"Bukan gue yang ninggalin dia! Dia yang minta putus sama gue, lo pikir gue ngga berusaha untuk mempertahankan hubungan gue sama dia?!" teriak Adam marah "Gue bahkan berkali-kali kelahi sama bajingan itu supaya dia ngejauhin Bella, karena gue tau dia ngga baik buat Bella!"

"Atau karena mungkin Bella melihat hal sebalik nya dari laki-laki itu yang ngebuat dia minta putus sama kamu!"

"Lo pikir dia lebih baik dari gue? Dia pecandu, pengedar! Kalau maksud lo lebih baik buat ngerusak Bella, lo bener, 100% bener selamat Venus sekali lagi otak cerdas lo buat kesimpulan yang tepat ngga salah Kepala sekolah jadiin lo murid teladan walau diam-diam lo selalu nyontek waktu ulangan!" sindir Adam tajam, ia bertepuk tangan.

Venus terkesiap "Ya! aku memang pernah nyontek, terus kenapa? semua orang juga pasti pernah nyontek, Presiden sekalipun! Yang ngga semua orang lakuin itu adalah menghamili orang lalu lari dari tanggung jawab lalu menghabiskan waktu nya bersama tunangan nya di taman seolah-olah kalian berdua lagi main drama Korea padahal disana juga ada aku!"

"Well gue minta maaf karena keberadaan lo disana ngga terlalu gue sadarin karena tau apa? Keberadaan lo itu dimanapun dan kapanpun itu ngga penting kecuali sebagai pengganggu!"

Venus menatap Adam tajam "Kamu bisa langsung usir aku saat itu juga kalau kamu terganggu, ingat atau ngga aku sudah bilang aku mau pulang!"

Adam tertawa setan "Ya lo lupa yang Bella bilang keberadaan lo itu buat ngelindungin Bella, sama kayak lo ngelindungin Agnes dari Bokap gue malam itu!"

"Kamu memang brengsek" tunjuk Venus di wajah Adam "Memikirkan Bella harus bergantung dengan laki-laki seperti kamu 
membuat aku kasihan sama dia, kamu lemah, penakut, egois, insecure... bahkan untuk melindungi diri kamu saja kamu butuh seorang perempuan!"

Adam berjalan maju, berusaha mengintimidasi Venus, rahang nya mengetat.

"Ini apa? sekarang lo ngebela orang yang sudah nge-bulyi lo?" tanya Adam sinis. "Dari semua orang yang ada lo-"

"Aku bukan ngebela dia" potong Venus "Apa kamu ngga menegerti inti dari semua permasalahan ini? ini semua karena kamu! Dari awal kalau kamu ngga tidur sama Bella dia ngga bakalan hamil, dia juga ngga akan kecelakaan dan dia ngga akan berubah jadi perempuan jalang gila yang suka membulyi kaum lemah seperti aku! ini semua salah kamu!"

"Ini bukan urusan lo! Pergi dari sini sekarang juga atau gue panggil anak-anak kesini buat perkosa lo!" ancam Adam marah.

"Apa cuma itu yang bisa kamu lakuin? Mengancam aku? kenapa? karena aku satu-satu nya orang yang berani bicara tentang kebenaran yang mutlak di depan kamu? Karena aku satu-satu nya orang yang ngga mau menyembunyikan kebusukan kamu?" tantang Venus.

"Kalau aku keluar dari tempat ini, kalau aku keluar dar apartment ini sekarang juga, aku bisa langsung lari ke rumah Papa kamu, aku bisa ngasih tau semua rahasia kamu ke Orang tua kamu"

"Then do it!" tantang Adam tak kalah berani "DO IT! Pergi! keluar dari apartment gue sekarang dan lari ke rumah Bokap gue! Kasih tau dia semua nya, gue ngga peduli lagi!"Adam menunjuk pintu apartment nya dengan marah.

"Lo pikir Bokap gue bakal percaya begitu aja, lo ngga lebih nya pelacur rendahan di mata Bokap gue, lo tau apa yang Bokap gue bilang soal lo?"

Adam tersenyum sinis "Dia bilang gue boleh tidur sama lo asal gue ngga ngehamilin lo karena lo cewek rendahan, lo-"

Venus mengangkat tangan nya untuk kembali menampar Adam namun kali ini Adam dengan cepat menangkap nya, menggenggam erat lengan Venus.

"Sakit hati? Kenyataan itu memang kadang pahit, sama kenyataan bagaimana lo di depan orang-orang selama ini" desis Adam "A bitch" ia mendorong lengan Venus kasar hingga membuat tubuh nya terperanjat ke belakang.

Venus menatap Adam "Ngga heran kenapa Papa kamu bisa ngomong kayak gitu, seperti yang kamu bilang dia selalu masuk ke majalah gosip murahan dan Papa kamu pasti bangga karena kamu anak nya akan mengikuti jejak nya, kalian berdua sama-sama brengsek, mungkin itu penyebab kenapa Mama kamu mati, soon Bella juga akan begitu, kalian berdua sama!"

"Apa lo bilang?"desis Adam, mencengkram pundak Venus keras.

"Aku bilang, kamu sangat mirip dengan Papa kamu, kalian berdua sama-sama brengsek dan ngga punya malu!" Venus mendorong tubuh Adam.

Adam menggeram "KELUAR! KELUAR SEKARANG JUGA SEBELUM GUE BUAT LO NYESEL! KELUAR LO BITCH!"

Venus mengangkat dagu nya, mengambil tas nya di atas sofa ia melirik Adam tajam "Apa lagi yang bisa buat aku lebih menyesal daripada kenal orang brengsek kayak kamu?" sindir nya tajam.

Venus berjalan melewati Adam sambil membawa tas nya dan sebelum ia mencapai pintu apartment ia berbalik menatap Adam yang masih berdiri mematung di tempat nya.

"Dan lain kali kalau kamu mau melindungi pacar-pacar kamu dari keluarga kamu, mungkin kamu harus berhenti jadi pecundang dan berdiri di depan mereka untuk membela mereka dengan cara yang lebih terhormat di banding membodohi seorang perempuan yang bahkan ngga kamu kenal untuk di jadikan tumbal keluarga berantakan kamu!" ucap Venus marah, ia segera berbalik, berjalan dengan cepat ke arah pintu apartment Adam lalu menutup nya keras.

Seorang pria dan wanita yang sedang melintas nampak terkejut dan memandang aneh Venus, dari balik mata nya yang mulai berkabut Venus melirik mereka sinis, tak suka kebiasaan orang Indonesia yang menjadikan kesengsaraan orang lain sebagai hiburan nya.

Saat pria dan wanita itu kembali berpaling ke depan dan berjala cepat menjauh dari nya, Venus tak mampu lagi menahan tangis nya, ia menunduk, berusaha menghapus air mata nya dengan punggung tangan, tubuh nya merosot bersandar pada pintu apartment Adam.

Venus menarik nafas dalam, berbalik ia menatap pada pintu abu-abu di belakang nya, mengingatkan nya dengan jelas bagaimana -tak hampir dari 5 detik yang lalu- laki-laki itu menghina nya habis-habisan.

Venus memalingkan wajah nya, bergegas berlari ke arah tangga darurat untuk turun ke bawah, terlalu malu menangis di dalam lift saat ada banyak orang asing akan masuk dan berdiri di samping nya, hanya untuk menilai nya dan bukan memberi nya kenyamanan.

"Pergi sekarang, lo bisa ngasih tau ke semua orang! Pergi! lagian ini yang lo mau kan?!"

"... lebih baik lo pergi sekarang sebelum gue bener-bener kehilangan kesabaran gue"

"Pergi dari sini sekarang juga atau gue panggil anak-anak kesini buat perkosa lo!"

"DO IT! Pergi! keluar dari apartment gue sekarang dan lari ke rumah Bokap gue!"

"KELUAR! KELUAR SEKARANG JUGA SEBELUM GUE BUAT LO NYESEL! KELUAR LO BITCH"

Tiba-tiba langkah nya yang sedang menuruni anak tangga terhenti, tangan nya berpegangan pada besi di samping nya, mata nya masih basah oleh air mata namun, aneh nya ia tak lagi menangis, mengusap wajah nya dengan punggung tangan nya ia berbalik dan dengan langkah yang lebih cepat berlari menaiki anak tangga.

🐋🐋
 


Adam menendang meja di depan nya hingga foto kebersamaan nya dengan Agnes yang terpajang disana jatuh retak, Ia mengambil lampu meja dan melemparkan nya ke dinding, tanpa sengaja... atau mungkin ia sengaja, meretakan layar TV nya, berjalan ke arah sofa, ia menendang meja di depan nya hingga begeser beberapa meter dari tempat nya.

"Garh!" teriak Adam, ia mengusap rambut nya kasar, dada nya naik turun, matanya menangkap pantulan diri nya dari layar retak Tv.

"Gue... pergi" ucap nya, tangan nya terangkat untuk menyugar rambut nya namun di tahan Venus.
 


 

"Nanti kamu jadi ngga ganteng lagi" ingat nya.
 


 

"Aku bisa potong rambut kamu kalau kamu mau, punk? Mohawk? Gentleman?"
 


 

"Jarang ada orang yang masih keliatan ganteng waktu rambut nya di belah tengah"
 


 

"Stop, you ruining your hairs"
 


Melirik pintu apartment nya, tanpa berpikir dua kali ia berlari membuka pintu itu, hendak menuju ke lift namun mengurungkan niat nya, ia berbalik dan menuruni tangga darurat, bunyi langkah kaki nya menggema saat ia menuruni anak tangga itu dengan cepat, bersahutan dengan langkah lain nya.

Langkah Adam seketika terhenti saat ia melihat sosok itu dengan wajah yang sama terkejut nya dengan Adam berhenti di depan nya.

Wajah nya masih sembab dan ia melihat sudut mata nya masih basah oleh air mata, untuk beberapa saat hanya ada keheningan, tak ada yang berbicara atau lebih tepat nya...

Mereka berdua sama-sama kehilangan kecakapan untuk berbicara saat semua perkelahian yang mereka lalui tak lebih dari 5 menit yang lalu telah membuat mereka sama-sama mengucapkan hal-hal yang tak seharus nya mereka ucapkan... atau mungkin hal yang selama ini mereka pendam.

Ia kembali menatap mata sewarna musim gugur itu dan meski agak hujan hari ini, ia masih bisa merasakan kehangatan terpancar dari sana.

Dan dia mengucapkannya.

"Kembali"

---------------🐩
 

79. Moon Talk


 

But with you my dear
I’m safe and we’re a million miles away
Scarlett Johansson – The Moon Song
 


-----------

Begitu pintu tertutup Adam langsung berbalik ke arah nya, membuat Venus sedikit tersentak, berdua saja dengan Adam di dalam suatu ruangan tanpa ada satupun yang berbicara sudah cukup awkward apalagi jika keheningan itu di iringi tatapan intens Adam.

Venus merasakan hal lain nya, bukan sebuah kemarahan, ego yang seperti sebelum nya selalu ia pancarkan dari balik bola mata hitam pekat nya atau sekedar kabut nafsu yang membuat nya nampak sedikit berbeda.

Bukan sebuah perasaan yang biasa Venus lihat, lebih tepat nya seperti campuran rasa, campuran warna yang di gabung menjadi satu dan Venus bukan melihat sesuatu yang aneh melainkan… indah, dan ia menyukai nya.

“Aku”

“Gue” ucap mereka bersamaan.

“Lo duluan”

“Kamu duluan” ucap mereka bersamaan lagi.

Mereka sama-sama diam sebelum Venus mulai berbicara “Kamu merusak banyak hal” komentar nya.

Mata nya tertuju pada isi apartment yang berantakan dengan serpihan kaca dan potongan kayu bertebaran dimana-mana.

“Gue jago ngerusak sesuatu” ucap Adam.

Venus menatap Adam “I guess its a good thing that I’m good at fix something” ucap Venus.

“Kenapa lo kembali?” tanya Adam

“Kamu yang minta aku”

“Ngga, lo mau kembali, gue tau, lo ngga mungkin naik tangga kalau lo mau turun” ucap Adam.

Venus menatap Adam “You always told me to leave, I don’t want to… this time I want to stay” ucap Venus bersungguh-sungguh.

Then stay” ucap Adam membuat Venus terkejut.

Stay with me” ucap Adam sekali lagi.

Say something” bisik Adam saat Venus hanya diam.

Menatap Adam dari balik mata nya yang kembali membasah, ekspresi di wajah Venus membuat hati nya terenyuh namun, ia tak tau harus melakukan apa selain berdiri di depan Venus layak nya seorang pecundang menyedihkan tepat seperti yang Venus katakan pada nya.

“Apa yang ada di pikiran kamu sekarang?” tanya Venus lirih

“Gue ngga tau, gue ngga tau Venus”

Venus tertawa pahit mendengar jawaban Adam, namun benar itulah kenyataan nya, Adam tak tau apa yang sedang dan telah ia lakukan.

“Apa yang ada di pikiran lo sekarang?” tanya Adam balik.

“Kalau kamu dan aku, kita, harus membereskan semua kekacauan yang sudah kamu buat disini” ucap Venus sambil mengusap air mata nya yang kembali jatuh.

“Gue bisa manggil petugas kebersihan” ucap Adam tak yakin.

Venus tertawa “Ngga, kamu bisa membereskan semua nya sendiri Dam, aku akan bantu kamu” ucap Venus.

🐑🐑
 


Setelah membersihkan apartment Adam, menyingkirkan bekas pecahan kaca dan menaruh semua hal kembali pada tempat nya atau secara sembarangan menaruh barang-barang itu kembali ke tempat nya, karena Adam seperti nya tau benar bagaimana merusak sesuatu hingga membuat Apartment mewah Adam berubah menjadi gudang lokasi pembunuhan tak kurang dari 5 menit akhir nya mereka bisa beristirahat.

Venus menggelar selimut Adam di depan dinding kaca yang menampilkan pemandangan malam Jakarta, setelah bolak-balik masuk ke apartment Adam, ini adalah pertama kali nya, Venus menikmati pemandangan indah ini pada malam hari.

Lampu-lampu di luar, dinding bertingkat dan langit yang gelap, kerlap-kerlip dari semua cahaya yang datang dari kendaraan yang lalu lalang, terjebak macet di jalan raya, warna nya begitu indah dari atas sini namun Venus tau jika di bawah sana hal itu sama sekali tak indah, lebih tepat nya menjengkelkan.

“Lo ngapain?” tanya Adam, ia berdiri di belakang Venus membawa 2 gelas minuman yang tak dapat Venus tebak apa, namun kepulan asap meluap dari atas nya dan Venus menebak nya sebagai susu.

Venus menepuk tempat kosong di samping nya, meminta Adam duduk “Sini” ajak nya.


 


“Ini kayak…” Adam duduk di samping Venus menaruh segelas kopi susu hangat di depan mereka, ia memperhatikan alas tempat mereka duduk sambil mengernyit “Selimut gue” ucap Adam.

“Memang” ucap Venus santai.

Adam mengernyit “Lo pake selimut tidur gue buat alas tempat duduk?” tanya nya kesal.

“Karpet nya kan kena tumpahan soda Dam, lagian kamu masih punya cadangan selimut” ucap Venus

“Kamu buat susu kopi?” tanya Venus takjub.

“Kopi susu” ralat Adam

Venus tersenyum, meniup sebentar kopi susu nya lalu meminum nya, Adam melakukan hal yang sama, sesaat kedua nya hanyut oleh pemandangan di depan mereka.

The moon is friend for the lonesome to talk to” ucap Venus, melirik Adam sekilas lalu kembali pada bulan di langit

“Kamu pernah dengar kata-kata itu? Aku pernah baca di satu tempat… di buku mungkin, aku lupa, kamu tau?” tanya Venus.

Adam mengangkat bahu nya.

“Aku ngga punya banyak teman dari SD, bener-bener ngga punya, aku ngga tau… mungkin ada yang salah sama aku, rasa nya semua orang ngga cocok sama aku”

Venus mengangkat bahu nya “Atau aku yang memang ngga cocok dengan siapapun, mungkin Bumi bukan tempat yang tempat untuk ku”

Venus menatap Adam, ia berucap pelan “Aku minta maaf”

Ia menunduk memandangi lantai di bawah nya sebelum kembali menatap Adam “Aku ngga seharusnya ngomong kayak gitu, kamu bukan orang brengsek dan- aku cuma terlalu kecewa sama kamu…”

It's okay, lo bener” Adam mengangguk.

Venus menggeleng “Ngga, kamu benar, aku bukan… siapa-siapa, aku ngga punya hak untuk komentar apapun tentang kamu, Bella atau Papa kamu…”

Well, technically you are my friend” Adam mengangkat bahu nya.

“Gue… sebenernya gue bohong, gue cuma mau nyakitin lo pake kata-kata gue, gue ngga tau apa yang ada di kepala gue, lo tau sendiri gimana rusak nya gue jadi…”

“Kamu bohong?” tanya Venus tak percaya.

Adam mengangguk “Bokap gue ngga pernah ngomong soal lo… maksud nya soal hal buruk, Bokap gue sebenernya suka sama lo, suka sebagai anak, bukan sebagai perempuan, gue pikir dia nganggap lo kayak penyelamat gue atau apapun itu…”

Adam mengangkat bahu nya “Gue ngga seharusnya ngomong hal yang kayak gitu… lo ngga pantes gue perlakukan kayak gitu”

“Soal Papa kamu, aku-“

“Gue ngerti” potong Adam cepat “Lagipula semua orang sudah tau betapa brengsek nya Bokap gue, gue cuma malu, kesel, marah tepat nya, aib keluarga gue udah nyebar kemana-mana”

Venus diam, mendengarkan dengan simpati, sedih juga bersalah.

“Bahkan lo yang bukan orang Jakarta pun tau, waktu lo cerita soal majalah yang lo baca itu gue sadar mungkin se-Indonesia sudah tau aib keluarga gue, untung nya Bokap gue ngga sampe masuk ke Tv” ucap Adam

“Kayak nya itu satu-satu nya media yang berhasil dia suap” gumam nya.

Adam melirik Venus “Gue tau lo kecewa sama gue” ucap Adam “Soal gue dan Bella… gue pun kecewa sama diri gue sendiri, gue merasa bersalah tapi itu ngga merubah apa yang gue rasain, gue ngga nyesel karena kalau seandainya bayi itu-“

“Bayi kamu dan Bella?” tanya Venus hati-hati.

Adam menatap nya sesaat sebelum mengangguk “Mungkin gue dan dia bakal nikah, pasti nya Bella bakal putus sekolah dan gue lanjut di luar, lo tau Bella itu punya cita-cita jadi designer, gue sampe bosen ngedengerin nya” cerita Adam sambil tersenyum miris.

“Gue ngerusak hidup nya dan dia ngga akan bisa ngeraih cita-cita nya, saat itu gue baru sadar betapa besar nya kesalahan yang udah gue buat”

“Dan saat Bella coba bunuh diri, gue merasa Bella sudah menjadi tanggung jawab gue sepenuh nya, gue yang ngerusak dia, tubuh nya, hati nya, mimpi nya dan masa depan nya karna itulah gue janji ngga akan ninggalin dia”

Adam menatap Venus “Gue tau dan sadar kalau semua ini ngga akan jadi serumit ini kalau dari awal gue mau tanggung jawab dan ngasih tau Bokap gue, tapi gue ngga bisa Venus, gue sudah janji ke Bella kalau gue bakal terus sama dia, gue bahkan janji akan nikah sama dia, gue udah sejauh itu sama dia, gue ngga punya pilihan”

“Selalu ada pilihan” potong Venus “Kamu memilih pilihan yang-“

“Nyokap gue meninggal karena bunuh diri” ucap Adam, membuat jantung Venus detik itu juga serasa berhenti, untuk beberapa saat hanya ada keheningan, sesuatu yang terasa tak nyaman namun Venus, aneh nya menikmati nya.

Ia ingin tenggelam dalam keheningan itu dan tak ingin mendengar ucapan Adam lagi, karena apapun itu yang akan Adam ucapkan, Venus tau itu akan merubah segala nya, merubah nya dan Adam, merubah sesuatu yang mereka bisa sebut sebagai Kita. Rahasia kecil kita.

“Gue ngga bisa ngebiarin hal yang sama terjadi ke Bella, lo tau apa yang terjadi ke Bokap gue setelah dia bunuh diri, dia jadi gila, lo ngeliat dia kayak orang normal tapi gue tau, gue kenal Bokap gue lebih dari siapapun kematian Nyokap gue dan adik-adik gue ngebunuh dia dari dalam dia hidup tapi dia bukan lagi seperti sosok Papa yang gue kenal dulu"

"Dia berubah Venus dan gue- gue selalu takut kalau Bokap gue ngelakuin hal yang sama kayak Nyokap gue, gue takut kalau dia tau semua kelakuan gue, dia bakal nyerah dan mutusin untuk pergi ninggalin gue… kayak Nyokap gue”

Rasa bersalah, takut, sedih, sendiri dan kesepian nampak jelas di mata Adam.

Untuk pertama kali nya ia terlihat begitu lemah, bukan seperti Adam yang ia kenal sebelum nya atau lebih tepat nya sebelum hari ini.

Hari ini ia mengenal sisi lain Adam, sisi lain yang membuat nya begitu kecewa dan sedih di saat bersamaan.

“Adam…” lirih Venus saat Adam menggenggam kedua tangan nya dengan mata penuh harap, sesuatu yang tak pernah Venus lihat sebelum nya.

“Kasih tau gue Venus, apa yang bakal lo lakuin kalau lo jadi gue?” tanya Adam.

Kali ini Venus hanya diam, bibir nya bergetar, “Aku…” Venus menatap Adam lalu menggeleng “Ngga tau”

“Mama tiri kamu…” ucap Venus, ia teringat akan wanita itu, wanita yang nampak nya sangat peduli dengan Adam.

Ia yakin mungkin, meski mereka tak punya hubungan darah, ia bisa membantu Adam dengan kekuatan kasih sayang nya sebagai seorang Ibu pengganti.

Adam tertawa pahit “Dia itu selingkuhan Bokap gue yang ngebuat Nyokap gue jadi depresi dan milih bunuh diri, perempuan itu yang ngehancurin keluarga gue, dia ngebuat gue kehilangan Nyokap gue dan… adek-adek gue”

“Amel?” tanya Venus

“Dia bukan adek gue…bukan adek kandung gue, dia adik tiri, gue ngga peduli kalau dia mati” ucap Adam dengan ekspresi jijik.

“Adam” tegur Venus lirih.

“Lo liat keluarga gue berantakan dan Bella datang di saat yang tepat, dia ngasih gue fantasi, kehidupan baru yang bisa gue jadiin tempat pelarian, tempat yang bisa bikin gue tenang dan sebentar aja lupa kalau gue ngga hidup di keluarga dimana Bokap gue tukang selingkuh dan Nyokap gue meninggal karena bunuh diri sama kedua adek gue” ucap Adam frustasi.

Tanpa Venus sadari air mata nya kembali jatuh dan sebelum ia meyembunyikan nya dari Adam, Adam terlebih dahulu menyadari nya, ia menatap mata dan turun ke pipi Venus.

“Jangan buang-buang air mata lo buat gue” ucap Adam

Venus menggeleng, ia mengusap air mata nya cepat, menahan apapun yang bersiap keluar dari mata nya.

Ia tak mau menangis di depan Adam, selain karena ia tak mau terlihat cengeng, ia juga menyadari orang dengan ego sebesar Adam tak suka seseorang menangis karena nya, membuat nya merasa kecil dan di kasihani.

Dan saat ini Venus benar-benar tak ingin merusak mood Adam jadi ia mencoba tersenyum, terasa aneh untuk otot di wajah nya, “Ngga aku… aku minta maaf” ucap Venus.

“Buat apa? bukan lo yang selingkuh sama Bokap gue, bukan lo yang ngehancurin keluarga gue…” Adam menghela nafas, menatap keluar,

“Lagipula gue juga udah ngga peduli lagi, fuck

“Itu sudah lama, lagian kalau Nyokap gue ngga bunuh diri mereka mungkin bakal cerai dan gue tetap akan jadi gue, gue rasa gue sudah rusak dari sana nya, yang perlu gue lakuin sekarang cuma… cuma… ngga tau, nikah sama cewek yang Nenek gue suka, buat anak yang banyak supaya anak gue ngga stress karena jadi satu-satu nya pewaris yang masih hidup dan akhir nya mati, lagian kita semua begitu kan? Lahir, benafas terus mati, apa beda nya?”

Venus tak menanggapi ucapan Adam, sisi lain diri nya setuju dengan ucapan Adam tentang, lahir, bernafas lalu mati, hidup se-simple itu kan?

Sangat jarang kehidupan seseorang menjadi sesuatu yang lebih dari hanya sekedar “Bernafas” misal nya membuat sejarah dengan menjadi Presiden atau sosok pahlawan di dalam sebuah peperangan tapi hal itu tak terjadi pada 
setiap manusia, setiap hari atau dimana saja.

Takdir orang berbeda-beda dan beberapa orang, seperti Venus di takdirkan menjadi orang biasa.

Sisi lain nya tau jika Adam, bukan sekedar “Orang pada umum nya” ia memiliki takdir yang tertulis di tangan nya, ia akan menjadi orang besar namun, seperti orang besar lain nya, ia membutuhkan banyak pengorbanan dan Adam telah mengalami nya bahkan sejak ia kecil.

Ia kehilangan Ibu nya dan kedua adik nya dan ironis nya harus hidup dengan orang yang membuat segala hal buruk yang terjadi pada hidup nya terjadi.

Kini, perlahan namun pasti rasa benci yang sempat singgah di hati nya akan setiap kelakuan Adam dan teman-teman nya pada nya menghilang dan kini ia tak yakin apa yang ia rasakan.

Hell, ia bahkan tak mengenali diri nya lagi sekarang.

“Apa Agnes orang yang Nenek kamu pilih untuk kamu?” tanya Venus

Adam mengangguk “Gue suka sama dia, tapi gue ngga yakin kalau gue cinta sama dia”

Venus tersenyum “Kamu akan tau itu nanti”

Venus seolah teringat sesuatu “Bagaimana kamu tau… kamu ingat malam itu?” tanya Venus “Kalau aku datang ke apartment kamu dan-“

“Lo nanya semua yang mau lo tau ke gue?” lanjut Adam, menaikan satu alis nya.

Menunduk, Venus merasa malu.

“Dari itu” Adam menunjuk ukulele yang bersender di samping meja.

Venus melirik pada ukulele dan Adam bergantian “Ukulele?”

“Gue inget, kalau gue mainin ukulele itu dan lo ngelarang gue” cerita Adam.

“Ya, karena sejujurnya aku mengharapkan kamu membanting ukulele itu, ngga pernah melintas di kepala ku kalau satu hari nanti aku bakal liat seorang Adam Natawijana yang selalu nyetel lagu Queen dengan volume yang bisa bikin telinga siapapun tuli itu ternyata bisa nyanyi lagu romantis kayak “Somewhere Over The Rainbow”” Venus tertawa mengingat malam itu.

Adam mengerang “Tolong jangan ceritain itu ke siapapun, apa lagi yang gue lakuin?”

“Kamu… kencing jongkok”

“APA?!”

Venus tertawa, menyadari kesalahan nya dalam menyusun kalimat “Maksud ku, kamu hampir kencing jongkok karena kamu ngga bisa menahan pipis kamu dan kamu kesusahan buat buka celana kamu”

God! Fuck! Jangan ceritain itu juga ke siapapun”

“Dengan satu syarat” Venus mengambil ukulele di samping meja “Mainkan lagi aku lagu!

“Ngga! Gue ngga mau megang barang terkutuk itu lagi!” ucap Adam menatap jijik dan ngeri pada ukulele itu.

“Terkutuk?” Venus melirik ukulele di tangan nya lalu memposisikan nya di tangan nya dan memetik senar nya, memainkan nada yang random.

I remember a song” ucap Venus

What song?

The moon song” jawab Venus, ia mulai memainkan ukulele itu dan bernyanyi “I’m lying on the moon~~

Ia berhenti lalu melirik Adam “Kamu tau lagu itu? sering aku nyanyikan waktu SMP pakai gitar-“

“Lo bisa main gitar?”

“Cuma untuk lagu ini, dulu waktu pelajaran kesenian aku nyanyi ini di depan kelas, tapi gitar sama ukulele sama aja kan? Sama-sama pake senar” ucap Venus.

Adam mengangkat bahu nya “Yeah…”

“Kamu mau dengar?” tanya Venus, kembali memetik senar ukulele.

Adam menatap Venus “Lo nyanyi? Tentu”

Venus nampak serius meletakan tangan nya di senar “My Dear, I’ll be there-“ ia berhenti dan tertawa canggung “Maaf, aku agak lupa nada nya”

“Mungkin kamu bisa melihat ke arah lain, selain aku, aku ngga pernah nyanyi di depan orang tanpa iming-iming dapat nilai” ucap Venus jujur membuat Adam memutar mata nya.

Ia menatap lurus ke depan, pada kerlap-kerlip oren di jalan raya lalu pada gedung-gedung dan naik lebih ke atas pada bintang dan bulan, mata nya berhenti bergerak saat ia melihat pantulan samar Venus yang sedang memainkan ukulele dengan serius, ia mulai bernyanyi :

“I’m lying on the moon
My dear, I’ll be there soon
It’s a quiet and starry place
Time’s we’re swallowed up
In space we’re here a million miles away
“There’s things I wish I knew
There’s no thing I’d keep from you
It’s a dark and shiny place
But with you my dear
I’m safe and we’re a million miles away”
 


 

----------------
 

80. Broken Heart

Music starts playin' like the end of a sad movie
It's the kinda ending you don't really wanna see
Taylor Swift - Breathe
 


--------------🔰

Venus sedang berjalan menuju gudang sekolah untuk menyimpan penggaris sekolah yang baru saja di rusak oleh teman-teman sekelas nya untuk bermain billiard saat ia mendengar suara cekikikan menggema di satu ruangan yang Venus tak tau pasti dimana tepat nya.

Mata nya menjelajah ke tiap celah lorong sekolah, ia mulai mendengar suara percakapan, ia mengintip dari salah satu celah pintu, ia terbelalak saat melihat Putra berdiri disana, berciuman dengan seorang gadis yang Venus tak ketahui siapa.

Jantung nya berdetak keras, takut jika ini seperti yang Venus duga, Lidya dan Putra namun, entah harus lega atau marah, saat 2 wajah itu menjauh dan si perempuan terkikik geli, ia mengenali nya, Dinda, adik kelas nya.

Venus langsung menyingkir dan berbalik begitu mata Dinda mengarah ke arah pintu, seolah menyadari ada yang sedang mengintipi nya.

Venus menutup mulut nya, berjalan dengan cepat kembali ke kelas, melupakan penggaris atau apapun yang seharus nya ia lakukan sebelum ia mendapati Putra dan Dinda tengah berciuman mesra di dalam gudang.

Di dalam kelas, ia terus melirik Lidya beberapa kali, rasa nya hubungan Lidya dan Putra bukan hanya sekedar TTM namun lebih dari itu, pacaran? atau mungkin seperti Adam dan Bella? Venus menggelengkan kepala nya, ia tak mau dan tak bisa membayangkan jika hal yang terjadi pada Bella juga terjadi pada Lidya.

125. Putra selingkuh dengan Dinda.
 


Venus menutup The Black Book dan memasukan nya ke dalam loker, menghembuskan nafas ia menyandar pada loker nya.

Seharian ini ia juga tak bisa menghindari tatapan jijik dan benci Bella juga kawan-kawan nya, jadi saat jam pulang berbunyi ia tak mau menghabiskan waktu lebih lama di sekolah, ia-dengan ijin Adam- kembali ke apartment Adam untuk mengambil buku nya yang tertinggal sedangkan Adam bersama teman-teman nya, entah kemana, berparade dengan mobil-mobil mahal mereka, mengingatkan nya saat Bella melempari nya dengan telur sementara teman-teman nya yang lain menonton sambil tertawa.

Seolah semua itu baru terjadi kemarin…

Venus mengambil memori dari dalam kamera yang ia taruh di dalam apartment Adam, ia berpikir untuk tak lagi memasang nya disana lagi, buat apa? semua sudah kembali menjadi normal… yah setidak nya tidak seburuk saat pertama kali ia berada di sekolah ini.

Ia tak seharus nya menyimpan kamera ini lagi di dalam kan?

Baru saja Venus akan melepas kamera itu terdengar suara pintu terbuka, ia tersentak segera menjauh dan mundur, berhati-hati ia keluar untuk melihat siapa yang datang dan ia tak bisa lebih terkejut lagi saat melihat Mama tiri Adam, Amel –Adik tiri Adam- dan Agnes berdiri disana.

“Hei!” sapa Agnes meski wajah nya bingung dengan kehadiran Venus di dalam apartment Adam.

“Aku… ngambil buku ku yang ketinggalan, Adam ngga ada disini dia pergi sama teman-teman nya” ucap Venus.

Agnes mengangguk “Oh iya, tadi dia nelpon aku”

Oh…

“Tante” sapa Venus pada Mama tiri Adam.

“Venus, mau makan dulu? Agnes tadi masakin Adam makanan kesukaan nya” ucap nya.

Venus menggeleng “Oh ngga, ngga perlu saya harus kerja kelompok dulu Tante” bohong Venus.

“Sayang sekali, padahal Agnes sudah masak banyak” ucap nya.

Venus tersenyum meminta maaf “Saya pergi dulu permisi” baru Venus keluar dari pintu apartment, seseorang kembali memanggil nya.

“Ya?”

Mama tiri Adam berjalan ke arah nya, sendirian, bayangan Venus akan seorang wanita penyayang menghilang begitu saja saat mendengar cerita Adam tentang wanita ini.

“Apa kamu sudah bicara dengan Adam?” tanya nya.

Venus tau apa yang ia maksud, beberapa minggu yang lalu Mama tiri Adam berbicara dengan nya soal keinginan Papa Adam dan ia agar Adam melanjutkan kuliah di Amerika.

Mama tiri Adam berpikir kalau Adam mungkin akan menolak keinginan Papa nya karena Agnes, perempuan yang orang tua nya yakini sebagai perempuan yang bisa membuat Adam berubah melanjutkan sekolah nya di Australia, besar kemungkinan Adam akan memilih untuk kuliah di Australia untuk tetap dekat dengan Agnes.

Awal nya Venus memang berniat membantu, Mama tiri Adam bilang kalau keinginan itu berdasar pada keinginan Papa nya yang ingin anak nya kuliah di tempat yang sama dengan nya, sulit untuk membujuk Adam, ia bahkan tak tau bagaimana harus mengucapkan nya.

Saat Mama tiri Adam menunjukan formulir nya ia cukup terkejut karena Adam seharus nya baru mulai masuk kuliah tahun depan namun Mama tiri Adam meyakinkan Venus jika ia hanya meminta Venus untuk membuka pikiran Adam tentang kuliah di Amerika.

Sayang nya dan untung nya sebelum itu terjadi, Adam sudah menceritakan tentang… Orang tua nya, Mama nya, Papa nya, Adik nya, kedua Adik nya…

Ia langsung membuang kertas yang Mama tiri Adam berikan pada nya, tak mampu melakukan apapun hal yang berhubungan dengan orang tua Adam.

“Maaf Tante tapi, mungkin lebih baik Tante bisa bicara langsung dengan Adam” ucap Venus sopan.

Mama Tiri Adam menyatukan kedua tangan nya di depan “Ya mungkin begitu, Adam sedikit sulit untuk di ajak bicara-“

“Ngga” potong Venus cepat, menyadari ketidaksopanan nya ia menggeleng dan menghela nafas mencoba mengontrol diri nya,

“Maaf, maksud saya Tante, Adam ngga sesulit itu untuk di ajak bicara, dia cuma… waktu bicara sama dia nanti coba untuk tidak men-judge pilihan nya, dia paling ngga suka itu dan… dan kalau dia mulai mengucapkan sesuatu yang kasar, percayalah dia ngga benar-benar bermaksud mengucapkan hal itu dan saat dia bilang “Pergi” itu berarti dia ingin kita untuk “Tinggal”” ucap Venus.

Don’t be too hard on him” pinta nya “Please

Mama tiri Adam nampak terkejut dengan permintaan Venus, dengan senyum ia kembali berucap “Jangan khawatir”

🐦🐦
 


Sampai di rumah Venus dengan segera membuka memori kamera yang ia bawa dari apartment Adam, ia sangat terkejut saat melihat rekaman dimana Putra dan Diana duduk berdampingan di sofa, menonton Ricki dan Ricko bermain PS sambil sesekali berciuman.

Ironis rasa nya karena selama ini Lidya selalu di perlakukan layak nya simpanan, ia tak pernah di bawa ke muka umum, well semua murid di sekolah tau kalau ada “Sesuatu” di antara mereka tapi itu semua, tak ada date normal ala anak sekolahan atau duduk bercengkrama tanpa harus saling meraba tubuh satu sama lain.

Venus, tanpa menunggu hingga besok segera menuju rumah Lidya.

“Venus?” tanya Lidya sedikit bingung karena Venus bukan tipe remaja yang suka menghabiskan waktu nya bersama teman-teman di rumah orang lain.

Adam benar, ia tipe yang nerd.

“Ada sesuatu… Mungkin lebih baik kalau kita bicara di tempat yang sedikit privasi” ucap Venus tak enak.

Lidya, meski bingung membawa nya ke kamar.

“Kenapa?” tanya Lidya

“Lid, aku… mungkin ini bukan hak ku untuk bicara tapi, Kak Putra aku pikir dia… dia mempermainkan kamu”

“Maksud lo?” tanya Lidya

Venus berjalan mendekat “Lid, kamu ingat malam itu waktu kamu bilang ngga jadi jalan sama Kak Putra karena dia ada acara sama keluarga nya?”

Lidya tampak mengingat-ngingat sebelum mengangguk “Iya, Papa nya baru datang dari Jerman, Mereka mau makan malam keluarga, memang nya kenapa?”

“Itu bohong” ucap Venus, menatap Lidya simpati.

“Maksud nya- lo tau darimana Putra bohong? Dia-“

“Adam yang ngasih tau aku, malam itu mereka racing dan Putra juga datang kesana”

“Adam? Adam ngasih tau lo gimana bisa? Kalian kan-“

“Itu ngga penting Lid, yang penting sekarang adalah kamu sama Kak Putra” Venus duduk di samping Lidya yang sekarang masih menatap nya tak percaya.

Venus mengerti cinta memang membuat orang buta sama seperti yang pernah Venus alami, tapi ia tak akan membuat Lidya melewati batas bodoh dimana ia melakukan kesalahan yang sama seperti Adam dan Bella.

“Dia selingkuh Lid, tadi siang waktu aku… ke gudang aku ngeliat Kak Putra sama Diana disana… mereka ciuman”

Lidya terbelalak “Ngga mungkin, lo mungkin salah liat”

“Kak Putra bukan orang baik-“

“Gue yang lebih tau baik-buruk nya dia, gue deket sama dia udah lama!” ucap Lidya marah.

“Tapi apa dia pernah… minta kamu jadi pacar nya, secara resmi?”

Lidya mengangkat satu alis nya “Gue rasa itu ngga penting, kita bukan anak kecil yang baru tau cinta itu apa”

“Tapi kalian memang begitu Lid!”

Lidya berdiri “Venus, gue tau lo ngga suka sama semua anggota frat, dulu gue juga begitu tapi bukan berarti lo bisa memfitnah mereka sesuka hati lo, kalau lo cuma mau ngomong omong kosong silahkan keluar dari rumah gue!”

“Aku ngga ngomong omong kos-“

“Terus apa yang coba lo ucapin Venus, lo ngefitnah Kak Putra, lo nge-judge dia dan lo berharap gue diam aja, begitu?!”

“Lid, apa kamu ngga sadar bagaimana Kak Putra sudah merubah kamu-"

“Semua orang berubah Venus, lo berharap gue stuck di satu tempat, please, lebih baik lo pergi gue masih ngehargai lo sebagai teman gue, gue ngga mau ngucapin sesuatu yang bisa nyakitin lo”

Venus tak bisa menyembunyikan keterkejutan nya saat mendengar betapa dangkal nya pikiran Lidya akan diri nya, bagaimanapun juga mereka sudah menjadi teman dekat, Venus pikir mereka sudah ada di tahap dimana mereka bisa saling mempercayai satu sama lain namun, sekali lagi ia meyakinkan diri nya jika Lidya saat ini sedang di butakan oleh perasaan nya pada Putra.

Ia mengambil memori di saku celana nya “Lidya sebener nya-“

Apa? apa lagi?!” tanya Lidya emosi.

“Mungkin kamu mau liat ini” ucap Venus.

Lidya mengernyit, menatap memori di tangan nya lalu pada Venus “Apa ini?”

Tak menjawab pertanyaan Lidya, Venus berjalan menuju meja belajar Lidya, ia berjalan mundur saat satu folder muncul di layar laptop Lidya.

“Lidya, sebelum kamu buka video ini, aku mau kamu-“

Lidya tak menunggu Venus menyelesaikan ucapan nya, ia berjalan cepat ke arah laptop dan mengarahkan kursor nya ke folder itu.

Tak ada yang bersuara selama video itu berputar, hening dan Venus bisa merasakan keterkejutan Lidya.

“Lid” panggil Venus, saat Lidya tak menjawab Venus mendekat ke arah nya, hati nya hancur melihat Lidya menangis, tak ada suara atau gerakan, Lidya berubah menjadi seperti salah satu benda bersejarah milik Indonesia, Batu menangis.

“Lidya-“

“Darimana- darimana lo dapat video ini?” tanya Lidya masih menangis, namun ia tak terisak.

Venus menatap Lidya ragu, ia tak tau apakah ia harus menceritakan yang sebenarnya pada Lidya atau tidak, namun melihat rasa sakit, terkhianati dan kesedihan di mata Lidya membuat Venus merasa tak punya pilihan, lagipula Lidya adalah teman nya kan?

“Aku dapat dari apartment Adam” jawab Venus jujur, ia mulai menceritakan nya dari awal, jika ini buku maka ia menceritakan nya dari Bab pertama, chap 1, jika ini film maka ini adalah adegan pertama.

Bagaimana ia pertama kali bertemu Adam, perjanjian atas dasar keterpaksaan yang di tawarkan Adam melalui makanan kucing yang membuat mereka dikira akan bunuh diri bersama di atas sungai, ia menjadi budak Adam sampai pada genjatan senjata bohongan yang membuat Adam berhenti mengganggu nya di sekolah dan Venus memasang kamera tersembunyi di apartment Adam.

“Ini… lo ngga boleh masang kamera di dalam apartment Adam, Venus, itu illegal dan lagi kalau Adam tau dia bisa- ini salah” ucap Lidya dengan wajah bingung juga tak percaya, ia memandang Venus dari balik mata berair nya seolah Venus memiliki tanduk.

Sebener nya, ia memang harus di beri tanduk berwarna merah untuk semua hal yang telah di lakukan nya.

“Aku tau Lid, aku memang sudah berencana mau lepas kamera itu”

“Sudah berapa lama?” tanya Lidya “Kamera itu, lo dan Adam”

“Aku ngga tau, sudah berbulan-bulan dan aku awal nya memang niat untuk nyebar beberapa video tapi…”

“Tapi apa?”

“Aku pikir aku punya prasangka yang salah soal Adam selama ini” ucap Venus pelan.

“Lo pasti bercanda” ucap Lidya tak percaya “Venus, denger… Adam dan Bella, yang gue denger dari Putra, alasan mereka putus bukan cuma karena Cleo”

Venus menatap Lidya, wajah nya nampak menaruh perhatian pada ucapan Lidya.

“Putra bilang… Adam, dia berubah”

“Berubah?” tanya Venus tak mengerti, jantung nya mulai berdetak kencang.

“Ada sesuatu, Adam… Putra sudah kenal Adam lama dan prilaku Adam beberapa bulan terakhir ini menurut Putra… sedikit aneh, sebenernya jadi sangat aneh” ucap Lidya

“Gue pun ngerasain yang sama, gue ngga tau itu apa tapi gue merasa dia… lebih baik?” Lidya mencari kata yang tepat “Lebih hidup

“Aku ngga ngerti maksud kamu Lid”

“Putra bilang, Adam mungkin ketemu sama seseorang…”

“Siapa?”

Lidya menggeleng “Gue ngga tau Venus, Putra pun ngga tau, yang dia tau seseorang ini adalah perempuan yang… mungkin Adam sukai

Untuk beberapa saat mereka berdua hanya diam, seolah sedang mencerna apa yang sedang dan telah terjadi.

“Agnes” ucap Venus “Perempuan itu Agnes”

Lidya mengangkat bahu nya ragu “Mungkin, tapi Putra ngomong ke gue soal ini sebelum Agnes datang”

Venus memandang tangan nya yang berlipat di atas pangkuan nya, ia menatap Lidya “Mereka sudah kenal lama Lid, lagipula Agnes itu cinta pertama nya Adam”

Venus mengangkat bahu nya “Itu… bukan urusan ku, aku pikir mereka cocok, Agnes yang membuat Adam berubah menjadi orang yang lebih baik, aku liat sendiri secara langsung”

Lidya menghela nafas pelan “Mungkin” bisik nya.

“Bagaimana dengan kamu?” tanya Venus pada Lidya “Kamu mau… aku ngga merekomendasikan ini tapi video ini kalau tersebar, Putra dan Diana bisa-“

“Ngga!” ucap Lidya cepat “Gue… gue ngga bisa ngelakuin itu ke Putra, gue… gue udah…” Lidya menunduk menaruh wajah nya di telapak tangan.

Venus menepuk bahu nya pelan, membiarkan Lidya menumpahkan semua tangis nya.

“Gue udah tidur sama dia Venus” lirih Lidya di antara tangis nya.

Venus tertegun “Oh Lidya…” ia memeluk Lidya dari samping, sungguh tak menyangka orang yang ia anggap pandai seperti Lidya pun mampu melakukan kesalahan yang termasuk ke dalam golongan amat sangat bodoh.

“Gue cinta dia Venus…” ucap Lidya “Gue cinta Putra tapi kenapa dia ngelakuin ini ke gue?”

“Kenapa dia ngelakuin ini ke gue? Apa dia… ngga cinta gue?” isak Lidya.

Venus menatap Lidya sedih “Aku ngga tau Lid, siapa yang bisa menebak perasaan orang?”

--------------💔
 

81. Decision

You're broke, no, I can't fix you 
I won't, no, i won't diss you 
But babe, yeah, I might miss you 
Hayley Kiyoki - What I Need
 


--------------💛

Sama seperti setiap cerita dari novel yang pernah ia baca, semua nya hanya berakhir dalam 4 ending, sad ending, Happy ending, ending yang gantung dan tragic ending.

Dari ke empat nya Venus adalah pemuja Happy ending, menurut nya hidup ini adalah lingkaran setan dimana semua hal buruk bisa terjadi kapan saja dan dimana saja, hidup hanya sekali dan jika ia harus mati hari ini maka ia ingin akhir yang bahagia untuk ia ceritakan pada teman-teman seperhantuan nya nanti.

"Kamu ngapain?" tanya Venus saat melihat Adam sedang memanjat pagar belakang sekolah seorang diri.

"Holy shit!" ucap nya kaget, ia menoleh ke bawah, menatap Venus yang sedang membawa kresek hitam di tangan nya.

"Lo yang ngapain disitu?" bisik Adam keras.

Venus berdecak "Kamu jawab pertanyaan ku dulu baru aku jawab pertanyaan kamu"

"Oh gue mau ngeliat pemandangan sekolah tercinta kita dari atas pagar" jawab Adam sarkas "Keliatan nya gimana?"

Venus menggeleng-geleng "Kamu pasti terlambat kan?" tebak nya.

Adam masih duduk di atas pagar yang sangat tinggi "Keliatan nya lo juga" ia melompat dengan gaya ninja, sangat cool, terlebih saat ia berhasil mendarat tanpa mendaratkan wajah nya terlebih dahulu ke tanah.

Adam tersenyum setan dari balik pagar tinggi yang memisahkan mereka "Nah, sekarang gue bisa manggil guru piket dan liat apa hukuman yang bakal mereka kasih ke lo"

Venus mengernyit "Hukuman? Kenapa aku harus di hukum?" tanya Venus tak mengerti.

Adam menaikan satu alis nya "Karena lo terlambat dan... lo ngga bawa tas ke sekolah" Adam melipat tangan nya di dada, memperhatikan Venus dari atas ke bawah dengan pandangan arogan.

Venus memutar mata nya, ia melangkah maju ke depan pagar dan tanpa bersusah payah, ia mendorong pagar itu terbuka.

Adam menganga, menatap pada pagar dan Venus bergantian seolah Venus baru saja mengeluarkan kekuatan dari dalam tubuh nya untuk membuka pagar sekolah.

Venus berdecak "Jujur aja tadi kamu keliatan konyol banget waktu ada di atas pagar, satu-satu nya yang menutupi kekonyolan kamu tadi adalah kamu mendarat di tanah dengan cukup keren tapi ah..." Venus menutup wajah nya sendiri dengan tangan nya "Mengingat kamu manjat pagar kayak tadi aja sudah buat aku sendiri malu"

Venus mengintip dari celah-celah tangan nya, terkikik geli karena melihat wajah Adam memerah malu.

Adam berdeham "Lo pikir gue ngga tau pagar nya ngga di kunci"

Denial. Denial. Denial.

"Keliatan nya begitu, memang nya orang normal mana yang mau manjat pagar setinggi 4 meter padahal pagar nya terbuka"

"Orang normal ini" Adam menunjuk diri nya sendiri "Lo sendiri baru datang?" tanya Adam.

Venus masih berdiri di bagian luar pagar, di pisahkan oleh pagar besi tinggi berjarak di depan mereka yang sudah sedikit terbuka.

"Ini sudah jam pelajaran ke 3 Dam, mana mungkin aku baru datang"

"Oh ya?" Adam melirik jam tangan nya "Gue kira ini masih masuk jam pelajaran ke 2"

Venus mendekat, menempelkan wajah nya pada pagar "Darimana kamu semalam?" ia mengendusi bau tubuh Adam dari balik pagar "Oh, jangan bilang kamu ke sekolah ngga mandi!"

"Memang ngga" jawab Adam santai.

"Darimana kamu?" tanya Venus

"Lo darimana?"

"Kamu mabuk semalam?"

"Lo bolos?"

"Jadi, tadi malam kamu ngga pulang ke rumah?"

"Jangan bilang lo bolos sama si Alex, ngga kan?"

"Kamu tidur dimana?"

"Dimana dia sekarang?"

"Di apartment kamu?"

"Lo mau-mau nya di ajak bolos sama dia, lo di beliin apa? aqua 600ml?"

"Atau kamu tidur di rumah Agnes?"

"Kalau lo bolos sama gue, gue beliin lo aqua yang 1500 ml!"

"Ya baguslah, berarti bangun tadi kamu sudah di siapin sarapan sama calon istri kamu itu kan?"

"Apa lagi yang dia beliin buat lo? cireng?"

"Untung nya aku belum sarapan jadi aku ngga harus muntah"

"Kalau gitu sarapan sama gue!" ucap Adam dengan ekspresi ngotot.

"Ayok! Siapa takut?" Venus melotot.

"Ayok! Gue bakal beliin lo yang lebih dari cireng!"

"OK!"

"OK!"

Adam dan Venus saling menatap satu sama lain dengan tatapan menantang, bernafas dengan kasar dan ngos-ngosan, masih berdiri berhadap-hadapan dengan hanya di batasi pagar besi di tengah-tengah mereka.

Untuk beberapa saat kedua nya hanya diam, menormalkan nafas dan emosi masing-masing.

Melupakan kekonyolan mereka, Adam berdeham "Lo darimana?" tanya nya dengan nada yang lebih manusiawi.

"Fotokopi" jawab Venus canggung "Kamu?"

"Semalam gue nemenin Putra minum dan dia terlalu mabuk buat pulang ke rumah nya jadi gue bawa dia ke apartment gue" jelas Adam dengan jujur.

"Oh" ucap nya "Kenapa dia mabuk?"

"Bukan tempat gue buat bicara, itu urusan Putra sama Lidya" jawab Adam "Dan mereka sudah sama-sama dewasa buat mutusin apa yang mau mereka lakuin, Putra bukan satu-satu nya yang salah disini, kalau Lidya ngga mau-"

"Kamu tau apa yang aku pikirkan dari tadi malam? Gimana kalau Lidya punya nasib yang sama kayak Bella? Gimana kalau Putra itu seperti kamu? Dan bagaimana kalau di luar sana ada orang yang bernama Agnes" ucap Venus.

Adam menghela nafas, ekspresi nya kesal namun ia coba menahan nya "I'm not a fucking saint, gue buat kesalahan dan sekarang hidup gue dalam penderitaan, kalau Putra atau orang lain nya buat kesalahan yang sama kayak gue maka itu kesalahan mereka, sampai kapan lo mau nyangkutin segala hal buruk yang terjadi sama orang di sekitar lo sama gue?"

"Aku ngga bermaksud begitu" ucap Venus malu "Apa yang terjadi? Kamu sudah tau sebelum nya? atau baru tadi malam? Kamu juga ikut mabuk?"

Adam menaikan satu alis nya "Apa ini? twenty question?"

Venus mengulang kembali pertanyaan nya untuk Adam dan menghitung nya dengan jemari "Four Questions" ucap nya "Twenty juga boleh kalau kamu ngga keberatan"

"Apa warna kesukaan kamu?" tanya Venus

Adam mendengus "Lo serius?"

Venus mengangguk yakin.

"Hitam? Gue ngga tau, tapi gue suka liat cewek pakai bikini hitam" Adam tersenyum mesum "Lo? lo suka pakai bikini warna apa?"

Mata Venus membulat "Pertanyaan kamu ngga ada yang lebih sopan?"

"Gue pikir disini ngga ada peraturan, lo bebas nanya gue apapun begitu juga sebaliknya, ngga ada batasan, bahkan kalau lo nanya warna bokser gue sekarang gue bisa kasih tau, warna ny-"

"Stop, stop!" Venus menghentikan gerakan Adam yang hendak mengintip ke balik celana nya sendiri.

Ia tak habis pikir, apa Adam tak punya otak? Ok mungkin otak nya berkapasitas rendah, tapi apa senggaknya dia punya rasa malu? Demi Tuhan! Sekolah mereka berada di pusat kota dan kendaraan lalu lalang di depan pagar sekolah mereka, orang normal mana yang mau buka celana di muka umum cuma untuk pamer warna sempak?!

"Aku ngga peduli warna sempak kamu apa dan menjawab pertanyaan kamu, aku ngga pernah pakai bikini dan ngga akan pernah sampai kapanpun, jadi aku ngga bisa jawab pertanyaan kamu"

Adam mengusap dagu nya "Wow lo ternyata lebih nerd dari pada yang gue pikirkan" gumam nya.

"My turn!"

Adam mengangkat tangan nya ke atas "Pertanyaan tadi hangus karena ngga lo jawab jadi gue masih punya jatah pertanyaan ke lo"

"Enak aja, aku kan sudah jawab aku ngga pernah make"

"Ok, kalau gitu SEANDAINYA, seandainya lo pake bikini lo mau warna apa?" tanya Adam masih belum menyerah dengan keingintahuan nya akan sesuatu yang tak berguna, seandainya, SEANDAINYA Adam memiliki rasa ingin tau sebesar ini akan pelajaran, ia mungkin bisa jadi The Next Einstein.

Venus mengabaikan tangan nya yang gatal ingin meninju hidung mancung Adam "Hitam"

Senyum mesum Adam melebar dan Venus amat sangat menyesali jawaban nya "Lo niat mau seduce gue kan?"

"Apa?! ngga, aku milih warna hitam karena itu warna netral dan- yeah, apa peduli kamu?!" jawab Venus dengan wajah memerah.

"Ok, ok, ntar kalau kita pergi ke pantai gue bisa liat- "

"Stop Dam, stooop" ucap Venus kesal "Giliran ku, Sudah berapa banyak perempuan yang kamu tiduri?"

Mata Adam membulat, seperti anak kecil yang terkejut, masalah nya disini pertanyaan yang Venus ajukan sangat tidak sesuai dengan ekspresi Adam.

Adam nampak berubah jadi batu, lebih kaku dari tugu monas, ia bahkan tak berkedip, Venus menghitung sampai 50 dan saat Adam masih diam, ia menjentikan jari nya di depan Adam.

"Halo? Jawab!"

Adam berkedip beberapa kali, menatap Venus polos "Ehm, satu"

"Kamu yakin satu?"

"Errr, iya..." jawab Adam dengan ekspresi aneh.

"Kamu ngga bohong kan?" Venus menyipitkan mata nya.

"Lo ngasih gue lebih dari 1 pertanyaan! Giliran gue, Apa lo pernah nyium cowok lain selain gue?"

Wajah Venus memerah "Ng-ngga ada"

Senyum Adam mengembang "Ok"

"You are weird, Siapa pacar pertama kamu?"

"Belum pernah pacaran"

Venus membelalak "Bahkan Agnes? Bella?"

"Satu pertanyaan untuk satu pertanyaan" ucap Adam, ia mendekat, menatap Venus intens dari celah pagar "Apa lo suka sama gue?"

Giliran Venus yang mendadak kaku menjadi tugu monas, jangankan berkedip, bernafas pun ia tidak, rasa nya jantung nya berhenti berdetak dan bumi berhenti berputar, ia tak lagi mendengar suara ribut-ribut kendaraan yang lalu lalang, kucing yang berkelahi dan suara teng-teng-teng dari tukang bakso yang lewat di depan sekolah nya.

"Venus" panggil Adam.

"Huh? A-apa? pertanyaan apaan- Aku, yah... sebagai manusia aku suka sama kamu, kita kan sebagai mahluk sosial ngga boleh saling benci, perdamaian dunia itu harga nya mahal, apalagi kita satu negara-"

"Ya atau ngga?" tanya Adam tak sabaran.

"I...ya" jawab Venus "Sebagai sesama manusia" tambah nya.

"Have you made a decision?" tanya Venus.

"What decision?" tanya Adam balik.

"Agnes atau Bella" jelas Venus.

Adam diam untuk beberapa saat seperti pikiran nya tengah melayang ke suatu tempat "3 minggu lagi acara pertunangan gue di laksanakan" jawab nya, membuat jantung Venus seolah meloncat dari tempat nya.

"Jadi pada akhir nya kamu memilih Agnes?" tanya Venus.

Pandangan Adam tak lagi berfokus pada nya, Venus merasa jarak di antara mereka tak lagi sekedar pagar besi yang melintang di antara mereka, jarak itu tak terlihat oleh mata namun Venus bisa merasakan nya, jauh disana di dalam hati nya.

"Lo bener Venus, gue selalu punya pilihan sayang nya gue selalu buat pilihan yang salah jadi mulai saat ini gue pikir lebih baik kalau orang lain yang ngambil keputusan itu buat gue, gue ngga mau nyakitin siapapun lagi, gue baru 18 tahun dan rasa nya gue sudah hidup lebih dari 89 tahun, gue ngga mau jadi impoten di usia muda karena terlalu stress"

"Lo mau datang?" tanya Adam "Lo boleh datang kalau lo mau, sebenernya itu acara keluarga tapi kalau lo mau..."

"Aku... ngga tau, ada beberapa hal yang harus ku urus" Venus menatap Adam "Aku dapat tawaran kuliah, beasiswa"

"Beasiswa? Darimana?" tanya nya.

"Universitas di Jogja"

"Jogja? Berarti lo pindah ke Jogja?" tanya Adam.

"Ngga tau, aku masih belum mutusin, mau terima atau ngga... ya, sebenernya aku ngga punya banyak pilihan..."

Adam mengangguk-ngangguk "Jogja? Jarak nya berapa ratus kilometer dari sini...?" gumam nya dengan pandangan menerawang.

"Jauh banget, aku mungkin cuma pulang sekali atau dua kali setahun, aku ngga terlalu suka perjalanan jauh dan aku harus menghemat untuk biaya hidup ku nanti"

Venus menghela nafas "Aku ngga nyangka hari ini akan datang, rasa nya baru kemarin aku masuk SD"

"Gue bisa datang kesana" ucap Adam setelah beberapa saat ia hanya diam.

"Kamu mau?" tanya Venus tak percaya.

"Kenapa ngga? Sepupu gue ada yang tinggal disana, kita bisa... ketemu kalau gue kesana, Yang pasti setelah gue ketemu sama Sepupu gue, gue ngga mungkin ke Jogja cuma buat ketemu lo kan" Adam mengangkat bahu nya.

Venus mengangguk "Bener"

"Jadi lo bakal pergi?" tanya Adam, memastikan kalau yang ia dengar tadi bukan sekedar khayalan.

"Dan kamu bertunangan, sebentar lagi menikah"

"Menurut lo pilihan gue sudah tepat?" tanya Adam "It's a big deal for me, gue bener-bener ngga pernah setuju sama pertunangan ini dan sekarang gue... gue ngerasa kayak jilat lidah gue sendiri"

Venus tertawa "Jilat ludah kamu sendiri, maksud nya?"

"Kenapa kamu ngga tanyakan itu ke hati kamu sendiri? Semua yang aku tau Dam, You need someone... someone who can fix you, seseorang yang bisa buat kamu bahagia" dan saat mata nya bertemu dengan mata Adam, Venus mencoba menahan semua luapan rasa di dalam hati nya.

"Dan orang itu bukan aku"

"Kenapa bukan lo?" tanya Adam "Akhirnya lo bakal jadi Dokter, lo bisa tetap ngejadiin gue sebagai pasien percobaan lo, lo sudah ngelakuin itu beberapa kali sebelum nya dan berhasil"

"Itu rasa sakit yang berbeda" ucap Venus "Aku cuma bisa mengobati luka luar kamu Dam, tapi disini" Venus menunjuk dada Adam "Mungkin cuma Agnes yang bisa"

"Gue bahkan ngga cinta sama dia" ucap Adam.

"Dan kamu bahkan ngga suka sama aku" jawab Venus telak "Seenggaknya, kamu punya perasaan suka sama Agnes"

"Terkadang gue ngerasa lo terlalu suka ngelewatin batas lo" ucap Adam "Lo bicara seolah lo tau apa yang gue pikirin dan lo ngambil keputusan soal gue secara sepihak" gumam Adam.

Venus menatap Adam "Maksud nya?"

Adam mengangkat bahu nya.

"Aku selalu suka kalau rambut kamu di naikan begini" ucap Venus, memandang rambut Adam dengan takjub.

"Cuma rambut gue?"

Venus tersenyum, menyadari kalau ia berhasil mengalihkan pembicaraan berat mereka ke sesuatu yang lebih ringan.

"Dan kepribadian kamu kalau kamu ngga lagi bad mood kayak gini" goda Venus "Dan kalau kamu blushing"

Adam mengerang "Shut up! Gue ngga blushing, Cuma cewek yang blushing"

Venus tertawa "Kapan terakhir kali kamu potong rambut? Tawaran ku masih berlaku kalau kamu mau, Mohawk? Punk? Gentleman? Gundul?"

"Sebelum kita ke pertenakan kuda Kakek gue, ulang tahun nya Andrew" jawab Adam "Lo masih inget kan?"

"Masih" jawab Venus "Aku cuma pernah ke peternakan kuda sekali dan itu sama kamu Dam, ngga mungkin aku lupa"

Adam tersenyum lebar "Gue suka jadi yang pertama buat lo"

"Lo mau kesana lagi? Anggur nya sudah panen, gue janji mau bawa lo kesana lagi kan" tawar Adam tiba-tiba.

Venus menatap Adam terkejut "Kamu yakin?"

Adam mengangguk.

"Ah tapi besok aku masih ada bimbel sampai sore" ucap Venus, baru teringat dengan jadwal padat nya.

"Besok pagi" ucap Adam.

"Pagi aku sekolah Dam, kamu juga" ucap Venus mengingatkan.

"Subuh kalau gitu" putus Adam final "Gue jemput lo jam 3 pagi dan lo sudah harus siap dengan seragam lo habis dari sana kita langsung pergi ke sekolah"

"Tapi Dam-" Ucapan Venus terhenti saat Adam menaruh jari telunjuk nya di bibir Venus, membuat perasaan amat sangat asing muncul di tubuh nya, bergerak menjadi gelombang aneh yang belum pernah ia rasakan sebelum nya.

"No but, besok gue jemput lo" ucap Adam, mata Adam turun ke jari telunjuk nya yang ada di bibir Venus, ia menelan ludah nya, perlahan jemari itu bergerak ke pipi Venus, mengusap nya samar, mata nya kembali bertemu dengan Venus, membuat Venus bisa melihat mata Adam, yang entah kenapa warna nya lebih pekat dari biasa nya dan ada kabut di dalam nya.

"Ok?" bisik Adam.

"Ok" Venus bernafas.

Adam menjauhkan jemari nya dari pipi Venus, memandang Venus beberapa saat, seolah mencari tau apa yang ada di kepala Venus, sedikit yang Adam ketahui bahwa saat ini otak Venus sedang dalam masa eror, jangankan berpikir sesuatu, berkedip pun ia lupa cara nya.

"Gue ke kelas" pamit Adam, meninggalkan Venus berdiri di balik pagar besi putih setinggi 4 meter itu sendirian.

Venus mengangguk.

Amaze.
 


 

Hypnotized.
 


 

Mesmerized.
 


Dan Venus hanya berdiri diam di tempat nya hingga siluet Adam menghilang dari pandangan nya, Venus menggenggam besi-besi tipis pagar dengan kedua tangan nya, entah untuk menopang tubuh nya atau sekedar ingin mencari pegangan.

Yang Venus tau, ia tak suka perasaan ini, sesuatu di dalam hati nya, menjadi abstrak namun di saat bersamaan hampa.

Paduan aneh yang membuat nya kehabisan nafas...

Venus menyentuh pipi nya, masih bisa merasakan bekas jemari itu...

Ia menghela nafas, menegakan tubuh nya, menggerakan tangan nya untuk membuka pintu pagar namun, pintu itu tidak bergerak, Venus menggoyang-goyangkan nya dengan sedikit keras namun yang ada hanya suara derit besi yang bergesekan.

Venus panik, ia mengintip ke dalam untuk melihat kunci gerbang dan membelalak saat melihat gembok di rantai telah terkunci rapat yang ia sangat yakini tadi sebelum nya masih terbuka.

...

"ADAM!"

---------------💛

82. Pale Blue Dot

Should we have a little kiss
while seeing both of our hourglasses
Let’s make a plan to meet somewhere that is
most far from ‘goodbye’
RADWIMPS - Sparkle
 


 

-------
 


Venus menggigil saat udara dingin menyerbu tubuh nya, ia mandi jam setengah 3 pagi dan si Satan mengendarai mobil nya seperti orang kesetanan, masuk akal sih kan dia Satan…

What are you wishing for, Venus?” tanya Adam.

I wasn’t wishing. I was looking at the stars” ucap Venus

“Menurut kamu ada berapa bintang yang ada di atas kita sekarang?”

Adam menggerakan jari telunjuk ke atas nya, sebelah mata nya tertutup seolah ia sedang menghitung,

“1. 234. 567. 890” jawab Adam dengan wajah serius.

“Bintang itu bukan Tuhan jadi ngga ada guna nya aku buat permintaan” ucap Venus

“Dan lagi itu bukan bintang tapi meteor, orang-orang berpikir itu bintang karena berasal dari langit dan saat malam keliatan nya kayak bintang, tapi bukan, itu adalah meteor yang sedang terbakar di atmosfer bumi” jelas Venus

“Fakta nya” Venus mengangkat satu jari nya, menunjuk ke langit gelap di atas mereka yang masih bertabur bintang “Kamu bisa menggunakan bintang untuk sesuatu yang lebih rasional yaitu, sebagai penunjuk arah”

Mulut Adam membentuk huruf “O” sempurna, ia mengangguk-ngangguk seolah baru saja mendengar hal paling luar biasa hari ini.

“Kamu liat itu?” Venus menunjuk ke atas “Yang bentuk nya kayak ikan pari atau layang-layang itu?”

Adam mendekat ke arah Venus, hingga pundak mereka bertemu “Yang itu?” tanya Adam.

Venus mengangguk “Crux, dia menunjuk ke arah selatan, ke rumah kamu, Kalau kamu tersesat satu hari nanti dan kamu ngga tau jalan pulang, lihat ke langit dan kamu akan tau”

Adam melirik Venus intens “Seandainya gue ngga kenal lo, gue pasti mikir lo lagi ngegodain gue”

Venus mengernyit “Karena aku ngasih tau kamu arah pulang? Itu pengetahuan Dam, kalau ngasih pengetahuan di anggap ngegodain, berarti semua guru di sekolah kita juga begitu, eww itu menjijikan Dam”

You’re hopeless” gumam Adam.

“Terserah apa kata kamu, in case kalau kamu suatu hari nanti kamu mau cari perhatian di depan perempuan dengan bicara sesuatu yang ilmiah seenggak nya cek google, jangan cuma cari referensi dari film atau novel, itu Hoax!”

Adam memutar mata nya “Kalau gue jadi sutradara atau penulis nya gue bakal realistis, malam-malam gini, di udara sedingin ini gue berduaan aja sama pacar gue, gue ngga bakal ngehabisin waktu gue buat ngomong panjang lebar soal asal usul bintang, rasi bintang atau zodiac, gue bakal ngegunain mulut gue untuk sesuatu yang lebih berguna” ucap Adam.

“Berguna buat gue dan pacar gue” tambah nya.

“Wow Dam, aku ngga nyangka akan ada hari dimana kamu berhenti bersikap egois” ucap Venus sarkas.

Adam tersenyum lebar, terlalu bangga menjadi laki-laki mesum. Oh boy…

“Kalau aku jadi sutradara atau penulis nya, aku bakal ngajak pacar ku untuk ngitung jumlah bintang, ada rumus ilmiah nya untuk ngitung bintang kamu tau? Sama kayak waktu kamu mau ngitung jumlah pasir di pantai, tapi tentu itu bukan jumlah tepat nya karena-“

Adam mengangkat tengan kanan nya ke atas, mengisyaratkan Venus untuk berhenti bicara, Adam tau benar jika sekali Venus berbicara tentang “Hal-hal membosankan” maka ia tak akan berhenti untuk 2 jam kedepan, seperti saat Venus bercerita tentang teori evolusi yang membuat Adam jatuh tertidur di menit ke 10.

“Lo bahkan belum punya pacar dan gue udah ngerasa kasihan sama dia, seriusan” ucap Adam dengan wajah super serius

Serius” tambah nya lagi untuk menunjukan keseriusan nya.

“Kamu seharusnya lebih kasihan sama tokoh di film atau cerita yang umur nya pendek dan punya penyakit kronis atau yang harus berpisah karena sesuatu yang keren, misal nya kuliah di luar negeri atau di jodohkan sama miliuner” ucap Venus.

Adam, yang tak Venus sangka mengangguk setuju “Bayangin lo cuma punya sisa sehari sama pacar lo dan lo bahkan ngga ciuman, damn

Venus menadadak antusias “Ya kan! Kalau aku punya penyakit kronis dan ini hari terakhir ku hidup, aku ngga mungkin mau ngehabisin itu dengan ngelakuin sesuatu yang jelas-jelas di larang sama Tuhan, pacaran itu kan ngga boleh”

Damn it” Venus mendengar Adam menyumpah namun ia mengabaikan nya.

“Atau kalau aku harus kuliah keluar negeri, bukan nya lebih baik aku packing dan ngurus surat-surat untuk kuliah? Atau kalau aku di jodohin sama miliuner, daripada aku ngehabisin waktu sama pacar ku, bukan nya lebih masuk akal kalau aku ngabisin duit calon suami ku?”

“Lo bener 100% bener, seandainya ada film kayak gitu gue yakin gue jadi penonton yang pertama beli tiket nya”

Venus tertawa namun tawa nya langsung berhenti saat angin dingin berhembus dengan semangat, rambut nya beterbangan menutupi wajah nya, begitu pula dengan Adam, rambut nya yang memang sering terlihat berantakan, beterbangan seperti rumput di padang savana, hal itu membuat Venus tak bisa menahan tawa nya.

“Lo ngga punya hak buat ketawa, rambut lo jauh lebih berantakan daripada gue” ucap Adam pura-pura tersinggung, ia mencoba menyisir rambut nya ke belakang dengan jemari nya namun karena angin yang kencang rambut nya kembali berantakan.

Venus masih tertawa “Dan aku ngga peduli” ucap nya, tangan nya bergerak untuk merapikan rambut Adam, ia menekan rambut messy Adam agar menempel pada batok kepala nya “Kamu keliatan kayak Carl Saghan”

“Carl Saghan?” Adam mengernyitkan kening nya.

“Cinta pertama ku setelah Biologi” jawab Venus “Aku mencintai Biologi karena keilmiahan nya dan aku mencintai Carl Sagan sebagaimana dia mencintai Mars “Whatever the reason you’re on Mars is, I’m glad you’re there. And I wish I was with you”” Venus mengutip.

“Siapa?” tanya Adam.

“Carl Saghan, Pale Blue Dot; A Vision of the Human Future in Space” ucap Venus.

Adam menatap nya dengan tatapan kosong.

Consider that dot. That’s here. That’s home. That’s us

Us?

On it everyone you know, every human being who ever was, lived out their lives

Lives?

The aggregate of our joy and suffering, thousands of confident religions, ideologies and economic doctrines, every creator and destroyer of civilization, every young couple in love, every mother and father, hopeful child, every saint and sinner in the history of our species lived there”

Where?” tanya Adam bingung.

On a mote of dust suspended in a sunbeam

“Lo ngomong apa sih?”

Pale Blue Dot

“What Dot?”

The Pale Blue Dot, the only home we’ve ever known

Kernyitan di dahi Adam semakin dalam, wajah nya menunjukan kalau ia benar-benar tak tau apa yang Venus bicarakan.

Venus tak tahan lagi, ia meledak dalam tawa nya, Adam seperti anak kecil yang di ajak bicara politik dengan Kakek nya, wajah nya polos dan seperti kehilangan arah.

“Berenti” ucap Adam tersinggung.

Venus masih tertawa sampai kepala nya menunduk, ia memegangi perut nya sendiri.

“Berenti, sebelum gue cium lagi lo” ancam Adam yang sukses membuat tawa Venus berhenti.

Venus melirik Adam takut-takut, ia menjauh satu langkah ke samping saat bibir Adam membentuk senyum setan yang sangat ia kenali, masih sangat jelas di kepala nya bagaimana untuk pertama kali nya Adam, mempertemukan bibir nya dengan bibir Venus di tebing ini.

Venus berdeham “29 tahun yang lalu, dari jarak 6 miliar kilometer sebuah foto di ambil, foto titik kecil pucat di antara gelap nya luar angkasa, seperti debu… ketombe, tai lalat… Pale Blue Dot atau yang seperti kamu kenal, Bumi”

“Pikirkan di dalam titik kecil itu terdapat kehidupan, miliaran manusia hidup disana, yang masih bertahan disini maupun yang sudah pergi”

Venus menatap Adam “Kamu, aku, Papa kamu, Mama dan adik-adik kamu, Orang tua ku…kita berada di dalam titik yang sama, di dalam titik yang memiliki 195 negara, 196 kalau kamu mau mengakui Taiwan sebagai negara merdeka tapi itu bisa jadi masalah politik dengan China, jadi kita hitung aja 195, 7,5 sekian miliar penduduk dunia, 267 juta ada di Indonesia, tersebar di 35 provinsi”

And we’re here… side by side, aneh bukan?” Venus mengernyitkan kening nya “Dan ajaib” tambah nya.

“Apa maksud lo?” tanya Adam.

“Cuma kayak, Bagaimana kalau aku pindah sekolah ke… Bandung? Atau Papua? Atau Aceh? Apa kita akan bertemu? Maksud ku, apa mungkin aku bisa kenal orang se… se-populer, se-extravaganza, se-amazing kamu kalau aku ngga pindah kesini? Kamu bukan tipe orang yang bisa di temui di sembarang tempat, gaya hidup kita berbeda, mungkin aja kamu lagi di club di salah satu malam itu dan aku lagi di pasar, nawar kaos kaki”

“Dan bukan aku yang saat ini berdiri di samping kamu, mungkin Bella, mungkin Agnes…atau mungkin Adik kelas cantik anggota cheerleader yang baru atau murid pindahan dari Bandung yang pemalu atau tetangga kamu yang selama bertahun-tahun ini diam-diam punya rasa kamu-“

Adam menggeleng.

“Atau mungkin Kak Yolan, dia sudah punya perasaan sama kamu lama kan?”

Adam tersenyum “Lo ngga inget apa yang gue bilang waktu itu? Gue ngga pernah ngajak siapapun kesini Venus, kalau gue mau ngajak Bella gue udah lakuin jauh sebelum gue kenal sama lo"

"Agnes pernah kesini tapi ngga bareng gue dan di sekolah kita ekstrakulikuler cheerleader sudah di larang karena mereka selalu kelahi ngerebutin cowok setiap 3 hari sekali atau murid baru pindahan dari Bandung dan tetangga gue kanan-kiri nya, anak nya sudah pada nikah, lo gila mau gue jadi perebut Istri nya orang?”

“Dan Yolan? Dia itu mantan nya Rino, gue lebih milih loncat dari lantai 1 daripada pacaran sama bekas nya Rino”

Then why me?” tanya Venus tak mengerti “Dari semua orang yang kamu kenal, kenapa aku?”

Adam terdiam.

Wajah nya sama bingung nya dengan Venus.

“Itu…” 5 menit 12 detik kemudian “Mungkin seperti yang lo bilang, sesuatu di dalam hidup kita kadang terjadi dengan aneh dan… ajaib

“Ilmiah” ucap nya “Memang seharus nya begitu”

Venus mengangguk-ngangguk meski jawaban Adam kurang dapat ia pahami.

Well, siapa yang bisa memahami sesuatu sepagi ini?

20 questions?” tanya nya saat mereka berdua hanyut dalam warna keorenan yang perlahan muncul di langit.

Adam melirik nya sekilas lalu mengangguk.

“Bagaimana Adik-adik kamu, maksud ku kamu sangat mirip dengan Papa kamu, bagaimana dengan mereka?”

Untuk beberapa saat Adam hanya diam, sejujurnya Venus takut Adam akan marah atau lebih parah menangis jika Venus membahas hal ini, namun yang tak Venus sangka ialah, Adam nampak begitu tenang seperti arus laut di bawah mereka, tak tau bagaimana di dalam nya mungkin deras, mungkin sama tenang nya.

“Lo pernah liat mereka” ucap nya.

“Aku? kapan?” tanya Venus.

“Foto yang waktu itu lo kirimin ke gue, foto anak kecil laki-laki yang telanjang sambil nangis itu, itu foto adek kedua gue, nama nya Ibrahim”

“Oh” ucap Venus, merasa bersalah “Aku minta maaf”

It’s okay, gue tau lo orang nya ngga sopan”

Ucapan Adam sama sekali tak membuat perasaan bersalah Venus menghilang malah bertambah dan Venus tak bisa menyalahkan Adam akan hal itu karena ia memang telah lancang saat itu.

“Adik pertama gue beda nya cuma 3 tahun sama gue, nama nya ishak, waktu Nyokap gue ngelahirin Ibrahim, gue sama Ishak di beliin sepeda sama Bokap gue dengan syarat Ishak boleh di bawa pulang ke rumah dan kita ngga boleh ngelakuin sesuatu yang ekstrim kayak yang kita lakuin ke semua hewan peliharaan kita” kenang Adam sambil tersenyum.

“Dan apa hal ekstrim yang sudah kamu lakuin ke hewan peliharaan kamu sampai Papa kamu trauma?” tanya Venus.

Adam mengangkat bahu “Mandiin kucing di kolam renang dan saat acara Tv yang kita suka mulai, kita tinggal kucing itu begitu aja atau waktu Ishak ngelempar kelinci ke ring basket buat niru aksi sirkus atau semua burung peliharaan Bokap gue yang di lepas karena kasian burung nya ngga bisa terbang menikmati kehidupan bebas seperti yang kita tonton di Discovery channel” Adam tersenyum atas kenangan itu.

“Padahal awal nya Bokap gue nyuruh gue sama Ishak untuk nonton acara itu supaya kita bisa lebih sayang sama hewan peliharaan kita”

Adam tertawa “Bokap gue pulang ke rumah dan semua burung peliharaan nya menghilang, lo harus liat muka Bokap gue waktu itu, gue pikir dia mau marah tapi dia ngga bisa ngelakuin itu karena ada 2 anak laki-laki nya yang sudah ngelepas semua burung peliharaan nya di gendongan nya”

“Setiap liburan gue selalu kesini sama keluarga gue, Papa, Mama, Ishak, Ibrahim… kuda punya mereka bahkan masih ada sampai sekarang, Bokap gue yang pertama kali ngenalin tempat ini, orang yang ngajarin gue dan adek-adek gue berkuda, lo tau? Gue pernah jatuh disini, kuda gue kesandung batu dan kebalik, gue dapat jahitan di kaki gue, Ibrahim histeris dan Ishak lebih heboh lagi, Nyokap gue bahkan harus gendong dia supaya dia tenang”

Adam menghela nafas “Sekarang, ini tinggal gue dan Bokap gue”

Venus menatap Adam, tangan nya perlahan terulur, menepuk bahu Adam dengan canggung dan pelan.

And me, you always can count on me” ucap Venus sambil tersenyum “Tapi tentu kalau kamu juga baik sama aku” tambah nya cepat membuat Adam tertawa.

“Gimana Orang tua lo, gue penasaran darimana sifat aneh lo ini menurun”

“Jadi kamu mau tau tentang Orang tua ku cuma untuk memastikan kalau aku anak kandung mereka?” tanya Venus sambil tertawa.

Well, orang bilang aku mirip Ayah ku, aku anak pertama dari 2 bersaudara, aku punya adik nama nya Hugo dan dia sama menyebalkan nya dengan kamu, sifat ku mungkin lebih mirip Ibu ku karena waktu pertama kali ketemu Ibu ku, Ayah ku ngeliat Ibu ku, ngantongin banyak daun di seragam nya, awal nya Ayah ku kira Ibu ku itu gila tapi ngga mungkin kan orang gila sekolah di sekolah negeri, pas Ayah ku tanya, Ibu ku bilang itu daun jeruk supaya baju nya tetap wangi”

Adam tertawa.

“Aku pernah ngelakuin itu” ucap Venus “Bukan daun jeruk tapi bunga lavender, dulu di asrama ku banyak nyamuk dan obat nyamuk ngebuat baju ku bau asap jadi aku ngegantung bunga lavender di sekeliling kamar ku” jelas Venus.

“Teman-teman ku kira, aku penyembah aliran sesat waktu itu”

“Gue pasti bakal mikir hal yang sama kayak mereka kalau gue jadi teman sekamar lo” Adam tertawa.

“Gimana mereka meninggal? Orang tua lo?” tanya Adam.

“Kecelakaan, motor Orang tua ku di tabrak sama Truk, meninggal di tempat” jawab Venus “Dan kamu?”

“Seperti yang lo tau, Nyokap gue bunuh diri karena Bokap gue selingkuh dan punya anak dari perempuan lain yang sekarang jadi Nyokap tiri gue, dia bunuh diri waktu gue masih SD, gue ngga tau gimana tepat nya, ada yang bilang dia ngunci diri nya di dalam ruangan yang ada gas nya… ada juga yang bilang karena racun, gue ngga pernah di kasih tau ataupun niat nanya”

“Kamu harus nya tanya” ucap Venus “Jauh di dalam hati kamu, kamu pasti penasaran”

“Lo tau, ada orang yang pernah ngasih tau ke gue kalau Nyokap gue itu pecundang karena dia bunuh diri” ucap Adam, ia menatap lurus ke depan nya “Gue penasaran apa dia memang begitu, apa gue juga begitu? Pecundang”

Hening.

Mereka berdua sama-sama berdiri dengan tenang saat semburat keorenan itu melebar, muncul dari tiap celah awan abu-abu, mengingatkan nya cahaya kecil yang akan muncul dari celah jari nya saat ia menggenggam lampu kecil.

“Lo serius bakal ngambil beasiswa di Jogja?” tanya Adam.

“Kayak aku punya pilihan lain aja, kalau bisa aku ngga mau ngeluarin uang seperak pun untuk pendidikan ku” ucap Venus.

“Dan kamu? Setelah bertunangan kamu akan melanjutkan kemana?”

Adam mengangkat bahu nya “Belum ada rencana tapi kemungkinan besar di Amerika”

Oh Crazy Rich Asian” goda Venus.

Dahi Adam sedikit mengernyit, seolah ia tengah memikirkan sesuatu yang… crucial.

“Kita masih bisa kontak-kontakan, lo punya nomer gue kan” ucap Adam “Kita pasti bakal ketemu lagi, kayak yang lo bilang dunia ini… berapa negara nya? 139?”

“135” ucap Venus.

“Ya, 135 dan gue ke Amerika paling lama 4 tahun atau lebih, lo juga, lo di Jogja, itu masih di Indonesia, kita bisa ketemu waktu gue liburan musim panas atau waktu sekolah kita ngadain reuni” ucap Adam “Yang pasti kalau gue ngga sibuk” tambah Adam.

“Ya” ucap Venus, ia mengusap hidung nya, menatap lurus jauh ke depan dimana masa depan tanpa Adam tengah menunggu nya.

Pemikiran itu sungguh aneh dan menyedihkan bagi nya, rasa nya ia akan kehilangan sahabat dekat yang telah ia kenal selama seluruh hidup nya, lucu nya ia baru mengenal Adam tak lebih dari 1 setengah tahun belakangan ini, di awali dengan garam dan bisa kita bilang akhir nya dengan madu?

Saat mereka berdiri bersisian menikmati dingin nya pagi, menceritakan keluarga mereka, menceritakan hal-hal yang belum pernah mereka bagi pada siapapun.

2 jiwa rusak berdiri bersisian, menunggu matahari muncul agar sinar nya membawa mereka kembali ke realita, dimana semua tentang Venus dan Adam tak lebih dari kisah fiksi yang begitu ingin semua orang ubah ending nya, jika ini adalah akhir nya… karena bagi mereka berdua ini seperti awal, awal yang tak ingin mereka mulai.

“Aku harap aku bisa kenal kamu lebih awal” ucap Venus.

“Lo ngomong seolah ini hari terakhir lo hidup” ejek Adam.

Venus menatap Adam “Aku serius, seandainya kita ketemu lebih awal aku akan bilang kalau potongan rambut kamu itu aneh” tunjuk Venus pada rambut Adam yang bergerak tak tentu arah mengikuti arah angin.

“Dan fashion kamu terlalu berlebihan untuk anak seusia kamu”

Fashion gue? Gue ngga pernah ngerasa harus pergi ke sekolah pake kacamata atau pake scraf waktu musim hujan, bukan salah gue kalau baju gue semua nya ber-merek, bukan gue yang beli, gue cuma make apa yang udah di siapin di lemari gue”

Venus berdecak “Tetap aja, itu terlalu berlebihan, pakaian sehari-hari kamu bernilai lebih dari 20 juta dan itu belum termasuk jam tangan dan sepatu kamu, aneh nya kamu tetap keliatan ngga keren”

“Dan sepatu kamu” Venus menunjuk kaki Adam “Warna nya hitam putih, maaf tapi itu mengingatkan aku sama kotoran cicak, aku rasa selama ini kamu terjebak dalam masalah fashion yang lumayan serius”

“Kaos kaki kamu terlalu pendek, aku bakal ngasih kamu kaos kaki yang 19.000 dapat 3 asal kamu berhenti pakai jaket bomber ke sekolah”

Adam menaikan satu alis nya “Dan kenapa gue ngga boleh pakai jaket bomber?"

“Karena itu satu-satu nya hal yang bisa buat kamu terlihat keren” ucap Venus “Aku takut kalau kamu pakai jaket bomber setiap hari orang bakal bosan dan kamu harus cari cara baru biar bisa keliatan keren”

Damn, sekarang gue ngerasa kalau semua cewek yang ngedeketin gue itu cuma tertarik sama kekayaan gue”

“Dan karena Paman kamu ketua komite sekolah” tambah Venus.

Shit” rutuk Adam, pura-pura kesal.

Mata mereka bertemu dan mereka berdua tertawa.

“Kalau kita di pertemukan lebih awal, aku mungkin bisa ngasih tau kamu potongan rambut yang cocok sama muka kamu, baju dengan harga yang masuk akal dan sepatu yang keren” ucap Venus, ia menatap Adam “I wish I was with you"

--------------------🐇
 

83. Black, Blue And A Little Bit Of Pink

And if I'm not the one for you
You've gotta stop holding me the way you do
Oh when you found that the one for you
Why have we been through what we have been through
Adele - Water Under The Bridge
 


---------

Selama dia bersekolah di sekolah nya saat ini, hanya ada 2 hal yang bisa membuat seluruh sekolah menjadi calon penghuni neraka dengan kegiatan menggosip masal nya.

Pertama, Albert yang ketahun mengintip anggota cheerleader ganti baju.

Kedua, Adam dan Bella putus.

Namun pagi ini, nampak nya sesuatu yang JAUH lebih besar dan drama telah terjadi.

Rumor yang menyebar pertama kali tentang sebuah perkelahian.

Perkelahian di sekolah ini bisa di bilang kasus berat yang membosankan karena hampir tiap minggu nya murid sekolah yang berseragam putih abu-abu ini akan bertindak seperti baboon dengan menubrukan diri satu sama lain dan membuat keributan yang layak di tonton untuk menghilangkan jenuh saat jam makan siang sekolah.

Venus lebih suka saat pertengkaran nya terjadi antara perempuan dan laki-laki, di kantin saat keadaan ramai, ia merasa menonton drama tanpa harus membuang-buang data untuk streaming youtube.

Perkelahian laki-laki juga keren, beberapa kali Adam terlibat perkelahian, namun perkelahian itu lebih bersifat rahasia, tak ada guru yang tau, hanya murid-murid tertentu.

Venus, di lain sisi bisa berkesempatan menonton Adam berkelahi karena kebiasaan nya menulis contekan di sudut-sudut sekolah yang jarang di datangi orang.

Rambut nya jatuh ke dahi nya, keringat mengucur dari dahi sampai ke tubuh nya, seragam nya terbuka dan ada beberapa bercak kecoklatan, Venus tak bisa berkedip saat Adam meninju wajah lawan nya lalu menendang nya di perut, ia berdiri membersihkan darah di ujung bibir nya dengan jempol, persis seperti tokoh bad boy di novel…

Rumor lain nya yang menyebar, perkelahian ini terjadi di antara 2 anggota frat yang terhormat.

Tak bisa masuk di akal, karena mereka menghabiskan waktu mereka hampir selalu bersama-sama, mobil mereka bahkan terpakir berjejer, mereka punya jaket frat yang lebih keren dari jaket Dilan dan mereka semua harum.

Venus melambatkan tulisan nya untuk mendengar lebih jelas bisik-bisik di sekitar nya, gosip sama sekali bukan gaya nya namun, sekali lagi ia tetaplah seorang perempuan dan perempuan selalu haus akan informasi baru, baik fakta maupun rumor untuk menjernihkan pikiran nya dari kehidupan membosankan nya.

Nama pertama yang ia dengar adalah Ceper, Kakak kelas yang ia harap tak pernah punya rasa pada nya.

Nama kedua, Adam dan disini Venus untuk sejenak menghentikan tulisan nya, untuk memproses virtual yang muncul di kepala nya saat Adam dan Ceper saling pukul.

Brutal.

Hal yang tak bisa Venus mengerti adalah, mengapa?

Venus melanjutkan tulisan nya saat sekitar 10 perempuan di depan nya mulai berbisk lagi.

“Ngga aneh kalau mereka sampai masuk rumah sakit”

“Ya tapi rumah sakit nya juga punya orang tua nya Adam jadi mungkin mereka bakal malsuin pemeriksaan kesehatan nya supaya bisa ngelaporin Ceper balik”

“Menurut lo mereka bakal ngelakuin itu?”

“Keluarga Adam itu setara sama keluarga nya Kim Kardashian yang banyak drama nya, beda nya mereka ngga punya acara talk show sendiri”

“Menurut lo, salah satu dari mereka bisa masuk penjara?”

“Mereka berdua sudah 17 tahun ke atas”

“Bayangin mereka masuk Nusakambangan”

Hush!

“Tapi gue tetep bakal mau sama dia walau dia mantan narapidana”

Venus tak bisa menahan rasa penasaran nya, “Penjara? Rumah sakit?” tanya nya “Siapa yang masuk kesana?”

Perempuan yang memakai Jaket ala Milea di cuaca sepanas ini melirik nya dengan alis menanjak sebelah “Siapa? masa ngga tau siapa?” tanya nya dengan ekspresi tak percaya.

“2 cowok paling hot di sekolah” sahut yang lain nya lagi.

“Suami nya Bule kantin? Yang suka ngaduk kuah bakso?” tanya Venus, mengingat betapa “Hot” nya wilayah kerja nya, karena ia masih bisa mengingat dengan jelas saat dia mengaduk kuah bakso, tidak hanya kuah bakso yang ada di panci tapi juga keringat nya, yang semenjak itu Venus bersumpah dengan darah nya kalau ia tak akan makan bakso di kantin.

“Pak samsul, petugas kebersihan sekolah? masuk akal, kemarin dia bakar semua barang sitaan dari murid di belakang sekolah” ucap Venus lagi.

10 perempuan di depan nya menatap nya dengan tatapan melongo, menganga spesifik nya.

“Lo serius?” tanya perempuan yang lain.

Ada begitu banyak perempuan dan Venus merasa mereka berubah menjadi anggota girlband Korea, dimana wajah mereka menjadi sama dan ucapan mereka sulit untuk di mengerti.

Salah satu gadis mengangkat kedua tangan nya seolah dia menyerah dengan kebodohan Venus, meski pada fakta nya ia adalah murid paling pandai di antara mereka ber-11.

Tampak nya gosip bukan subjek yang ia kuasai, sama seperti kesenian.

Venus tertawa “Tentu ngga” menurut Venus cowok paling “HOT” di sekolah mereka adalah Guru Matematika dan Fisika mereka, namun saat mereka mendengar ucapan Venus, semua nya langsung memasang wajah jijik.

“Guru matematika kita punya 2 istri!”

Salah satu teman nya menyenggol nya “Menurut gue itu yang ngebuat dia mikir kalau guru matematika kita hot, karena dia bisa nikah sama 2 perempuan sekaligus dan sampai sekarang masih hidup”

Perempuan itu memutar mata nya “Gue ngga tau lo punya kelainan seksual apa, karena semua orang di sekolah juga tau cowok Hot di sekolah ini ada 3, Adam, Ceper dan Rizal”

“Putra juga” sahut yang lain.

Well, gue suka si kembar” tambah yang lain.

“Alex! Lo ngga bisa jadi seksi dan baik di saat yang sama, cuma Alex yang bisa”

“Inti nya” perempuan ini mengabaikan sahutan teman-teman nya yang terus menambah 3 nama laki-laki ter-HOT di sekolah menjadi 100 “Adam dan Ceper kelahi dan sekarang mereka berdua ada di rumah sakit, Orang tua Ceper ngga terima karena Adam matahin kaki anak nya dan Orang tua Adam ngga terima Ceper matahin tangan anak nya, jadi mereka saling lapor ke polisi” ucap nya panjang lebar, ia mengambil air minum di dalam tas nya.

Saat Venus pikir perempuan itu selesai, perempuan itu melanjutkan cerita nya lagi “Untuk beberapa bulan atau… tahun kedepan mereka mungkin bakal mendekam di penjara but it’s okay, semua cowok ganteng dan hot mudah di maafin” dia tertawa “Siapa yang bisa marah sama muka kayak mereka”

“Penjara?” tanya Venus tak mengerti “Siapa yang masuk penjara?”

Perempuan itu mengangkat bahu nya “Dua-dua nya, atau mungkin Ceper atau bisa jadi Adam- EH LO MAU KEMANA?! SEBENTAR LAGI GURU HOT LO BAKAL MASUK KELAS!”

🐁🐁
 


Venus tidak pernah, di ulangi lagi TIDAK PERNAH sekalipun ketinggalan pelajaran karena bagi nya sekolah adalah nafas dan belajar adalah detak jantung nya, jadi saat ia ketinggalan satu paragrap saja dari pelajaran yang Guru nya berikan pada nya, ia bisa di katakan akan terkena serangan jantung kecil.

Jadi, jika saat ini seseorang melihat Venus –masih mengenakan seragam- berdiri di depan pintu putih bersih, kaku dan tak indah itu, di jam sekolah dan saat pelajaran favorit nya fisika tengah berlangsung, hanya ada dua alasan, satu, ia sedang kehilangan akal nya dan dua, takdir.

Venus mengangkat tangan kanan nya untuk mengetuk pintu di depan nya, sekali… dua kali dan ia mengutuk pelan sambil memukul jidat nya, mengapa ia mengetuk pintu kamar rumah sakit?!

Begitu pintu kamar ia buka, baik Venus maupun orang yang tengah duduk setengah berbaring di atas ranjang putih itu sama-sama membatu, tak jelas apa yang sedang mereka pikirkan namun untuk 3 menit ke depan nampak nya mereka masih akan tenggelam dengan keheningan itu sebelum pasien yang sedang setengah berbaring itu berucap dengan nada tak percaya, terkejut dan… jika suara bisa menciptakan kembang api, maka suara satu ini adalah salah satu contoh nya.

“Lo datang”

“Ya” bisik Venus masih berdiri di tengah pintu.

Ia mengangkat satu tangan nya yang tak di gips, melambaikan nya pelan “Thanks God!” ucap nya dengan penuh rasa syukur.

“Kenapa?” tanya Venus, ia berjalan masuk mendekat ke arah pasien berwajah tampan itu dengan kening mengernyit

“Kamu butuh sesuatu?” tanya Venus saat sudah berada di samping nya.

Hal yang tak Venus maupun 7,5 miliar manusia duga ialah saat sebuah tangan melingkar di pundak nya, menarik nya lebih dekat ke wajah si pemilik tangan.

I’ve been waiting for you” bisik nya di telinga Venus membuat rambut halus di tengkuk Venus berdiri, ia bersumpah ia tak baru saja melihat hantu namun mengapa ia bisa merinding?!

Venus, perlahannnn dan sangat perlahan menggerakan kepala nya menghadap ke wajah si pemilik suara yang bisa membuat nya merinding itu dan meski ia telah mendengar suara itu lebih banyak daripada ia mendengar suara Bel sekolah, entah mengapa suara itu seolah menarik nya ke dimensi lain dan ia merasa jatuh dan bertekuk lutut untuk alasan yang tak jelas.

“Bokap gue masih sibuk ngejilat orang-orang tua di ruangan nya supaya ngga narik duit mereka dari perusahaan dan dari tadi cuma perawat laki-laki yang masuk ruangan gue”

“…”

“Venus, gue mau pipis” bisik Adam frustasi “Dan Bokap gue nyuruh gue nahan 30 menit lagi, damn it! Gue sudah nahan kencing gue dari 1 jam yang lalu dan Bokap gue mau gue nahan 30 menit lagi karena dia lagi di meeting penting yang dia bilang juga buat masa depan gue! Apa dia ngga tau kalau gue tahan kencing gue 30 menit lagi masa depan gue bakal hancur!”

“A-apa?” tanya Venus, antara bingung dan geli, tak tau mana yang mendominasi.

“Dan dari tadi cuma perawat laki-laki yang masuk ke ruangan gue! Gue ngga mungkin minta tolong mereka buat ke WC, bisa-bisa mereka iri atau lebih parah nya lagi nafsu sama gue!”

Venus menganga, namun tak satupun suara keluar dari mulut nya.

“Lo mau bantu gue pipis kan?” tanya nya “Gue bener-bener ngga tahan”

Masih misteri bagi Venus mengapa tiap kali ia memutuskan untuk mendatangi Adam maka hal pertama yang akan menyambut nya adalah Adam yang kebelet pipis, untuk beberapa alasan itu sangat tidak sopan dan melukai harga diri nya sebagai perempuan.

Namun, jarak wajah mereka yang tak kurang dari 7 cm (7,5 cm tepat nya) dan nafas hangat Adam yang menyebar di sisi kanan wajah dan leher nya dan detak jantung Adam yang seolah mengetuk pelan punggung nya dan aroma tubuh khas Adam yang tak dimiliki parfum manapun (Meski ia tau Adam belum mandi) dan bagaimana bahan kain baju rumah sakit nya menyentuh kulit nya dengan cara yang mampu membuat nya ingin masuk rumah sakit juga dan mata Adam yang menatap nya seolah ia adalah satu-satu nya mahluk paling berharga di dunia ini (Tentu, hanya dia yang ada di ruangan ini) dan hidung Adam yang di tempeli plester dan bibir Adam yang 0,5 cm terbuka dan memar di sudut pipi nya yang menghitam dan membiru dan luka di ujung bibir nya yang membuat jiwa Bad boy lover nya berteriak kegirangan dan...

Siapa yang bisa berkata tidak?

Jadi, ia mengangguk, mengambil infus Adam, menuntun nya masuk ke kamar mandi, menutup nya, mengangguk saat Adam melarang nya mengintip KECUALI kalau Venus meminta dengan baik, mungkin ia boleh mengintip selama 3 detik, 5 detik paling lama dan hanya di balas Venus dengan gelengan, Venus memandang dinding Wc sambil menyanyikan lagu Cicak-cicak di dinding (Jangan tanya) di dalam hati selama Adam membuang sesuatu yang selama 1 jam lalu ia tahan.

Saat ia mendengar suara khas air di buang, ia membohongi diri nya jika Adam sedang menyiram sesuatu di toilet dan saat giliran Adam menyiram toilet ia kembali berpikir jika Adam sedang bermain air, inti nya, ia tak mau memikirkan Adam sedang pipis sementara ia berjarak tak kurang dari 1 meter dari nya.

“Lebih baik di buang daripada di simpan” ucap Adam penuh dengan kelegaan “Sekarang lo udah bisa balik”

Venus yang sedari tadi tanpa di sadari menahan nafas nya, berbalik dan menatap wajah lega Adam.

“Kamu sudah…” cebok?

“Ya?”

“Lupakan” Venus membuka pintu Wc, di belakang nya Adam mengikuti dan seperti déjà vu, ia kembali mematung di depan pintu Wc saat ia melihat Adam versi tua sedang berdiri di ambang pintu ruangan, membatu di tempat nya, melihat anak laki-laki satu nya keluar dari Wc dengan seorang gadis.

Holy macaroni.

🐻🐻
 


“Papa selalu bilang nanti, sebentar, tunggu tiap kali Adam telpon!” keluh Adam “1 jam Pa! Adam sudah nunggu 1 jam dan Papa masih minta Adam nunggu 30 menit lagi? Coba Papa yang jadi Adam, pasti Papa sudah bilang Adam ini anak durhaka lah, anak kurang ajar…”

“Adam” Papa Adam menarik nafas dan menghembuskan nya dengan sangat perlahan, membuat dada nya bergerak perlahan mengikuti tarikan dan hembusan nafas nya.

Berbeda dengan kopian nya, Papa Adam nampak (mencoba) tenang, sedangkan Adam, jika saja tangan nya sedang tak di pasang gips, ia pasti sudah meloncat dari atas tempat tidur, menggebrak meja dan menutup pintu dengan suara yang luar biasa kencang lalu menaiki mobil ber-plat badass nya untuk mencari Orang secara random yang akan datang tepat pada waktu nya saat ia ingin membuang air kecil maupun besar.

“Papa lagi meeting sama client dan harus bicara juga sama pengacara kita, Kamu bisa saja memanggil perawat kalau kamu butuh sesuatu, itu sudah kewajiban mereka, kamu tau kan Papa lagi kerja? Papa ngga bisa ninggalin meeting begitu aja dengan alasan kamu mau buang air kecil Adam” jelas Papa Adam dengan alasan yang luar biasa logis namun Adam masih belum terima.

“Tangan Adam patah! Adam ngga bisa pegang cairan itu dan buka celana Adam di saat yang bersamaan karena cuma satu tangan Adam yang berfungsi!” Adam menunjuk “Cairan” itu alias infus dengan emosi.

“Dan Fuck! Cairan ini buat Adam selalu pengen kencing! Lepasin aja!”

Venus memperhatikan dua orang, dengan wajah 98% sama, hanya berbeda dari versi nya, Papa Adam seperti Windows Me dan Adam Windows Server 2016, Windows 1.0 pasti nya Kakek buyut Adam.

Papa Adam duduk tegak di tempat nya seperti menantu yang kena marah Mertua nya, sedang Adam duduk di atas tempat tidur nya seperti Mertua yang sibuk mengomeli menantu nya.

Venus sendiri, sibuk memakan cake matcha yang Papa Adam bawa untuk Adam, namun karena Adam sedang bad mood dan ingin memancing emosi Papa nya, jadi ia memberikan seluruh nya pada Venus.

Venus sendiri seperti anak tak tau diri yang lebih memilih makan dan menjadikan pertengkaran Ibu (Adam) dan suami nya (Papa Adam) sebagai bahan tontonan.

“Jaga bicara kamu Adam” tegur Papa nya “Lain kali kamu bisa hubungi Mama atau Amel kalau kamu mau ke toilet”

Hmmm… Matcha! Venus terbelalak saat melihat harga cake yang ia makan, 325.000… mahal ya… ia menyuapkan cake itu ke mulut nya.

Adam membuat ekspresi jijik “Mama dan Amel itu perempuan Pa” tekan Adam, seolah Papa nya lupa.

Matcha… matcha… matcha… sekarang matcha adalah rasa favorit nya setelah taro!

“Tapi Venus juga perempuan” ucap Papa nya bingung sekaligus mengingatkan.

Mat- i…

Dan setelah itu suasana menjadi hening plus awkward, gerakan Venus menyuap berhenti tepat di depan mulut nya, karena Adam, yang Venus harap bisa memberi feedback logis yang bisa membuat Papa nya menarik dan menghembuskan nafas berat, kini terdiam dengan bibir sedikit terbuka, speechless.

Papa Adam menoleh ke arah nya, yang masih membatu dengan posisi mulut menganga dan sendok di depan mulut nya.

“Venus” wajah Papa Adam memerah, menahan malu “Terimakasih sudah membantu Adam”

Venus terkesima, wajah nya memanas, membuat darah di wajah nya bergumul di sekitar pipi hingga menimbulkan warna merah muda, ia tak menyangka idola nya akan mengucapkan terimakasih untuk kedua kali nya pada nya.

“Itu ngga masalah, saya senang membantu Adam” ucap Venus sungguh-sungguh, ia melirik Adam dan tersenyum manis pada dua versi Microsoft itu “Lagipula, pipis Adam ngga bau jadi saya ngga keberatan untuk menemani dia kencing lagi”

Dan kini giliran wajah Adam yang memerah.

Dan Venus tak tau, itu karena memar atau karena blushing.

--------------

84. Clash Of Crush

You paint me a blue sky and go back and turn it to rain
And I lived in your chess game
Taylor Swift - Dear John
 


---------------💁

“Mau?” Venus mengangkat sendok nya ke arah Adam.

Adam menoleh ke samping, tempat dimana Papa nya sedang duduk kaku memperhatikan anak nya dan fan nya sedang dalam interaksi yang aneh, dimana kepala Adam sepenuh nya lurus mengarah ke Tv sementara mata nya tak berhenti melirik Venus yang duduk di tempat nya, tak berhenti mengoceh tentang betapa enak nya cake yang ia makan.

“Errr” Venus menurunkan sendok nya dan mengangkat piring nya ke depan Adam “Kamu mau?” tanya nya ulang, mengubah posisi sendok nya agar lebih friendly dan bukan nya romantic.

Adam kembali melirik Papa nya yang semakin canggung di tempat nya, Papa nya berdeham, ia berdiri lalu melirik jam tangan nya “Papa masih ada meeting nanti sore, kamu mau Papa telponkan Mama?” tanya Papa Adam.

Adam menggeleng “Ngga” jawab nya “Tapi suruh supir stand by disini buat ngantar Venus pulang”

Papa Adam mengangguk “Nanti pulang kerja Papa kesini lagi” Papa Adam menoleh ke arah Venus “Venus, Om pulang dulu”

“Iya Om”

Begitu pintu ruangan tertutup, Venus dan Adam sama-sama menghembuskan nafas lega.

Wow” ucap Venus dan Adam bersamaan.

“Papa kamu ngga marah?” tanya Venus bingung “Bahkan kamu yang marahin Papa kamu” ucap nya lagi dengan nada kagum, ini salah, tapi tetap saja dia kagum.

“Kenapa Bokap gue marah?” tanya Adam balik.

“Bukan nya kamu habis kelahi sama Kak Ceper”

“Bokap gue ngga pemarahan, dia jarang marah sama gue, kalau gue kabur dan ngga mau jadi anak nya lagi, sama siapa dia bakal ngewarisin perusahaan nya?” ucap Adam santai.

Venus menatap Adam.

“Seenggaknya kalau gue ngga ngasih dia cucu sebelum dia siap” ralat nya.

Mulut Venus membentuk huruf ”O”, ia mengangguk-ngangguk, mata nya menelusuri tubuh Adam yang babak belur “You okay?

“Oh maaf” ucap Venus cepat begitu menyadari betapa bodoh nya pertanyaan nya.

“Tangan kanan kamu patah” ucap Venus sambil menatap lurus tangan Adam yang di gips “Bagaimana cara nya kamu buka kulit pisang kalau kamu lapar?” tanya Venus.

Adam tertawa “Tangan gue patah dan lo lebih khawatir gimana cara nya gue buka kulit pisang”

“Ada lagi yang aku khawatirkan, tapi aku rasa itu agak menjijikan kalau ku sebut” ucap Venus jujur.

“Lo ngga sekolah?” tanya Adam begitu sadar Venus masih mengenakan seragam nya.

“Sekolah, aku keluar sebelum bel pulang bunyi”

Hening.

“Lo bolos?!” tanya Adam tak percaya, begitu ia berhasil mengelola ucapan Venus.

Venus mengangguk “Semacam itu”

“Tapi lo ngga pernah bolos” ucap Adam tak mengerti “Semua murid kelas 12 bahkan benci lo karena lo terlalu rajin belajar”

“Gimana mungkin lo… lo yakin lo bolos bukan nya lo dapat cuti dari sekolah?”

Venus tertawa geli “Sejak kapan di sekolah ada cuti nya?”

“Tapi semua Guru suka sama lo! Venus ini- Venus itu, gue bahkan ngerasa kalau lo anak pendiri sekolah kita!”

“Aku bolos” ucap Venus “Lewat pagar belakang sekolah, it’s fun

Adam menganga “Apa waktu manjat pagar tadi lo jatuh dan kepala lo mendarat duluan di tanah?” tanya nya dengan ekspresi khawatir.

“Aku ngga manjat, aku dorong pintu nya dan pintu nya terbuka”

Mata Adam menyipit “Tapi lo ngga pernah bolos, hell, lo bahkan selalu ke perpus waktu istirahat” ucap nya tak percaya.

“Kenapa lo bolos?” tanya nya

“Itu…” 5 menit 10 detik kemudian “Ilmiah, memang seharusnya terjadi” ucap Venus, meniru ucapan Adam seolah-olah itu adalah jawaban yang paling masuk akal.

Hening.

“Kamu mau makan pisang?” tanya Venus memecah keheningan.

Sure

🐗🐗
 


Venus tak tau pasti mana yang membuat jantung nya berdetak 500 kali lebih cepat dari biasa nya, apakah Adam yang secara random masuk ke dalam pikiran nya saat ia sedang berusaha untuk belajar, menulis, makan, bernyanyi, menonton, menyapu, mencuci piring, mencuci baju, Ok, bukan secara random melainkan terus-terusan muncul di kepala nya saat ia melakukan kegiatan yang sama sekali tak ada hubungan nya dengan Adam…

Apa hubungan nya membilas baju dengan Adam? Mengapa saat ia mengangkat seragam sekolah nya dari ember ia malah teringat dengan Adam?

Gila, Venus gila.

Saat ia membersihkan bekas minyak di piring dengan spon, ia teringat dengan Adam!

Gila, Venus gila.

Atau nasi goreng di depan nya.

“Lo ngga makan?” tanya Lidya, semenjak ia putus atau berpisah atau apapun itu nama nya, ia kembali ke Lidya normal, seragam nya kembali rapi dan cara bicara nya tidak seperti orang yang kebanyakan minum alkohol.

Jelas nya, ia kembali menjadi gadis baik-baik.

“Makan” Venus langsung menyuapkan nasi goreng di depan nya ke mulut.

“Tap-“ ucapan Lidya terhenti tiba-tiba membuat Venus mengangkat kepala nya dari piring, Putra berdiri di dekat meja mereka, menatap Lidya seolah Lidya adalah daging sapi terakhir di sayur rendang.

“Aku mau bicara sama kamu” ucap Putra dengan ekspresi serius.

Lidya melirik Putra sekilas, mata nya turun ke bawah dan ia melirik Venus, menggeleng “Ngga”

“Lid, Kamu bahkan belum denger alasan ku” Putra menggeram.

Lidya menoleh ke arah Putra, ia melirik Putra tajam, lalu kembali turun ke makanan nya.

“Ngga perlu” ucap Lidya datar.

Jawaban Lidya nampak nya tak membuat Putra puas, di lain sisi ia malah semakin terlihat marah.

“Kamu ikut aku sekarang atau aku paksa kamu” ancam Putra, saat Lidya tak bergerak dari tempat nya, ia menarik siku Lidya, memaksa nya untuk berdiri.

“Lepas!” ucap Lidya tertahan, mencoba melepaskan tangan Putra dari siku nya.

“Ngga, ngga akan, ikut aku dulu baru aku lepas”

“Ngga!”

Mendapat penolakan dari Lidya sebegitu keras nya, Putra merasa ia harus semakin memaksa Lidya dan hal itu membuat mereka menjadi tontonan orang di kantin, terlebih bukan rahasia lagi jika Putra dan banyak anggota frat laki-laki lain nya selalu mengedepankan emosi dan burung mereka untuk mengambil tindakan.

“Hei!” ucap Venus tanpa sadar saat Lidya mulai meringis karena cengkraman tangan Putra pada siku nya.

“Dia ngga mau” ucap Venus “Jangan dipaksa”

“Ini bukan urusan lo Nerd” sentak Putra.

Nerd, ia tak pernah di panggil Nerd oleh siapapun kecuali Adam dan cara Putra mengucapkan nya benar-benar seperti menghina sedangkan Adam…

“Argh!” Lidya meringis saat Putra menarik nya paksa.

“Bisa ngga kamu lepas?” tanya Venus mulai emosi “Bukan nya sudah jelas kalau Lidya ngga mau ikut kamu”

“Ngga ada yang minta pendapat lo, lo diam aja disitu ngga usah ikut campur urusan orang” ancam Putra

“Lidya teman ku, kamu sendiri kalau memang suka sama Lidya lebih baik kamu memperlakukan dia dengan lebih baik, dengan modal ganteng dan kaya ngga akan buat Lidya mau bertahan sama kamu, apalagi kalau kamu kasar dan tukang selingkuh” Venus melirik Lidya “Ya kan?” tanya Venus memastikan.

Lidya yang linglung hanya mengangguk.

“Lo! lo kan yang ngaduin gue sama Lidya” Putra melepaskan tangan nya dari Lidya dan mulai mendekat ke arah nya dengan langkah tertahan membuat Venus sedikit kaget dan mundur dari tempat duduk nya.

“Aku-“

“Kenapa ini?” suara yang maha agung Bella menggelora, sebenarnya hanya terdengar pelan namun suara nya memberi aura gelap sama seperti Adam…

Bella melirik pada Lidya yang hampir menangis di tempat nya, pada Venus yang berdiri ketakutan dan pada Putra yang berdiri angkuh bak Satan di depan Venus.

Tak seseram Satan yang Venus kenal…

“Put, lo serius ngga kesini cuma mau nyeret cewek ini kan” Bella menggerakan dagu nya ke arah Lidya dengan gerakan meremahkan.

Shut up” ucap Putra tajam “Ini urusan gue”

Bella memutar mata nya “Dan mau ngapain lo sama cewek aneh ini” Bella melirik jijik Venus.

“Dia yang buat gue putus sama Lidya” jawab Putra tanpa mengalihkan mata nya dari Venus.

Venus sontak menggeleng, menggeleng dan menggeleng.

“Masih belum bosan buat ngurusin masalah orang lain?” ledek Bella “Kali ini apa yang lo lakuin?”

“Aku ngga ngelakuin apapun” ucap Venus, belum selesai ia berbicara tangan Bella sudah merayap di tangan nya.

Ia di tampar lagi oleh Bella.

Perhatian semua orang kini tertuju pada nya dan Bella, para anggota frat lain pun mulai berkumpul di sekitar mereka, seperti saat pertama kali ia mendapat masalah dengan Bella, semua orang mendukung Bella.

“Apa lo bisa berhenti ngelakuin itu?” desis Bella “Berhenti masuk ke hidup orang lain dan ikut campur sama masalah mereka seolah lo yang punya masalah, apa lo ngga punya kehidupan sendiri yang bisa lo jalanin?”

“You’re pathetic” ucap nya.

“Gue belum pernah ngerasain ini, perasaan kasihan dan jijik di saat yang sama”

Ucapan Bella begitu menusuk hati nya, entah mana yang membuat nya malu saat ini, kata-kata Bella atau perhatian yang ia dapatkan.

“Ngga heran Adam sampai nyerah sama dia” sahut perempuan yang lain, membuat para anggota frat di sekitar nya tertawa.

“Maksud gue, bahkan Adam ngga mau nyoba setelah seminggu, what a shame!

“Nyoba?” tanya Venus bingung “Nyoba apa?”

“Nyoba lo” ucap Rizal terkekeh.

Venus menganga.

Ricki berdecak “Man, lo terlalu blak-blakan, tapi gue setuju soal Adam yang ngga mau deketin dia lagi, padahal gue yakin Adam yang bakal menang daripada Alex”

“Gue tau Alex bakal menang!” sahut Ricko “Mata nya ngga bisa bohong Man, dia emang sudah suka sama Alex dari awal, mungkin itu juga alasan si Adam ngga mau ikut lagi”

She is just annoying and plain boring” tambah Bella “That’s why

“Sayang gue ngga nonton adegan waktu Alex lari ke toilet buat nyelamatin dia dari lo Bel, gue yakin pasti si Alex udah kayak Superman, tiba-tiba muncul” kekeh Rizal.

“Gue juga!” sahut Ricko “Gue bakal taro mobil gue jadi taruhan kalau selanjutnya Alex nyium dia lagi di depan umum”

“Gue ngga akan percaya seandainya pacar nya Putra ngga bilang kalau mereka pulang bareng” ujar Rizal

“Tapi Man, ciuman di bawah hujan itu cliché banget” Putra tertawa, melupakan kemarahan nya… atau memang itu cara nya melupakan kemarahan nya dengan mempermalukan Venus.

“Adam ngga sudi dapat bekas nya Alex maka nya dia mundur”

“A-apa…?” bisik Venus lirih

Putra menatap nya “Adegan kissing lo sama Alex, menurut kita itu terlalu di buat-buat tapi menurut Alex “Lumayan”” Putra memberi tanda kutip pada ucapan nya membuat teman-teman nya tertawa.

“Serius, gue ngga ngerti kenapa kalian mau ngabisin banyak uang buat cewek kayak gini” Bella masih belum selesai, ia melipat kedua tangan nya di depan dada “Adam bahkan ngomong ke gue kalau anjing nya lebih gampang di ajak ngomong daripada dia”

“Ta-tapi Adam ngga punya anjing” lirih Venus pelan.

“Itu arti nya keberadaan lo itu sama tinggi nya kayak anjing khayalan nya Adam, ngga penting dan dia nganggap lo sesuatu yang ngga pantas di ingat”

“Apa ini?” suara Alex terdengar, ia masuk ke dalam kerumunan dan saat mata nya menangkap keberadaan Venus yang berdiri di tengah-tengah dengan wajah hampir menangis, sedikit banyak, ia merasa tau sebab nya.

“Venus”

“Alex!” teriak Rizal, ia menepuk bahu Rizal sambil tertawa “Man, tepat pada waktu nya”

“Apa maksud lo- Venus kamu-“

“Gue ngga percaya dia bisa ngasih lo first kiss nya begitu aja walaupun kalian baru dekat beberapa hari” ucap Rizal.

“Sudah jelas kan karena dia murahan” sahut Bella “Maksud gue, bahkan Adam yang laki-laki normal pun ngga mau sama dia, serius Alex, ada yang salah sama otak lo” olok Bella.

Suara tawa kembali menggema.

“Bel, lo ngga tau bibir nya perawan itu lembut” sahut Ricko.

Bella memutar mata nya “Dia mungkin masih perawan karena ngga ada yang mau sama dia, bukan karena dia punya moral”

“Bella ngomongin moral” ledek Rizal, membuat kawan-kawan nya tertawa.

“Seenggak nya gue ngga pura-pura jadi polos cuma buat narik perhatian cowok, beruntung pacar gue masih punya akal di banding kalian semua”

“Gue pikir lo udahan sama Adam”

Bella melirik Rizal jengah “Kapan lo denger gue putus sama Adam dan Adam ngga mohon-mohon buat balik sama gue?”

Rizal mengangkat satu alis nya “Lo bener juga, kalian pasangan psikopat sekolah ini, patut di budidayakan”

“Apa kalian semua ngga bisa diam?!” ucap Alex marah.

“Lo pada gila ya? lo mempermalukan orang di depan umum!”

“Lex” ucap Putra “Lo ngga perlu ngelakuin itu lagi, cepat atau lambat dia juga bakal tau, kalau bukan kita, mungkin si Ceper, setelah kaki nya bisa dia pake lagi, dia bakal datang ke sekolah dan ngasih tau dia, lo kayak ngga tau Ceper aja”

“Gue pikir, itu urusan gue sama Venus-“

“Lo ngga lupakan kalau ini juga masalah kita semua, c’mon Man, ini udah berbulan-bulan, kita udah mulai bosen sama permainan lo”

“Yeah, gue mulai ngga nge-feel apalagi setelah lo setop cerita kemesuman lo sama dia” sahut Ricki.

“Me-mesum?” tanya Venus tak mengerti, ia memandang Ricki dan Alex bergantian “Apa maksud nya?”

“Lo, tau kayak waktu lo ciuman sama Alex dan waktu kalian pergi ke bioskop terus badan lo di gerayangi sama Alex dan kalian ciuman waktu ada adegan bunuh-bunuhan muncul, yeah.. semacam itu”

Hening… Venus merasa semua menjadi hening.

Semua bergerak pada tempat nya, semua nya berbicara namun tak satupun tertangkap oleh telinga nya, ia memberanikan diri menatap pada satu-satu nya laki-laki yang nampak tenggelam bersama nya di lumpur yang sama.

Saat ia membutuhkan pertolongan, saat ia terjatuh, tangan yang selalu ia raih, tangan yang sama yang telah mendorong nya.

Tak sekalipun mata mereka bertemu dan Venus merasakan nya, sesuatu di dalam dada nya, seperti balon yang di penuhi udara, mendadak mengempis, sedikit demi sedikit lalu habis dan kosong.

“Bisa ngga kalian diam?!” ucap Alex marah “Sudah cukup sialan, Apa kalian ngga liat dia nangis?” geram Alex membuat semua mata tertuju pada Venus.

Venus sendiri tak menyadari nya, bukankah menangis itu butuh proses? Namun, mengapa untuk diri nya, menangis tampak nya menjadi bakat alami untuk nya, terutama menangis di depan orang.

I think you should tell her” suara Bella menggema “Sebelum dia pingsan dan buat kita harus ngangkat badan nya”

“Cukup Bella!” ucap Alex tegas “Cukup” tambah nya lagi dengan helaan nafas.

Mata mereka bertemu dan Venus tau, ia tau jika setelah ini semua tak akan lagi sama.

-----------
 

85. Secret

Memories that left me and faded recollections
Make me tired against this strange world
Taeyeon - Secret
 


-----------------

Venus benci momen ini, momen saat ia tak tau harus menangis atau diam atau kedua nya.

Venus benci momen ini, saat ia memiliki terlalu banyak pertanyaan di kepala nya dan ia bahkan tak punya kekuatan untuk membuka mulut nya.

Dia merasa… mati rasa dan perasaan itu begitu kosong, hingga ia tak bisa merasakan apa-apa lagi.

Venus berjalan di belakang Alex, mengikuti nya kemanapun ia akan membawa nya bahkan ke neraka sekalipun? Lucu, karena awal nya Venus 
selalu berpikir jika Alex adalah tokoh fantasi yang akan memberikan nya dunia percintaan seperti dunia di dalam buku yang ia baca.

Langkah Alex terhenti saat mereka berada di lapangan belakang sekolah, tempat dimana Venus dulu sering duduk memperhatikan Alex bermain futsal bersama teman-teman nya.

Saat Alex menawarkan sepatu nya… Oh ya Tuhan…

Saat Alex mempertanyakan kepribadian seorang perempuan pada nya yang bahkan ia sebagai perempuan tak bisa menjawab…

Atau hal-hal sederhana saat mereka duduk bersama di tempat ini, hanya berdua dan pohon dan angin… dan awan.. semua terasa begitu sempurna dan indah…

Alex duduk di salah satu anak tangga, berjarak 3 langkah dari tempat nya Venus duduk di samping nya, kedua nya diam dan ini mengingatkan kedua nya saat mereka duduk di tempat ini, seorang diri, memikirkan apapun yang ada di kepala mereka, hilang bersama semua kemungkinan yang mereka buat dan semua terasa begitu… sedikit terlalu berlebihan dan fakta, bahwa mereka berdua berada di tempat yang sama membuat ironi lain nya karena ada masa dimana mereka begitu menikmati keheningan yang ada di depan mereka dengan damai meski tak satupun dari mereka bicara.

Dan ini terasa begitu mengganggu. Untuk kedua nya.

Alex memulai cerita nya, semua nya, dari awal hingga akhir dan Venus tak sekalipun melirik pada Alex.

Tentang bagaimana awal nya, teman-teman frat nya, mulai menyadari ketertarikan Venus akan Alex dan menjadikan itu sebagai bahan candaan mereka…

“Dan kamu, entah bagaimana cara nya bisa punya masalah sama Adam, Adam jadi lumayan sensi sama kamu, apalagi setelah kamu kelahi sama Bella, Adam keliatan nya memang cuek tapi dia bener-bener ngga suka kalau ada yang nyakitin Bella dan mendengar kamu kelahi sama Bella, Adam marah dan… mulai nyangkutin itu ke Kakak, karena kita-Kakak pernah ngobrol sama kamu dan ngga tau siapa yang memulai pembicaraan tentang ini…”

This is stupid” ucap Alex.

I shouldn’t agree” tambah nya.

“Mereka mulai bicara soal kamu dan… muncul ide… ide untuk… untuk membuat taruhan”

Venus menutup mata nya, tak percaya dengan apa yang baru saja Alex katakan, saat pikiran nya telah berlari kesana kemari, memungkinkan pemikiran yang lebih positif, suatu fantasi, ia memikirkan sesuatu yang tak masuk akal meski… meski di kepala nya terbesit hal itu namun, itu tak mungkin… dan kini menjadi mungkin dan ia tak tau harus melakukan apa selain menahan tangis nya.

“Venus” ucap Alex.

Go on” perintah Venus lirih.

Lalu, ide itu datang dari Ceper yang berpikir mungkin akan menyenangkan jika membuat keadaan dimana Alex dan Adam memperebutkan perhatian Venus, meski mereka tak memiliki rasa apapun terhadap Venus namun Ceper mengatakan mungkin akan seru untuk perempuan polos seperti Venus mendapatkan pengalaman masa SMA yang sedikit liar.

Awal nya mereka berpikir ide itu bodoh namun, tak ada alasan untuk menolak ide itu, hanya karena itu terdengar menyenangkan untuk mereka.

Mempermainkan perasaan seseorang, membuat nya jatuh cinta lalu di jatuhkan dengan cara yang sangat memalukan dan menyedihkan.

Semua itu terjadi hanya karena mereka merasa bisa melakukan nya.

“Waktu hujan dan kita ketemu, waktu itu sebenernya Kakak tau kamu ada disana… Bella yang ngasih tau dan… dan Kakak ngasih tau mereka kalau kita ciuman”

Alex berbohong, ia mengakui nya.

Semua itu semata-mata karena ego nya dan karena ia ingin membuat Adam merasa kalah, meski pada fakta nya mereka tak pernah melakukan nya hingga hari ini.

Hampir pernah… tapi semua itu di gagalkan oleh petir. (Chap. Thundercloud)

Dan Venus tak bisa lebih bersyukur dari itu.

Aneh nya, Alex merasa hubungan Adam dan Venus menjadi lebih dekat meski pada kenyataan nya mereka terus-terusan berkelahi dan menghina satu sama lain.

Tapi, mereka melihat nya dengan cara yang lain dan Alex kembali mengulangi perbuatan hina nya, saat ia mengajak Venus berjalan-jalan, ia menambahkan bumbu, dimana ia berkata kalau mereka pergi menonton di bioskop, hal umum yang di lakukan kebanyakan orang saat mereka sedang melakukan pendekatan, menonton bersama… (Chap. COINCIDENCE? dan Paper Town)

“Kakak ngasih tau mereka, kalau kita… kita ciuman lagi di dalam bioskop dan… lain nya, Kakak tau ngga seharus nya ngomong hal kayak gitu tapi…” Alex mengusap wajah nya, kepala nya menunduk.

Adam di katakan tak percaya awal nya, namun Alex meyakinkan nya dengan mengatakan jika pada kenyataan nya Venus memang menyukai nya dari awal.

Menyukai nya.

Pernah menyukai nya.

Dan yang orang-orang tak ketahui, Adam lah yang berhasil mencium nya sore itu, apa itu taruhan nya? mengapa ia tak memberitahu teman-teman nya? apa karena Bella? Apa dia malu pernah mencium Venus?

Dan ingatan nya kembali saat Adam mencium nya. (Chapn Sunburn)

Bibir lembut Adam menyentuh bibir Venus, ia terlalu terkejut untuk melakukan sesuatu, perlahan dan sangat perlahan Adam menggerakan bibir nya di atas bibir Venus dan saat Venus tak membuat gerakan apapun untuk menghalangi perbuatan Adam, Adam memperdalam ciuman nya, menekan bibir nya pada bibir Venus dan Venus seolah kehabisan nafas…

Takut, malu, bingung…

Venus menutup mata nya, menutup mata nya dengan erat dan saat wajah Adam bergerak lebih dekat, hingga ia bisa merasakan sentuhan hidung Adam di pipi nya, Venus merapatkan bibir nya, menahan nafas.

Gerakan bibir Adam di bibir nya melambat dan berubah menjadi lebih sensual, Adam mengecup nya sekali lagi sebelum ia memberi sedikit jarak untuk mereka, Venus masih bisa merasakan nafas Adam di wajah nya.

Venus memberanikan diri untuk membuka mata nya dan itu adalah sebuah kesalahan karena saat mata nya terbuka hal pertama yang ia lihat adalah sepasang mata hitam pekat Adam.

Seperti terjebak di dimensi lain, dimensi yang mereka ciptakan untuk diri mereka sendiri, mereka berdua diam, mematung menatap ke mata masing-masing tanpa mengucapkan sepatah kata pun.

Baru Venus berpikir bahwa mungkin mereka akan menghabiskan satu tahun di tempat ini dengan berdiri berhadapan tanpa mengucapkan sepatah katapun, Adam membuka mulut nya.

Dan yang ia ucapkan selanjut nya adalah sepenuh nya penyesalan, Venus mengetahui itu dari nada bicara dan bagaimana cara Adam menatap nya untuk sejenak sebelum mengalihkan pandangan nya dari Venus.

“Maaf”

Venus tak bisa melupakan hari itu, tak sedetikpun, saat seorang laki-laki untuk pertama kali nya mendaratkan bibir nya di bibir Venus.

Meski selama ini ia berusaha keras untuk melupakan nya, ia tak bisa.

Ia merasa malu dan rendahan… seorang laki-laki mencium nya dan ia menyesal, Adam menyesal telah mencium nya.

Terlalu menyesal, hingga seorang egois seperti Adam mau meminta maaf pada nya dan ia terlalu bodoh untuk menerima segala nya.

Bodoh, untuk mengangguk dan membiarkan Adam berjalan mendahului nya, memikirkan nya saat ini membuat nya… kecewa pada diri nya sendiri.

Ia seharus nya melakukan sesuatu, menampar Adam atau mendorong nya ke tebing dan disana ia hanya berdiri mematung seperti orang tolol, tak tau harus melakukan apa.

Malu dan di tolak.

Dan Venus mendapatkan jawaban nya dari Alex hari ini.

Adam tak berniat melanjutkan taruhan mereka, di katakan, Bella tak menyukai Adam yang berusaha dekat dengan perempuan lain meski sebenarnya itu semua hanya kebohongan dan Adam mengatakan jika ia tak lagi tertarik.

“Gue pikir dia beda, ternyata dia sama aja kayak cewek lain nya” ucap Adam.

“Murahan”

Meski Adam tak lagi mau melanjutkan nya, bukan berarti permainan mereka selesai, Alex mendapat banyak uang dari taruhan itu dan yang lain merasa akan membosankan jika mereka menghentikan permainan di tengah jalan.

“Kami setuju untuk… untuk pasang taruhan lagi” ucap Alex.

Dan kali ini mereka bertaruh, jika Alex bisa tidur dengan Venus sebelum Venus lulus.

Alex, awal nya tak setuju, itu mengapa ia tak lagi berusaha mendekati Venus dan menjalin hubungan dengan perempuan lain, saat itu, ia katakan, ia mulai merasa bersalah.

Tapi, bukan berarti ia menyerah.

Ia beberapa kali berusaha untuk mendekati Venus, seperti saat mereka sedang berada dalam kelompok belajar yang sama.

“Adam pernah nanya ke Kakak, apa Kakak masih… masih ikut taruhan dan dia mengancam Kakak untuk berhenti dengan semua permainan tolol ini, kami kelahi dan… kami memang ngga pernah cocok satu sama lain walau kami sudah temanan dari SD, kami punya masalah dan masalah itu sampai sekarang belum di selesaikan secara utuh”

Alex menunduk “I’m sorry”

Venus memandang lurus ke depan, tak tau apa yang menarik dari pemandangan di depan nya, yang ia tau ia tak ingin melihat wajah orang yang telah menyakiti dan mempermalukan nya dengan cara terendah yang bisa ia bayangkan.

Venus mengusap air mata di pipi nya “Bagaimana perasaan Kakak sekarang?” tanya Venus, untuk pertama kali nya membuka suara nya setelah pengakuan Alex.

Are you happy?

Alex menatap Venus “Venus… Kakak tau apa yang Kakak lakuin salah dan ngga bisa di maafkan-“

“Salah?” tanya Venus “Bagaimana perasaan kalian, duduk bersama, mengobrol dan tertawa tentang bagaimana kalian mempermainkan hati orang lain?”

“Dan Kakak bahkan berbohong” ucap Venus “Kita ngga pernah ciuman, ngga pernah sekalipun dan Kakak ngasih tau ke semua orang kalau kita-“ Venus menaruh tangan nya di dahi “Kenapa kalian ngelakuin ini ke aku?” tanya Venus frustasi.

“Apa yang sudah ku lakuin sama kalian?” Venus menangis “Apa yang buat kalian begitu benci sama aku?”

Alex terdiam.

“Aku pikir Kakak beda” lirih Venus.

“Kakak minta maaf” Alex menatap Venus
“Kakak ngga tau apa yang ada di kepala Kakak waktu itu, Kakak bahkan ngga ngerti kenapa Kakak setuju untuk ngelakuin permainan konyol ini”

“Karena kalian benci aku” Venus menjawab pertanyaan Alex.

Alex nampak terkejut, ia menatap Venus lalu menggeleng “Ngga, Kakak ngga benci sama kamu”

“Lalu kenapa Kakak ngelakuin ini? Kakak bahkan tau kalau aku suka sama Kakak, Ya Tuhan… apa lagi? apa lagi yang kalian lakukan?” tanya Venus.

Alex menggeleng “Ngga ada, ngga ada lagi, cuma itu”

“Cuma itu?” Venus tertawa pahit “Well… terimakasih, terimakasih karena ngga ngelakuin sesuatu yang ngebuat aku mau tidur sama Kakak”

“Venus…”

“Sampai kapan Kalian mau ngelakuin permainan menjijikan ini?” tanya Venus “Apa kalian berencana ngelakuin ini semua sampai… sampai aku tidur sama salah satu dari kalian? Atau sampai kalian bosan? Atau apa?”

Alex terdiam, tak berani menatap Venus.

Dan kediaman Alex sedikit banyak telah menjawab pertanyaan Venus, ia merasa muak, malu, marah, sedih, kecewa, di khianati.

Dunia nya seolah runtuh dan potongan dunia nya berserakan di angkasa, mengurai dan ia tak tau bagaimana ia harus menyatukan semua runtuhan itu menjadi dunia nya lagi, dunia dimana ia tak mengenal Alex atau Adam…

“Maaf”

Dan untuk pertama kali dalam hidup nya, Venus sangat benci kata itu.

----------💔
 

86. Accident

Wasn't it beautiful when you believed in everything?
And everybody believed in you?
Taylor Swift - Innocent
 


-----------------🐦

Mata Venus menjelajah ke seluruh tempat, memindai satu persatu wajah di antara kerumunan yang menggila dan saat ia menemukan nya disana, berdiri, bersender pada mobil nya, menghisap rokok, tampak acuh mendengarkan apapun yang orang sekitar nya ucapkan.

“Rino!” panggil Venus, kaki nya bergerak ke arah Rino, lebih cepat dari pada yang ia rencanakan.

Kepala Rino terangkat ke arah suara dan sudut bibir nya terangkat saat ia melihat Venus berjalan ke arah nya.

Rino membuang rokok nya dan menginjak nya sebelum berjalan ke arah Venus yang nampak tak sabar untuk segera mendatangi nya.

Rino merasa tau apa yang Venus inginkan.

“Ap-“

Tangan Rino di tarik Venus menjauh dari keramaian dan saat mereka telah berada di tempat dimana hanya ada desir angin dan suara jangkrik yang menemani mereka Venus langsung menengadahkan tangan nya.

“Dimana memori nya?”

“Memori?” tanya Rino pura-pura tak tau.

“Jangan pura-pura ngga tau, aku tau kamu tau apa yang aku maksud”

“Ucapan lo terlalu rumt, gue ngga ngerti” Rino menggeleng.

“Kamu tau apa yang aku bicarakan, memori yang isi nya Adam!” ucap Venus kesal, karena Rino yang biasa nya cerdas menjadi tumpul. Atau ia cuma mempermainkan nya?

Ada jeda sebentar sebelum Rino berucap “Oh” ia mengangguk-ngangguk seolah itu bukan masalah besar.

“Dimana?” tanya Venus sekali lagi, ia benar-benar berniat membawa memori itu pulang malam ini bahkan jika itu harus satu paket dengan Rino.

Tak masalah, ia bisa memberikan Rino makanan kucing yang masih ada di kamar nya jika ia lapar dan membelikan nya tissue basah untuk mandi.

“Bukan nya udah gue kasih?” alis Rino terangkat sebelah.

“Kamu ngasih aku memori yang isi nya koleksi video porno kamu!”

Rino sedikit terkejut “Serius?” ia tertawa “Pantes gue ngerasa agak sedikit hampa beberapa bulan terakhir ini”

“Dimana memori nya?” tanya Venus lagi, ia benar-benar kehabisan kesabaran.

Rino menaikan sebelah alis nya, tangan nya terlipat dan itu cara Rino mengorsevasi lawan bicara nya, kebanyakan Rino akan mengucapkan sesuatu yang kasar namun tak melupakan pokok utama dari isi pembicaraan nya berbeda dengan Adam yang kasar namun bertele-tele saat bicara atau ia akan mengucapkan sesuatu yang dalam berdasar pengalaman pribadi nya, berbeda dengan Alex yang lebih suka berbohong.

“Gue salah ngasih memori lebih dari 3 bulan yang lalu dan baru sekarang lo niat minta tukar?”

“Itu bukan urusan kamu” ucap Venus

“Pasti ada sesuatu” ucap Rino, bibir nya berkedut membentuk senyum miring.

“Lo berpikir kalau semua nya bakal baik-baik aja sama si Kampret sampai beberapa hari lalu dan sesuatu terjadi dan lo sadar, kalau pemikiran lo itu salah, apa gue bener?” tebak Rino yang lagi-lagi benar.

Rino, Venus membenci nya karena ia terlalu… genius. Ia terlalu tajam untuk sesuatu yang menggunakan otak.

Dan ia tau meski tak ada manfaat nya ia memberitahu Rino, setidaknya ia tak perlu merendahkan diri nya lagi untuk membuat Rino menebak apa yang telah Adam dan kawan-kawan nya lakukan pada nya.

“Mereka menjadikan aku sebagai bahan taruhan” Venus tertunduk malu.

“Mereka?”

Venus mengangguk.

“Gue kira Adam suka sama lo” ucap Rino tak mengerti.

“Apa yang membuat kamu berpikir begitu?” tanya Venus jengah dengan senyum pahit “Kami cuma teman dan… cuma aku yang nganggap dia teman, aku cuma sebagai objek permainan untuk dia”

“Dia ngga pernah suka sama aku” tambah nya lirih “Ngga pernah sekalipun”

“Jadi ini ide lo untuk balas dendam, dengan rekaman itu? lo mau nyebar semua rekaman itu buat ngehancurin si kampret dan koloni nya itu?”

Venus mengangkat wajah nya, mata nya bertemu dengan mata Rino dan ia tak memiliki jawaban untuk di berikan pada Rino karena cara Rino bertanya membuat nya seolah… ia akan melakukan sesuatu yang sangat buruk.

Rino, entah bagaimana membuat nya merasa… nyaman, asing dan tenang di saat yang sama. ia tak mau mengakui hal ini di depan Rino namun ia… membuat Venus berada di posisi dimana ia bisa bertanya banyak hal dan Rino akan memberikan jawaban nya.

“Lo tau kalau lo mau ngelakuin itu, gue bisa bantu lo, dengan senang hati, tapi apa lo sudah siap sama konsekuensi nya? Gue ngga keberatan ngehabisin setahun atau 2 tahun di penjara kalau gue bisa ngeliat hidup nya si kampret dan para koloni nya hancur, lebih bagus lagi kalau mereka keluar dari negara ini”

“Penjara?” tanya Venus “Kamu ngga tau apa yang orang-orang lakuin di penjara? Terutama laki-laki, kamu bisa aja di… perkosa” bisik Venus ngeri.

Mata Rino membulat, nampak nya kehidupan liar nya belum membawa nya pada dunia penjara yang kejam dan bengis dan… mengerikan.

“Gue ngga keberatan kalau di perkosa sama sipir perempuan nya, narapidana perempuan nya pun ngga papa” ucap Rino.

Venus menggeleng “Penjara bukan seperti sekolah, perempuan dan laki-laki di pisahkan jadi yang perkosa kamu bukan perempuan… kamu tau?”

Fuck” rutuk Rino “Kalau gitu lo harus pikirin mateng-mateng, kita bisa pakai cara yang lain”

“Kita?” tanya Venus “Aku bisa ngelakuin nya sendiri”

“Ngga, gue mau jadi bagian inti dari orang yang ngehancurin hidup nya si kampret”

Venus menatap Rino “Kenapa kamu benci sama Adam?”

“Gue ngga benci dia”

“Ok, benci banget

“Siapa yang ngga?” tanya Rino balik “Dia punya aura yang ngebuat siapapun mau naro tangan mereka ke leher nya dan nyekek dia sampai kehabisan nafas”

“Aku pikir kebanyakan perempuan suka sama dia”

“Kecuali lo?” tebak Rino.

Venus diam.

“Ini keren lo tau, lo ngga kejebak sama omong kosong nya waktu yang lain berebut dapat perhatian dia”

“Kalau kamu lupa, aku di jadikan sebagai bahan taruhan, itu mungkin satu-satu nya alasan kenapa dia mau ngomong sama aku”

“Mungkin” Rino mengangguk.

“Dia juga ngga pernah nyebut nama kamu, kamu tau?” ucap Venus pada Rino “Dia… menggila waktu tau aku ketemu sama kamu, apa yang terjadi antara kamu sama dia?”

“Berapa usia lo?” tanya Rino tak nyambung.

“Ehm, 16 tahun lebih”

“Ok, gue bakal kasih tau lo setelah lo 21 tahun”

“Kamu bahkan belum 21 tahun”

“Umur gue mungkin belum nyampe 21 tahun tapi fisik gue lebih bugar dari laki-laki yang usia nya 25 tahun dan mental gue lebih matang dari Nenek-nenek yang usia nya 80 tahun” ucap Rino.

“Apa yang dia lakuin waktu tau lo ketemu gue?” tanya Rino penasaran, mata nya memandang lurus ke arah jalanan.

Kenangan itu kembali muncul di kepala nya, kenangan buruk yang ingin ia hapus, saat ia melihat sisi gila dan liar Adam…

“Apa yang dia lakuin?” tanya Rino dengan nada sedikit memaksa.

“Dia…” Venus menghembuskan nafas “Hampir perkosa aku” bisik Venus.

“Dia?” mata Rino membulat tak percaya “Lo yakin hampir dan bukan nya…”

Venus menggeleng, ia mengusap air mata nya “Aku ngga mau bicara soal ini, tapi- tapi memori kamu menyelamatkan aku, dia mungkin berpikir aku punya fantasi porno gila sama kamu waktu itu tapi… tapi itu lebih baik daripada dia tau kalau selama ini aku pasang kamera di apartment nya… kalau dia tau dia mungkin..” Venus bahkan tak berani memikirkan kemungkinan terburuk yang akan ia dapatkan.

“Dan setelah semua yang dia lakuin ke lo, lo masih mau deket sama dia?” tanya Rino tak percaya, ini sangat sulit membuat Rino terkesan akan sesuatu, kebanyakan ia akan memasang wajah datar bahkan untuk sesuatu yang menurut Venus super extravaganxa luar biasa, Ia selalu menjaga image cool nya di depan Venus, sama seperti Adam.

“Dia ngasih tau aku cerita hidup nya” Venus mengangkat bahu nya “Dan muka nya memang cukup berpengaruh untuk buat aku ngga lagi takut sama dia, terutama waktu dia lagi dalam mood yang baik”

“Baru 2 menit yang lalu gue muji lo beda dari cewek-cewek yang ada di dekat si kampret” ujar Rino.

“Salahkan muka nya” ucap Venus membela diri.

Rino memutar mata nya dan menggelengkan kepala nya seperti Kepala sekolah yang muak dengan kelakuan murid nya.

“Dia ngasih tau aku banyak hal yang ngga pernah ku denger dari orang lain, ok? Aku mungkin terlalu bodoh untuk percaya tapi… cara dia cerita, aku ngga tau seolah-olah aku adalah orang yang pertama dengar cerita nya” ucap Venus.

“Lo sadar ngga, kalau sekarang lo kedengeran kayak Istri yang lagi marahan sama suami nya” ucap Rino

“Aku bahkan ngga bisa ingat muka nya tanpa pengen nampar dia bolak-balik, I’m so stupid” Venus menutup wajah nya “Aku ngga seharus nya ngomong ini tapi aku senang sekarang dia ada di rumah sakit”

“Dia ada di rumah sakit?” tanya Rino “Kenapa? Apa dia operasi kelamin? Memang nya bisa di Indonesia?”

“Dia kelahi sama Ceper… nama nya konyol banget aku ngga bisa serius setiap kali harus nyebut nama nya” komen Venus

Spit it” Rino menggerakan tangan nya di depan wajah nya.

“Tangan Adam di gips dan kaki Ceper kata nya patah, sekarang Orang tua mereka lagi sibuk cari pengacara untuk nyerang satu sama lain”

Typical orang kaya” ucap Rino.

“Yeah” ucap Venus, lalu sesuatu tiba-tiba menghantam ingatan nya, ia menatap Rino yang sedang nampak memikirkan sesuatu yang cukup rumit, dahi nya mengernyit dan tatapan nya lurus ke depan…

“Bukan nya itu kamu?” tanya Venus.

“Apa?” tanya Rino balik.

“Kamu yang pernah buat Adam koma… Bagaimana bisa? Apa yang terjadi? Kenapa dia bisa koma?” tanya Venus penasaran, sekarang kepala nya entah bagaimana sedang merangkai sesuatu…

Ehmmmm ya, darimana lo tau?”

“Kamu yang cerita ke aku, kamu bilang kalau kamu orang yang buat Adam koma selama 3 hari dan kamu di keluarkan dari sekolah” Venus membulatkan mata nya, ia menatap Rino lekat.

“Apa? apa?” tanya Rino.

“Kecelakaan… kamu yang nabrak Adam dan ngebuat dia koma, Bella…”

“Apa?” tanya Rino sedikit berteriak “Gue ngga nabrak dia, apa itu yang dia ceritain ke lo? Bastard!

“Ngga” Venus menggeleng “Dia cerita ke aku soal… soal kecelakaan itu yang ngebuat Bella kehilangan bayi nya”

Hening.

Venus dan Rino sama-sama mematung di tempat nya, lebih tepat nya terjebak dalam momen mengejutkan ini dan ini jelas bukan jenis kejutan yang kedua nya sukai.

“Aku seharus nya ngga ngasih tau kamu soal itu kan?” bisik Venus takut, karena ia merasa telah membongkar rahasia Adam pada musuh terbesar Adam.

“Ba-bayi?” tanya Rino ngeri “Tolong bilang kalau bayi yang lo maksud itu Adam”

Venus menutup wajah nya dengan kedua telapak tangan nya saat menyadari kebodohan nya “Ya Tuhan!”

The fuck” Rino mengangkat ke dua tangan nya ke udara secara absurd lalu mengusap rambut nya kasar.

“Maksud lo, bayi- shit! Bella hamil? Damn it! Lo yakin?” tanya Rino panik.

“Tolong jangan kasih tau siapapun” mohon Venus sungguh-sungguh.

Rino mengepalkan tangan nya di depan dahi, nampak jauh lebih kalut dari Venus.

“Tapi dia ngga pernah- dia juga ngirim pengacara nya waktu itu dan ngga ada keterangan atau apapun itu nama nya yang ngasih tau kalau Bella… hamil”

“Dia ngirim pengacara nya?” tanya Venus tak percaya.

“Ya lo pikir gimana cara nya gue bisa sampai di keluarin dari sekolah kalau bukan karena kerjaan Bokap nya”

“Aku ngga ngerti” ucap Venus.

“Gue juga ngga ngerti!” ucap Rino.

“Kalau kamu ngga nabrak dia, lalu apa- Kenapa mobil Adam- Apa yang terjadi?” tanya Venus.

“5 menit” ucap Rino meminta ijin “Gue masih bingung dan gue ngga ngerti apa yang sudah dan lagi terjadi sama hidup gue, lo baru aja ngungkapin sesuatu yang gue yakin bakal ngerubah hidup gue… gue ngebunuh bayi malam itu- damn!” Rino kembali mengusap rambut nya kasar dan itu mau tak mau mengingatkan Venus akan Adam.

Butuh waktu setidak nya 1 jam 15 menit dan 32 detik untuk Rino menenangkan jiwa nya yang terguncang akibat informasi yang Venus berikan pada nya dan butuh setengah nya untuk Venus meyakinkan diri nya bahwa Adam tak akan membunuh nya karena ia telah memberitahu rahasia nya pada orang yang… secara utama membuat semua ini terjadi.

Setengah lagi sisa nya ia habiskan untuk berdoa.

“Ok” Rino menghembuskan nafas dalam.

Venus diam.

“Ok?” tanya Rino lagi saat Venus tak menjawab ucapan nya.

“Ka-kamu mau cerita soal kejadian malam itu?” tanya Venus, ia tak bisa berbohong jika setelah melihat Rino yang nampak takut dan panik membuat rasa penasaran nya tumbuh sedikit lebih besar dari sebelum nya.

“Yeah” ucap Rino tak yakin, ia memandang langit malam yang bertabur bintang.

Crux… jika ia mengikuti rasi bintang itu ia akan sampai ke rumah Adam.

“Ini waktu nya gue buat flashback kan?” tanya Rino.

Venus mengangguk.

“Kalau gitu ayo kita cari tempat yang nyaman buat duduk” putus nya.

-----------
 

87. All My Hate Is For You

I wanna be alone
Alone with you - does that make sense?
Billie ellish - Hostage
 


----------

2 tahun yang lalu...

"Gue ngga ngerti kenapa kalian bawa anak itu kesini lagi" ucap Rino.

Ceper tertawa "Dia lumayan bagus lo tau, lo harus akui, ngga banyak anak baru yang bisa finish nomer 2, lo ngga inget pertama kali lo ikut balapan, lo bahkan ngga bisa finish"

"Bacot" ucap Rino "Ngga tau kenapa gue pengen nonjok muka songong nya"

"Mungkin lo takut dia ngalahin lo" ejek Ceper.

"Fuck no" ucap Rino "Mana rokok gue, gue ngga kesini buat ngedengerin lo gosip"

"Ada barang baru lo mau?"

"Lo ngga usah nawarin, langsung kasih aja"

Ceper lagi-lagi tertawa "Lo persis kayak si Adam, gampang marah, di pancing dikit emosi, agresif di lintasan"

"Di kasur juga"

Ceper dan Rino tertawa akan candaan jorok mereka.

"Gue serius, lo pancing dia dikit aja dia bakal menggila" ucap Ceper.

Rino menyalakan weed nya "Dan buat apa gue ngelakuin hal ngga jelas kayak gitu?"

Ceper menghirup weed nya, menatap Rino dari balik kepulan asap yang memabukan "Gimana Bokap lo?" tanya nya tiba-tiba "Gue denger dia kawin lagi sama model majalah dewasa itu?" Ceper tertawa

"Man, jangan salahin gue kalau gue udah pernah liat asset Nyokap tiri lo lebih dulu dari Bokap lo"

Rino berhenti menghisap weed nya, dahi nya mengernyit, ia menatap tajam Ceper "Darimana lo tau?"

"Kalau Nyokap tiri lo model majalah dewasa?" bibir Ceper membentuk seringai.

Rino menarik kerah baju Ceper kasar dan mengangkat nya hingga mereka berdiri berhadapan, kursi yang Ceper duduki terjatuh di bawah mereka.

"Kalau Bokap gue nikah lagi bangsat!" desis Rino tajam.

Ceper lagi-lagi tertawa, membuat Rino yakin 100% jika ia sedang dalam keadaan high tapi tetap saja dalam keadaan setengah waras seperti itupun ucapan Rino masih membuat nya jengkel, jengkel? Well, fuck no. Ia sangat marah.

Pernikahan Papa nya bukanlah sesuatu yang membanggakan dan pantas di rahasiakan, bahkan oleh keluarga nya.

Tak ada yang mengetahui pernikahan Papa nya dengan pelacur itu selain ia dan Nenek nya yang hampir terkena serangan jantung melihat menantu baru nya yang lebih pantas di sebut perempuan murahan di banding model.

Cuma Tuhan yang tau darimana Papa nya memungut perempuan jenis itu, Rino perkirakan dari tempat pelacuran.

"Tenang man, semua orang sudah tau soal ini" ucap Ceper "Lo ngga tau Bokap nya Adam datang ke pernikahan Bokap lo? dia yang ngasih tau kami semua"

Amarah Rino naik sampai ke puncak nya, Adam telah menyebarkan aib keluarga nya pada teman-teman nya seperti Ibu-ibu kompleks di rumah nya.

Ia bisa membayangkan bagaimana teman-teman nya akan mulai menghina nya karena memiliki Ibu tiri seorang model majalah dewasa. Fuck.

"Kasih tau ke Adam untuk ngurusin urusan nya sendiri dan ngga perlu ngegosipin gue kayak pecundang" ucap Rino tajam.

Ceper terkekeh, Rino punya keinginan kuat untuk meninjok gigi Ceper hingga semua gigi itu habis namun, ia menahan nya, membuat masalah dengan Ceper bisa saja membuat koloni nya yang lain ikut campur dan ia sedang tidak berada dalam mood untuk di keroyok, mungkin malam ini akan ia habiskan untuk menghajar Adam.

"Mungkin itu sudah ada di DNA nya" ucap Ceper

"Apa maksud lo?" tanya Rino tak mengerti, ia sudah melepaskan genggaman nya dari kerah baju Rino.

Damn, laki-laki ini benar-benar high dan mabuk, ia bisa mencium nya dari nafas Ceper.

"Maksud nya dia memang anak pecundang" ujar Ceper

"Lo ngga usah ngasih tau gue, semua orang juga udah tau kalau Bokap ny-"

Ceper menggeleng, ia menyalakan rokok nya "Gue ngga lagi ngebicarain Bokap nya, lo tau Nyokap nya?" tanya Ceper.

Rino menaikan satu alis nya.

Ceper menghisap rokok nya "Adam tau semua omong kosong keluarga lo dan lo disini kayak orang begok" Ceper tertawa mengejek.

"Just spit it out you bastard" geram Rino.

"Nyokap nya mati bunuh diri, masa lo ngga tau?" tanya Ceper.

"Orang macam apa yang bunuh diri kalau bukan pecundang"

Rino terdiam.

"Kenapa ngga lo coba untuk pake Nyokap nya buat balas dia? Lagian dia udah ngelakuin hal yang sama ke lo, dia ngasih tau kami semua soal aib keluarga lo man" Ceper tersenyum miring.

Bibir nya kembali menghisap rokok di tangan nya dan kepulan asap itu membuat Rino berpikir dan terus berpikir apakah ia harus mengikuti kata-kata orang yang sedang dalam keadaan tidak waras atau langsung menghajar Adam untuk membalas nya karena telah masuk ke dalam urusan nya terlalu jauh dan lebih parah lagi menyebarkan nya pada para koloni nya.

"Dan kamu memilih untuk menjadikan Mama Adam sebagai bahan untuk membalas Adam?" tebak Venus, mereka duduk di warung nasi goreng, memesan nasi goreng setan untuk masing-masing diri mereka (Tentu Rino yang membayar).

Rino menyuapkan nasi goreng setan itu ke dalam mulut nya, bibir nya yang berwarna merah muda berubah merah gelap saat rasa pedas masuk ke dalam mulut nya.

Dan Venus baru sadar jika Rino memiliki karakter wajah laki-laki tampan.

Kenapa dia selalu lola dalam masalah ini?!

"Gue tau itu cara yang kekanakan, tapi lo ngga bisa nyalahin gue, gue masih terlalu muda waktu itu, gue selalu mikir pake emosi dan selangkangan gue (Venus terbatuk-batuk) gue ngga bisa terima kalau keluarga gue di jadiin bahan gosip walau gosip itu memang benar" ucap Rino.

"Gue ngga nyangka kalau Adam tipe penggosip, walaupu gue tau dia memang kayak banci tapi..." Rino berdecak.

"Apa yang kamu bilang ke Adam waktu itu?" tanya Venus.

"Motherfucker" ucap Rino.

Venus terbelalak, itu perkataan yang sangat kasar, terlebih jika Rino mengatakan nya untuk Mama Adam pantas saja Adam marah tapi-

"Go kill yourself mother...Fucker" lanjut Rino

"Kamu bilang kayak gitu?!" tanya Venus tak percaya.

Rino mengangguk.

"Kamu sadar kan kalau yang... kamu tau Mama nya meninggal karena bunuh diri dan kamu malah ngomong kayak gitu ke dia?" tanya Venus tak percaya, ia marah dan merasa paham bagaimana frustasi dan marah nya Adam malam itu saat Rino datang dan menghina Mama nya.

Flashback...

Adam masuk ke dalam mobil nya, ia menoleh ke samping saat suara pintu di buka, Bella bergabung bersama nya.

Adam menggeram "Keluar sekarang, gue pastiin lo lagi ngga mau sama gue saat ini"

"Ngga, aku ikut" ucap Bella, ia memasang seatbelt nya.

Adam mencengkram stir mobil nya dengan keras sehingga jemari nya berubah menjadi putih pucat, ia melirik ke depan dan menyadari jika mobil Rino sebentar lagi akan hilang dari pandangan nya.

Ia harus mengejar mobil Rino, ia harus melakukan nya, ia harus mendaratkan pukulan nya di wajah Rino hingga seluruh tulang nya patah- tidak, ia harus membunuh Rino malam ini.

Orang brengsek itu tau dan ia sengaja memancing amarah Adam, Fuck, dia tak peduli, dia sudah lama ingin menghabisi si brengsek arogan itu dengan pukulan nya, mungkin hari ini akan menjadi malam yang telah lama ia nantikan.

"Jangan salahin gue kalau lo sama gue mati malam ini" desis Adam yang lalu menginjak pedal gas kuat.

Bella tak mengatakan apapun, ia memeluk perut nya erat dan berharap Adam tak melakukan sesuatu yang cukup bodoh malam ini.

Adam melajukan mobil nya dengan kecepatan maksimum, mobil sport itu melaju tanpa rintangan karena hari telah malam dan nampak nya hanya ada dia dan Rino di sepanjang jalan ini, ia berhasil menemukan mobil Rino yang juga melaju dengan kecepatan tinggi, jarak mobil mereka tak lebih dari 4 meter dan Rino nampak nya menyadari hal itu karena ia mulai melakukan gerakan zigzag dengan mobil nya membuat mobil Adam tak bisa bergerak maju ke depan mobil nya dan menghentikan nya.

Di salah satu belokan, Adam melihat celah di sisi kanan Rino yang kosong, ia mulai menginjak pedal gas namun tiba-tiba mobil Rino membelok ke sisi nya, membuat ia membanting setir ke kiri dan saat itu ia melihat lampu yang sangat terang mengarah ke wajah nya, membuat nya kesilauan dan ia mendengar suara tabrakan yang sangat nyaring, Adam tak tau apa yang terjadi namun ia yakin jika mobil Rino baru saja menabrak sesuatu dengan sangat keras.

Konsentrasi nya pecah dan mobil nya menabrak pembatas jalan dengan sangat keras, membuat tubuh nya terlempar ke belakang, hal terakhir yang ia dengar adalah suara teriakan Bella dan benturan.

Dan semua gelap.

"Apa yang terjadi?" tanya Venus ngeri.

"Gue coba ngehindarin truk yang tiba-tiba datang dari arah lawan, tapi gue terlambat, truk itu nabrak bagian samping mobil gue sampai habis, Adam coba ngehindarin mobil gue dan dia nabrak pembatas jalan dengan kecepatan maksimum, jujur gue masih bingung gimana bisa gue, dia dan Bella masih hidup sampai hari ini" ucap Rino, meski ekspresi nya sedatar kerupuk yang Venus genggam namun ia melihat rasa sedih dan penyesalan di mata nya.

Sebuah rasa duka.

"Bayi Adam dan Bella meninggal" ucap Venus "Dan dia merasa sangat bersalah untuk itu"

Venus bisa mendengar Rino menelan ludah nya.

"Kamu ngga seharus nya ngomong hal sekasar itu tentang Mama nya Adam, kamu tau? Ngga ada anak yang suka ngedenger Orang tua nya di hina, seberapa buruk pun Orang tua nya" ucap Venus.

"Well, mungkin kalau si kampret bisa jaga mulut nya lebih dulu gue ngga mungkin mau ikut campur sama urusan Orang tua nya, Keluarga nya atau omong kosong apapun soal hidup nya, hidup gue bahagia sebelum gue ketemu dia!" Rino mengangkat tangan nya ke atas dengan frustasi.

"Kamu yakin Adam yang nyeritain soal... soal Papa kamu ke teman-teman nya? Kamu mungkin kenal Adam jauh lebih lama dari aku dan kita berdua mungkin punya pendapat yang sama soal Adam yang jahat tapi... Adam penggosip? Aku ngga ngerasa kalau dia bakal se... feminim itu untuk melawan kamu" ucap Venus.

Rino mengernyitkan dahi nya dalam, ia terdiam cukup lama lalu menghembuskan nafas nya keras, terlalu keras hingga penjual nasi goreng yang berada di ujung tenda bisa mendengar nya dan sempat mengira kalau hembusan nafas Rino itu suara gas yang bocor.

"Ceper yang ngasih tau gue, apa beda nya? Mereka dari golongan yang sama, golongan setan" ujar Rino sinis.

"Tapi bisa aja itu datang dari Ceper" ucap Venus, ia menatap Rino "Kamu ngga mungkin langsung percaya sama omongan nya Ceper kan?"

Rino mengangkat bahu nya "Liat, gue mabuk dan gue habis ngisap weed dan apapun itu yang Ceper kasih ke gue sebelumnya, mulut Ceper itu hampir sama toxic nya kayak nikotin dan... gue terlalu benci sama Adam waktu itu, gue cuma ngerasa itu puncak nya, di tambah gue punya masalah sama Bokap gue dan..." Rino ngos-ngosan.

"Dan kamu melampiaskan semua nya ke Adam" lanjut Venus.

"Gue ngga bisa cerita ini ke lo, lo terlalu bias ke Adam karena lo terhipnotis sama muka nya waktu dia lagi good mood, lain kali lo mau bela Adam pikirin lagi dia dalam versi bad mood nya, dia ngga sebaik itu lo tau?" ucap Rino, ia menaikan satu alis nya "Laki-laki jenis apa yang ngehamilin cewek nya di usia semuda itu?"

Venus mencerna ucapan Rino dan ia mendapat beberapa gambaran saat Adam dalam keadaan dimana Venus tak ingin mengenal nya, saat ia marah dan mulai mengatai nya, saat ia dan teman-teman nya membulyi nya, saat ia berkata sinis...

"Jadi, karena itu juga kamu di keluarkan dari sekolah?" tanya Venus.

Rino mengangkat bahu nya acuh "Itu dan yang lain nya, tapi gue memang udah bosen sekolah, satu hari gue bakal datang ke rumah Bokap nya Adam untuk ngucapin terimakasih karena udah ngebuat gue di keluarin dari sekolah" ucap Rino meminum es teh nya.

"Tapi bagaimana kalau bukan Adam yang ngelakuin itu?" tanya Venus, membuat Rino membatalkan niat nya untuk menyuapkan nasi goreng ke mulut nya.

"Bisa aja itu Ceper dan dia ngejadiin Adam sebagai bahan untuk mancing amarah kamu karena... bukan nya dia bilang kalau kamu dan Adam sama-sama pemarah dan agresif di lintasan...? Gimana kalau itu cuma cara nya untuk ngadu domba kalian?" tanya Venus.

Rino terdiam dengan pertanyaan Venus.

"Gue ngga tau tapi Ceper memang ngga bisa di percaya..." ucap nya pelan.

Mereka terdua terdiam, tak ada aktivitas makan atau minum atau sekedar menghancurkan kerupuk.

"Kenapa Ceper sama Adam kelahi?" tanya Rino memecah keheningan.

"Ngga tau"

"Adam sudah pernah kasus sama gue, gue rasa ini bakal susah buat dia keluar dari masalah ini, apalagi lo bilang berita ini udah naik ke media, Orang-orang bakal nge-judge dia karena dia anak orang kaya dan..."

"Dan?"

"Gue takut keadaan Nyokap nya di blow up, lo tau gimana media di Indonesia, apalagi netizen nya, lebih kejam dari Dajjal" ucap Rino.

Venus membuka mulut nya lalu mengangguk-ngangguk.

"Tapi mungkin bakal ada Adam fans club setelah muka Adam nyebar kemana-mana, cewek-cewek suka tipe bad boy yang terlibat sama banyak masalah, apalagi muka nya fuck, lo ngga boleh bilang ini ke dia, lo harus sumpah sama gue" ucap Rino.

"Aku bersumpah" ucap Venus tanpa keraguan.

"Muka nya lumayan, lo tau? Muka gue masih lebih ganteng daripada dia tapi muka nya lumayan, ok? Dan dia kaya, dia bener-bener tokoh nyata bad boy di novel dan remaja cewek bakal rela hidup di penjara sama dia bahkan kalau dia di penjara di Nusakambangan" ujar Rino.

"Tapi masalah nya, seperti yang lo bilang dia kemungkinan besar bakal di perkosa di penjara, gue yakin Bokap nya bakal nangis darah dan bakal ada aksi bela Adam di seluruh penjuru Indonesia dari remaja-remaja cewek kalau hal kayak gitu terjadi sama dia"

Venus mengernyitkan alis nya, di kepala nya mulai muncul berbagai gambaran yang Rino dektikan dan itu membuat nya ingin muntah dan berteriak girang di saat yang sama.

Ia masih merasa benci pada Adam, ok? Atas semua yang telah ia lakukan pada nya.

"A-apa yang harus kita lakuin, kita ngga bisa biarin dia kehilangan masa depan nya disana, apalagi Adam itu homophobiac... dia bisa kehilangan akal nya kalau itu terjadi sama dia" ucap Venus mulai di kuasai rasa panik dan simpati dan jijik.

Rino nampak nya sedang berusaha menghapus gambaran menjijikan itu di kepala nya, berulang kali ia menggelengkan kepala nya.

Tiba-tiba sesuatu melintas di kepala Venus "Ah! Kamera nya!" ucap nya.

"Lo masih mau- kejadian nya di apartment Adam!" ucap Rino yang nampak nya mulai mengerti dengan apa yang Venus pikirkan.

"Tapi memori nya sama gue" ucap Rino.

"Aku pakai memori kamu untuk ganti memori ku, tapi maaf aku hapus semua isi nya karena aku takut kapasitas nya terlalu rendah" ucap Venus tak enak.

"Oh shit" rutuk Rino "Gue ngga dapat semua video itu dengan gampang, sekarang download video bokep susah tau!"

"Ehm, maaf?" ucap atau tanya Venus "Tapi kalau kamu ngga nukar memori kita kamu pasti ngga akan kehilangan video porno kamu yang berharga itu" Venus tak mau di salahkan apalagi perkara video porno, ia ingin menyuruh Rino merekam diri nya sendiri saja kalau dia se-depresi itu kehilangan video porno nya namun, ia takut Rino akan memaksa nya ikut menjadi pemeran dalam video itu.

Rino mendengus "Mungkin kamera lo itu ngerekam perkelahian mereka"

"Aku... ngga tau" ucap Venus tak yakin "Ehm, aku... apartment nya sekarang dijaga, gimana aku bisa ngambil kamera itu?"

Rino nampak berpikir "Lo bisa minta ijin ke Adam, gue punya firasat Adam bakal bilang iya bahkan kalau lo minta ijin mau minjem sempak nya Adam"

Venus melirik nya tajam "Ngga, aku ngga mungkin bicara sama dia tanpa pengen nampar dia setelah apa yang dia lakukan sama aku"

"Kalau gitu tampar dia setelah lo dapat kamera nya" Rino memberikan solusi yang paling masuk akal.

Venus diam.

"Gue bisa ngambil kamera nya kalau lo ngga mau, tapi tetep lo yang minta ijin" ucap Rino, ia menyalakan rokok nya.

Venus melirik Rino takjub sekaligus heran "Kamu yakin? Kamu kan benci dia" ucap Venus "Sangat benci" ralat nya cepat.

"Anggap aja ini sebagai permintaan maaf gue buat Bella dan..." Rino terdiam sejenak seolah sedang menguji mental nya sendiri untuk mengatakan kata selanjut nya dan Venus bisa melihat bagaimana pertarungan batin yang sedang terjadi di kepala Rino tengah berlangsung dari urat di kepala Rino yang muncul-hilang dalam beberapa detik, Rino menghela nafas "Adam" ucap nya dengan penuh kepasrahan dan... penyesalan?

"Gue ngga nyangka kalau kelakuan kekanakan gue sudah merenggut nyawa orang, gue bisa terima..." Rino menarik nafas "Adam buat benci gue seumur hidup nya, seenggaknya ini satu-satu nya hal baik yang bisa gue lakuin ke dia buat apa yang sudah gue lakuin ke mereka"

"Tapi bukan berarti rasa benci gue ke dia berkurang, gue masih benci dia" tambah Rino cepat "Dengan kadar yang sama"

Venus tersenyum, ia hampir meneteskan air mata nya, jika ia tak ingat di bawah nya ada nasi goreng.

"Aku harus pergi" ucap Venus, ia melirik jam tangan Rino "Besok kita ketemu di dekat sekolah ku?"

Rino mengangguk "Lo yakin, lo berani pulang tengah malam gini?"

Venus tersenyum, ia menjawab pertanyaan Rino dengan sebuah anggukan.

"Venus!" panggil Rino, saat ia sudah beberapa langkah menjauh dari tenda nasi goreng.

"Lo masih mau memori nya?" tanya Rino.

Pertanyaan itu membuat senyum Venus luntur, ia nampak berpikir "Bawa besok" putus nya.

Bahkan di dalam gelap nya malam, Venus masih bisa melihat senyum miring terbit di bibir Rino, ia tau benar apa arti nya.

"Aku masih benci dia" ucap Venus jujur "Dengan kadar yang lebih besar dari sebelum nya"

--------------

88. See You Later?

If only you came to me every night
To comfort the broken me
Then I would smile and say “Okay, see you tomorrow”
And gladly endure through a day
Lee Hi - Dream
 


------------

“Oh, ini Venus sudah datang” ucap Papa Adam excited, membuat Adam yang sedang bermain candy crush di hp nya menolehkan kepala dari layar ke Papa nya seolah Papa nya baru saja mengibaskan bokser Adam ke khalayak umum.

Menyadari semangat nya yang terlalu berlebih, Papa Adam berdeham, ia melirik Adam dan Venus bergantian “Papa sudah boleh pergi kan? Papa harus meeting nanti” ijin Papa Adam seolah bicara pada anak perempuan nya yang sedang berulang tahun.

Adam memutar mata nya, ia tak menjawab ucapan Papa nya dan memilih untuk kembali sibuk dengan layar Hp nya, kini ia mengganti nya dengan membuka akun Youtube.

“Om tadi sudah pesan makan, kalau kamu ngga suka menu nya nanti minta ganti aja sama supir Om” ucap Papa Adam pada Venus.

Venus menggeleng “Ngg-ngga usah Pak Om, saya cuma sebentar aja disini, nanti langsung pulang kok”

Ucapan Venus membuat kepala Adam lagi-lagi terangkat dari layar Hp nya, Papa Adam melirik anak nya sekilas lalu mengangguk.

Awkward.

“Kalau gitu Om pergi dulu ya” ijin nya.

Venus mengangguk, saat ia mendengar suara pintu tertutup, ia menarik nafas panjang.

Inilah saat nya, inilah waktu yang tak ia tunggu… ini adalah- dan saat mata nya bertemu dengan mata Adam, Venus mengalihkan nya, tak lebih dari 0,1 detik.

Venus kagum dengan refleks leher nya namun ia lebih kagum lagi karena ia belum mengambil tiang infus dan memukulkan nya ke tangan Adam yang di gips.

“Hi” ucap Venus canggung “Jadi, ada buku ku yang ketinggalan di apartment kamu, apa aku boleh ijin masuk ke apartment kamu?” tanya Venus sambil memandangi dinding kosong di samping kepala Adam.

Adam mengangguk, Venus bisa melihat bayangan rambut nya di dinding bergerak naik turun.

“Ambil aja” ucap nya.

“Ok” jawab Venus cepat, ia langsung berbalik untuk keluar namun suara Adam menghentikan nya.

Nerd” panggil Adam “Lo mau kemana?” nada suara nya heran.

“Pulang” jawab Venus.

Adam terdiam, lebih tepat nya tertegun seolah Venus baru saja mengucapkan mantra Avada kedavra pada nya.

“Apa… lo ngga papa kan?” tanya Adam.

Venus tak menjawab “Kenapa?” tanya nya balik dengan datar.

Adam berusaha duduk namun tiba-tiba ia meringis membuat Venus yang hanyalah manusia biasa dengan hati naïve melangkah maju dan membantu Adam untuk duduk dan menaruh bantal di belakang punggung nya.

“Ok?” tanya Venus khawatir.

Adam mengangguk “Ok…”

Venus mundur “Kamu mau minum?” tanya nya, mengambil air mineral gelas dari meja di samping nya.

“Kue?”

“Pisang?” tawar nya masih tak menatap mata Adam.

Look at me” ucap Adam.

Venus menggeleng “No

Why?” tanya Adam tak sabaran.

“Aku sakit mata” bohong Venus.

I don’t fucking care

Well, I care” ucap Venus, ia menaruh pisang di samping Adam “Aku bakal panggil perawat, kalau kamu butuh sesuatu-“

“Gue ngga butuh perawat” potong Adam

“Papa kamu sudah terlanjur pergi-“

“Lo pikir gue tahan Bokap gue disini karena gue mau dia nemenin gue?” tanya Adam tak percaya “Sekarang mungkin dia sudah ada di tengah perjalanan ke hotel buat nemuin selingkuhan nya”

Venus refleks mengangkat kepala nya dan saat ia menatap wajah Adam, ia menurunkan pandangan nya, menemui wajah sedih Adam, mata nya menatap langit-langit, membuat sesuatu di hati nya terasa di tekan dan ia tak menyukai perasaan ini, terlebih setelah ia mengetahui apa yang telah Adam dan teman-teman nya lakukan pada nya.

Ia benci Adam.

Venus benci Adam.

I should go” bisik Venus, seperti mengingatkan diri nya sendiri, ia mundur dan melihat ke arah manapun selain 2 pasang mata hitam gelap itu.

Tidakkah Venus pernah mengatakan jika mata itu satu hari akan membawa nya pada dua tempat, Milky Way atau Blackhole?

Jelas, Venus jatuh ke dalam Blackhole dan semua orang di dunia ini tau, sekali ia jatuh, tak ada cara untuk keluar dari sana.

“Venus” Adam meraih lengan Venus sebelum ia berjalan lebih jauh dari diri nya dan Adam tak bisa menggapai nya “See you later?” tanya nya.

1 detik… 2… 3 detik, Venus menyentuh tangan Adam yangmenggenggam lengan nya, dengan hati-hati dan perlahan Venus melepaskan nya dari lengan nya, mata mereka bertemu, hanya untuk satu detik dan tak ada jawaban, tak ada anggukan atau gelengan.

Venus meninggalkan nya tanpa jawaban dan Adam tak tau apa yang membuat nya merasa sakit, tangan nya atau Venus yang mengabaikan nya.

🐐🐐
 


 

Rino mengulurkan jaket nya pada Venus, ia belum menjalankan mobil nya meski Venus sudah naik ke mobil nya lebih dari 10 menit yang lalu.

“Gue ngga punya tissue, mungkin gue punya tapi itu kotor dan gue yakin lo pasti ngga mau pake” ucap Rino menjawab tatapan heran Venus.
 


 

“Hapus air mata lo pake jaket gue” Rino menunjuk wajah Venus.
 


 

Venus menyentuh wajah nya dan baru menyadari ia menangis saat ia jemari nya menyentuh sesuatu yang basah di pipi nya.
 


 

“Apa yang dia bilang?” tanya Rino.
 


 

Ambil aja” jawab Venus mengulang jawaban Adam.
 


 

“Apa dia ngga tau lo nangis?” tanya Rino “Mata lo merah”
 


 

“Aku bilang ke dia kalau aku sakit mata”
 


 

“Dia percaya?”
 


 

Venus mengangkat bahu nya.
 


 

“Bukan cuma mata lo merah tapi ekspresi lo udah kayak orang yang siap pingsan detik itu juga dan dia percaya lo sakit mata?” tanya Rino tak lercaya “What an idiot”
 


 

“Dia memang idiot” isak Venus.
 


 

Lo juga” ucap Rino dengan penuh keyakinan.
 


 

“Aku bukan idiot!” ucap Venus tak terima “Aku dapat ranking satu di kelas bahkan di sekolah, aku dapat nilai 100 di ulangan semester untuk semua pelajaran yang di benci anak sekolah, aku menang olimpiade-“
 


 

Jawaban Venus nampak nya semakin menguatkan keyakinan Rino “Lo idiot” Rino mengangguk-ngangguk dan mulai menyalakan mobil nya.
 


 

Venus menatap Rino tak mengerti, siap untuk mengeluarkan semua pengetahuan nya akan alam semesta yang ia yakini tak akan Rino pahami dan saat Rino membuka mulut nya lagi dan membuat nya –untuk satu minggu ke depan (Bahkan berbulan-bulan setelah nya)- memikirkan ucapan Rino.
 


 

Lo idiot, kalau lo ngga tau alasan lo nangis”
 


 

Dan Venus berpikir, berpikir dan berpikir lagi, Apa jawaban paling logis untuk pertanyaan atau pernyataan semacam itu?!
 


 

----------
 

89. Guilt And Jealous

Don't you know too much already?
I'll only hurt you if you let me
Billie Eilish - When The Party's Over
 


---------

Venus mendapatkan kamera dari dalam apartment Adam dengan bantuan Rino, Venus penasaran bagaimana perasaan Adam saat tau orang yang sangat ia benci yang juga membenci nya membantu ia untuk lepas dari jeratan hukum.

Mungkin dia akan berterimakasih? Nah, Venus yakin dengan seluruh darah di dalam tubuh nya bahwa Adam akan semakin membenci Rino… juga diri nya.

Siapa peduli?

“Dia mungkin juga bakal masuk rehab” ucap Rino “Gue denger karyawan apartment ngegosip di lift, mereka mungkin ngga sadar atau ngga peduli gue ada disana”

“Lo tau Adam dulu sempet make?” tanya Rino

Venus mengangguk “Dia pernah cerita… aku seharus nya ngga cerita ini ke kamu” Venus lagi-lagi menyadari kesalahan nya.

Rino memutar mata nya “Ini ngga kayak gue bakal ketemu sama si kampret dan ngegosipin lo, kita bahkan ngga bisa berdiri kurang dari jarak 1km tanpa bunuh satu sama lain pake telepati”

Venus menghembuskan nafas, sulit untuk menolak Rino “Dulu waktu dia masih pacaran sama Bella, dia bahkan yang buat Bella jadi pemakai”

Rino berdecak “Kampret”

“Tapi itu dulu, sekarang sudah ngga”

“Darimana lo tau?”

Instink?

“Dia masih make, tapi bukan narkoba, sesekali dia ngisep weed sebelum racing atau pil, gue tau dia belum bersih dan polisi buat dia sama si Ceper tes narkoba, hukuman nya mungkin bakal lebih berat kalau dia positif tapi gue denger dia pake pengacara mahal itu lagi” Rino tertawa sinis “Pengacara yang sama waktu dia ngelawan gue”

“Apa dia bakal masuk penjara?” tanya Venus.

Rino mengangkat bahu nya “Mungkin, tapi siapa yang tau apa yang uang Bokap nya bisa lakuin?”

“Gimana kalau kamera itu nyimpan perkelahian Ceper dan Adam?” tanya Rino

“Itu bisa aja ngeberatin Ceper atau malah memperberat Adam, Adam bukan tipe orang yang bisa lo pukul tanpa alasan yang bener-bener berat, gue yakin mereka sudah punya masalah sebelum nya, Ceper memang agak aneh, tapi bukan nya ini lebih dari aneh dia ngebiarin orang yang dia benci buat tidur sama saudara nya sendiri? Gue ngerti kalau perempuan bisa buta mata dan hati nya waktu liat muka nya Adam tapi laki-laki? Apa keuntungan nya buat Ceper kalau Adam sama Bella tidur?”

Venus nampak berpikir “Well… mungkin dengan begitu dia bisa lebih dekat sama Adam?”

Bullshit” ucap Rino “Ceper lebih di takutin dari Adam, dia itu tipe orang yang tanpa ampun, dia bahkan ngga takut buat mukul cewek”

Rino memberikan memori Venus pada nya “Seberapa rusak hidup nya si kampret? Gue ngga nyangka dia pernah ngehamilin cewek…”

“Jangan lupa kamu juga ikut bagian sama rusak nya hidup nya” Venus mengingatkan.

“Apa? Gue ngga ikut waktu mereka bikin an- OH…” Rino nampak menyadari maksud Venus “Gue ngga bisa tidur semalaman mikir itu lo tau? Gue takut arwah anak mereka gentayangan dan-“

Please” pinta Venus “Jangan bercanda”

“Gue serius” ucap Rino dengan ekspresi manly serius “Gue merasa bersalah”

“Bersalah” ulang Venus “Aku benci perasaan itu” ucap nya.

“Bersalah dan iri” tambah nya “Aku ngga mau merasakan perasaan itu, itu buat aku…”

“Jadi orang yang berbeda?”

Venus mengangguk.

“Percaya sama gue, gue tau rasa nya, gue hampir datang ke rumah sakit buat minta maaf ke Adam kalau gue ngga inget apa yang udah dia lakuin ke gue dulu” ucap Rino.

“Dia juga menderita kamu tau?” ucap Venus “Mama nya meninggal dan… aku ngga seharusnya ngomong ini…”

“Lanjutkan aja, udah terlanjur”

“Mama nya meninggal dan ada yang mengatai dia pecundang” Venus menghela nafas.

Hening.

Venus melirik ke samping dan melihat Rino membeku di tempat nya dengan wajah tak nyaman “Jangan bilang itu kamu, itu kamu kan?”

“Ya?”

“Kamu bener-bener jahat” ucap Venus.

“Ok, gue yang ngatain dia pecundang kayak Nyokap nya tapi itu sebelum gue tau Nyokap nya udah meninggal” Rino membela diri.

“Apa kamu ngga akan bilang kayak gitu kalau kamu tau… yang sebenar nya?”

“Tentu ngga! Lo pikir gue psikopat? Gue tau rasa nya di tinggal Nyokap dan itu… Denger, gue benci Adam tapi gue sama sekali ngga ada niat buat ngehina Nyokap nya, Ya, gue ngatain Nyokap nya tapi gue ngga bermaksud buat- inti nya, gue cuma mau buat dia marah”

Hening.

“Pulang?” tanya Rino.

Venus mengangguk.

🐓🐓
 


Venus duduk di meja belajar nya, menunggu laptop gembel nya menyala, ia menghembuskan nafas lega saat akhir nya laptop nya menunjukan layar windows.

“Gimana kalau kamera itu nyimpan perkelahian Ceper dan Adam?” tanya Rino “Itu bisa aja ngeberatin Ceper atau malah memperberat Adam…”

Kata-kata Rino terngiang di kepala Venus, jika kamera ini merekam perkelahian Ceper dan Adam, ia akan memberikan nya pada Orang tua Adam, namun jika rekaman ini memberatkan Adam maka ia akan…

Adam mengambil duduk di sofa, ia tak memakai baju dan hanya mengenakan celana panjang hitam, di bibir nya tersempil satu batang rokok yang sisa setengah, ia mengepulkan asap dari bibir dan hidung nya, tanpa melirik Ceper sedikitpun ia meneguk kaleng bir di tangan nya.

“Lo bangsat” sumpah Ceper langsung saat ia berada di samping Adam.

Adam terkekeh, mata nya masih fokus ke meja “Lo yang tau seberapa bangsat nya gue”

Adam mengangkat kaleng bir nya lagi namun sebelum itu sampai ke bibir nya, Ceper sudah menghempaskan kaleng itu dengan kasar dari tangan Adam, hingga rokok di tangan dan air di dalam kaleng tumpah mengenai wajah Adam dan menyebar ke seluruh lantai nya.

Adam berdiri, nampak sama marah dan emosi nya dengan Ceper, wajah nya memerah, ia menarik kerah baju Ceper “Lo apa-apain?! Datang kesini cuma mau ngajak gue kelahi huh?!”

Ceper menghempaskan tangan Adam keras “Lo yang bangsat! Anjing!” ia mendorong tubuh Adam sampai jatuh mengenai ujung meja yang terbuat dari kaca.

“Lo ngehamilin Bella bangsat!” teriak Ceper penuh amarah, Ia menendang dada Adam dengan keras hingga meja di belakang nya bergeser, Adam terbatuk, beberapa tetes darah keluar dari mulut nya.

Ia berusaha berdiri namun Ceper menahan tangan nya dan menendang wajah nya, lalu perut nya lagi dan lagi, membuat Adam tersungkur di tempat nya seperti hewan tak berdaya.

Ceper mengangkat kaki nya lagi untuk menendang kepala Adam namun Adam menangkap kaki nya, memutar nya hingga membuat Ceper kehilangan keseimbangan, ia hampir terjatuh namun ia berpegangan pada sofa.

Adam berdiri, tubuh nya memerah, ia mengusap sudut bibir nya dengan punggung tangan lalu meludah ke sembarang arah saat ia melihat ada darah di tangan nya.

“Lo mau bunuh gue?!” tanya Adam marah, menyadari berapa banyak nya darah yang ia keluarkan.

“Lo emang pantes mat!” Ceper berdecih “LO PANTES MATI BANGSAT! LO NGEHAMILIN BELLA DAN LO SURUH DIA ABORSI, ANJING, BRENGSEK LO!!!”

“Dia ngasih tau lo?” tanya Adam lebih kepada seperti diri nya, nafas nya ngos-ngosan meski ia tak berteriak seperti Ceper.

“Lo pikir rahasia busuk lo ini bakal di kubur sama mayat lo?!” Ceper berdiri, ia mendorong tubuh Adam, kembali memukuli nya dengan tinju nya.

Adam sama sekali tak bereaksi, ia tak membalas semua pukulan Ceper, pasrah dan diam.

“Berdiri lo anjing! Lo cowok kan!?! Lo udah bisa ngehamilin sodara gue! Berarti lo cowok bangsat!? Berdiri dan lawan gue kayak cowok!? Gue ngga mau lo mati sekarang! Gue mau lo mati di penjara sama Bokap lo yang sama bangsat nya kayak lo itu!” teriak Ceper, ia menarik Adam untuk berdiri.

Adam memuntahkan darah ke lantai “Iya gue cowok bangsat” Adam tersenyum sinis di antara batuk nya.

“Lo mau gue mati? Pukul aja” Adam merentangkan tangan nya “PUKUL GUE SAMPAI MATI!” teriak Adam seperti orang gila, ia terkekeh “Lo mau gue masuk penjara? Laporin! Mungkin gue bisa bagi sel sama Bokap lo”

Ceper meninju wajah Adam lagi “Lo mau mati?!”

Adam tiba-tiba menunduk sambil memegangi perut nya, ia terbatuk-batuk, meludahkan darah dari mulut nya dan tertawa saat melihat ada darah di lantai.

“Anak gue sama Bella sudah mati” ucap Adam seperti menahan sakit “Mati waktu kecelakaan, kalau lo belum tau” jelas Adam.

“Dan iya, gue nyuruh dia aborsi” ucap Adam jujur

“Anggap aja kecelakaan itu aborsi, lo bisa nyalahin gue sesuka hati lo, karena gue yang ngendarain mobil” ucap Adam “Gue ngga tau dimana dia kubur janin nya, ngga tau gimana cara nya dia bisa keguguran, ngga tau apa yang dia lakuin waktu itu, gue ngga tau apa-apa man… lo bisa nyebut gue bangsat, anjing, brengsek, lo bisa nyebut gue apapun… terserah lo, karena gue memang semua itu”

Adam mengusap darah di bibir nya “Tapi kalau lo mau gue mati, lo harus hadapin Bokap gue setelah nya” Adam terkekeh.

“Lo emang sama brengsek nya kayak Bokap lo!” ucap Ceper marah.

“Gue anak nya, dia yang bikin gue, sudah jelas kalau gue mirip dia, lo pun sama bangsat nya kayak Bokap lo Per, ngga ada yang ngga bangsat di sekitar kita, lo, Alex, Putra, semua nya bangsat!”

“Ngga ada yang sebangsat lo!” tinju Ceper di wajah Adam, membuat Adam tumbang dan bersender pada kaki sofa.

“Tapi-“ Adam terbatuk-batuk “Tapi kalau lo mau gue mati… gue bakal buat surat wasiat ke Bokap gue supaya ngga menjarain lo karena udah mukulin anak nya yang sudah ngebuat dia kehilangan cucu nya” Adam tertawa seperti orang gila “Gimana? Lo puas?!”

“Gue bakal puas kalau semua orang di keluarga lo mati! Lo emang pecundang Dam! PECUNDANG! SAMA KAYAK NYOKAP LO! LO NGGA PANTAS DI BUNUH! ORANG LEMAH KAYAK LO PANTAS NYA MATI KARENA BU-“

PRANK!

Adam melemparkan vas bunga di samping nya ke kepala Ceper, membuat darah menetes dari kepala Ceper.

“JANGAN BERANI-BERANI NYA LO HINA NYOKAP GUE!” teriak Adam marah, ia menarik kerah baju Ceper keras “Lo boleh ngehina Bokap gue! Lo boleh ngehina gue! Tapi lo ngga boleh ngehina Nyokap gue!”

“Kenapa?” giliran Ceper yang tertawa dan meski darah terus mengucur dari dahi nya, ia terlihat sama sekali tak terganggu.

“Lo malu?” tanya Ceper “LO MALU PUNYA NYOKAP YANG MATI BUNUH DIRI?! LO MALU ANAK-ANAK TAU? ITU KENAPA LO NGGA PERNAH NGASIH TAU KE SIAPAPUN?! LO MALU PUNYA NYOKAP PECUNDANG?! LO MALU SAMA KENYATAAN KALAU LO SAMA pECUNDANG NYA SAMA DIA?!?”

“CUKUP!” teriak Adam “Cukup” ucap nya penuh penekanan.

“Tutup mulut lo, sumpah gue bakal…” Adam menggertakan gigi nya, tangan nya mengepal dengan begitu keras sampai memutih, ia benar-benar sudah berada di ujung kendali emosi nya dan ia merasa akan meledak detik itu juga dan hanya Tuhan yang tau apa yang akan ia lakukan pada Ceper.

“Lo bakal apa?” tantang Ceper “Lo emang mirip sama Bokap lo, ngga heran Nyokap lo lebih milih mat-“

Buak!

Adam meninju perut Ceper, kini tak hanya kepala Ceper yang berdarah namun seperti Adam, Ceper memuntahkan darah dari mulut nya.

Adam tak berhenti, ia terus memukul Ceper, tanpa ampun, meski erangan kesakitan keluar dari mulut Ceper, Adam tak berhenti.

Ia tak ingin berhenti.

Tangan Adam di tangkap Ceper, ia memutar nya hingga Adam berteriak kesakitan, mendorong Adam ia menginjak punggung dan tangan Adam lalu menendang nya kuat.

Ceper bergerak mundur, ia menabrak meja kaca di belakang nya dan nembuat nya tersandung, Adam menendang meja di samping nya, hingga bergeser jauh dan menabrak lemari tempat ia menyimpan semua koleksi action figure kesayangan nya, lemari itu menderit dan bergerak pelan sebelum akhir nya tumbang di bawah kaki Ceper.

Asap perlahan muncul dari atas karpet, sisa puntung rokok Adam memicu asap dan membuat smoke detector di dalam apartment nya menyala, saat itulah 3 orang lelaki masuk ke dalam apartment Adam dan menemukan 2 tubuh tergeletak di lantai dengan darah hampir di seluruh tubuh mereka.

-----------

90. Eye Contact

Do you feel the same when I'm away from you?
Do you know the line that I'd walk for you?
Imagine Dragons - Walking The Wire
 


-----------

Saat ia berusia 4 tahun, Mama nya seperti biasa akan membacakan buku favorit nya “The Little Prince”.

Papa nya akan datang sebelum ia terlelap untuk mengucapkan selamat malam namun, malam itu Mama nya belum memulai cerita namun, Papa nya telah bergabung dengan nya dan Mama nya, mereka tersenyum dan tampak berhati-hati dan saat Adam berpikir jika Papa nya akan membelikan nya sepeda baru untuk hadiah ulang tahun nya, ia malah mendapatkan sesuatu yang tak pernah terlintas di kepala nya.

Seorang adik.

Saat ia berusia 7 tahun, Papa dan Mama nya memberi tahu nya jika ia akan mendapatkan satu lagi teman untuk di ajak main.

Awal nya Adam berpikir ia akan mendapat anjing, karena beberapa hari ini ia dan adik nya, Ishak merengek minta di belikan anjing Doberman Pinscher untuk peliharaan mereka menggantikan kucing yang beberapa hari lalu mati tenggelam di kolam.

Adam salah, ia mendapat satu lagi adik laki-laki.

Saat ia berusia 8 tahun, Adam dan Ishak seperti biasa memulai hari dengan mengganggu adik kecil mereka, mengganggu nya hingga ia menangis sehingga salah satu dari Orang tua nya akan datang untuk memarahi mereka, sebelum mereka kabur ke lantai bawah dan bermain dengan mainan mereka, namun, pagi itu bukan adik mereka, Ibrahim yang menangis, melainkan Mama nya dan Papa nya tak ada di rumah untuk menggantikan Mama mereka.

Saat ia berusia 8,5 tahun, Mama nya memasak sarapan favorit nya, nasi goreng sosis sambil menyenandungkan lagu kanak-kanak favorit nya dan adik-adik nya, Twinkle-twinkle little star!

Ibrahim tak bisa bernyanyi karena ia belum memiliki gigi, seperti yang Ishak katakan dan Papa nya akan menyeduh kopi buatan Mama sambil membaca koran pagi nya namun, pagi itu berbeda, untuk pertama kali nya ia mendengar Orang tua nya berkelahi dan sarapan pagi tak pernah lagi sama tanpa kehadiran Papa nya.

Saat ia berusia 9 tahun, Ibu Guru menegur nya karena ia mengganggu gadis kecil di samping nya, Agnes, ia memiliki wajah putih bersih, cantik bak boneka membuat Adam merasa gemas dan ingin selalu bermain dengan nya “Jangan nakal” ucap Ibu Guru dan Adam tak pernah mendengarkan nya.

Adam membuat Agnes menangis lagi dan Ibu guru datang, memeluk nya lama dan berbisik di telinga nya “Jangan bersedih” dan Adam tak mau mendengarkan nya.

Hidup berlanjut dan Adam tak pernah lagi sama tanpa Mama dan kedua adik nya.

🐱🐱
 


“Kamu ngga makan?” tanya Agnes.

Adam menoleh ke samping dan ia baru sadar jika Agnes duduk di samping nya… kapan ia datang?

“Ya?” tanya Adam seperti orang linglung.

Agnes tertawa kecil “Kamu pasti belum makan, biar aku bantu” ucap nya, berdiri mengambil makanan rumah sakit yang rasa nya menjijikan dan menyuapkan nya pada Adam.

“Agnes” ucap Adam, ia merasa harus menanyakan sesuatu yang sedari tadi terus mengganggu nya dan ia butuh Agnes untuk menjawab pertanyaan Adam.

“Hm?”

“Kamu cewek kan? Kalau cewek…” Adam berdeham “Kalau cewek sakit mata apa dia ngga mau ngeliat muka cowok?”

Agnes mengernyit “Hmmm, kalau dia ngga mau kamu ketularan biasa nya dia menghindari eye contact, memang nya kenapa?”

“Jadi, sakit mata itu bisa nular lewat eye contact?” tanya Adam memastikan, sekarang ia merasa seperti murid yang penasaran akan sesuatu.

“Mungkin… aku juga kurang tau, tapi biasanya kalau-“

“Gimana kalau dia cuma ngehindarin eye contact sama aku tapi sama yang lain nya ngga?”

“Itu berarti dia memang ngga mau ngeliat kamu Adam”

“Maksud lo- kamu dia bohong?” tanya Adam.

“Soal sakit mata? Iya” Agnes megangguk-ngangguk.

“Ok…” Adam mengangguk namun…. Ia belum selesai “Tapi, kenapa dia harus bohong? Apa yang bisa buat cewek ngehindarin eye contact sama cowok?” tanya Adam.

“Siapa yang lagi kita bicarakan ini?” tanya Agnes.

“Ehm, pacar nya teman nya teman ku…?”

“Ok…”

“Dia lagi punya masalah sama pac- cewek nya dan dia nanya ke aku, aku pernah punya hutang budi ke dia maka nya ku bantu” bohong Adam, sejak kapan ia membantu masalah romansa teman-teman nya, hidup nya tanpa romansa saja sudah rusuh.

“Biasanya aku menghindari eye contact sama orang yang buat aku jengkel atau marah, sedih… perasaan yang negative” Agnes mengangkat bahu nya.

“Tunggu… tunggu, jadi maksud lo- kamu, dia- cewek itu marah sama si cowok maka nya dia ngga mau ngeliat cowok itu?” tanya Adam.

Agnes mengangguk “Atau mungkin ada kata-kata cowok itu yang membuat dia sakit hati dan kecewa…”

“Kata-kata kayak apa?” tanya Adam.

“Banyak, kamu bisa manggil dia dengan sebutan-sebutan yang ngga pantas-“

“Apa nerd termasuk ngga pantas?”

Nerd?” Agnes menaikan satu alis nya “Bisa jadi tapi apa sebelum nya dia marah waktu di panggil Nerd?”

“Errr, kind of…”

“Dan dia minta cowok nya untuk berhenti?”

Apa dia pernah? Ngga.

“Ngga”

“Kalau begitu dia ngga ada masalah sama panggilan Nerd dan lagi, dia juga mungkin suka sama panggilan itu karena saat perempuan di beri nama panggilan yang berbeda dia merasa istimewa dari perempuan lain nya”

Adam tak mengerti pola pikir perempuan “Ok, kalau dia suka kenapa dia marah?”

“Apa dia pernah melakukan kekerasan ke cewek nya?”

“Ngga” cium tanpa ijin? Termasuk kekerasan?

“Gimana kalau cowok itu nyium cewek itu tanpa ijin?”

“Apa cowok nya ini mesum?” tanya Agnes.

“Ehm, cowok yang nyium cewek tanpa ijin bukan berarti dia mesum-“

“Itu ngga sopan Adam, pantas aja cewek nya marah”

“Tapi gimana kalau dia ngga marah? Dia… diam”

“Beberapa cewek mengekpresikan marah nya dengan diam” ucap Agnes “Tapi tergantung bagaimana diam nya, apa setelah diam dia menampar cowok nya atau dia diam… diam

“Diam… diam” ucap Adam.

“Mungkin dia masih kaget dan ngga menyangka kalau cowok itu bakal nyium cewek itu”

Siapa yang bisa menyangka?, batin Adam.

“Terus kenapa dia marah?” tanya Adam tak mengerti “Apa yang sudah gu- cowok itu lakuin? Semua nya baik-baik aja sebelum nya di- cewek itu bahkan bantu cowok itu untuk bukain kulit pisang dan tiba-tiba… dia bahkan ngga mau ngeliat muka gu- cowok itu”

“Coba ingat lagi” ucap Agnes “Mungkin ada sesuatu yang cowok itu sembunyiin dari cewek nya, sesuatu yang mungkin bisa mengubah pandangan cewek itu ke cowok nya, hati cewek itu lembut Dam, kamu cukup meminta maaf sekali dan dia akan memaafkan semua kesalahan kamu, masalah nya, itu bukan berarti kami bisa melupakan semua kesalahan begitu aja, hati perempuan itu sedalam samudera, ngga akan ada yang tau isi nya”

“Kenapa perempuan harus serumit itu?” keluh Adam.

“Perempuan ngga rumit, laki-laki aja yang kurang peka” ucap Agnes membela kaum nya.

“Tapi gu- aku masih ngga ngerti kenapa dia ngga mau liat muka gu-cowok nya, kalau dia marah seharus nya dia bisa nampar muka cowok nya atau dia bisa ngatain cowok nya balik, ngga perlu ngehindarin muka gu- cowok nya seolah-olah cowok nya punya penyakit menular” keluh Adam.

Agnes mengangkat bahu nya “Karena mungkin… saat dia melihat mata nya, dia teringat banyak hal yang sudah terjadi di antara mereka dan dia sadar”

“…”

“Kalau dia mencintai pemilik mata itu- dan dia benci itu”

🐡🐡
 


Apakah ini buruk untuk mencintai orang yang kita benci?

Adam ingin tertawa mendengar pertanyaan konyol nya, ia tak pernah, sama sekali tak pernah memikirkan hal semacam itu selama hidup nya dan kini ia berada di titik aneh dalam hidup nya dan mulai berpikir tentang sesuatu yang janggal.

Sudah bukan rahasia lagi jika Adam adalah seorang atheis dalam hal cinta, jadi saat dia memiliki pertanyaan semacam itu pantaslah di katakan kalau otak nya mulai terganggu.

Sudah satu minggu Adam berada di rumah sakit, makan, main game, marah-marah lalu tidur, itu saja kegiatan nya, tak ada satupun teman nya yang berkunjung karena kunjungan telah di batasi hanya untuk keluarga semenjak kasus nya di proses polisi.

Fakta nya, Adam tak tau kasus apa yang menjerat nya karena seperti biasa, Papa dan pengacara nya yang akan menyelesaikan semua nya.

Namun, ia tak di ijinkan untuk aktif dalam media sosial agar tak memperkeruh keadaan.

Adam tersenyum sinis saat melihat postingan Rizal di Instagram, laki-laki itu mengupload video nya dan pacar nya di kolam renang salah satu hotel berbintang di Jakarta.

Block.

Teman-teman nya memang tau benar bagaimana bersikap layak nya teman sejati, ia disini makan dengan tangan kiri, cebok juga dengan tangan kiri dan hanya mendapat hiburan dari menonton tv dan bermain Hp, sementara mereka sibuk berpesta ria dengan pacar baru mereka.

Bukan Adam iri, ia bisa mendapat perempuan manapun yang ia mau, ini bukan candaan atau seperti kata Venus, sebagai tindak kenarsisan yang bentuk nya lebih besar dari ego Adam namun, ini adalah fakta.

Adam tak pernah pacaran, ini benar, karena saat pertama kali ia mendapat ciuman pertama nya, itu datang dari teman sekelas nya di SMP, tiba-tiba satu sore saat bel pulang berbunyi, ia mendatangi Adam dan mengungkapkan perasaan nya, lebih gila lagi (Adam akan menyebut nya Hot saat ini) ia mencium bibir Adam dan itu di lakukan dengan mulut terbuka!

Adam terlalu kaget dan bingung untuk bereaksi, ia merasa mulut nya sedang berusaha di makan oleh teman sekelas nya, ia cantik, sangat cantik, sebagai laki-laki normal yang selalu melihat fisik di banding prilaku, ia memiliki sedikit rasa tertarik.

Ciuman itu berlangsung singkat dan aneh, mari katakan saja tak ada kata nikmat seperti yang ia rasakan sekarang saat mencium bibir seorang perempuan, ini benar-benar aneh dan canggung (Untuk dirinya) karena setelah berhasil memasukan bibir Adam ke mulut nya, perempuan itu mundur dengan wajah merah, ia melirik Adam malu-malu yang membuat Adam semakin bingung, karena bukankah seharusnya ia yang malu?!

Bukan dia yang baru saja di lecehkan- wait, itu bisa di kategorikan pelecehan jika perempuan itu melakukan nya tanpa seijin Adam- dan itulah bagaimana ia mendapatkan ciuman pertama nya.

Adam tak pernah tau bagaimana penampilan nya sampai ia berada di kelas 2 SMP, satu kali dia duduk di pinggir jalan di dekat sekolahan nya bersama teman-teman nya sambil memakan cilok, mereka sedang mengobrol lalu 2 perempuan lewat, melirik ke arah nya? mereka? Lalu terkikik.

Ok, ini jalan umum dan Adam memaklumi mereka lewat dan mungkin mereka tertawa karena salah satu teman mereka baru saja di putuskan pacar nya.

3 perempuan lain nya lewat dan mereka mencuri lirik ke arah mereka? nya? sebelum tersenyum malu-malu.

Adam mulai merasa tak nyaman, terlebih setelah nya sekitar 10 barisan perempuan yang sama bolak-balik di depan mereka dan Adam bersumpah ia lah yang menjadi objek lirikan dan cekikikan mereka karena saat mereka lewat untuk ke lima kali nya Adam mengunci pandangan nya dengan salah satu perempuan dan cekikikan itu berubah menjadi hysteria yang membuat Adam hampir menjatuhkan cilok di tangan nya.

Apa itu karena ada saus cilok di wajah nya? Apa ada cabe di gigi nya?

Apa ada sisa lipstick Nenek nya di dahi nya? (Ia harus mengingatkan Nenek nya untuk berhenti mencium dahi nya dengan kekuatan penuh jika ia ingin cucu nya laku) Atau ritsleting nya lupa terkancing? Tidak, tidak ada yang aneh dengan diri nya, dia sudah mengecek nya pada teman nya Putra dan dia bilang “Bro, muka lo kayak manusia”

Lalu kenapa perempuan-perempuan itu terus melirik nya dan tertawa cekikikan?!

“Lo tau, lo seharusnya ngga boleh gitu” ucap Putra satu hari saat mereka sedang istirahat setelah bermain futsal.

Gitu?

Putra mengangguk “Lo terlalu… apa kata-kata nya? Lo ngga seharusnya melototin cewek yang suka sama lo, lo tau ada berapa anak cewek yang nangis tiap kali lo pelototin?”

“Gue ngga nyaman di liatin terus”

“Mungkin kalau lo balas tatapan mereka pake senyum mereka bakal berhenti ngelirik lo” ucap Putra.

Adam nampak berpikir “Apa mereka ada ngomong sesuatu tentang gue?” wajah nya berubah dari datar ke curiga, setelah terlatih untuk menjadi laki-laki cool tidak terlalu sulit bagi Adam untuk memasang ekspresi datar bahkan meski ia merasa jantung nya akan meledak.

Putra tertawa “Banyak”

Ekspresi Adam kembali datar dan itu membuat tawa Putra semakin kencang.

“Cewek-cewek bilang lo jago ciuman”

Adam terkesiap, ia hanya pernah satu kali ciuman dan itu awkward, apa itu hinaan atau pujian?

“Dan mereka penasaran sama isi celana dalem lo”

Ini jelas pelecehan, ia akan mengadukan pada Papa nya begitu pulang sekolah.

“Mereka suka sama lo bro, itu kenapa mereka sering ngelirik lo diam-diam, lebih banyak yang terang-terangan sih… tapi inti nya mereka suka sama lo”

“Suka gue?” tanya Adam tak percaya “Kenapa?”

Ia tak ingat pernah melakukan sesuatu yang membuat perempuan-perempuan itu bisa menyukai nya, satu-satu nya perempuan yang ia baiki adalah Agnes.

“Eh- lo mungkin bisa tanya ke Agnes alasan nya” ucap Putra awkward sebelum berlari kembali memasuki lapangan.

Esok nya, ia menanyakan nya pada Agnes dan inilah jawaban nya :

“Karena kamu ganteng”

Dan semenjak itu Adam tak pernah berhenti membalas senyum malu para gadis di sekolah nya, ia bahkan sudah belajar trik baru dari teman nya yang terkenal playboy, Putra.

Ia tersenyum dan mengedipkan sebelah mata nya.

Ahh it’s good to be handsome.

Saat ia naik ke kelas 3 SMP, dimana ia hampir menyamai rekor Putra dalam hal ciuman bibir, 15 perempuan untuk Adam dan 21 untuk Putra, 6 perempuan lagi dan dia akan menyamakan skor nya.

1-0

Ini tak aneh bagi mereka berdua untuk mencium sebanyak mungkin perempuan karena dua-dua nya sama tak pernah menjalin hubungan serius dengan lawan jenis dan seperti remaja laki-laki kebanyakan, mereka bodoh dan hanya ingin bersenang-senang.

“Ini Bella, sepupu gue” Ceper, Kakak kelas nya di SMP yang kini sudah masuk SMA memperkenalkan seorang gadis yang sangat cantik pada nya.

Dan 3 bulan sebelum Putra tidur dengan pacar resmi pertama nya, Adam telah kehilangan keperjakaan nya bersama Bella, haruskah ia bangga akan hal itu?

1-1

“Adam” suara Papa Adam menggema di dalam ruangan nya, membuyarkan nya akan bayangan saat pertama kali ia melakukan nya dengan Bella.

Adam berdeham, ia melirik ke pintu dan ia sadar Papa nya tak sendiri, di belakang nya ada pengacara mereka.

“Papa mau bicara” ucap Papa nya dengan nada suara tegas, mata nya lurus menatap Adam.

Dan Adam tau, sangat tau jika Papa nya telah menggunakan nada suara itu dan melihat ekspresi keras di wajah Papa nya, ia tau, Papa nya sedang menyimpan bom atom di dalam tubuh nya dan bersiap untuk di lepaskan.

Kira nya, sebuah amarah tak membuat Papa Adam menolak mata nya, lalu kenapa Venus menolak menatap nya?

---------

91. Traitor

We're all falling and
We need a place to hide
A safe place somewhere in the woods
Hollow Coves - The Woods
 


--------

“Papa tidak menyangka kamu senakal itu Adam!” ucap Papa nya dengan penuh amarah “Papa besarkan kamu, Papa beri apapun yang kamu mau dan ini balasan kamu!”

“Papa mencoba bertoleransi dengan kenakalan-kenakalan yang kamu buat selama ini, tapi Papa tidak pernah mengira anak Papa bisa melakukan hal sekeji ini, dimana akal kamu?”

“Sejak Mama kamu meninggal Papa berusaha untuk jadi Orang tua yang selalu ada untuk kamu, Papa tau Papa jauh dari kata baik tapi apa begini balasan kamu atas apa yang terjadi dengan Mama? Apa harus kamu melakukan hal sebodoh ini?! Apalagi yang kurang? Kamu punya segala nya, segala nya yang anak seusia kamu inginkan dan-“ Papa Adam tiba-tiba menghentikan ucapan nya, ia memegangi dada nya sambil menarik nafas.

“Pak” ucap Pengacara nya yang sedari tadi hanya diam di belakang Papa Adam, ia membantu Papa Adam duduk di atas sofa.

Adam yang sedari tadi hanya mampu menunduk setelah menerima tamparan super keras di pipi nya dari Papa nya hanya bisa termangu di tempat nya.

Ia bingung, tentu ia juga merasa sakit, tapi bingung adalah perasaan utama yang menguasai nya.

Ia tak menyangka telah datang hari dimana Papa nya akan mengetahui semua rahasia dalam hidup nya, rahasia nya dengan Bella dan rahasia tentang…

“Kenapa kamu tidak pernah memberitahu Papa kalau kamu menghamili Bella?!”

Pertanyaan Papa nya menggema di telinga nya, terus di ulang dalam kepala nya dan Adam di kuasai rasa takut juga gelisah, kacau, apa selanjut nya? Apa yang akan terjadi selanjut nya?

Bak pengecut, Adam mulai merasa panik, akankah Papa nya mengirim nya keluar negeri? Jauh dari siapapun? Sendirian di negara lain? Di buang karena membuat malu keluarga?

“Hari ini kamu keluar dari rumah sakit! Papa tidak mau aib kamu menyebar ke orang lain!” ucap Papa nya tak bisa di bantah.

Dan disinilah ia, dengan satu tangan yang di gips, duduk di ruang kerja Papa nya, Papa nya duduk di kursi kebesaran nya, sedangkan pengacara nya duduk di sofa dengan banyak berkas di depan nya.

“Cerita sama Papa bagaimana hubungan kamu sama Bella” perintah Papa nya, kadang, ada saat nya Adam merasa menjadi anak emas, ia tak memiliki satu kewajiban pun namun ia menuntut banyak hak dan Papa nya selalu menuruti nya, meski terkadang ia dan Papa nya terlibat dalam pertengkaran yang tak berguna namun ia sepenuh nya sadar jika kebanyakan pertengkaran itu adalah Adam penyebab nya.

Papa nya tak pernah memukul nya, sekalipun, sampai tadi sore, Adam bahkan bisa merasakan pipi nya membengkak dan bibir nya robek akibat hantaman Papa nya.

Ia tak menyangka Papa nya yang selalu tampil dalam balutan jas mahal itu mampu membuat Adam tak hanya merasakan sakit pada hati nya namun juga fisik nya.

Jadi, Adam memulai cerita nya, ia terlalu takut mengurangi apalagi menambahi, ia tau Papa nya pasti memiliki sebuah rencana untuk menyelesaikan masalah nya.

Ia tak tau siapa atau bagaimana Papa nya bisa mengetahui hal ini, ia mungkin penasaran, sangat penasaran, ia ingin memukul orang itu lalu mengucapkan terima kasih ingin membenci nya sekaligus memuja nya, karena bagaimanapun hal ini pasti akan di ketahui Papa nya terlebih hubungan nya dengan Bella semenjak mereka putus tak lagi baik.

Sepanjang Adam bercerita, Papa nya hanya diam mendengarkan namun nampak raut kecewa sekaligus marah di wajah Papa Adam.

“Apa Orang tua Bella tau kalau kamu menghamili anak nya?” tanya Papa Adam.

“Ngga”

Papa Adam melirik pengacara nya, seolah sedang membuat percakapan lewat mata, Adam biasa melakukan hal ini saat ulangan namun tentu Papa nya berada di level yang berbeda, jangankan mengerti memandang wajah Papa nya saja ia tak lagi berani.

Pengacara nya berdiri, dia berdeham “Adam, Om boleh tanya dimana… janin Bella di kuburkan?”

Adam mengangkat bahu nya “Bella yang tau”

Adam bisa mendengar suara tarikan nafas tajam Papa nya.

“Kamu masih punya hubungan dengan Bella?”

Adam menggeleng.

“Kapan kalian putus? Baru saja atau setelah kejadian?” tanya pengacara nya.

“Sekitar 3 atau 4 bulanan…”

“Jadi, kamu masih menjalin hubungan dengan Bella setelah kejadian itu?”

Adam mengangguk.

“Apa ada sesuatu yang membuat kamu masih bertahan dengan Bella? Apa dia mengancam kamu?”

“Dia pernah pingsan karena minum obat tidur terlalu banyak”

Pengacara nya mengangguk “Apa dia pernah mengancam akan melaporkan kamu ke Orang tua nya?”

“Ngga pernah”

“Jadi, kalian menjalin hubungan lagi atas dasar suka sama suka?”

Adam tak yakin suka adalah dasar nya tapi… “Ya”

Pengacara nya melirik Adam lalu Papa nya, seolah sedang meminta ijin Papa Adam untuk melibas nya dengan pertanyaan-pertanyaan yan Adam yakini akan membuat nya shock, ini bukan pertama kali nya laki-laki ini menjadi pengacara untuk menangani kasus nya, singkat nya dia pengacara keluarga Adam jadi, tak ada satupun aib keluarga Adam yang tak ia ketahui…

“Adam, Om tidak bermaksud tidak sopan dengan memberi kamu pertanyaan ini tapi, ini penting untuk menyelesaikan masalah kamu dengan Bella” jelas pengacara nya.

Adam mengangguk.

“Pertama kali kalian berhubungan apa kalian menggunakan pengaman?”

Adam tak tau mana yang mendominasi, malu kah marah, ia menguatkan tekad nya “Ngga”

“Jadi itu terjadi tanpa di rencanakan?”

“Ya” jawab Adam “Malam itu, Adam menang racing dan Ceper bilang kalau Bella adalah hadiah buat kemenangan pertama Adam”

“Apa ini Ceper yang sama dengan yang berkelahi dengan kamu?”

Adam mengangguk.

“Apa hubungan Ceper dan Bella?”

“Sepupuan”

“Sebelum Bella memberitahu kamu kalau dia hamil, ada berapa jeda waktu nya sebelum dia tau kalau dia hamil?”

“2 bulan?” ucap Adam tak yakin karena ia sendiri saat itu sudah panik sendiri hingga tak bertanya apapun lagi selain berusaha menyelamatkan diri nya sendiri.

“Dan selama itu kalian berhubungan seksual secara aktif?”

Adam melirik Papa nya sekilas lalu mengangguk.

“Adam, cepat atau lambat kamu sadarkan kalau masalah ini akan di ketahui oleh keluarga Bella?” tanya Pengacara nya serius.

Adam mengangguk.

“Terlebih kamu memiliki masalah hukum dengan Ceper, Orang tua nya sudah menuntut kamu, ada kemungkinan Bella akan mengadukan hal ini ke Orang tua nya, kamu siap dengan konsekuensi nya?”

Adam diam.

“Dan hasil tes kamu sudah keluar” ucap pengacara nya, ia menghembuskan nafas dalam “Sudah berapa lama kamu menghisap ganja?”

Adam masih diam.

“Jawab Adam!” perintah Papa nya yang sedari tadi hanya diam mendengarkan.

“Dari kelas 1”

“SMP?”

“SMA”

“Apa kamu pernah pakai narkoba?”

Jeda sebentar sebelum Adam menjawab “Pernah”

Buak! Papa Adam memukul meja kerja nya dengan keras, membuat Adam terlonjak dari tempat nya “Anak kurang ajar! Siapa yang mengajari kamu memakai barang-barang semacam itu huh?! Jawab Papa Adam! Sejak kapan kamu jadi pemakai narkoba?!”

“SMP Pa” jawab Adam.

“Ya Tuhan” Papa Adam menaruh tangan nya di dahi seolah sedang menahan tubuh nya sendiri agar tak rubuh.

“Tapi Adam sudah berhenti Pa, sejak…” Adam menelan ludah nya “Bella keguguran, Adam sudah berhenti make”

Kata-kata Adam nampak nya bukan menjadi air yang mendinginkan api amarah Papa Adam, sebalik nya itu membuat Papa Adam semakin marah dan jujur saja ini kali pertama bagi Adam untuk melihat Papa nya semarah ini.

“Apalagi? Apalagi hal buruk yang sudah kamu lakukan di luar sana selain memakai narkoba dan menghamili anak gadis orang?! Jujur ke Papa sekarang sebelum Papa yang tau duluan, Papa memberikan kamu kebebasan agar kamu bisa bahagia bukan nya malah merusak diri apalagi merusak anak orang lain!” ucap Papa Adam marah.

“Sudah berapa kali Papa bilang ke kamu untuk menjauhi Bella, kamu sudah bertunangan demi Tuhan Adam, kenapa kamu melakukan ini ke Papa? Bagaimana dengan Agnes, bagaimana kalau keluarga nya tau? Pernah kamu berpikir panjang seperti itu?”

Tidak, Adam menyimpan jawaban itu di dalam hati nya, tak mau membuat jantung Papa nya semakin lemah, ia yakin Papa nya akan jatuh sakit sebentar lagi dan Adam tak tau harus melakukan apa jika sesuatu yang buruk terjadi Pada satu-satu nya Orang tua kandung nya yang tersisa.

Papa Adam menjatuhkan tubuh nya di kursi nampak terlalu lelah dan frustasi, Adam memberikan nya banyak masalah dalam satu waktu dan semua masalah itu bukanlah masalah ringan.

“Dimana Hp kamu?” tanya Papa nya.

“Di kamar”

“Ambil, Papa tidak mau kamu berhubungan lagi dengan teman-teman kamu dan jangan berani macam-macam lagi kamu” ancam Papa nya.

Adam berdiri, sejak ia keluar dari rumah sakit, Papa nya telah membawa suster dan Dokter pribadi keluarga nya untuk membantu pemulihan kesehatan Adam.

Ia menahan sakit tubuh nya, yang meski telah seminggu lewat ia tetap merasa keram, pegal dan memar di beberapa bagian.

Adam diam-diam menyumpahi Ceper, ia tau Ceper bukanlah orang yang mudah untuk di lawan terlebih saat ia marah, ia hampir sama gila nya dengan Adam namun Ceper berada di tingkatan yang lebih ekstrem.

“Adam” Pengacara nya memanggil nya sebelum ia membuka pintu ruang kerja Papa nya.

“Satu lagi, Om mau tanya selain kalian bertiga, apa ada lagi yang mengetahui hal ini?”

Adam membuka mulut nya untuk menjawab namun, ada satu kata dalam kalimat Pengacara nya yang janggal dan itu membuat nya mengernyitkan kening.

“Bertiga?” jika janin Bella sudah termasuk orang maka benar saja ada 3 orang tapi janin itu sudah tidak ada dan dia tak bisa menjadi saksi.

“Iya, Kamu, Bella dan teman kamu, Venus, apa ada lagi orang yang kamu beritahu?”

Nampak nya, Adam telah mengetahui siapa yang mengadukan nya kepada Papa nya.

-------
 

92. Scandalous

What are you doing right now?
I’m fiddling with my phone when I never do that
Taeyeon - Lonely Night
 


-------

Venus tak mengurangi kecepatan nya dan membelah lautan orang di lorong dengan kecepatan penuh, ia panik, sangat panik.

Video Adam dan Anggota Frat yang sedang berpesta di apartment Adam tersebar di seluruh media sosial dan damn, Rino benar soal Adam fan club tapi... itu tidak penting, untuk sekarang, yang terpenting untuk saat ini ialah siapa yang menyebarkan video itu?!

Semua orang pasti akan berpikir Venus adalah tersangka nya tapi demi semua bulu kaki Adam ia tak melakukan nya, Rino sekali lagi benar, ia tak punya cukup nyali untuk melakukan hal seekstrim itu.

Venus sampai pada loker nya, ia membuka dan mulai membongkar semua isi nya, ia ingin menjerit saat ia tak menemukan memori yang berisi semua video di apartment Adam dan The Black Book nya, ia menaruh tangan nya di dahi, takut? Ya, Panik, Hell Ya!, Frustasi? HOLYSSHIT YA!

Ia bahkan bolos sekolah untuk mencari 2 benda keramat itu di rumah nya, ia bahkan hampir tenggelam di dalam lautan makanan kucing pemberian Adam yang hingga hari ini tak kunjung habis.

Pesta Adam menjadi viral, ingin rasa nya Venus memutar mata nya di depan presenter acara gosip di Televisi saat mengatakan "Pesta Anak Konglomerat Yang Tidak Patut Di Tiru" seriusan? Mereka bahkan belum mulai pesta nya, pesta nya lebih gila dan wild.

Tapi, lagi itu tidak penting.

Saat ini, ini yang paling penting :

"Ahmad Adam Natawijana di ketahui sebagai anak dari pengusaha konglomerat Indonesia, Ahmad Natawijana, video yang baru-baru ini viral menampilkan Adam dan teman-teman nya tengah melakukan pesta di sebuah apartment mewah di daerah Jakarta pusat" pembawa acara itu membacakan profil Adam dengan fasih.

"Di dalam Video di ketahui terdapat beberapa jenis minuman alkohol, rokok serta beberapa pasangan yang melakukan hal-hal yang melanggar norma"

Venus menutup wajah nya, potongan video itu ia ketahui sebagai video pertama yang ia dapatkan, saat Adam dan Bella bercumbu di ujung ruangan.

"Beberapa anak dari pengusaha Indonesia di ketahui juga terlihat di dalam kamera, sampai saat ini belum di ketahui dengan jelas siapa yang menyebarkan video tersebut"

Venus mengganti chanel tv nya ke saluran alay dimana pembawa acara gosip alay tengah melakukan analisa ala kadar sekaligus memaksa nya tentang video Adam.

Di Tv sedang menampilkan instagram milik Bella, disana banyak terpampang foto kemesraan mereka berdua.

Dan saat foto Adam shirtless muncul di layar semua penonton alay di studio bertepuk tangan riuh sambil berteriak girang padahal dengan jelas Venus bisa mendengar suara mereka kebanyakan laki-laki.

"Yang ini ya? Yang ini nama nya Adam? Cucok ya?! Cucok!"

Cucok? Oh please, dia itu ganteng.

"Tapi sudah ada yang punya, cewek nya cantik ya!!"

Cantik? Please, sifat nya kayak setan.

"Ini kalau kita lihat dari instagram nya, kayak nya udah lama pacaran nya"

"Kita kedatangan tamu spesial, ini teman Adam dan Bella, teman nya dari SMP, Ayoo tebak siapa?"

Venus menggeleng skeptis, ia mengambil teh hangat nya untuk di minum, ia yakin yang datang pasti cuma orang sewaan yang pura-pura jadi teman Ad-

Byur! Venus memuntahkan teh dari mulut nya saat melihat Lidya muncul di layar tv.

"What the hell Lidya?!?" Desis Venus tak habis pikir.

Dari semua orang yang ada di dunia ini?! Lidya?!

Venus mengurut dahi nya, Ya Tuhan jangan bilang kalau Putra yang membuat dia datang ke acara itu!

"Halo, nama kamu siapa?" Pembawa acara gosip itu bertanya.

"Lidya"

"Jadi, Lidya ini teman sekelas nya Adam dari SMP, bener ngga?"

"Iya"

"Yang kamu tau tentang Adam itu apa sih? Apa dia baik di sekolah? Nakal? Atau bgaimana sih? Kita kan disini ngga tau ya... coba kamu ceritakan!"

"Ya Tuhan..." bisik Venus frustasi.

"Dia dari SMP memang populer, banyak yang deketin"

"Kalau Bella itu... bener pacar nya?"

Lidya mengangguk "Iya, sudah lama pacaran"

"Mereka kalau di sekolah gimana sih? Deket? Atau biasa aja?"

"Deket banget" jawab Lidya "Mereka pacaran dari SMP sampai sekarang"

"Dari dulu gaya pacaran mereka memang begitu, pernah putus tapi selalu balik sama-sama lagi" jelas nya panjang lebar.

Lalu si pembawa acara mulai bertanya aktivitas liar Adam "Kalau ngumpul-ngumpul yang kayak di Video itu kamu pernah ikut ngga?"

Lidya menggeleng.

Pembohong, batin Venus.

"Ngga pernah, kita cuma temenan di sekolah"

Venus sunguh tak habis pikir mengapa Lidya mau datang ke acara itu, jika Adam nengetahui hal tersebut ia bia kena amuk.

"Kalau mantan nya Adam yang lain tau ngga?"

Lidya menggeleng "Ngga sih, dari dulu tau nga mereka udah pacaran"

Untung nya sampai akhir percakapan tak jelas itu mereka sama sekali tak membahas soal keluarga Adam atau Agnes atau kehamilan Bella.

Untuk saat itu... karena 2 jam kemudian semua, SEMUA aib keluarga Adam muncul di layar Tv, trending di Twitter, viral di Instagram dan mendapat jutaan penonton di Youtube.

Di katakan bahwa Mama Adam meninggal karena bunuh diri dengan cara meminum racun dan mengunci tubuh nya di dalam ruangan bergas bersama kedua anak nya.

Kehidupan Papa Adam tak kalah drama dari semua sinetron azab yang ada di Tv Indonesia, satu persatu inisial penyanyi dangdut atau model terkenal di kaitkan dengan nama Ahmad Natawijana.

Mama Tiri Adam secara resmi mendapat gelar Pelakor dan di sumpahi oleh ribuan netizen.

Sedang Adam sendiri, entah bagaimana publik bisa mengetahui skandal tergelap nya bersama anak perempuan dari pengusaha kaya Indonesia, Bella.

Adam di rumorkam pernah menghamili Bella dan melakukan proses pengguguran di Singapura. Untuk yang satu ini salah namun... bagian gugur nya benar.

Ia tak yakin apakah orang-orang benar-benar berniat mencaci nya karena kebanyakan orang akan berkomentar seperti ini:

"Duh ganteng-ganteng bejat"

"Ih Mas nya alis nya tebel tapi suka mabok"

Atau

"Sayang banget nakal padahal ganteng, kaya lagi"

Memang susah untuk men-judge orang ganteng.

Tapi, lagi, itu bukan sesuatu yang penting, bagaimana keadaan Adam sekarang? Apa ia sedang menangis di pojok kamar nya? Ah tidak, Adam bukan tipe sentimental ia lebih ke tipe emosional, kemungkinan besar Adam sedang berdiri di depan cermin toilet nya yang sudah retak dengan sisa-sisa darah disana, Venus yakin, saat ini Adam sedang melakukan sesuatu yang akan melukai diri nya sendiri.

Atau lebih buruk?

Venus duduk di kursi belajar nya, mata nya secara tak sengaja menatap pantulan warna bulan di meja belajar nya, ia melihat keluar jendela, mata nya menatap bulan di langit dan... saat itu sesuatu yang sangat berat seolah menghantam kepala nya.

Ia telah menghancurkan keluarga Adam.

Tidak secara langsung namun... ia lah yang memasang kamera itu, jika saja ia tidak melakukan hal sekonyol itu hal seperti ini pasti tak akan terjadi...

"Skandal keluarga Natawijana"

Begitu tajuk media online memberitakan.

Venus yakin keluarga Adam punya banyak uang untuk menghentikan semua berita dan rumor yang ada di Tv tapi media sosial? Itu bukan sesuatu yang mudah, itu milik pribadi, ia tak mungkin mendatangi setiap orang yang memiliki Instagram dan menyuap nya.

Venus mengambil Hp nya di laci, ia menatap nya lamaaa sekali sebelum menekan kontak Adam.

"Are you okay?"

Venus menghapus pesan itu, tentu Adam tak baik-baik saja keluarga nya baru saja terlibat dalam skandal memalukan dan cepat atau lambat Adam akan mengetahui Venus lah tersangka nya.

"Hi Adam"

Venus kembali menghapus nya, ia tak pernah se-sok akrab itu dengan Adam.

Dan lagi, pesan yang akan ia kirim bukanlah sesuatu yang penting.

Apa guna nya sederet kata-kata? Ia telah melakukan sesuatu yang sangat tak termaafkan, ia telah menelanjangi Adam di muka publik bahkan tak hanya diri nya namun juga keluarga nya.

Venus hampir meloncat dari tempat duduk nya saat Hp di tangan nya bergetar, nomer pribadi.

Entah mengapa jantung Venus berdetak begitu cepat hingga ia merasa jantung nya akan keluar dari tubuh nya.

Sedikit yang Venus tau bahwa menghancurkan keluarga Adam sama dengan menghancurkan hidup nya sendiri.

Jadi, saat ia menggeser tombol hijau di layar dan berucap "Halo" ia tak sadar jika ia baru saja mengaktifkan bom waktu.

-----
 

93. Friend

I wanna fly, and never come down,
And I live my life, and have friends around.
Coldplay - We Never Change
 


--------

"Venus, lo di panggil Kepala sekolah" ucap Fitri.

Venus yang baru saja akan menaruh tas nya di meja menoleh ke arah Fitri, ini masih terlalu pagi untuk datang ke ruang Kepala sekolah namun... pasti ada sesuatu yang urgent jika ia diminta datang sepagi ini bukan?

"Oh iya" Venus mengangguk.

Sebenarnya ia berniat mencari Lidya pagi ini, menanyakan alasan Lidya datang ke acara gosip itu.

Venus menaruh tas nya di bawah kursi dan ia mengernyit saat menyadari Lidya tak ada di kelas, kemana lagi bocah itu? Jangan bilang dia kembali lagi dengan Putra.

Pemikiran itu membuat nya bergidik, bagaimana awkward nya ia harus berteman dengan orang yang pacar nya adalah orang yang sangat ia benci.

Ia tak mengerti, sangat tak mengerti dengan perasaan cinta, entah itu cinta atau sekedar suka atau obsesi ataupun nafsu, hubungan Lidya dan Putra mengingatkan nya akan 2 manusia yang saat ini sama sekali tak ingin ia ingat nama nya.

Tapi, untuk Lidya ia yakin itu adalah cinta, cinta yang kelewat dalam hingga ia merasa Lidya sudah melewati batas bodoh, kelak saat Putra sudah bosan ia akan meninggalkan Lidya begitu saja dan Lidya tetap akan di tempat nya seperti orang bodoh.

Dengar? dia sudah seperti ahli cinta, fakta nya, ia sendiri tak tau apa itu cinta.

Venus mengetuk pintu ruang kepala sekolah dan saat ia mendengar suara Kepala sekolah menginjinkan nya untuk masuk, ia langsung membuka pintu kayu besar itu dengan hati-hati dan pelan.

Ia berpendapat jika ruang Kepala sekolah adalah ruangan paling menegangkan sekaligus nyaman yang ada di sekolah ini.

"Venus, duduk" Kepala sekolah nya mempersilahkan.

"Kamu sudah menyiapkan semua berkas kamu untuk kuliah?" tanya Pak kepala sekolah.

Venus mengangguk.

"Venus" Pak kepala sekolah mengucapkan nama nya dengan nada yang janggal dan Venus tiba-tiba di hantui rasa takut.

"Bapak tau kamu anak pintar dan nilai-nilai sekolah kamu juga bagus, itu juga menjadi salah satu alasan kenapa kamu bisa mendapat beasiswa di sekolah ini tetapi, ada sesuatu yang Bapak rasa harus Bapak konfirmasi langsung dari kamu" Pak kepala sekolah menyatukan tangan nya di atas meja, ekspresi nya serius.

"Apa kamu pernah curang saat mengikuti ulangan?"

Pertanyaan itu membuat Venus membisu. Bak di sambar petir di siang bolong ia kehilangan seluruh kata-kata nya dan satu-satu nya hal yang bisa ia pikirkan saat ini adalah escape.

"Apa itu benar?" tanya Pak kepala sekolah sekali lagi.

Benar? Ya benar. Tapi tak mungkin Venus menjawab jujur, ya kan? Kan? Bohong? Haruskah ia berbohong?

Tapi otak pintar nya mengatakan jika Pak Kepala sekolah mempertanyakan hal ini dengan sebab dan alasan tertentu.

Tak mungkin ia bangun di pagi hari dan lalu berpikir "Hm, kayak nya asik nih kalau di sekolah nanti nanyain si Venus apa dia suka nyontek atau ngga?" ngga mungkin kan?!

"Er... itu tidak benar Pak"

Pak kepala sekolah menganggukan kepala nya sekali "Jangan salah paham Venus, Bapak cuma ingin memastikan, ini bukan karena Bapak tidak percaya dengan kamu tapi beberapa waktu ini Bapak menerima komplain tentang kecurangan ujian yang menguntungkan salah satu pihak"

Venus menelan ludah nya, tangan nya mulai basah dan suhu tubuh nya menurun drastis begitu pula dengan stok darah dalam tubuh nya, tak heran jika kini ia nampak seperti mayat hidup.

"Tapi saya..." Venus menahan nafas nya "Tidak curang Pak"

"Sayang nya Venus ada saksi yang mengatakan hal sebalik nya, menyontek mungkin sesuatu yang lumrah terjadi saat ulangan tapi kamu berada di kelas akselerasi terlebih kamu mendapat undangan dari Universitas ternama karena nilai kamu, kesempatan yang kamu dapatkan bisa saja dimiliki oleh siswa lain yang lebih pantas"

"Tapi Pak-"

Pak Kepala sekolah mengangkat tangan nya "Ini tidak bisa di toleransi Venus, kamu sadar betapa ketat nya persaingan di kelas kamu banyak anak pintar disana tapi orang pintar saja tidak cukup, ada yang lebih penting, moral"

"Sekolah tidak bisa mempertanggungjawabkan jawaban kamu selama ujian, kamu mungkin bisa mengikuti ulangan ulang dan tes ulang tapi semua keputusan beasiswa kamu harus di tinjau kembali"

"Maksud nya?" Tanya Venus panik.

"Kamu mungkin atau tidak berkesempatan untuk mengambil beasiswa yang di tawarkan oleh universiras tersebut karena bagaimanapaun undangan itu datang dari sekolah kita"

"Bagaimana- maksud saya, belum ada bukti yang membuktikan kalau saya curang Pak"

"Seorang teman kamu sudah menjadi saksi nya" jawab Pak kepala sekolah.

"Teman?" Venus mengernyitkan kening nya.

Pak Kepala sekolah menatap sesuatu di belakang nya membuat Venus mau tak mau berbalik dan saat itu tubuh nya berubah jadi batu.

Disana "teman" nya sedang berdiri menyender pada lemari piala yang salah satu nya Venus dapatkan dari Olimpiade Nasional.

"Lidya?"

Lidya menatap nya datar sebelum mengabaikan nya dan berjalan lebih dekat ke meja Kepala sekolah, ia mengeluarkan beberapa potongan kertas kecil dari saku nya dan menaruh nya di atas meja.

"Hampir semua orang di kelas tau tapi tidak ada yang berani melaporkan karena Venus selalu bertingkah seperti ia yang memiliki sekolah ini saat di kelas" ucap nya datar hampir seperti robot.

"Apa?!" Tanya Venus terkejut, ok, ia tak terkejut dengan kertas amnesia yang ia buat dan entah bagaimana bisa sampai di tangan Lidya.

Fakta nya ia lebih terkejut dengan semua situasi ini, situasi dimana Lidya melaporkan nya pada Kepala sekolah nya. 
Lidya tau benar jika hal itu akan menghancurkan karir pendidikan Venus.

Lidya melirik Venus "Lo pikir anak-anak ngga tau kalau selama ini lo nyontek? Lo selalu dapat nilai tertinggi di kelas bahkan lo dapat ranking 1 untuk nilai raport 1 angkatan"

Lidya menatap lurus ke depan "Gue pikir itu ngga adil, lo tau kita semua berkompetisi di dalam kelas dan lo, lo memanfaatkan kedekatan lo sama semua Guru untuk membuat lo terlihat sebagai murid baik-baik, tapi kenyataan nya lo ngedapatin semua itu dengan cara curang"

Venus menganga, literally, menganga.

"Bukan nya ini rumus?" Tanya Pak Kepala sekolah.

Lidya mengangguk "Itu contekan nya untuk ulangan Fisika dan dia dapat nilai 100" Lidya melirik nya sekilas lalu kembali menatap Kepala sekolah.

"Apa benar ini milik kamu Venus?"

Venus menunduk, tubuh nya bergetar, ia tak tau harus berkata apa.

"Kamu tau ini di larang kan?" Pak Kepala sekolah mengambil Ya atas diam nya Venus "Terlebih kamu sebagai murid panutan di sekolah ini, Bapak tidak menyangka kamu akan melakukan hal semacam ini" ujar Pak Kepala sekolah dengan nada yang luar biasa kecewa.

Dan Venus masih diam tertunduk.

"Nilai kamu sangat memuaskan, sebab itu kami merekomendasikan beberapa universitas untuk kamu, tapi jika seperti ini cara kamu mendapatkan semua nilai kamu maka dengan berat hati Bapak akan mengatakan jika kamu tidak pantas untuk menerima rekomendasi dari sekolah"

Venus mengangkat kepala nya "Tapi Pak saya bersedia mengikuti ulangan susulan-"

"Bukan itu masalah nya Venus" potong Pak Kepala sekolah "Sekolah tidak bisa merekomendasikan orang yang dengan jelas berlaku tidak jujur saat ulangan berlangsung, bukan saat ulangan susulan berlangsung, apalagi apa yang kamu lakukan ini telah di ketahui teman-teman kamu, mereka bisa melaporkan nya ke Dinas pendidikan dan sekolah kita bisa mendapat sangsi"

Venus tak bisa menahan air mata nya, ia telah kehilangan satu-satu nya kesempatan untuk menempuh pendidikan setinggi-tinggi nya dengan gratis karena kelakuan bodoh dan konyol nya.

"Beasiswa kamu akan di tinjau ulang kembali dan soal rekomendasi Universitas yang telah kami kirim dan kamu terima dari Universitas yang mengundang kamu, sekolah akan mengadakan rapat untuk itu"
 


 

🐦🐦
 


"Lidya, Tunggu!"

Venus berlari ke arah Lidya dengan wajah masih basah oleh air mata ia bertanya "Kenapa kamu ngelakuin ini Lid, kenapa kamu harus lapor ke Kepala sekolah, kamu tau betapa berarti nya beasiswa ini untuk aku" ucap Venus frustasi.

Ekspresi datar Lidya berubah menjadi ekspresi marah "Dan lo tau betapa berarti nya Putra buat gue dan lo masih nyebar video itu!"

"Tapi bukan aku yang menyebar video itu!" ucap Venus tak terima "Memori itu hilang"

Lidya menggelengkan kepala nya, sama sekali tak percaya dengan ucapan Venus "Cuman lo yang punya video itu Venus, cuma lo yang ngelakuin hal sekonyol itu untuk dapat perhatian nya Adam dan liat apa yang udah lo lakuin, lo ngebuat semua anak frat kena sangsi dan lo tau, apa lo tau?! Sekolah ngeluarin semua murid yang ada di video itu! Semua nya! Putra di keluarkan dari sekolah dan dia di kirim Orang tua nya ke luar negeri!!"

Venus tak bisa lebih dari terkejut saat mendengar ucapan Lidya "Aku ngga berusaha untuk cari perhatian Adam, aku ngga punya perasaan apapun ke dia, dia... dia teman ku"

Lidya mengetatkan rahang nya, ia bersedekap "Teman? Apa teman masang kamera diam-diam di apartment teman nya? Apa teman nyebarin video liar teman nya ke media sosial? Apa teman mengumbar aib teman nya ke semua orang?"

Venus menatap Lidya "Bukan aku yang nyebarin video itu... aku bersumpah"

Lidya diam.

"Kamu berhak untuk ngga percaya sama aku, aku memang bodoh untuk memasang kamera di apartment Adam, aku memang berniat untuk nyebarin semua video nya tapi aku merubah pikiran ku" air mata Venus mengalir.

"Aku ngasih tau kamu soal ini... soal kamera dan Adam karena aku percaya sama kamu, Aku pikir kamu teman ku Lid"

Hening.

"Gue pikir lo juga teman gue" ucap Lidya

-----
 

94. Kiss & Tell

Ask you to forgive me for my sins, oh would you please?
I'm more than grateful for the time we spent, my spirit's at ease
Justin Bieber - Purpose
 


----

Pernah berpikir jika kau tak memiliki apapun dalam hidup ini? Venus sering bertanya pada diri nya sendiri apa yang membuat ia bertahan pada posisi ini, apa yang membuat nya lebih baik dari orang lain? Apa yang membuat orang memandang kagum pada nya?

Dan dia tak memiliki jawaban nya.

Sampai semua itu di ambil dari diri nya.

Ia duduk di kursi, tangan nya saling terkait satu sama lain dan satu-satu nya yang nampak jelas di mata nya kini adalah pemandangan lorong kosong sekolah nya.

Sekolah telah memutuskan mencabut beasiswa Venus begitupula dengan rekomendasi yamg di berikan pada universitas atas nama nya.

Semua orang di sekolah menyalahkan nya atas tersebar nya video skandal anggota frat yang membuat separuh populasi laki-laki tampan sekolah ini terpaksa di depak.

Anggota frat yang terkena sangsi kembali ke sekolah dan melakukan apapun yang bisa mereka lakukan untuk membuat hidup Venus tak kurang tak lebih seperti di neraka.

Keadaan di kelas tak pernah lebih canggung dan aneh dari saat ini, ia bisa merasakan bagaimana sikap permusuhan teman-teman nya akan kelakuan curang nya.

Kini, jika bahkan ia bisa mengubah bawang merah menjadi obat kanker, tak seorang pun akan mempercayai nya.

"Adam" bisik nya, saat ia melihat sosok tak asing melintas di depan nya, memakai seragam SMA lengkap, di kepala nya ada topi baseball yang di pakai terbalik dan satu tangan nya di gips.

Di depan nya ada Papa nya seperti sebelum-sebelum nya, memakai setelan jas.

"Adam!" sebelum ia sempat memikirkan apapun, kaki nya sudah berlari menuju arah Adam begitu pula mulut nya yang telah meneriakan nama Adam dengan begitu semangat dan... frustasi nya.

Adam melihat ke sekeliling sebelum mata nya jatuh pada Venus, ekspresi rileks nya berubah menjadi datar.

Untuk sesaat mereka hanya berdiri diam di depan satu sama lain, keheningan ini begitu tak nyaman namun entah mengapa menyampaikan banyak hal dalam satu waktu.

"Aku mau bicara sama kamu" ucap Venus.

"Gue ngga mau bicara sama lo" ucap Adam setelah beberapa saat mengabaikan Venus, ia berbalik hendak menyusul Papa nya yang juga berhenti menunggu nya beberapa langkah di depan nya.

Tanpa Venus rencanakan tangan nya telah menarik seragam Adam hingga sedikit kain keluar dari celana Adam "Please" mohon Venus sungguh-sungguh.

Adam berbalik dan dari ekspresi nya Venus yakin ia ingin memukul Venus dan sebelum Adam mewujudkan niat tulus nya itu ia cepat berucap dengan nada yang amat sangat memelas.

"For the last time, I'm begging you"

🐋🐋
 


Venus mengingat dengan jelas saat pertama kali ia berbicara dengan Adam, di sebuah lorong, ia seorang diri dan seorang lelaki asing datang untuk menggertak nya dan semua yang bisa ia lalukan adalah ketakutan.

Seperti yang terjadi dulu, ia merasakan hal yang sama, ketakutan, namun dengan alasan yang berbeda.

"Kemana kamu pindah?" tanya Venus.

Pandangan mata Adam yang sebelum nya fokus pada lantai berpindah pada Venus, mata nya menatap Venus tajam "Itu yang mau lo tanyain?"

"Bukan" ucap Venus cepat "Maksud ku... aku minta maaf"

"Buat apa?" tanya Adam datar.

"Aku tau kamu marah tapi aku bersumpah bukan ku yang nye-"

"Lo pikir gue marah? Lo masang kamera diam-diam di apartment gue, lo ngga cuma ngelanggar privasi gue tapi lo juga udah menyalahgunakan kepercayaan gue ke lo dan kemungkinaan besar nya, lo yang nyebarin video itu dan ngga perlu gue sebutin dampak nya ke hidup gue dan lo punya pemikiran kalau gue marah sama lo?" Adam tertawa sinis

"Apa lo bener-bener se-naive itu?" tanya Adam, ekspesi nya berubah tajam.

Venus diam.

"Lo tau apa yang gue rasain sekarang? Bukan- lo tau apa yang mau gue lakuin sekarang? Apa yang mau gue lakuin ke lo?" tanya Adam.

Venus masih diam namun air mata telah menggenang di pelupuk mata nya.

"Gue mau ngelakuin sesuatu yang lebih buruk dari yang gue lakuin ke Ceper ke lo" ucap Adam "Fuck, gue bahkan berpikiran untuk bunuh lo tapi ngga gue lakuin"

Adam tertawa sinis "Lucu bukan, lo sudah ngehancurin hidup gue dan gue masih harus berpikir kalau gue ngga boleh nyakitin cewek, seharusnya cewek kayak lo di kasih pengecualian"

Venus menatap Adam "Memang aku yang memasang kamera itu tapi bukan aku yang menyebarkan nya, aku bahkan ngga tau bagaimana video itu bisa tersebar di internet"

Adam menggeleng "Gue ngga bisa percaya lo"

Venus mengangguk "Aku mengerti"

"Apa lo udah selesai?" tanya Adam.

Venus mengangguk "Aku minta maaf, aku bener-bener minta maaf" ucap nya kali ini dengan air mata.

"Dan lo pikir permintaan maaf lo bisa ngerubah situasi sialan ini?!" tanya Adam marah "Ngga ada, ngga ada yang bisa lo rubah, kehadiran lo di hidup gue ngga kurang ngga lebih kayak kutukan, fuck lo... seharusnya gue hancurin lo dari dulu"

"You're ungrateful bitch" desis Adam "Dan lo masih punya harga diri buat berdiri di depan gue setelah semua yag lo lakuin?"

Adam tertawa "Dan lo nangis... you are freaking crying saat gue yang seharusnya nangis darah karenakelakuan cewek gila kayak lo"

Adam mendengus "Lo bener-bener ngga berhenti buat gue terkejut sama semua sisi di dalam diri lo, sisi naïve lo, sisi bangsat lo, sisi jalang lo, sisi anj-"

"Stop" bisik Venus yang sedari tadi diam saja menerima semua hinaan sepenuh hati Adam "Please stop..."

Tapi Adam nampak nya tak berniat berhenti, ia mengambil satu langkah lebih dekat ke arah nya "Gue jadi inget waktu lo maksa gue buat ngaku ke Bokap gue kalau gue ngehamilin Bella, lo bilang ke gue kalau gue ngga bisa ngelakuin apapun selain ngancam lo karena lo satu-satu nya orang yang berani bicara soal kebenaran di depan gue dan karena lo satu-satu nya orang yang ngga mau nyembunyiin semua kebusukan gue,"

Adam tersenyum mengejek "Apa itu yang lo rasain sekarang? Lo ngga bisa denger kenyataan betapa rendah dan jalang nya lo di dep-"

Plak!

Venus menampar pipi Adam, sejujurnya ja masih merasa amat sangat bersalah dengan Adam namun, mendengar semua hinaan dan caci Adam benar-benar membuat nya menggila.

"Berani nya lo!" ucap Adam marah "Seharusnya gue yang nampar lo! Lo memang-"

"Jalang?" sambung Venus dengan air mata yang telah membasahi pipi nya "Murahan? Rendahan? Naïve? Apa lagi? Kamu bebas menyebut aku dengan sebutan apapun yang kamu mau karena aku pantas untuk mendapatkan nya, I'm sorry I really meant it" Venus menangis.

"Tapi bagaimana dengan aku?" tanya Venus "You hurts me"

"Kamu dan teman-teman kamu mempermainkan aku dan menjadikan aku sebagai objek candaan... bahkan objek seksual untuk kalian, mempertaruhkan harga diri ku sebagai seorang perempuan untuk di jadikan hiburan"

"Kamu berhak marah dengan apa yang aku lakukan, Demi Tuhan bahkan bukan aku yang menyebar video itu dan kamu... kamu sama sekali ngga merasa bersalah atas apa yang kamu lakuin ke aku, pernahkah terlintas di kepala kamu kalau mungkin.. mungkin saja kalau kamu ngga memperlakukan aku seperti hama atau jalang atau apapun itu seperti yang kamu pikirkan soal aku selama ini, mungkin aja... aku ngga akan melakukan hal segila ini ke kamu"

"Mungkin aja aku ngga pernah berpikiran untuk menaruh kamera di apartement kamu, mungkin saja... semua akan lebih baik kalau kita ngga pernah ketemu, kamu masih bia menikmati hidup kamu dengan teman-teman kamu dan aku akan duduk di perpustakaan sekarang ini, belajar... dan melakukan apapun itu yang bisa ku lakukan tanpa harus merasa bersalah dengan apa yang sudah aku lakukan ke kamu"

Adam terdiam, Venus tak bisa menebak ekspresi nya, rahang nya mengetat dan mata nya tak berhenti menatap Venus namun meski Venus tak yakin ia bisa merasakan tatapan itu tak setajam eperti saat pertama kali mreka bicara.

Mungkin dia juga merasa bersalah...

Adam tersenyum sinis "Jadi lo sudah tau?"

Dia sama sekali tak merasa bersalah.

"Siapa yang ngasih tau lo? Pacar khayalan lo itu? Akhirnya Alex punya nyali buat ngomong ke lo, sayang gue ketinggalan bagian terbaik nya" Adam tersenyum mengejek.

"Dia masih lebih baik dari kamu walaupun dia sama brengsek nya dengan kamu, seenggaknya dia mau mengakui kesalahan nya dan berani meminta maaf langsung ke aku" ucap Venus.

"Gue bisa minta maaf sama lo sekarang tapi gue ngga janji kalau gue sungguh-sungguh" ucap Adam.

"You never did!" ucap Venus "Kamu ngga pernah sungguh-sungguh dalam semua hal!"

"Atleast I'm not fucking hyprocate!" balas Adam.

"Ini yang ngebuat lo jadi target, lo gampang di manipulasi, lo naïve dan lo banyak omong soal pengetahuan yang lo pikir akan menyelamatkan hidup lo di masa depan yang pada kenyataan nya lo ngga tau apa-apa" hina Adam berapi-api

"Gue sudah muak sama semua omong kosong lo dan gue senang akhir nya Alex ngasih tau lo soal ini, itu berarti gue ngga perlu menghabiskan waktu gue lagi sama lo, sekarang atau selama nya!"

"Apa?" bisik Venus seperti orang tercekik, menyadari kenyataan bahwa selama ini Adam merasa terpaksa untuk menghabiskan waktu bersama nya, sungguh merupakan kebenaran yang tak ingin Venus ketahui, meski kebenaran itu akan menuntun nya ke jalan yang lebih terang, entah mengapa ia begitu menikmati perjalanan di dalam kegelapan ini bersama... Adam.

"Well, maaf karena sudah datang di dalam hidup kamu tapi kalau kamu ngga terlalu bodoh untuk ikut taruhan kamu ngga akan pernah kenal dengan aku dan... dan aku ngga harus menyesal pernah mengenal kamu!" ucap Venus marah.

Adam mendengus lalu tertawa sinis "What can I say? Lo terlalu naïve buat di jadiin mainin, ngga ada yang tau di dalam nya ada jiwa jalang licik yang bisa ngehancurin hidup gue" Adam tertawa pahit "Harus nya gue beneran perkosa lo waktu itu"

Wajah Adam nampak seperti psikopat dan secara tak sadar ingatan Venus mundur saat Adam mendorong nya jatuh ke atas tempat tidur dan semua yang bisa ia lakukan saat itu adalah menangis.

"Kamu gila, kamu sakit..." desis Venus.

Adam tersenyum miring dan berjalan lebih dekat ke arah Venus membuat detak jantung Venus bergerak cepat, tubuh Venus menabrak dinding di belakang nya dan Adam masih belum berhenti, sampai dada nya menyentuh dada Venus dan ia bisa merasakan detak jantung Adam serta hawa nafas hangat yang menjalar di pipi nya, Adam tersenyum bengis melihar raut takut di wajah Venus.

Merasa bangga pada diri nya sendiri karena telah memberikan trauma yang cukup mendalam bagi Venus.

"Takut Venus?" bisik Adam tepat di depan wajah nya.

Venus memberanikan diri untuk mengangkat wajah nya dan ia yakin jika ia mengucapkan huruf "U" dengan normal maka bibir nya akan bersentuhan dengan bibir Adam.

Ia mencoba mendorong Adam namun satu tangan nya yang tak di gips menahan nya, mata nya menusuk Venus begitu dalam hingga Venus yakin seandainya tatapan bisa membunuh maka saat ini ia pasti sudah berada di neraka.

"Lo takut gue ngelakuin hal yang sama yang gue lakuin di apartment gue waktu itu?" ucap Adam pelan.

"Lo takut tangan gue nyentuh ini?" tangan Adam turun ke bagian bawah belakang nya dan Venus terkesiap.

"Atau lo takut gue buka ini?" tangan Adam merambat ke atas di dekat dada nya.

Venus menutup mata nya takut saat kepala Adam bergerak miring dan menghirup aroma di leher nya "Atau lo takut gue ngasih lo tanda disini?" bisik Adam di leher Venus.

Venus menangis dalam diam namun ia berusaha untuk tetap tenang, Ia tau tujuan Adam melakukan hal ini tak lain tak bukan karena ia ingin menumbuhkan rasa takut Venus pada nya.

Ia berhasil namun Venus tak akan membiarkan Adam merayakan nya di depan nya.

Tiba-tiba terdengar suara tawa dan Venus merasakan getaran di dada Adam di tubuh nya.

Adam mundur dari tubuh nya setelah mencuri satu kecupan di leher nya dan mendorong nya kasar ke tembok, tawa nya menggema di seluruh lorong namun mata nya memberikan ekspresi yang berbeda, sebuah rasa benci.

"Tenang Love, gue ngga akan ngelakuin itu" Adam tersenyum setan "Ngga sama cewek sembarangan" ucap Adam.

"Apalagi yang murahan" ucap nya menabur garam di atas luka Venus.

Adam menatap nya sinis sebelum pergi meninggalkan Venus sendirian disana, merasa malu dan tak berharga, hina dan di lecehkan, Adam benar-benar tau bagaimana menghancurkan Venus.

Venus menegakan tubuh nya, mengusap kasar air mata di pipi nya dengan punggung tangan "Why you never told them about the kiss?" tanya Venus, membuat langkah Adam terhenti.

"Kamu seharusnya memberitahu mereka... dengan begitu kamu menang"

Adam terdiam sejenak di tempat nya, sebelum ia melanjutkan langkah nya lagi, tanpa menjawab pertanyaan Venus

------------
 

95. Sorry :(

Well, every moment spent with you
Is a moment I treasure
Aerosmith - I Don't Wanna Miss A Thing
 


------------------

"Langsung turun kalau kamu selesai, supir menunggu di bawah" ucap Papa nya dari seberang telpon.

"Ya" jawab Adam lalu mematikan sambungan nya.

Adam memandang apartment nya ada perasaan kosong, aneh, rindu... Adam tak tau apa yang ia rasakan atau pikirkan, si bangsat Ceper sudah merusak otak nya saat ia menendang kepala nya.

Satu-satu nya alasan ia berada di tempat terkutuk ini, apartment nya adalah karena ia harus mengumpulkan beberapa buku dan baju yang akan ia packing untuk di bawa keluar negeri.

Gara-gara setan jalang itu ia di keluarkan dari sekolah dan tak mungkin bagi nya bersekolah di negeri ini setelah semua kekacauan dan skandal dalam keluarga nya menjadi konsumsi publik.

Adam masuk ke kamar nya, mengambil beberapa kaos dan melemparkan nya ke tempat tidur, salah satu pembantu nya akan datang untuk mem-packing nya.

Tangan nya yang bergerak cepat dan kasar memilah tumpukan baju terhenti saat melihat satu dasi kupu-kupu hitam bergabung bersama kumpulan bokser nya.

Adam ingat, ini dasi yang Venus pakaikan untuk nya saat ia akan pergi ke ulang tahun nya dan karena ia begitu membenci Venus, ia memasukan dasi itu ke saku celana abu-abu nya.

Adam bergerak ke meja belajar nya, dengan kasar membuka beberapa laci dan mengeluarkan buku dari sana lalu melemparkan nya ke atas tempat tidur bergabung dengan baju nya.

Tangan nya terasa nyeri, ia merasa kesulitan untuk menggerakan tangan nya secara leluasa, sedari kecil ia menggunakan tangan kanan nya untuk melakukan apapun dan kini satu-satu nya yang bisa ia gunakan adalah tangan kiri nya.

Tak kuat lagi menahan emosi nya Adam menghempaskan semua buku yang ada di meja nya hingga jatuh berhamburan di lantai.

Ia merasa ingin memukul atau mencaci seseorang namun saat ia melihat pantulan diri nya sendiri di cermin yang telah retak ia sadar jika ia hanya seorang diri di apartment nya.

Harus nya ia membawa setan jalang itu kesini sehingga ia bisa melakukan hal-hal nasty pada nya.

Adam terduduk di ujung tempat tidur nya, nafas nya menggebu, ia menatap pemandangan Jakarta di siang hari.

Tak ada yang istimewa hanya bangunan-bangunan membosankan yang di isi orang membosankan.

Pandangan Adam turun ke lantai, kaki nya menginjak salah satu buku, ia mengambil nya sedikit meringis saat ia menunduk karena tangan nya tertekan perut nya.

Buku ini jelas milik nya namun pemilik tulisan di buku ini bukan ia, ia menaruh buku itu di meja namun mengurungkan niat nya untuk keluar saat ia melihat sesuatu terselip di antara lembaran kertas.

Selembar post-it:

Sorry :(

Hanya itu, di sertai dengan emoticon berwajah murung dengan rambut seperti potongan rumput.

Mata Adam menatap lurus post-it di tangan nya, dan saat ia memperhatikan nya lebih jelas... tiba-tiba semua menjadi begitu lengkap.

Flashback

Adam berdecak saat melihat Venus berjongkok di dekat pintu mobil nya, ia memainkan kerikil di tanah, membentuk nya menjadi wajah yang tersenyum, di beri tai lalat di pipi nya dan rambut nya di buat cepak.

Gila.

"Ngapain coba lo nongkrong disini?"

Venus mengangkat kepala nya "Adam?"

"Iya, gue Adam bukan pangeran lo, berdiri" perintah Adam. (Chap. Sober)

"Kamu ngga suka sarapan nya? Mau aku ganti?"

Adam melirik perempuan itu sekilas lalu pada roti tawar nya, ia mengernyit melihat hiasan kekanakan di atas roti tawar nya, wajah tersenyum dengan bintik-bintik di kanan dan kiri nya yang di buat menggunakan selai coklat, buruk sekali.

"Ngga papa, ak- gue bisa makan ini" (Chap. Her)
 


 

🌷🌷
 


Flashback (Chap. Happy Birthday)

"Happy birthday Adam, happy birthday Adam!"

Semua orang di dalam ruangan ini menyanyikan lagu yang membuat emosi Adam naik namun ia tak mungkin bersikap brengsek dengan menyuruh semua orang berhenti bernyanyi saat dengan jelas ia melihat bagaimana ekspresi bahagia -terlalu bahagia- keluarga nya menyanyikan lagu ulang tahun anak-anak untuk nya.

For god sake, ia kini berusia 18 tahun bukan 8 tahun.

Andrew bernyanyi paling nyaring, ia menepukan tangan nya seolah ini hari terakhir ia bisa bertepuk tangan, dari senyum lebar nya Adam tau jelas jika ia sedang memgejek nya diam-diam.

Bastard.

Terkadang Adam merasa jika orang-orang datang ke acara ulang tahun untuk merayakan perpendekan umur bukan untuk merayakan ulang tahun nya.

"Make a wish!" teriak Andrew saat lagu pengiring kematian nya telah selesai di nyanyikan.

"Ngga" jawab Adam cepat.

"Oh please, cuma setahun sekali"

"Semakin nambah alasan untuk gue ngga buat wish" ucap Adam.

"Ngga ada salah nya buat satu, apa keinginan terbesar kamu yang ngga bisa kamu beli dengan uang?" tanya Agnes, ia mengenakan dress putih dengan rumbai-rumbai yang membuat nya nampak seperti malaikat yang baru saja turun dari kahyangan.

Siapa yang bisa berkata tidak?

Adam menghembuskan nafas kasar "Ok"

Semua orang di dalam ruangan bertepuk tangan.

Adam menatap meja panjang tempat dimana kue ulang tahun dan semua makanan tersaji.

Ada ayam goreng makanan kesukaan nya, iya dia menerima banyak ejekan karena memiliki makanan favorit sama dengan duo upin-ipin.

Atau beberapa minuman beralkohol di meja yang "sudah boleh" ia minum karena ia sudah melewati masa remaja labil dimama ia telah kehilangan sweet 17 nya.

Andai keluarga nya tau ia juga telah kehilangan keperawanan...

Segelas susu hangat dan cookies, cemilan nya sebelum tidur malam tersaji tepat di samping kue ulang tahun nya.

Ia mengambil salah satu cookies dan terkekeh melihat hiasan tiap cookies yang menampilkan berbagai ekspresi, salah satu nya sedang tersenyum dengan hiasan rambut jabrik atau murung dengan rambut keriwil, wajah berjerawat...

"For your special dinner" ucap Agnes, tau jelas kebiasaan Adam.

Adam tertawa dan menaruh kembali cookies itu ke tempat nya.

"Ucapin keras-keras Dam! Biar Om Ahmad yang wujudin" ucap Andrew membuat Papa Adam yang berdiri di samping Adam tertawa.

"Hadiah kamu sudah ada di garasi" ucap Papa nya membuat Adam ingin meloncat lalu bergelayut di lengan Papa nya seperti anak kecil.

Namun, untung nya ia dapat menguasai diri nya, jadi alih-alih meloncat dan bergelayut di lengan Papa nya, ia memeluk Papa nya dengan awkward yang di balas Papa nya tak kalah awkward.

"Makasih Pa"

Papa Adam hanya mengangguk sambil tersenyum.

"Hei" Agnes yang berdiri tepat di samping kiri nya tersenyum "I have something for you" Agnes mengulurkan kotak kecil berpita putih pada Adam.

Adam menerima nya, tersenyum lalu mengecup pipi Agnes "Thank you" ucap nya, membuat pipi Agnes berhias warna pink indah.

"You look sharp" puji Agnes memperhatikan penampilan Adam "I like your tie" ia tersenyum sambil merapikan dasi Adam.

"Close your eyes and make a wish" ucap Agnes "Birthday boy" goda nya sambil mengerlingkan mata nya, satu kecupan di pipi nya membuat ia menerima sorakan dari keluarga nya.

Adam seolah kehabisan nafas, ia mencoba menetralkan detak jantung nya dengan menatap nyala api kecil di atas angka 18.

Dan Adam tak bisa tak mengingat kembali saat angka 1 di depan angka 8 itu belum ada, ia memiliki hidup yang sangat sempurna dengan Mama yang penyayang dan Papa yang kaya lalu 2 adik yang bisa ia permainkan sesuka hati nya saat ia bosan dengan segala mainan mewah nya.

Mainan nya...

"Diam disitu Dam, kalau kamu masih mau punya keturunan!" (Chap. Ride or Die)

"Sama, aku juga punya panggilan sayang buat kamu" ucap Venus tak mau kalah.

Adam menaikan satu alis nya.

"Satan, kalau kamu marah-marah, Beelzebub, kalau kamu marah-marah dan Lucifer kalau kamu marah-marah" (Chap. Sunburn)

"Dam, kamu ganteng banget kalau pake jas gini, kalau gini terus bisa-bisa ketemu nanti kamu udah jadi menantu Presiden" (Chap. Happy Birthday)

Suara ricuh tepuk tangan membawa nya kembali ke kesadaran nya, ia membuka mata nya dan meniup lilin di atas kue ulang tahun nya.

"Pacar baru? Blowjob di toilet hotel bintang 5? Having sex di pantai yang cuma ada lo sama dia? Atau di pesawat, di atas ketinggian?" senyum mesum Andrew melebar

"Apa wish lo? Atau mimpi terliar lo? Say the word dan gue bakal bantu lo untuk wujudin, I'm your genie" tawar Andrew dengan begitu semangat nya.

Adam menatap lilin yang telah mati karena ia tiup, ia merasa sendiri meski semua keluarga nya berkumpul di samping nya.

Dan meski suara Andrew cukup nyaring untuk membangunkan satu RT untuk sahur, Adam merasakan keheningan yang lain.

Seolah ada yang hilang.

Mungkin itu Mama nya atau kedua adik nya tapi mereka telah pergi begitu lama hingga Adam telah terbiasa sendiri.

"Ngga ada" jawab Adam jujur.

Because at those moments he realized, when he close his eyes he wish for nothing but her name.

--------
 

96. Forgive & Forget

You will think of me at least once
That’s all I need, until the day we meet again
I’ll wait, it’s only a momentary goodbye
Ailee - Good Bye My Love
 


-------------

“Venus, silahkan duduk silahkan duduk, Ibu sudah menunggu kamu dari tadi” ucap Bu Lia (First appearance Chap. Contagious)

“Jadi, karena beasiswa kamu di cabut serta rekomendasi kamu telah di gantikan untuk teman kamu Fitri, kamu sekarang sudah menjadi siswa reguler untuk pendaftaran perkuliahan, itu berarti sama seperti murid kelas 12 dan seangkatan kamu, kamu harus mengisi formulir minat kamu, sekolah akan membantu kamu untuk memilih prodi dan Universitas yang sesuai dengan nilai kamu” ucap Bu Lia.

“Jalur SNMPTN masih di buka, kamu bisa datang ke TU untuk bertanya persyaratan yang kamu perlukan. Nah, Venus yang paling penting apa kamu sudah tau, Apa yang kamu inginkan?” tanya Bu Lia.

“Kenapa bukan lo?” tanya Adam “Akhirnya lo bakal jadi Dokter, lo bisa tetap ngejadiin gue sebagai pasien percobaan lo, lo sudah ngelakuin itu beberapa kali sebelum nya dan berhasil” (Chap. Decision)

“Dokter” jawab Venus setelah terdiam beberapa saat.

Bu Lia tersenyum sumringah “Dokter ya?” ucap nya, lalu mata nya beralih ke komputer, tangan nya mulai bergerak di atas keyboard dan Venus hanya bisa menunggu, di temani suara klik dari tiap keyboard yang di tekan.

“Ada beberapa universitas unggulan di Indonesia yang memiliki fakultas kedokteran dengan akreditasi A…” ucap Bu Lia mata nya masih menatap layar komputer “Tapi kamu sadarkan dengan begitu kompetisi nya akan semakin sulit, karena kamu tidak cuma melawan siswa pintar seperti kamu tapi juga siswa-siswi yang memiliki kantong tebal….”

Bu Lia menatap Venus serius “Ibu sarankan kamu untuk mengikuti progam beasiswa Pemerintah Bidik misi”

“Apa kamu sudah memikirkan dimana kamu ingin kulaih nanti? Atau sudah ada bayangan sebelum nya? Waktu seusia kamu Ibu sudah berpikir akan pergi kuliah ke luar negeri dan menikah dengan orang Bule tapi setelah mengikuti ujian Ibu bertemu dengan seorang laki-laki... sangat baik, tidak terlalu pintar tapi memiliki jiwa ksatria, bisa kamu tebak siapa itu?”

“Er.. suami Ibu?” tebak Venus awkward.

Bu Lia mengangguk “Dia kuliah di Univeraitas negeri, siang bekerja sebagai petugas fotokopi saat malam menjadi pelayan dan saat ia melamar Ibu, Ibu tidak berpikir 2 kali untuk menerima nya”

“Jadi Ibu Ldr? Ibu di luar negeri, suami Ibu…”

Bu Lia menggeleng “Tidak Venus, saat Ibu bilang Ibu tidak berpikir 2 kali untuk menerima, Ibu benar-benar tidak berpikir, jadi bisa di bilang pemikiran kuliah dan cita-cita menjadi duta besar di negara Eropa lalu berjodoh dengan tentara asing itu hilang begitu saja” ucap nya bernostalgia.

“Oh” awkward.

Bu Lia tiba-tiba tertawa membuat Venus menatap nya ngeri “Kamu tidak mengerti bukan?”

Venus menegakan tubuh nya berusaha mengingat hal yang terjadi 10 menit yang lalu, ia tidak mengingat satu kesempatan pun saat Bu Lia berusaha menjelaskan suatu teori ilmiah pada nya.

Jadi apa yang bisa ia mengerti?

“Ibu tidak bercerita tentang proses pertemuan Ibu dengan suami Ibu untuk sekedar mengisi keheningan awkward di antara kita Venus, Ibu hanya ingin memberitahu kamu, dalam sebuah proses kehidupan itu tidak ada yang pasti, satu hari kamu bermimpi menjadi Presiden tapi pada akhir nya kamu hanya menjadi seorang Pns di sebuah daerah terpencil dengan seorang suami dan 2 anak yang lucu dan kamu berpikir tentang masa lalu” Ibu Lia mengangkat bahu “Tak ada penyesalan disana”

Ibu Lia menatap Venus serius “Keputusan yang akan kamu buat hari ini sangat crucial, kamu tau itu kan? Apa yang kamu putuskan akan berhubungan dengan masa depan kamu, profesi masa depan kamu, cita-cita kamu… tapi itu tidak menentukan masa depan kamu, mungkin saja kamu mengambil perkuliahan kedokteran tapi di tengah jalan kamu tiba-tiba bertemu seseorang yang menurut kamu pantas untuk kamu give up pada masa depan kamu dan memilih dia atau mungkin saja kamu akan memilih kedua nya, itu masa depan Venus, abu-abu”

“Ibu hanya tidak mau kamu salah atau mengambil sebuah pilihan hanya untuk memenuhi keinginan orang lain, mengerti?”

Venus mengangguk.

“Jadi, apa kamu sudah siap untuk berbicara jujur kepada Ibu?” tanya Bu Lia.

“Ha?”

Bu Lia tersenyun maklum “Kamu sadarkan beberapa hari ini kamu banyak bengong nya daripada belajar dan melihat bagaimana cinta nya kamu akan pelajaran Venus, Ibu tidak perlu menjadi Roy Kiyoshi untuk tau kalau ada sesuatu yang mengganggu pikiran kamu akhir-akhir ini”

Venus menatap jemari di pangkuan nya, meski perkataan Bu Lia menegaskan jika ia adalah seorang Nerd tapi mau tak mau ia harus menyetujui ucapan Bu Lia karena memang pikiran nya sedang di penuhi oleh sesuatu… tepat nya seseorang.

Dan Venus tak punya cukup keteguhan hati untuk mengucapkan nama nya.

Is it the Boy?” tanya Bu Lia tiba-tiba.

The boy?” Venus mengernyit dan saat otak nya kembali berfungsi dengan baik ia ber-oh ria dan mengangguk lalu tertunduk lesu kembali.

The Boy” ulang nya sambil menghela nafas “Tapi… darimana Ibu tau…”

Bu Lia tersenyum “Venus, gosip yang tersebar di murid tidak kurang tidak lebih sama seperti yang tersebar di antara Guru dan staf, mungkin ada satu atau 2 fakta upgrade tapi Venus, Ibu akan sangat berterimakasih kalau kamu mau merahasiakan hal ini, bagaimanapun juga Guru harus punya wibawa di depan murid nya kan?” Bu Lia mengerlingkan mata nya.

Membuat bibir Venus yang lama tertekuk membentuk senyum, itu yang pertama untuk minggu ini.

So, apa yang terjadi? Terakhir kali kamu disini kamu punya masalah dengan keterlambatan dan perkelahian tapi kali ini Ibu yakin apapun yang sedang terjadi bukan sesuatu yang bisa Ibu judge karena itu urusan hati, apa Ibu benar?” tanya Bu Lia.

“Err… yeah”

“Kamu bisa cerita ke Ibu” tawar Bu Lia.

Dan kemungkinan besar akan di ceritakan ke Guru dan tiap murid yang datang kemari? Hell no.

“Tidak ada yang bisa saya ceritakan” Venus mengangkat bahu “Tidak ada yang penting”

“Tidak ada atau tidak mau?”

Bu Lia tertawa saat melihat ekspresi gugup Venus “Tenang Venus, Ibu tidak akan memaksa oh ya, tapi apa kamu tau dimana err… The Boy pindah?” Bu Lia bertanya dengan nada santai sambil membereskan beberapa kertas di meja nya.

“Ehmm tidak?”

“Itu pertanyaan atau jawaban?”

“Jawaban?”

“Venus... Venus… Venus…” Bu Lia mengambil salah satu buku dan mengelap nya dengan tissue “The Boy pindah ke Amerika, Ibu memberitahu kamu ini untuk jaga-jaga kalau kamu mau mengejar penerbangan nya seperti di film film dan meminta maaf” Bu Lia tersenyum kelewat sumringah.

The Boy… ini Adam kan?” tanya Venus memastikan, ia takut Bu Lia membicarakan Putra (ew), Rizal (ew), Ricki (ew) atau Ricko (ew) apalagi Ceper (EWW)

“Tentu saja, atau kamu juga mau tau dimana mereka pindah? Ibu bisa kasih tau tapi kamu ngga boleh bilang siapa siapa kalau Ibu yang kasih tau loooh”

Venus menggeleng “Tidak Bu” Venus menghela nafas, beberapa pikiran melintas di kepala nya sebelum ia berucap seperti sebuah keluhan yang berbalut curhat “Lagipula tidak ada guna nya juga saya bertemu dia lagi, dia tidak akan memaafkan saya Bu”

Bu Lia menatap Venus “Apa kamu sudah pernah mencoba nya?”

“Pernah! Dan dia… dia langsung menolak nya bahkan mengata-ngatai saya”

“Bukan nya itu wajar?” tanya Bu Lia.

“Tapi dia juga melakukan hal yang sama buruk nya, dia memasang taruhan dengan teman-teman nya untuk siapa saja yang bisa tidur dengan saya akan menang” ucap Venus berapi-api “Dan dia bahkan sama sekali tidak mencoba untuk meminta maaf, apa dia gila?!”

“Venus, bahasa” tegur Bu Lia.

Venus berdeham “Ehm maaf”

“Terkadang anak laki-laki memang bisa terlalu over untuk bersenang-senang” ucap Bu Lia dan saat Venus memberikan nya lirikan tajam Bu Lia langsung menambahkan “Tapi bukan berarti itu menjadi pembenaran, sekarang ini semua tergantung kalian, apa kalian masih bisa melihat satu sama lain tanpa ingin memukulkan kayu ke kepala masing-masing atau apakah kalian sudah ada pada tahap Forgive and forget

“Saya pikir saya tidak akan pernah memaafkan nya sampai 1.000 tahun ke depan dan lagipula toh kami juga tidak akan pernah bertemu lagi jadi tidak ada guna nya juga permintaan maaf” ucap Venus

“Bagaimana bisa kamu seyakin itu kalau kamu tidak akan pernah bertemu Adam? Venus, Ibu pikir kamu paham akan konsep kalau masa depan itu abu-abu dan semacam nya, Ibu sudah menjelaskan sepanjang itu dan kamu masih belum mudeng?” Ibu Lia nampak amat sangat kecewa dan Venus sama sekali tak peduli.

“Adam di transfer keluar negeri dan dia kemungkinan besar kuliah disana, selagi ada waktu dan kesempatan, lebih baik di bicarakan, Ibu percaya semua orang pantas untuk di beri dan mendapatkan kesempatan kedua, second chance is sweet” ucap Bu Lia “Itu Ibu quote dari salah satu postingan di instagram tapi real nya kadang kesempatan kedua itu bodoh misalkan Istri yang memberi kesempatan kedua ke Suami nya yang selingkuh tapi kan kalian beda… kalian teman yang menjadi musuh” ucap Bu Lia.

Teman jadi musuh? Lebih tepat nya musuh dalam selimut berubah menjadi musuh nyata, batin Venus.

Terdengar suara print yang bekerja dan Bu Lia menarik satu kertas dan memberikan nya pada Venus.

“Kalau Ibu jadi kamu Venus, Ibu akan membuat kepastian” ucap Bu Lia “Minta maaf sekali lagi dan jika dia masih menolak nya maka kamu harus menjadi orang yang sopan dan pengertian, itu berarti dia belum bisa memaafkan kamu”

“Itu persis seperti yang dia dan saya lakukan Bu” tekan Venus.

“Tapi apa kamu paham konsep forgive & forget, kedua hal itu merupakan kesatuan dan butuh waktu yang cukup untuk meng-implementasikan nya ke kehidupan nyata, seperti yang orang bilang time can heal wounds dan seperti nya apa yang kalian rasakan masing-masing saat ini adalah jenis wounds yang hanya bisa di sembuhkan oleh waktu dan jarak yang kalian miliki sekarang, akan memudahkan kalian untuk memaafkan dan melupakan satu sama lain” Bu Lia menggela nafas berat.

Ia menunjuk kertas di tangan Venus “Itu daftar Universitas negeri dengan fakulfas kedokteran dan prodi berakreditasi A, ada yang membuat kamu tertarik?”

Venus menatap kertas di tangan nya, sementara pikiran nya mulai berpikir keras akan ucapan Bu Lia “Memaafkan dan Melupakan satu sama lain” Venus berpikir tentang memaafkan dan melupakan kesalahan Adam namun jika ia harus memaafkan dan melupakan Adam…

“I’m not falling in love with you” ucap Adam.

Venus tersenyum “I’m not falling in love with you too” (Chap. Memories)

“Lo juga bukan tipe gue, gue ngga mungkin suka sama lo, lo cengeng” ejek Adam. (Chap. Early Morning Talk)

“Inilah gue Venus” ucap Adam “Gue ngga lebih baik dari yang lo pikirkan dan gue bukan apa yang selama ini lo pikirin, gue jauh lebih buruk dari itu semua”

“I’m fucked up right?” (Chap. Fucked Up)

“Then stay” ucap Adam membuat Venus terkejut.

“Stay with me” (Moon Talk)

🐰🐰
 


 


Flashback
 


 

(Chap. In Vino Versa)
 


 

Venus mengambil ukulele di pelukan Adam, pada akhirnya alkohol menguasai kesadaran nya hingga ia terjatuh tertidur.
 


 

Diam-diam Venus memperhatikan Adam, lebih tepat nya tubuh nya, jangan salahkan Venus, ia masih normal dan ia tak bisa tak melotot saat melihat perut dengan hiasan kotak-kotak di tubuh laki-laki.
 


 

Ia menurunkan baju Adam yang sedikit terangkat dan memberikan nya pemandangan yang bisa membuat pikiran suci nya menjadi mesum.
 


 

Venus menarik selimut di bawah kaki Adam sampai ke dada nya namun tanpa ia duga Adam memeluk pinggang nya hingga ia terduduk di atas tempat tidur.
 


 

Ia duduk membeku, merasakan hangat tubuh Adam menyebar di pinggang nya apalagi saat Adam mulai mengendusi nya seperti anjing patroli.
 


 

Venus iseng menutup hidung Adam membuat lelaki itu dalam tidur nya memberontak, Venus tertawa tertahan, ia mengusap rambut Adam ke belakang dan sedikit mengernyit saat melihat ada bekas luka di dahi nya, di pelipis, pipi dan saat Venus lebih niat lagi, ia menemukan beberapa bekas luka di tubuh Adam.
 


 

Venus melepaskan pelukan Adam di tubuh nya dan menggantikan nya dengan bantal, ia tak bisa pulang karena ia takut jika Adam akan terbangun tengah malah dan keluar dari apartment dalam keadaan bugil.
 


 

Apa yang bisa Orang mabuk lakukan? Banyak hal. Dan itu semua nya gila.
 


 

Dan disinilah ia mengurung diri nya di sebuah ruangan yang sama dengan orang yang saat tak mabuk saja sudah cukup gila di tambah lagi saat ini ia berada dalam pengaruh alkohol, yang Venus yakini akan membuat tingkat kegilaan Adam berada di tingkat tertinggi.
 


 

Tangan Venus mengambil salah satu buku tulis, ia tersenyum geli saat melihat isi nya, Adam tak sudi memakai buku ini lagi karena tulisan Venus terlalu feminim, ia mewarnai beberapa titik di atas huruf "i" dengan pena berwarna pink.
 


 

Ia mendudukan diri nya di kursi lalu mengambil selembar post-it.
 


To. Adam

Adam, aku minta maaf karena sudah memasang kamera di apartment kamu tapi kamu pantas mendapatkan nya, you’re jerk after all.

Venus megernyitkan kening nya, permintaan maaf seperti ini jelas bukan permintaan maaf yang tulus, malah lebih seperti ajakan perang.

Venus merobek nya.

To Adam,
How’s life? It’s been a while… I miss you and if i could, I’ll turn back around.

Venus langsung merobek nya, bukan permintaan maaf namun lebih seperti surat cinta.

My dear Adam,
Aku Venus dengan ini meminta maaf karena sudah melakukan sesuatu yang ilegal pada kamu. Kurang dan lebih nya di maafkan. Night night.

Yang benar saja, terlalu formal. Venus kembali merobek nya.

Venus menyenderkan tubuh nya pada sandaran kursi, di tengah keheningan malam, di balut rasa dingin dan temaram cahaya bulan, Venus mulai memikirkan banyak hal dan bolehkah ia berkata jika salah satu nya adalah Adam?

Venus tak akan berbohong jika pernah terbesit di pikiran nya pertanyaan what if.. what if things different?

Apakah dia tetap akan membenci Adam?

Masalah nya… Adam terlalu kompleks untuk Venus dan Venus terlalu biasa untuk Adam.

Dia bahkan tak mengerti mengapa ia memiliki pemikiran semacam ini, mata Venus tertuju pada kilatan berwarna putih yang samar bersinar oleh cahaya bulan yang menembus kamar Adam.

Venus menunduk dan mengambil nya, masih sama, batin nya.

Itu berarti Adam tak lagi mencuri kesempatan untuk memandangi foto cinta pertama nya.

“Aku tau beberapa orang menyebut ku bodoh karena membiarkan tunangan ku punya hubungan dengan perempuan lain saat dia masih punya ikatan dengan ku, but I can’t help it” ucap nya “I love him”

“Aku lebih baik melihat dia bahagia dengan perempuan lain di banding bersama ku tapi tidak bahagia” (Chap. Her)

Venus menoleh ke samping, di tempat si Satan tengah tertidur, ia mengambil pulpen dari atas meja lalu menuliskan permintaan maaf paling tulus nya.

Sorry :(

Ia menempelkan post-it tersebut ke tengah buku, Adam jarang membuka buku dan hanya takdir Tuhan yang akan membawa post-it itu ke tangan Adam dan saat itu terjadi, entah 10 atau 20 tahun lagi saat salah satu anak Adam iseng membuka buku Papa nya dan menemukan nya, Venus harap Adam masih mengingat nya dan memaafkan nya dengan tulus. (Chap. Sorry :( )

“Bagaimana?” suara Bu Lia membawa kesadaran Venus kembali, ia menatap Bu Lia.

“Apa kamu sudah membuat keputusan?”

Venus menatap kosong pada kertas di tangan nya, Bu Lia bilang ini masa depan nya namun jika ia melihat kembali ke masa lalu, semua yang telah terjadi pada diri nya begitu indah… ahh overwhelmed dan ia tak ingin merubah apapun yang telah terjadi.

“Ya” putus Venus yakin.

Seperti saat di subuh itu, ia mengambil Hp Adam dan menghubungi Agnes untuk datang, ia sama sekali tak menyesali perbuatan nya. (Chap. First Love)

Cause at that moments she realized... she meant nothing but Pale Blue Dot in his Universe.

------------
 

97. Last Kiss

You can plan for a change in weather and time
But I never planned on you changing your mind
Taylor Swift - Last Kiss
 


----------

Satu malam saat hujan turun begitu deras dan Venus terjebak dalam insomnia, menghabiskan malam nya dengan membaca "Mati nya Socratos", ia mendengar sesuatu menabrak jendela nya.

Tuk! Tuk! Tuk!

Venus melirik jam, pukul 3 pagi dan ia merasa terlalu takut untuk mengintip apa yang terjadi di luar, ia duduk di atas tempat tidur nya, bersiap akan menutup tubuh nya dengan selimut seperti anak-anak yang takut monster keluar dari lemari nya sebelum sebuah suara atau lebih tepat nya teriakan membelalakan mata nya.

“VENUS!”

Venus tanpa sadar menjatuhkan buku di tangan nya, ia menatap ke arah jendela dengan ngeri juga terkejut, memastikan apa yang baru saja ia dengar bukan bagian dari imajinasi atau khayalan nya, terlebih ia masih mengingat jelas pemilik suara itu dan… rasa nya tak mungkin ia mendengar nya kembali setelah sekian minggu mereka tak lagi bertemu.

Apalagi setelah malam dimana ia menerima panggilan telpon yang memberi nya ultimatum tegas untuk menjauhkan diri dari sosok itu, rasa nya tak mung-

Venus hampir berteriak saat ia melihat sebuah siluet berdiri di depan jendela nya, ia mendengar dan melihat orang itu mengetuk jendela kamar nya.

Ia mengenal nya, terlalu mengenal lelaki itu, hingga siluet nya nampak seperti cermin besar yang menunjukan pantulan diri nya sesungguh nya.

“Venus!” di antara gemuruh hujan samar ia mendengar nama nya kembali di sebut di sertai sumpah serapah.

Ia bergegas membuka gorden jendela nya dan ia begitu terkejut saat melihat sosok itu berdiri di depan nya, hanya terpisah kaca transparan tipis.

Tak kurang tak lebih 2 cm.

Seperti mimpi, ia berdiri disana, di bawah hujan, seoramg diri dan terluka.

Venus tak menunggu satu detik pun untuk menemui nya. Ia berlari dengan pelan, takut Tante Indah atau Hugo terbangun, tak lupa ia mengambil payung di belakang pintu.

Udara dingin dan air hujan langsung menyambut nya saat ia membuka pintu, panik, takut, gembira, gugup, malu… perasaan itu bercampur aduk, kaki tanpa alas itu bergerak cepat membelah hujan, menutupi kepala mereka berdua dengan payung meski hal itu sia-sia karena tubuh laki-laki itu telah basah kuyup dan sebagian baju Venus pun telah terkena air hujan.

Venus ingin menangis dan tersenyum di saat bersamaan, ingin meyambut dan memeluk nya namun di saat bersamaan ia juga ingin menampar dan memarahi nya, ingin berkata “Hi” namun juga ingin mengusir nya.

Mereka berdua masih membatu di tempat masing-masing, tak kurang dari satu langkah jarak di antara mereka, menatap satu sama lain dalam hening namun jenis keheningan ini adalah keheningan yang mengucapkan banyak hal.

“Kamu mabuk?” tanya Venus saat melihat samar wajah tampan yang di terangi oleh cahaya bulan itu nampak suram dan kusut.

“Lo tau siapa gue?” tanya nya, mengabaikan pertanyaan Venus.

Venus menatap balik sosok yang tengah menatap nya dengan lekat itu seolah ia hewan purbakala.

“Aku tau” jawab Venus, ia tersenyum sedih “Adam, Kamu Adam Natawijana”

Bagaimana mungkin ia bisa melupakan nama nya saat tiap detik kata yang pertama kali muncul di kepala nya adalah nama nya.

“Apa yang kamu lakukan disini Dam?” tanya Venus sedikit keras, ia bergeser hingga bisa melihat wajah Adam lebih jelas, ia membelalak saat melihat sudut bibir Adam berdarah.

Titik air hujan yang membasahi wajah nya turun dan jatuh dari dagu nya, luka panjang di sepanjang pipi nya nampak begitu segar dan Venus meringis saat setetes darah jatuh dari ujung luka lalu air hujan membawa nya jatuh melewati pipi nya dan mengalir terus ke bawah dan jatuh ke dasar bumi.

“Kamu habis kelahi?” tanya Venus panik, ia menggerakan tangan nya untuk menyentuh wajah Adam namun gerakan nya itu berhenti saat ia menyadari bagaimana buruk nya hubungan mereka akhir-akhir ini.

Ia menurunkan tangan nya yang berada di udara dan menjatuhkan nya di samping tubuh nya.

Ia memperhatikan Adam dengan cemas.

“Apa kamu mabuk? Mata kamu merah, Kenapa kamu hujan-hujanan disini? Kamu tersesat?” Venus menatap tubuh Adam dari atas ke bawah, basah “Kamu bisa sakit Dam” ucap nya khawatir.

“Kamu habis berkelahi?” tanya Venus lagi saat Adam hanya diam.

“Aku akan telpon Ag-“ ucapan Venus langsung terhenti saat Adam menyatukan bibir mereka.

Begitu panas dan dingin, lembut dan kasar, berbeda,sungguh amat sangat berbeda ketika pertama kali bibir Adam menyentuh bibir nya, Venus tak tau pasti apa yang membedakan namun ia merasa jika ini tak hanya sekedar ciuman…

Venus hanyut dalam ciuman itu saat Adam mulai mengeksplorasi bibir dan mulut nya.

Tangan Adam bergerak ke wajah nya lalu menangkup pipi nya, merapatkan tubuh nya pada Venus, tak membiarkan sedikitpun jarak di antara mereka.

Pegangan Venus pada payung melemah dan sebelum ia menyadari nya, payung itu telah jatuh dan kini tangan nya berpegangan pada pundak Adam perlahan turun ke tangan nya… berpegangan erat seolah ia akan jatuh.

Adam memperdalam ciuman nya, rintik hujan membasahi tubuh mereka, Venus bahkan bisa merasakan titik air mengalir di wajah nya dan turun ke leher nya.

Ia belum pernah merasakan hal semacam ini sebelum nya Adam memberikan nya sebuah pengalaman, sebuah rasa, warna dan musik berbeda untuk nya di setiap pertemuan dan semua itu begitu asing untuk nya… juga terlarang.

Perlahan Adam melepaskan ciuman mereka, ia menyenderkan dahi nya di dahi Venus, bibir mereka terpisah tanpa jarak dan meski tubuh nya telah basah kuyup dan hujan semakin deras… ia merasa begitu nyaman disini, di tempat nya.

Diam-diam Venus membuka mata nya, pemandangan di depan nya membuat sesuatu di dalam hati nya bergejolak, kepala Adam menunduk dan mata nya terpejam.

Mata itu perlahan terbuka dan Venus kembali melihat hitam pekat blachkhole itu kembali menghisap nya paksa masuk kesana.

Dan Venus menyadari betapa berbeda nya mereka, di dalam segala aspek kehidupan, seolah mereka datang dari 2 planet yang berbeda dan Venus menyadari betapa sulit nya ia menerima kenyataan itu malam ini.

Adam memandang nya begitu intens dan Venus bertanya-tanya apa yang ada di kepala itu saat ini dan Adam memberikan nya jawaban.

“Gue benci lo Venus” bisik Adam di depan bibir nya.

Bukan jenis kalimat yang ingin Venus dengar dari seseorang yang telah mencium nya seolah hidup nya bergantung pada itu.

Tapi, entah bagaimana Venus dapat memahami nya.

Tanpa ia sadari air mata nya jatuh, ia bergerak mundur lalu mengangguk, tau sangat jelas diri nya tak punya kekuatan untuk mengucapkan sepatah katapun.

Venus merasa sekarat meski ia tak sakit, ia sungguh tak mengerti dengan diri nya sendiri dan melihat Adam seolah meminum obat nya namun mendengar kata benci dari mulut Adam, Venus seolah di paksa meminum racun dan ia tak tau apa penawar nya.

Air mata membasahi pipi nya, tersamar oleh air hujan, ia menggigit bibir nya untuk menahan isakan nya, hal terakhir yang ingin ia lakukan saat bertemu Adam adalah menangis, prioritas utama nya, ia akan membentak Adam sampai urat nya pegal namun ia seolah kehilangan seluruh kekuatan nya saat Adam muncul di depan jendela nya malam ini.

Di tengah deras nya hujan.

Babak belur.

And broken.

Dan dari semua hal sadis dan menyedihkan yang telah Venus rencanakan, membalas ciuman Adam tak pernah masuk ke dalam daftar nya.

I hate you so much” ulang Adam.

Venus menutup mata nya, ini seperti putus cinta, batin nya. Rasa nya sungguh amat menyakitkan.

Ia menguatkan diri nya dan mengangguk “Aku tau”

--------------

98. Loser

I'm a Loser
Bigbang - Loser
 


---------

Adam memandang datar sosok di depan nya yang di balas balik sosok itu dengan ekspresi bosan nya.

“Lo pindah kemana?” tanya Adam.

“UK” jawab nya “Fashion school

“Baguslah, kalau gitu kita ngga akan ketemu”

Bibir berwarna pink itu membentuk senyum miring , bibir yang dulu selalu ia kecup dan menjadi favorit nya, kini, hanya dengan melihat nya saja Adam merasa telah melakukan dosa besar.

Setelah ia pikir-pikir lagi, semua yang ia ingat dari sosok itu hanya hal yang bersifat kebutuhan fisik dan ia menyadari jika ia mungkin tergila-gila pada nya karena tertutup nafsu nya sebagai remaja laki-laki yang sedang mencari pelarian dari keluarga yang berantakan.

“Kamu yakin? Dulu kamu ngga bisa pisah dari aku” ucap nya licik.

Kalimat itu membuat nya kembali mengingat masa remaja nya yang gila dan segala kebodohan yang telah ia buat dengan perempuan ini.

“Apa yang mau lo bicarain Bella?” tanya Adam dengan ekspresi dingin.

Bella tersenyum miring “Aku lupa ngasih kamu ini” ucap nya, menaruh sebuah note book berwarna hitam ke atas meja.

Adam mengernyit, memandang note book di depan nya dengan teliti, itu bukan milik nya.

“Kemana kamu di buang?” tanya Bella sambil menyesap teh nya.

“Itu bukan urusan lo” ucap Adam “Lebih baik kita ngga tau tempat kita masing-masing, gue cuma mastiin kita ada di Benua yang beda”

Bella tertawa kecil “Kamu takut aku menghancurkan hidup kamu juga di tempat baru kamu nanti?” tanya Bella.

Adam tersenyum miring “Apa yang lo lakuin disini Bel, bukan cuma ngehancurin hidup gue tapi juga hidup lo”

“Aku pikir kita punya pendapat yang sama soal hancur, btw…” Bella menatap Adam “Kamu yang menghancurkan hidup ku”

Adam terdiam, ia menatap langit di luar dengan gamang.

“Kenapa lo nyebarin video itu Bel?” tanya Adam setelah sekian lama hanya diam, ia memandang gadis cantik di depan nya dengan bertanya-tanya, seolah ia adalah puzzle, sungguh aneh karena sebelum nya mereka mengenal satu sama lain seperti punggung tangan kini mereka begitu jauh… dan berubah.

“Lo tau gue ngga akan berani lari lagi kalau Bokap gue tau, Gue bakal tanggung jawab untuk lo dan…” nafas Adam tercekat “Anak kita”

Bella menyugar rambut nya dengan jemarik lentik nya “Awal nya aku berpikir begitu tapi aku merubah pikiran ku”

“Apa yang berubah?” tanya Adam.

Bella menaikan satu alis nya “Kamu”

Ia memegang cangkir nya dan memutar-mutar nya di tangan nya “Aku kenal kamu sejak kita masih kecil, kamu berbeda dari anak laki-laki lain nya, kamu ngga berusaha untuk mendekati semua perempuan yang ada di dekat kamu dan lalu kamu masuk SMP dan kamu mulai menjadi seperti typical anak cowok lain nya, aku minta bantuan Udin (Ceper) untuk mengenalkan kamu ke aku and here we are…” Bella tersenyum pahit

“Kalau ada satu hal yang ngga berubah sama sekali dari kamu sejak dulu maka itu adalah sifat pecundang kamu” ucap Bella.

Bella meletakan cangkir nya “I think that’s my clue to leave my past” ucap nya saat terdengar jingle pengumuman penerbangan.

Ia berdiri, memungut Hp dan tas nya.

“Buku lo ketinggalan” ucap Adam, mengembalikan buku yang tadi Bella berikan pada nya.

Bella menatap buku itu lalu Adam “Waktu aku bongkar loker Venus, aku ngga cuma ngambil memori rekaman itu tapi juga buku itu… I think that’s yours

Pengacara nya telah menyewa seorang ahli IT ternama untuk mencari jejak video Adam yang tersebar dan di ketahui bahwa Bella lah orang pertama yang menyebarkan nya.

Betapa besarpun keinginan Papa nya mempidanakan Bella namun hal itu sulit untuk di lakukan mengingat masa lalu Adam dan Bella, maka pada satu sore Bella dan Adam bertemu, bicara layak nya 2 orang dewasa hingga sampailah mereka pada keputusan untuk tidak mempidanakan Bella dengan syarat keluarga Bella tidak akan meminta pertanggungjawaban untuk kehamilan Bella dan berjanji tidak akan membahas hal tersebut di masa mendatang dan mereka, untuk memutus komunikasi satu sama lain selama nya.

Yang mereka berdua dengan amat senang hati setujui.

Mungkin mereka telah berada di tahap muak dan lelah dengan semua drama dan hal buruk yang terjadi dalam hidup kedua nya.

“Lo nyesel?” tanya Adam sebelum mereka berpisah sore itu.

I was dating the hottest guy in school, why I should be regret?

Bella masih belum berubah, mungkin berubah tapi Adam terlalu egois untuk menyadari nya.

Bella memasang kaca mata hitam nya, ia berbalik dan menatap Adam “I will never have a chance to say it in future so I’ll tell you now” ucap nya.

May yourself rot in hell Adam” ucap nya dengan senyum.

Adam tersenyum tipis, ia pantas mendapatkan nya. Alih-alih menjawab ia membiarkan Bella pergi.

Ia memperhatikan Bella yang berjalan keluar dari kafe dan saat pintu kafe tertutup, itu juga berlaku untuk nya dan Bella semua hal yang telah terjadi di antara mereka di masa lalu telah tertutup.
 


 

🐐🐐
 


Adam memejamkan mata nya saat ia mendapatkan pelepasan nya, menghirup kenikmatan terlarang sebelum kembali pada kenyataan.

Gadis yang berlutut di bawah nya berdiri, menjilat bibir nya dan melemparkan pandangan seduktif nya pada Adam.

Bibir Adam membentuk seringai, ia menarik gadis itu pada pangkuan nya lalu mencium bibir nya.

Ia diam saja saat gadis itu mendorong tubuh nya hingga jatuh di atas tempat tidur, jemari lentik itu menyentuh tiap inci kulit Adam, jemari Adam menangkap jemari yang menyentuh bibir nya dengan lembut.

Adam membuka mata nya, mendorong pelan jemari itu dan senyum nya luntur seketika saat bayangan nya muncul, menggantikan wajah gadis yang entah siapa nama nya itu yang sedang duduk di atas pangkuan nya, mengendarai nya dengan begitu nafsu hingga Adam kehilangan akal nya namun, tiba-tiba wajah itu muncul dan ia… kehilangan akal literally, kehilangan akal.

Ia tak tau lagi apa yang ia pikirkan atau rasakan, beberapa minggu ini telah menjadi neraka bagi nya.

Dan malam ini saat teman-teman nya mengadakan pesta perpisahan untuk nya, ia tak lagi berpikir tentang larangan Papa nya, peringatan pengacara nya atau Masa lalu nya bersama Bella.

Karena lagi-lagi ia muncul di depan mata nya saat ia tak ada disini… dan Adam merasa ia telah gila karena tak bisa berhenti memikirkan nya.

Rizal melemparkan nya senyum licik saat ia melihat Adam turun dari tangga bersama seorang gadis, bajingan memang aka tetap menjadi bajingan, batin Rizal.

Ia mengangkat sebotol jack daniels yang separuh nya telah ia minum “Oi Dam!” panggil nya.

Adam mengambil tempat nya di salah satu sofa, bergabung dengan teman-teman nya yang ia sadari jumlah nya telah berkurang.

“Hari ini hari terakhir lo disini, lo harus nya ngehabisin waktu lo sama temen-temen lo” ucap Rizal yang di sambut tawa teman-teman nya.

Putra melemparkan sebatang lintingan ganja pada nya, Adam menangkap nya dan menyalakan nya.

“Jadi, kita mau main Truth or Dare lo harus ikut!” titah Rizal, ia menegak minuman di tangan nya seolah itu adalah air putih.

Adam tak bisa menahan untuk tak memutar mata nya akan permainan kekanakan itu.

Asap keluar dari mulut Adan saat ia mulai menghisap “Terserah” ucap nya.

Rizal memutar botol yang ia letakan di tengah-tengah mereka dan yang pertama kali menjadi korban adalah Ricki.

“Ric, Truth or Dare?” tanya Rizal.

“Dare!” jawab Ricki tanpa takut, jelas sekali ia tak takut akan apapun.

Rizal tersenyum miring “Cium pantat nya Putra” semua orang yang ada di ruangan tertawa.

“Anjing!” umpat Ricki namun berdiri untuk mencium pantat Putra.

Putra tertawa “Gue harap lo ngga ketagihan Ric”

Ricki kembali ke tempat duduk nya sambil mengelap bibir nya jijik yang semakin membuat tawa membahana.

Lalu saat giliran salah satu gadis frat, Putra tersenyum mesum saat ia mendapatkan lap dance selama 1 menit.

Rizal menghabiskan 7 heavens nya di toilet bersama seorang gadis dan keluar dengan seringai lebar di wajah nya, ia jelas sempat mengunjungi surga tadi.

Truth or Dare?” tanya Rizal saat ujung botol berhenti di depan Adam.

“Terserah” Adam meminum alkohol nya dalam sekali teguk.

Truth plus Dare kalau gitu” ujar Rizal tertawa.

Adam menahan keinginan nya untuk memutar mata, ia membiarkan teman-teman nya melakukan apapun yang ingin mereka lakukan karena seperti kata mereka malam ini atau lebih tepat nya pagi ini adalah pagi terakhir Adam disini.

“Siapa cewek yang lo suka?” tanya Rizal.

Mudah. “Agnes” jawab Adam.

“Oooohhh” teman-teman nya berseru.

“Giliran gue” ucap Putra “Cium cewek yang lo cinta!”

“Woooooo” teman-teman nya berseru.

Adam menaikan satu alis nya, Cinta? He is not capable for love.

Ia menatap keluar, dimana balkon yang menghadap langsung pada kolam renang.

Langit begitu terang hingga Adam bisa melihat pantulan cahaya bulan dan bintang di atas air kolam.

Adam mengambil gelas nya dan menyesap isi nya, tanpa melepaskan pandangan nya sedetikpun dari pemandangan di luar.

“Ok” jawab Adam, ia berdiri dan berjalan keluar rumah frat.

Tubuh nya yang separuh telah di kuasai oleh alkohol bergerak limbung, membuka pintu besar itu dengan tertatih.

“Woi jaga jalan lo!” teriak seorang laki-laki yang Adam tabrak dengan keras dalam perjalanan nya menuju mobil nya.

Adam, tanpa berbalik mengangkat jari tengah nya “Fuck off” ucap nya.

Hal itu tentu saja memancing emosi laki-laki itu, ia bahkan tak peduli jika orang yang akan ia hajar adalah Adam, dengan langkah lugas dan cepat ia menarik pundak Adam, memaksa nya berbalik.

“Ap-“ ucapan Adam terpotong saat satu tinju mendarat di wajah nya, ia mengerang kesakitan saat merasakan rahang nya sekali lagi bergeser dari tempat nya.

Fuck!” Adam memaksa tubuh nya berdiri namun alkohol dan tubuh nya yang masih dalam masa penyembuhan membuat nya menjadi bulan-bulanan.

Sementara teman laki-laki itu datang dan mulai ikut mengeroyok nya, Adam mencoba berdiri, tak pernah ia merasa selemah ini dalam hidup nya, atau mungkin ia terlalu letih untuk berdiri dan membiarkan mereka menghajar nya habis-habisan.

Tendangan dan pukulan itu berhenti saat ia mendengar suara Rizal menggema di kegelapan malam, bersama beberapa langkah kaki cepat yang bergerak ke arah nya.
Adam tak tau pasti apa yang terjadi namun ia mendengar teriakan, sumpah serapah dan berbaris kata “Maaf” “Tidak tau” dan “Fuck” kata favorit nya.

Adam tertawa, ia masih terbaring seperti hewan sekarat di aspal, ia mendengar suara pukulan dan tendangan yang begitu tak asing di telinga nya, tapi ia tak begitu peduli dengan apa yang terjadi pada mereka.

Mata nya menatap lurus pada langit malam dan ia larut pada kegiatan stargazing nya.

Bukankah ini aneh saat ia merasa begitu damai dan tenang saat tak kurang dari 5 langkah dari nya sedang ada sebuah pergulatan.

Namun, Adam terlalu terpukau dengan segala hal yang ada di langit malam ini, meski ia tak tau pasti mengapa ada jutaan benda kecil menggantung disana, mengapa warna nya begitu buruk dan mengapa ia tak bisa mengalihkan pandangan nya dari semua itu.

Ia menutup mata nya...

“…aku harus ngasih tau dia bagaimana Anak nya bertingkah menjadi pecundang dengan ngga mau bertanggung jawab dan membunuh cucu nya”

“…mungkin kamu harus berhenti jadi pecundang dan berdiri di depan mereka untuk membela mereka dengan cara yang lebih terhormat di banding membodohi seorang perempuan yang bahkan ngga kamu kenal untuk di jadikan tumbal keluarga berantakan kamu!” ucap Venus marah.

"LO  MALU PUNYA NYOKAP PECUNDANG?! LO MALU SAMA KENYATAAN KALAU LO SAMA PECUNDANG NYA SAMA DIA?!?”

“CUKUP!” teriak Adam “Cukup” ucap nya penuh penekanan.

“Kalau ada satu hal yang ngga berubah sama sekali dari kamu sejak dulu maka itu adalah sifat pecundang kamu” ucap Bella.

“Loser, You are a loser”

Adam kembali membuka mata nya, menatap lurus pada langit malam.

Crux

“What are you wishing for, Venus?” tanya Adam.

“I wasn’t wishing. I was looking at the stars” ucap Venus “Menurut kamu ada berapa bintang yang ada di atas kita sekarang?”

Adam menggerakan jari telunjuk ke atas nya, sebelah mata nya tertutup seolah ia sedang menghitung “1. 234. 567. 890” jawab Adam dengan wajah serius.

“Bintang itu bukan Tuhan jadi ngga ada guna nya aku buat permintaan” ucap Venus.

“Dan lagi itu bukan bintang tapi meteor, orang-orang berpikir itu bintang karena berasal dari langit dan saat malam keliatan nya kayak bintang, tapi bukan, itu adalah meteor yang sedang terbakar di atmosfer bumi” jelas Venus.

“Fakta nya” Venus mengangkat satu jari nya, menunjuk ke langit gelap di atas mereka yang masih bertabur bintang “Kamu bisa menggunakan bintang untuk sesuatu yang lebih rasional yaitu, sebagai penunjuk arah”

Mulut Adam membentuk huruf “O” sempurna, ia mengangguk-ngangguk seolah baru saja mendengar hal paling luar biasa hari ini.

“Kamu liat itu?” Venus menunjuk ke atas “Yang bentuk nya kayak ikan pari atau layang-layang itu?”

Adam mendekat ke arah Venus, hingga pundak mereka bertemu

“Yang itu?” tanya Adam.

Venus mengangguk “Crux, dia menunjuk ke arah selatan, ke rumah kamu, Kalau kamu tersesat satu hari nanti dan kamu ngga tau jalan pulang, lihat ke langit dan kamu akan tau”

Titik-titik air membasahi wajah nya, mengembalikan kesadaran nya pada tempat nya, ia berusaha berdiri namun gagal pada percobaan pertama, Putra datang untuk membantu nya namun ia tepis, saat ia berhasil duduk ia meludah, merasakan rasa anyir di dalam mulut nya.

Ia berusaha berdiri dan merasakan titik-titik hujan itu semakin banyak, yang Adam baru sadari sebagai hujan.

Ia melangkahkan kaki nya menuju mobil nya, mengabaikan teriakan teman-teman nya untuk kembali, masuk ke dalam mobil nya dan menginjak pedal gas, memutar setir dan membiarkan nya membawa ia pulang ke… rumah nya.

--------------
 

99. The Black Book

Little time not a moment wasted with you
I realized to stay
We had to break away
One OK Rock - Good Goodbye
 


 

🎍------------🎍
 


 

The SHIT LIST!
FACTS ABOUT FRAT AND THEIR BITCH!
By. Venus
 


1. Apartment Adam sebagai tempat anggota frat berkumpul.
2. Adam dan Bella… mereka benar-benar tidur bersama. Dan itu tak hanya sekedar tidur.
3. Adam dan Bella sudah "berpacaran" sejak SMP meaning 2,5 tahun.
4. Bella is queen bee.
5. Putra selalu pakai topi.
6. Rizal punya tompel di punggung nya.
7. Yolan suka Adam
8. Ceper punya 2 pacar.
9. Ricki suka Kpop
10. Ricko benci Kpop
11. Yolan mantan nya Rizal
12. Saat Adam bilang "Sorry" DON'T believe it he never meant it when he said it in english.
13. He (Adam) can laught.
14. Adam tidak suka pete. Lame.
15. Adam tidak makan makanan ber-msg.
16. But he ate instant noodles :/
17. Adam selalu minum soda.
18. And alcohol, merek nya Jack Damien?! (I have to find out!)
19. Kakek Alex arsitektur.
20. Adam suka band Queen
21. Lagu favorit Adam dari Queen, Bohemian Rhapsody.
22. Diam-diam Adam beliebers.
23. My last words for Adam : Fuck You!
24. Jaket favorit Adam, boomber navy merek adidas.
25. Rizal di tolak cinta pertama nya and he claimed it was because of her, now he is playboy!.
26. Petugas perpus sekolah suka sama Adam!
27. Gigi Adam rapi
28. And hella white
29. Adam ngga mau pakai Handyplast karena dia laki-laki (?)
30. Papa Adam ganteng.
31. Papa Adam punya 2 bodyguard.
32. Adam menyimpan foto perempuan di kamar nya.
33. Ricki dan Ricko pernah suka sama perempuan yang sama.
34. Dan mereka memutuskan untuk memacari nya dan tak pernah memberi tau perempuan itu kalau mereka kembar...
35. Bella punya cara bersin yang aneh.
36. Seperti anjing kecil yang sedang menggonggong (No offense)
37. ALEX TIDAK PERNAH PACARAN DENGAN PEREMPUAN DI SEKOLAH YANG SAMA DENGAN DIA!
38. Nama panjang Alex, Alex Sidarta West.
39. Tapi Alex tidak suka Kanye West
40. Adam punya banyak koleksi video porno di laptop nya.
41. Dan dia menulis folder nya dengan nama "MTK"
42. Rumah Adam lebih besar dari sekolah mereka.
43. Papa Adam punya banyak skandal dengan perempuan
44. Adam punya 3 hp.
45. Xiaomi untuk main game.
46. I-Phone untuk show off.
47. Samsung for his dirty stuff.
48. Adam punya casing couple dengan Bella.
49. Merk bokser Adam : Calvin clein.
50. Bella sepupu nya Ceper.
51. Bella mendapat tas balenciaga untuk ulang tahun ke 16 nya dari Adam.
52. Sepasang High heels dari coco chanels dan tas Gucci untuk ulang tahun ke 17.
53. Jam tangan Tag Heuer koleksi Monaco adalah hadiah ulang tahun ke 16 Adam dari Bella.
54. Jam tangan Omega seri speedmaster adalah hadiah ulang tahun ke 17 Adam dari Bella.
55. Hobi Bella : merengek pada Adam.
56. Hobi Adam : Mendengarkan rengekan Bella (Noted the sarcasm)
57. Adam ikut racing!
58. Mostly anggota frat ikut atau menjadi penonton racing.
59. B 4NG5 4T : nomer plat Adam
60. Adam mencintai mobil nya lebih dari ia mencintai Bella.
61. Nomer favorit Adam 5
62. Chanel favorit Adam national Geograpic
63. When he amaze with something like when he watching Cheetah running, his mouth will gape a little bit.
64. Ricki mengaduk kopi Rizal dengan jari nya.
65. Ricki menukar kaleng beer Adam dan Ceper.
66. Bella punya 2 mantan sebelum pacaran dengan Adam.
67. Papa Ceper koruptor.
68. Di hukum untuk 10 tahun penjara.
69. Kakek Alex penyuap.
70. Di hukum penjara 6 tahun.
71. Kakek Alex mantan Gubernur.
72. Adam alergi kacang
73. Papa Adam punya perusahaan multinasional.
74. Sekretaris (Simpanan) Papa Adam suka sama Adam.
75. Adam punya tunangan.
76. Bella was pregnant.
77. With Adam's baby
78. Holy macarony.
79. Her name is Agnes :)
80. She loves him
76. Today... is his birthday, special tie for him and keep this as a little secret beetwen me and God.
77. Lampu di apartment Adam bisa mati dan menyala hanya dengan sensor tepuk tangan.
78. He smokes weed.
79. Adam benci susu -kecuali susu Bella, his word not mine. (WRONG, Ralat, Adam minum susu & makan cookies sebelum tidur)
80. The richest is the member of frat community.
81. Orang tua Putra bercerai saat dia masih Sd.
82. Papa Putra pemilik salah satu tambang batu bara terbesar di Kalimantan.
83. Orang tua Rizal memiliki perusahaan makanan dan minuman kemas.
84. Paman Adam adalah ketua Komite sekolah
85. Markas Frat dimiliki oleh seorang senior.
86. There's something bout Adam...
87. Adam menyimpan Hp Rino.
88. Hasil dari Bet.
89. Adam's first Love : Agnes.
90. Adam ngga pernah naik bis umum (First time with me)
91. Adam sama sekali ngga tau isi rumah nya sendiri.
92. Adam bisa bermain piano.
93. Mama tiri.
94. He was 15 years old when they found out about the baby.
95. Adam menyukai Bella.
96. Bayi Bella & Adam meninggal karena kecelakaan mobil.
97. Bella pernah mencoba bunuh diri.
98. Mama Adam meninggal karena...
99. Adam punya Adik tire, Her name is Amel.
100. 2 adik kandung nya telah meninggal.
101. Mereka, Ibrahim & Ishak.
102. Nenek Adam menjodohkan Agnes & Adam.
103. Putra selingkuh dari Lidya.
104. Putra & Lidya, they did it.
105. Lidya cinta Putra.
106. Warna favorit Adam, hitam.
107. Adam ngga pernah pacaran, again, his word not mine.
108. Decision : He choose, Agnes.
109. Kuda Adam bernama Sherlock.
110. Hadiah dari Papa nya.
111. Adam and Rino got a bad blood.
112. THEY ARE FUCKER! SUCH A COWARD!
113. All this time is about stupid Bet.
114. I'm just too stupid for falling in Love with Alex!
115. Loved.
116. Idiot!
117. Stupid! I hate all of them!
118. Rino adalah orang yang juga terlibat kecelakaan bersama Adam dan Bella malam itu.
119. Rino di kompori oleh stupid Ceper!
120. It's over.
121. Aku menghancurkan keluarga Adam.
122. I'm such a horrible person.
123. Sorry
124. Sorry
125. Sorry
126. Sorry
127. He hates me.
128. I HATE HIM!
129. I'm such a naive person.
130. Adam di keluarkan dari sekolah dan itu karena aku.
131. … and then he kissed me
132. I hate him.
133. I Love him.

---------------------------------------------------
 

Karya ini GRATIS! Tapi kamu boleh kok kasih tip biar kreator hepi 🥰

Kategori karya
Palebluedot
Selanjutnya PALE BLUE DOT
2
0
Venus -16 tahun- sangat pintar dan licik. Hobi membaca, barang favorit nya Buku dan mimpi remaja nya ingin menikah dengan seseorang yang mencintai nya tanpa alasan sampai mereka meninggal. Namun, semua itu berubah sejak Venus bertemu Adam, dalam 24 jam ia merubah Venus menjadi perempuan gila yang terosebsi untuk membalaskan dendam nya.Adam -17 tahun- sangat kaya dan arogan. Hobi nya ke club, barang favorit nya bra merah berenda dan mimpi remaja nya menghabiskan malam yang indah bersama banyak perempuan yang biasa ia sebut pacar. Namun, semua itu berubah sejak Adam bertemu Venus, dalam 24 hari ia merubah Adam menjadi seorang gentleman yang berani mengejar cinta pertama nya dan menikahi nya.Dont get your hopes up. Its not love story.Nor about Love or Hate... but Love or Lust...?Which one you choose?I choose Lust.Cause its fun :)
Apakah konten ini melanggar ketentuan yang berlaku sesuai syarat dan persetujuan? Laporkan