MARIKH

3
1
Deskripsi

01

“Mars! Mars! Mars!”

Suara sorakan itu menggema diseluruh ruangan, saat Marshal-Mars- meneguk gelas berisi alkohol ke 10 ke dalam mulutnya, sorakan itu semakin terdegar nyaring dan menjadi semakin heboh dari tegukan pertama.

          Seorang gadis cantik dengan mini short dan crop top merah menatap Mars dengan senyum di bibirnya, mengetahui kalau ia adalah penyebab utama keriuhan ini terjadi, matanya tak lepas menatap tak bisa berhenti menatap jakun Mars yang bergerak naik turun tiap kali menegak cairan berwarna kekuningan itu ke dalam tenggorokannya.

          Sesekali Mars meliriknya dan memberikannya kedipan nakal padanya sebelum kembali melakukan apa yang bisa ia lakukan untuk mendapatkannya.

          That’s the deal.

          Saat gelas terakhir berakhir ia habiskan, semua orang di dalam ruangan ini bersorak dalam kebahagiaan dan kemenangan, merayakan kekalahan gadis cantik idola semua laki-laki di sekolah mereka, Angel.

          Matanya yang berkabut akan alkohol menemukannya, bibirnya memebnetuk senyum indah dan Angel tak kuasa menahan senyumnya saat Mars meletakan gelas di tangannya ke meja dan berjalan ke arahnya dengan gayanya yang mampu menarik perhatian gadis manapun kecuali, Angel tentunya, di bibirnya senyum kemenangan dan kebahagian terlukis dengan jelas mencerminkan apa yang terlukis di wajah Angel.

          Mereka nampak serasi begitu keduanya berdiri berhadapan di bawah lampu keorenan yang bersinar tepat di bawah keduanya, bercahaya di atas wajah indah keduanya seperti sepasang kekasih yang memang ditakdirkan bersama.

          Setelah 12 kali mencoba dan ribuan tindakan yang sangat menunjukan kalau Mars tertarik pada Angel, akhirnya malam ini Angel menyerah akan pesonanya dan memberinya kesempatan untuk masuk ke dalam hidupnya.

          Ini akan menjadi berita heboh esok pagi, saat mengetahui murid laki-laki tertampan di sekolah mereka akhirnya berhasil mengencani murid perempuan tercantik di sekolah mereka.

          Di dalam ruangan dengan cahaya remang yang berkilat tak tentu arah dan musik yang di mainkan dengan begitu keras, Angel tersenyum padanya, mengundang si setan datang dengan gerakan jemari telunjuknya, berhadil menarik Mars, si Playboy sekolah untuk datang padanya.

          “So?” suara Mars berat dan mengirimkan getaran asing di tubuh Angel saat ia tiba-tiba menyelipkan tangannya di pinggang dan memasukan jemarinya ke saku celananya, menariknya lebih dekat, hingga dada mereka bertemu.

          “So?” Angel balik bertanya dengan mata nakalnya yang menatap wajah Mars yang terpahat sempurna, mengabaikan puluhan orang yang saat ini tengah menjadikan mereka aktor dan aktris dalam kisah cinta khayalan mereka.

          Angel meletakan tangannya di dada Mars dan menariknya lebih dekat, memotong jarak tipis mereka hingga tak tersisa jarak sedikitpun di antara mereka, saat bibirnya sudah berada di depan telinga Mars, membuat tubuh laki-laki itu seolah dibakar namun dengan cara yang eksotis.

          Ia ingin terbakar bersama Angel malam ini.

          “Yes” bisik Angel di telinganya.

          Senyum Mars terbentuk dan sedetik kemudian bibir mereka telah menyatu, membuat ciuman sensual dan romantis, untuk pertama kalinya sebagai sepasang kekasih.

          Teriakan dan sorakan itu semakin bergemuruh, hampir semua orang yang ada disini bersuka cita atas keberhasilan Mars meluluhkan hati sang Ratu, Angel.

          Siapa yang tak menggilai Angel? Cantik, kaya, terkenal, semua orang menyukainya. Laki-laki memujanya, perempuan iri padanya.

          Bukan hanya karena kecantikannya, ia memiliki jenis kepribadian yang mudah diterima semua orang, senyumnya nampak tulus dan cara bicaranya, tak seperti pergaulannya yang cenderung bebas, ia masih memiliki jenis tata krama dan sopan santun yang disukai oleh oang-orang jaman dulu.

          Namun, tentu saja ia juga memiliki sisi buruk untuk beberapa hal terutama teman-teman dalam pergaulannya, kebanyaka dari mereka memang menyebalkan dan tak peduli dengan aturan moral.

          Tapi lupakan itu, semua orang keren memang menguasai dunia dengan cara mereka sendiri.Setidaknya itulah yang Nayla pikirkan.

          Ia duduk di atas meja mengayunkan sepasang kakinya dengan lambat sembari menyaksikan 2 pasang manusia yang telah resmi menjadi sepasang kekasih tak lebih dari 45 detik yang lalu.

          45 detik.

          Ada banyak hal yang bisa Nayla lakukan selama jeda 45 detik itu, mengakui perasaannya pada Mars misalnya.

          Satu hari kita pasti pernah terbangun di malam hari dan memikirkan satu nama dan membayangkan hal yang seharusnya tak pernah dibayangkan bersama Orang itu, bayangan yang membuat kita melangkahi garis yang telah terbangun selama bertahun-tahun, garis pertemanan.

          Nayla masih berusia 13 saat satu malam ia terbangun mendengar sayup-sayup suara gitar yang dipetik dari arah luar, ia mengintip dari balik jendela rumahnya dan menemukan Mars tengah memainkan gitar di balkon rumahnya seorang diri.Ia selalu melakukan hal itu tiap kali kedua orang tuanya pergi untuk urusan bisnis.

          Heningnya malam membuat Nayla bisa mendengar dengan sangat jelas senandung pelan dari mulut Mars, menyanyikan lagu favouritnya dari Seal, Kiss from a rose.Malam itu, saat untuk kesekian juta kalinya mata mereka bertemu, Nayla merasakan hal lain di dalam dirinya yang perlahan berkembang menjadi hal terlarang, coba ia sembunyikan tiap kali Mars memanggil namanya dengan cara yang sedikit kekanakan, Naynay.

          Tiap kali Mars memeluknya untuk mendapat ketenangan dari seorang saudari yang tak pernah ia miliki, saat tangan mereka bergandengan dan Mars akan tersenyum padanya hanya untuk berkata “Hati-hati” dan saat Mars merasakan hal yang sama yang ia rasakan, jatuh cinta.

          Ia melihat betapa indahnya cinta bisa mengubah seorang Marshal menjadi manusia lemah dan melankolis, nampak begitu rapuh dan kuat di saat yang sama, saat matanya bersinar tiap kali nama Angel keluar dari mulutnya dan tekanan suaranya yang berubah saat ia frustasi dengan keacuhan Angel.

          Mars yang jatuh cinta mungkin salah satu hal indah yang tak bisa Nayla abaikan namun rasa skait yang harus ia tanggung tiap kali menyadari binar di mata Mars bukan untuk dirinya, saat namanya di ucapkan dengan penuh persahabatan dan bukannya pemujaan, rasa sakitnya tak sebanding dengan keindahan yang bisa ia nikmati.

          Jika Nayla mengetahui mencintai rasanya sesakit ini maka ia memilih untuk tak pernah merasakannya, mendengar nama Angel keluar dari mulut Mars sudah cukup membuatnya terluka namun melihat mereka akhirnya bersama, resmi sebagai sepasang kekasih, Nayla bahkan tak bisa mengungkapkan perasaannya saat ini.Rasanya pias dan berwarna abu-abu.

          Mata Nayla dan Mars kembali bertemu saat Mars memeluk erat tubuh Angel, ia tersenyum, senyumnya hampir sama seperti malam dimana ia menyenandungkan lagu Kiss from a rose di tengah malam untuk menemani ia melewati malam yang sepi dan mendapati Nayla menontonnya diam-diam.

          Tak membuat gestur apapun, ia hanya tersenyum dan malam itu senyum itu berhasil membawanya ke tempat yang hanya ia tau letaknya, tempat dimana ia menyembunyikan 4 tahun rasa cintanya di Neverland.

          Namun malam ini senyum itu membawanya jauh… lebih jauh dari hatinya harusnya berada, karena malam ini Nayla menyadari konsekuensi jatuh cinta pada sahabat sendiri tak Cuma patah hati namun juga harus pandai berbohong, tak hanya pada diri sendiri namun juga orang lain.

          Jadi saat Mars tersenyum ke arahnya ia melakukan hal yang sama malam itu ia lakukan, membalas senyumnya dan dengan itu Mars menutup matanya dan memeluk lebih erat Angel.

***


 

2

Nayla mengintip dari jendela kamar nya, melihat apakah mobil Mars telah terparkir dengan sembarangan di halaman rumah nya dan saat ia melihatnya, ia menghela nafas lega, bukan tanpa alasan, ia sudah mengirim pesan pada Mars sejak kemarin malam bahwa ia akan meminjam macbook nya untuk mengerjakan tugas nya dan baru Mars jawab pukul 12 malam dengan chat singkat “Iya” namun, hingga sore Mars belum juga pulang ke rumah nya, selalu seperti ini jika kedua Orang tuanya pergi ke luar kota atau luar negeri untuk urusan bisnis, Mars akan keluyuran entah kemana hingga malam tiba, mengetahui Orang tuanya tak ada di rumah untuk menegurnya.

Ini sudah pukul 8 malam dan Mars baru saja pulang, kemana saja ia seharian ini? Entahlah, semenjak SMA, Mars berubah, sifat dan prilakunya terutama, ia jadi lebih cuek dan yang paling menonjol adalah, ia hanya kembali baik seperti dulu ke Nayla jika ia sedang memiliki masalah, terutama masalah dengan Keluarganya.

Tak heran, sedari kecil mereka sudah sangat akrab, sering bermain bersama, lebih tepatnya hanya Nayla yang tahan bermain dengan Mars, karena dia terlalu nakal dan jahil saat kecil, suka membuat anak perempuan menangis dan mengajak kelahi anak laki-laki yang bermain dengannya. Nayla pun tak mengerti mengapa ia bisa tahan untuk berteman dengan Mars selama ini, mengingat sifat nya yang begitu mengesalkan.

Dan kini, setelah mereka beranjak dewasa, tak banyak hal yang berubah, maksudnya tak banyak hal yang berubah dari Nayla, sementara Mars... dia selalu datang dan pergi dari hidup Nayla, Nayla bahkan tak tau apakah Mars masih benar-benar menghargai hubungan pertemanan mereka atau tidak...

“Mars” panggil Nayla pelan dari pintu kamar Mars, takut Mars bisa saja sudah tidur, meski ia tau Mars hobi bergadang.

“Mars...” Nayla mengetuk sekali lagi.

Pintu kamar Mars terbuka, menamilkan Mars yang hanya mengenakan celana selutut dan kaos polos bermerek, rambutnya nampak berantakan, ia menatap Nayla sembari mengernyit.

“Ngapain ngetuk Nay? Biasa juga langsung masuk” ucapnya.

Biasanya memang begitu namun Nayla sadar usia, ia tak mungkin langsung masuk ke dalam kamar laki-laki yang sudah berusia 17 tahun. Nayla tersenyum dan masuk ke dalam kamar Mars, kamar Mars nampak rapi dan bersih, tentu saja, selalu ada pekerja di rumah Mars yang membersihkannya namun Mars pada dasar nya memang laki-laki pembersih.

“Aku pikir kamu tidur Mars” ucap Nayla.

Mars menjatuhkan tubuhnya di atas kasur, melipat kedua tangannya di belakang kepalanya, “Kapan-kapan aku tidur jam segini?” tanya Mars balik.

“Iya sih” Nayla duduk di pinggir tempat tidur “Aku mau pinjam macbook kamu” ucapnya, mengingat tujuan utamanya datang ke rumah Mars.

Mars mengerdikan dagunya “Ambil aja” ucapnya.

Nayla tersenyum “Kamu ngga pake kan?”

Mars menggeleng “Ngerjain apa?”

“Tugas Bahasa Inggris” Nayla mengambil Macbook Mars yang terletak di meja, matanya menatap pada figura kecil yang memamerkan potret Keluarga, Mama dan Papa Mars, beserta Mars di tengahnya.

“Tante sama Om kapan pulang?” tanya Nayla pada Mars.

“Mungkin lusa” jawab Mars, ia menyandarkan punggungnya ke headboard dan memainkan Hp nya. Nayla selalu tau kapan ia harus diam, jadi ia memutuskan untuk pulang namun setelah ia pamit Mars memberinya sebuah pertanyaan.

“Bisa ngerjain tugasnya sendiri?” tanyanya, Mars memang jauh lebih pintar di banding Nayla dan Mars selalu membantunya mengerjakan tugasnya.

“Bisa kok” ucapnya “Kamu sudah makan?” tanya Nayla, pada akhirnya menanyakan hal yang sedari tadi ingin ia tanyakan.

Mars mengangkat bahunya, jika sudah seperti ini Nayla yakin Mars sedang memiliki masalah dan terlalu bad mood untuk bercerita.

“Mau aku ambilin ngga? Tadi Bibi masak makanan kesukaan kamu loh, aku tadi sama Nenek juga dikasih”

“Ngga, ngga laper”

Nayla menaruh kembali Macbook di tangannya ke meja dan duduk di pinggir tempat tidur menatap Mars. Ia menyentuhkan telunjuknya ke lengan Mars beberapa kali.“Ngga usah ganggu Nay” ucap Mars sedikit kesal.

Nayla tersenyum geli “Ayo makan” bujuk Nayla.

“Kalau kamu mau makan, kamu makan aja sendiri, aku ngga lapar”

“Aku ambil ya?” Mars tak menjawab dan Nayla memang tak berniat menunggu jawaban nya, karena ia telah lebih dulu keluar dari kamar Mars dan pergi ke dapur untuk mengambil sepiring nasi dan air putih.

Saat kembali ke kamar, Mars tengah bermain game online dengan teman-temannya, beberapa kali ia berbicara pada layar Hp, hanya sedikit melirik saat melihat Nayla masuk dan duduk di samping nya.

Nayla mengambil potongan tahu dan membawanya ke depan mulut Mars, Mars yang sedang sibuk bermain game online tanpa sadar membuka mulutnya dan mengunyahnya. Nayla tersenyum geli melihat tingkah Mars, ia lalu mengambil sesendok nasi dan menyuapi Mars, Mars tak menolaknya.

Bagi banyak orang, perlakuannya pada Mars memang nampak begitu intim dan tersirat banyak hal, namun meski ia diam-diam menyimpan rasa terhadap Mars, jauh di dalam hatinya pun ia masih melihat Mars sebagai sosok yang ia sayangi tak Cuma sebagai seorang lawan jenis namun seperti saudara yang tak pernah ia miliki sebelumnya. Ia menjadi khawatir saat Mars tak makan bukan hanya karena sekedar ia menyukainya namun ia tak tega melihat Mars sakit, ia tak suka Mars merasa sedih bukan hanya sekedar karena ia selalu ingin Mars tertawa namun karena itu juga akan membuatnya sedih.

“Minum” ucap Mars.

Nayla memberikan gelas ke Mars namun Mars tak membuat gerakan untuk menerimanya, kedua tangannya masih sibuk bermain di layar Hp begitupun dengan matanya yang begitu fokus dengan layar Hp. Nayla mendekatkan gelas ke bibir Mars dan Mars langsung membuka mulutnya, menghabiskan sampai sisa setengah.

Setelah selesai menyuapi Mars dan Mars memutuskan bahwa ia telah bosan bermain game online, ia menahan Nayla untuk tak pulang, ia memiliki banyak alasan namun pada akhirnya ia memberitahu Nayla masalah yang sedang ia hadapi, lagi-lagi karena perdebatannya dengan Papanya.

Papa Mars mendapat telpon dari sekolahnya bahwa Mars bolos dan hal itu membuat Papanya marah, ia menghubungi Mars dan menginterogasinya. Papa Mars memang sedikit keras, ia sangat disiplin dan tegas dalam memutuskan sesuatu, ia memiliki karir yang cemerlang dan keluarga yang sempurna, sangat masuk akal jika ia mengharapkan Mars menjadi seperti dirinya.

“Papa ngga pernah bangga sama aku Nay” ucap Mars, selalu kata itu yang keluar dari mulutnya setiap kali ia bertengkar dengan Papanya. Papa Mars mungkin keras namun ia juga baik, sangat baik, ia bahkan membantu biaya pendidikan Nayla hanya karena fakta bahwa Nayla telah berteman lama dengan Mars.

Nayla menggeleng “Kamu salah Mars, Papa kamu bangga sama kamu”

“Kamu ngga ngerti Nay” lagi, selalu itu yang menjadi alasan Mars.

Nayla menghela nafas “Kamu memang nya ngapain bolos Mars?”

Mars mengangkat bahunya.

Nayla menyentuh ujung rambut Mars yang menyentuh kerah bajunya “Rambut kamu sudah panjang, mau aku potongin lagi?”

Bibir Mars yang sedari tadi tertekuk akhirnya membentuk senyuman “Ngga lagi” terakhir kali Nayla memotong rambut Mars, ia membuat rambut Mars menjadi pitak sebelah dan Mars terpaksa harus mencukur habis sisi kanan dan kiri rambutnya hingga membuat ia di kenai poin pelanggaran di sekolahnya karena potongan rambutnya.

“Ayolah, aku sudah liat tutorial di youtube” bujuk Nayla.

“Ngga, nanti kepala ku pitak sebelah lagi”

Nayla tertawa, namun tawanya terhenti tiba-tiba saat merasakan tangan Mars menyentuh lengannya. Ia menatap Nayla intens “Boleh peluk kan?” tanyanya setelah beberapa saat hanya diam.

Jantung Nayla tanpa disadari berdetak begitu kencang, hingga ia takut Mars bisa mendengarnya, pelukan keduanya selalu hangat dan bersahabat, sesuatu yang mereka lakukan sejak kecil, saat Nayla menangis karena Mars mengganggunya atau menjahilinya, Mars akan memeluknya untuk meminta maaf, saat Nayla menangis karena orang-orang tak memerlakukannya dengan baik, Mars akan memeluknya dan memberi mereka pelajaran seperti yang tak akan pernah orang lain akan lakukan untuknya, saat Nayla sedih, Mars akan memeluknya dan memberikan kehangatan yang akan selalu ia rindukan, begitupun sebaliknya saat Mars merasakan hal yang sama, Nayla tak tau bagaimana hal ini berefek pada diri Mars, namun dirinya sendiri merasa ketergantungan dengan keberadaan Mars, ia seperti udara yang Nayla butuhkan untuk hidup meski ia tau di dalam hati Mars terdapat nama lain yang berarti begitu besar layaknya dirinya membutuhkan Mars, Nayla tak akan bisa menggeser nama itu bahkan jika ia mencoba.

Mars menatapnya, jauh di dalam hati Nayla, ia tau bahwa ada bagian dari diri Mars yang telah berubah, tak lagi sama dengan dirinya 13 tahun lalu yang pertama kali Nayla kenal, tentu saja, Nayla mengijinkannya memeluknya, semata-mata karena ia rindu akan pelukan Mars dan iri pada Angel yang bisa merasakan pelukan Mars kaanun ia menginginkannya, semenjak Mars bersama dengan Angel, segala hal di antara mereka perlahan berubah, sedikit canggung dan kaku, Mars sedikit menjaga jarak, Nayla sadar itu karena Mars adalah lelaki yang baik dan ingin menghargai Angel namun hal itu juga menyakiti perasaannya, ia seerti kehilang sosok saudara laki-laki, sahabat dekat, teman baik sekaligus lelaki yang ia cintai.

Namun kini, saat Mars memeluknya Nayla tak ingin melepaskannya, bagi Mars ini mungkin hanya pelukan sederhana untuk menghilangkan kegelisahan serta kepanikan di kepalanya namun bagi Nayla, ini lebih dari itu, hampir setahun sudah Angel dan Mars berhubungan dan sejak malam fenomenal dimana Mars menembak Angel, ini adalah kali pertamanya Mars memeluknya lagi.

Nayla mengusap pelan punggung Mars, Mars menaruh dagunya di pundak Nayla, hanya Tuhan yang tau apa isi kepalanya saat ini sementara Nayla, hanya ada nama Mars yang sedari tadi menguasai kepala serta hatinya.

“Nay”

“Ya?”

“Aku ngga tau apa yang akan aku lakuin tanpa kamu, kamu janji ngga akan pernah ninggalin aku kan?” tanya Mars masih memeluknya, Nayla tak bisa melihat ekspresi wajahnya namun ia tak asing dengan pertanyaan yang Mars berikan, ia sudah sering mendengarnya dan makin lama pertanyaan itu semakin sulit ia jawab, bukan karena ia tak memiliki jawaban namun karena ia memiliki keinginan besar untuk menanyakan hal tersebut pada Mars seiring waktu berlalu, karena pada faktanya ia selalu ada disini saat Mars pergi dan menikmati semua hal indah yang terjadi dalam hidupnya, ia masih disini, setia menunggu Mars untuk melihatnya, namun mengapa Mars yang selalu memintanya berjanji untuk tak pernah meninggalkannya?

***

“Nay, semalam kok kamu ngga ke rumah?” tanya Mars begitu ia melihat Nayla melintas di depan rumahnya.

          Mars sudah rapi mengenakan seragam sekolah swasta nya, berbeda dengan Nayla yang hanya mampu bersekolah di sekolah negeri dekat rumahnya, Mars bersekolah di Sekolah swasta Internasional yang menjadi tempat kebanyakan anak kaya menuntut ilmu.

          Ia bahkan pergi ke sekolah dengan super car kesayangannya yang berwarna hitam, ia dapatkan saat berulang tahun yang ke 16, malam itu setelah memotong kue dan memberikan potongannya pada Orang tuanya dan Angel yang telah beberapa bulan menjalin hubungan dengannya yang malam itu nampak cantik dengan dress senada dengan warna dasi Mars, abu-abu, Papanya memberikannya hadiah yang telah lama Mars idam-idamkan itu.

          Angel dan Mars telah melewati tahun pertama hubungan mereka, setahu Nayla, Angel adalah pacar kedua Mars yang ia kenalkan secara resmi padanya, ia banyak mendengar rumor dari teman-teman Mars yang datang ke rumah Mars kalau sebenarnya Mars memiliki banyak mantan kekasih, hanya saja hubungan Mars dengan banyak mantan kekasihnya itu tak pernah berlangsung lama, mereka bilang itu karena Mars terlalu setia menanti Angel untuk memberinya kesempatan sebab itu Mars tak bisa menjaga hubungannya dengan perempuan lain.Dan benar saja, setelah Mars dan Angel pacaran, hubungan keduanya nampak awet, meskipun beberapa kali mereka dilanda putus nyambung namun mereka berhasil mempertahankan hubungan hingga hari ini.

“Maaf Mars, semalam aku ngerjain tugas sampai sore terus ketiduran” ucap Nayla bohong, semenjak Mars dan Angel berpacaran sulit bagunya untuk berkumpul bersama keduanya, ia belum terbiasa melihat Mars memeluk pinggang Angel dengan posesif atau saat Angel mencium Mars dengan penuh cinta.Melihat kemesraan dan kebahagiaan mereka memberi penderitaan tersendiri untuknya, ia mencoba tegar namun tak peduli berapa kalipun ia mengatakan pada dirinya kalau ia bisa menerima kenyataan bahwa Mars tak akan pernah bisa mencintainya sebagaimana ia mencintai Angel namun setiap kali ia melihat keduanya bersama… itu melukai hatinya.

          Nayla tak membenci Angel, tidak sama sekali, Angel adalah orang yang baik sebab itu hingga hari ini meski ia masih belum bisa menghapus rasa cintanya pada Mars yang tiap hari nampaknya malah semakin membesar, ia tetap berteman baik dengan Angel.Meski berat mengakuinya namun Mars memang pantas mendapatkan Angel, Angel adalah air, saat Mars adalah api, mereka melengkapi kekurangan satu sama lain dan menyempurnakan kelebihan mereka.

          “Semalam aku nelponin kamu, ngga kebangun sama ringtone panggilannya?” alis Mars terangkat sebelah.Mars suka mengadakan pesta, terutama saat Orang tuanya tak berada di rumah, ia akan melakukan pesta besar-besaran bersama teman-temannya tanpa sepengetahuan Orang tuanya.

          Terkadang Mars akan mengundang teman-teman sekolahnya untuk datang ke rumahnya, terlebih saat Orang tuanya pergi, Mars adalah anak tunggal, jadi saat kedua orang tuanya pergi dalam perjalanan bisnis ia sering merasa kesepian di rumah besarnya, memang banyak pekerja di rumah itu namun tentu saja keberadaan Keluarga dan teman memiliki arti tersendiri.

          Orang tua Mars pun tidak nampak keberatan jika anaknya mengundang teman-temannya ke rumah mereka, asal mereka tak merusak koleksi guci dan lukisan mahal kedua Orang tuanya.

          “Ngga, tapi tadi pagi aku periksa adasih panggilan dari kamu, lain kali aja ya?”

          “Lain kali? Kamu sama sekali ngga pernah datang kalau aku ngadain acara sama teman-temanku akhir-akhir ini, padahal kamu dulu ngga pernah ada masalah kalau aku undang” ucap Mars “Kenapa? ada temanku yang ganggu kamu atau ngelakuin sesuatu yang ngga kamu suka?” tanya Mars menyelidik.

          Nayla langsung menggeleng, umumnya teman-teman Mars adalah orang baik namun karena mereka adalah anak-anak orang kaya tentu ada sifat-sifat menjengkelkan mereka yang kadang sulit untuk Nayla terima, mereka suka membuat candaan yang bersifat offensive, menyerang fisik atau status sosial seseorang dengan cara yang paling merendahkan, apa yang membuat Nayla terkadang marah adalah, Mars ikut menertawai candaan tak bermutu seperti itu.

          Namun, lebih dari itu Nayla tak pernah terlibat pertengkaran dengan mereka, pada dasarnya sifat Nayla cenderung pendiam, ia tak memiliki banyak teman dan kurang pandai bergaul, satu-satunya alasan teman-teman Mars bisa mentolerasi keberadaannya di antara mereka dan bersikap baik padanya adalah karena Mars menyuruh mereka.Tapi beberapa dari mereka memang benar-benar baik, terkadang mereka bertemu di jalan dan mereka akan menawarinya untuk pulang bersama dan bahkan mereka bisa membuat Nayla merasa nyaman sehingga bisa bebas mengobrol tanpa canggung.

          Walau Nayla tau lebih banyak lagi yang diam-diam tak menyukainya namun mereka bisa menyembunyikannya dengan sangat baik atau beberapa lagi menunjukan ketidaksukaannya pada Nayla dengan cara menyindir atau membuat candaan tak lucu tentangnya yang membuat orang menertawai dirinya dan bukan candaannya.Yang ia ketahui kebanyakan yang tak menyukainya adalah teman perempuan Mars, terlebih teman-teman Angel, mungkin mereka tau kalau Nayla menyukai Mars dan takut ia akan merebut kekasih sahabatnya itu untuk diri Nayla sendiri.

          Nayla memang mencintai Mars namun ia bukan perebut kekasih orang, melihat Mars bahagia dengan Angel sudah cukup memberikan kebahagiaan tersendiri untuknya.

          “Ngga Mars, semua teman-teman kamu baik, aku memang agak sibuk aja soalnya banyak ulangan harian dan aku harus belajar ngga cuma buat ulangan tapi juga remedialnya” jelas Nayla sedikit malu, ia memang lambat dalam hal pelajaran jadi wajar saja kalau Mars kurang percaya saat ia menggunakan alasan belajar untuk ketidakhadirannya.Berbeda dengan Mars yang meski nampak cuek namun ia selalu masuk 5 besar di sekolahnya.

          Mars menghela nafas “Ya makanya, kamu sok-sokan mau belajar sendiri di rumah, ujung-ujungnya remedy juga kan? Ngeyel banget kalau di kasih tau”

          Nayla bukannya menolak untuk belajar bersama Mars, mereka sering melakukannya dulu namun, kini masalahnya seiring waktu Nayla merasa Mars tak lagi sama dengan Mars yang ia kenal dulu, beberapa hal di dalam dirinya berubah, Nayla tak tau apa itu, dulu ia selalu memprioritaskan Nayla, mereka sering bermain bersama di rumah Mars namun semenjak ia bisa mengendarai kendaraan sendiri ia menjadi sangat jarang di rumah, Nayla hanya bisa menemuinya di beberapa kesempatan.

          Topik pembicaraannya pun semakin aneh dan Nayla merasa tertinggal begitu jauh di belakang Mars, Nayla pun menemukan sifat playboy Mars, ia sering meminta Nayla untuk memperkenalkannya pada teman-teman di sekolahnya yang cantik, ia menggunakan Nayla dengan menjemputnya pulang sekolah hanya untuk mengenal perempuan yang ia incar, pada akhirnya Nayla selalu membantu Mars.Saat Mars menawarinya untuk belajar bersama, tak akan ada kegiatan belajar bersama seperti yang ia janjikan, Mars akan lebih sering mengabaikannya dan sibuk bertelponan dengan Angel, akhirnya Mars akan menyalakan speaker nya dan membuat mereka bertiga berbicara lewat Hp.

          Atau terkadang ia akan membatalkannya karena teman-temannya datang karena ia lebih suka menghabiskan waktu bersama teman-teman sekolahnya.

          Atau yang lebih sering terjadi, ia meminta Nayla untuk menunggunya sebab ia harus menjemput Angel, menunggu Mars sudah seperti takdir hidup Nayla yang tak bisa ia hindari, setiap kali ia berpikir Mars akan menepati janjinya dan kembali padanya seperti yang ia janjikan, pada kenyataannya Mars tak pernah melakukan itu.

          Ia tak pernah bisa memegang janjinya dan Nayla sudah menjadi terbiasa akan hal itu, ia menyadari bahwa dirinya bukanlah prioritas namun pilihan, dan setiap kali Mars membuat pilihan, ia selalu menjadi pilihan terakhir.

          “Lain kali Mars” ucap Nayla sambil tersenyum.

          Mars memasukan tangannya ke dalam saku celana seragam sekolahnya, ia menatap Nayla “Ngga usah janji kalau ngga bisa menepati” peringatnya “Kalau kamu memang punya masalah sama aku harusnya kamu omongin Nay, kita sudah temenan dari kecil, aku tau ada sesuatu yang salah tapi aku ngga tau dan ngga bisa cari tau apa itu karena kamu lebih memilih untuk menjauhi aku daripada bicara sama aku”

          Nayla nampak tertegun beberapa saat setelah mendengar ucapan Mars “Bukan gitu Mars…”

          “Di mataku itu jelas seperti itu Nay” Mars berdecak kesal ia berbalik bahkan sebelum Nayla mengucapkan apapun membuat Nayla panik dan merasa bersalah, ia tak berniat membuat Mars merasa buruk pada dirinya sendiri karena telah membuat Nayla menjauhinya namun ia juga tak bisa memberinya jawaban jujur karena ia yakin Mars akan sangat benci dengan jawabannya. Ia hanya berusaha melindungi hubungan pertemanan mereka yang telah terjalin selama bertahun-tahun.Mereka memang sudah dekat sedari kecil, tak heran jika Mars merasa terganggu dengan perlakuan Nayla padanya.

          “Mars” Nayla menahan seragam Mars “Aku minta maaf…”

***


 

3

“Mars” Nayla menahan seragam Mars “Aku minta maaf…”

          “Ck Nay” Mars berdecak kesal karena Nayla menarik seragam nya.

          “Makanya dengerin dulu” bujuk Nayla “Aku capek Mars, kalau siang aku bantu Nenek buat kue kadang sampai malam, habis itu aku juga langsung belajar, aku ngga punya banyak waktu luang kayak kamu”

          Mars mengernyit “Kamu pikir Cuma kamu yang sibuk, aku juga Nay, tapi aku ngga pernah buat banyak alasan kalau kamu butuh aku”

          Ucapan Mars tak sepenuhnya salah atau benar, namun Nayla tak memiliki banyak waktu untuk menkonfrontasi Mars, ia harus segera berangkat ke sekolah dan jika ia hanya membiarkan masalah ini maka Mars akan semakin marah padanya, dan Mars yang marah begitu sulit di bujuk.

          “Ok, aku minta maaf, aku janji lain kali kamu buat acara sama teman-teman kamu, aku pasti datang, sekarang bisa kita pergi ke sekolah? Aku takut terlambat” ucap Nayla.

          Mars menghela nafas, nampak tak puas dengan permintaan maaf Nayla yang terkesan terburu-buru dan dipaksakan, bagaimanapun di dalam kepala Mars, Nayla lah yang paling bersalah.

          “Kamu berangkat sama Angel?” tanya Nayla saat Mars masih diam dan menatapnya dingin.

          Mars meliriknya “Ngga”

          “Ikut boleh?” tanya Nayla sambil tersenyum lebar.

          Satu alis Mars terangkat “Beneran mau ikut? Ngga mau jalan kaki aja biar sekalian olahraga?” sindir Mars, mengingat alasan sama yang selalu Nayla berikan padanya tiap kali ia mengajak Nayla untuk pergi ke sekolah bersama.

          “Ngga Mars, boleh ngga?” tanya Nayla mulai kesal.

          “Ya udah, tunggu bentar, aku mau ambil tas” ucap Mars, berjalan masuk ke dalam rumahnya, sementara Nayla menunggu di depan pagar rumahnya. Beberapa menit kemudian Mars keluar, ia masuk ke dalam mobil dan menyalakan klakson nya, menyuruh Nayla untuk masuk.Meski agak sedikit canggung pada awalnya karena ini sudah lumayan lama sejak Nayla pergi sekolah bersama Mars, terakhir kali ia ikut Mars ada Angel di dalam mobilnya, saat Nayla bertanya mengapa Angel pagi-pagi sudah datang ke rumah Mars, Angel menjawab kalau ia tidur di rumah Mars semalam.

          Teman-teman Mars memang tak jarang menginap di rumahnya saat mereka mengadakan acara, mereka bisa mengadakannya sampai lewat tengah malam dan itu pertama kalinya Nayla mengetahui kalau Angel ternyata juga sering menginap di rumah Mars.Tensi di antara mereka terutama dari Mars mulai turun dan ia akhirnya bisa menerima permintaan maaf Nayla, ia tak mengatakannya secara langsung namun dari caranya yang bisa mengobrol santai kembali dengannya bisa berarti sebuah penerimaaan maaf.

          Mars bercerita soal ia yang akan mengikui lomba bersama Tim Futsal sekolahnya dan mengatakan betapa sibuknya latihan mereka akhir-akhir ini, saat ini Mars sudah berada di kelas 11 sementara Nayla masih berada di kelas 10, ia dan Mars memang berbeda setahun.Mars tiba-tiba membelokan mobilnya di sebuah minimarket, ia melepas seatbelt nya “Bentar ya, ada yang mau aku beli”

          “Apa? tadi kamu belum sarapan?” tanya Nayla.

          “Udah” jawab Mars “Mau nitip?”

          “Roti!” jawab Nayla sambil mengangkat satu jarinya, ia sudah sarapan namun ia akan menyimpannya untuk istirahat di sekolah nanti.Nayla merogoh saku seragamnya namun Mars tak menunggunya, ia langsung keluar mobil dan menutupnya lalu berjalan masuk ke minimarket.Mars tak pernah mau menerima uangnya jika ia membelikan Nayla sesuatu karena itu Nayla selalu menyempatkan untuk membelikan atau membuatkannya makanan untuk mengganti uang Mars, biasanya Mars akan lebih senang seperti itu.

          Perlahan suara musik dari radio di mobil Mars menemaninya, sesekali bersenandung Nayla menyenderkan tubuhnya ke jok kulit mobil Mars, rasanya nyaman.Nayla memperhatikan noda coklat di sepatu hitamnya, ia mencari tissue yang biasanya selalu tersedia di mobil Mars, membuka dashboardnya, Nayla mulai merogoh isi dashboard Mars, ia menemukan sebungkus kecil tissue namun saat ia mengangkatnya ia menemukan sesuatu yang nampak ganjil, matanya menatap penasaran pada bungkus foil berbentuk persegi dengan ukuran kecil itu.

          Nayla mengangkatnya dan jantungnya berpacu begitu cepat saat membaca tulisan di atas bungkus foil itu.

Condom.

          Nayla bukannya bodoh, ia tau apa fungsi benda ini, masalahnya mengapa Mars memilikinya?Apa mungkin ia dan Angel…?

          Nayla menutup mulutnya, tubuhnya bergetar untuk alasan yang tak jelas, mungkin adrenalinnya terpacu saat untuk pertama kalinya ia menyentuh bendayang digunakan oleh orang dewasa untuk berhubungan intim itu atau kemungkinan bahwa Mars memilikinya karena ia menggunakannya?

          Apa mungkin…?Tapi Mars… ia nampak seperti laki-laki baik… setidaknya itu yang berusaha Nayla terus tanamkan di dalam kepalanya, saat kamu mencintai seseorang rasanya begitu sulit untuk melihat sesuatu yang buruk tentang nya dan Nayla secara sadar, menghapus semua hal buruk tentang Mars, semata-mata karena ia telah di butakan oleh cinta yang tak akan pernah ia miliki.Dari sudut matanya, Nayla melihat Mars keluar dari minimarket sembari menenteng plastik kecil, Nayla buru-buru memasukan kembali condom dan tissue ke dalam dashboard dan menutupnya.Jantungnya berdegup kencang seolah ia baru saja melakukan kejahatan besar.Pintu mobil terbuka dan Nayla tanpa sadar menegakan tubuhnya di jok.

          “Roti yang biasa kamu makan ngga ada Nay, yang ini mau ngga? Ini enak kok, aku sering makan” Mars mengulurkan plastik di tangannya pada Nayla.

          Dengan tangan yang masih gemetar Nayla mengambilnya tanpa mencoba menatap wajah Mars “Uhm, thanks”

          “Itu ada susu juga, minum gih buat sarapan sekalian, kamu sudah sarapan?” tanyanya.

          Nayla membuka isi plastiknya, ada beberapa roti dan susu “Aku sudah sarapan, tapi nanti aku minum ini di sekolah”

          Alis Mars terangkat sebelah “Kamu kenapa Nay? Kok pucat gitu? Sakit?”

          Nayla refleks memundurkan tubuhnya begitu tangan Mars bergerak untuk memeriksa suhu tubuhnya “Uhm, ngga papa Mars, ngga papa, a-aku lagi datang bulan makanya pucat, m-makasih ya kue nya banyak banget kamu beliinnya”

          “Kamu yakin?” tanya Mars memastikan, agak aneh dengan sikap Nayla.

          Nayla mengangguk.

          Mars menyalakan mobilnya, di sepanjang jalan Nayla tak banyak bicara, ia hanya menanggapi sesekali ucapan Mars, kepalanya terus mengulang kejadian saat ia menemukan benda terlarang di dashboard Mars.

          Hatinya terus mencari alasan bahwa kemungkinan benda itu dimiliki oleh orang lain namun otaknya memberi penjelasan logic soal keberadaan benda itu di dashboard di mobil pribadi Mars.Sungguh, ia tak menyangka bahwa pergaulan Mars sudah sejauh itu, ia pikir itu hanya sebatas merokok seperti laki-laki pada seusianya dan terkait hubungannya dengan Angel, ia pikir apa yang mereka lakukan di depan umum adalah apa yang mereka lakukan di ruang pribadi mereka namun, ternyata lebih dari itu.

          Dan itu menjelaskan kepada Nayla secara tidak langsung mengapa Mars sering pulang lewat tengah malam bahkan terkadang pagi saat ia menghabiskan waktu bersama Angel.Nayla merasakan ada sesuatu yang aneh dalam dirinya, seperti… rasa jijik atau terganggu, yang pasti itu bukan perasaan yang bisa dibilang positif, selama ini ia melihat Mars sebagai sosok laki-laki yang meskipun terkenal playboy dan nakal namun masih memiliki sisi manisnya, namun ternyata apa yang ia lihat tidak sama dengan apa yang terjadi di belakangnya.Nayla merasa kecewa, begitu kecewa hingga ia merasa sulit baginya untuk melihat Mars dengan cara yang sama lagi setelah hari ini.

***

Seperti janjinya kemarin lusa, Nayla memenuhi janjinya untuk datang ke rumah Mars, Mars bilang Orang tuanya pergi ke Bahrain untuk 5 hari.

          “Hei, masih banyak?” tanya Leo salah satu teman Mars yang sedari tadi bersamanya dan membantunya memotong daging yang akan digunakan untuk barbeque, dibanding teman-teman Mars yang lain Leo memang yang paling baik.Leo adalah adik kelas Mars, ia seusia Nayla namun entah bagaimana akhirnya ia menjadi dekat dengan teman-teman Mars dan bahkan bisa berkumpul bersama seperti ini namun yang Nayla ketahui ada juga beberapa teman Mars yang merupakan Kakak kelas nya atau bahkan bersekolah di tempat lain, Nayla rasa Mars berteman dengan siapa saja.

          Karena umur mereka sepantaran, Nayla menjadi lebih mudah akrab dengan nya, hal yang membedakan Leo dengan teman-teman Mars yang lain adalah ia tidak bersikap sesukanya, Nayla tak mengatakan ia lebih baik dibanding teman-teman Mars yang lain atau pun Mars, namun ia merasa lebih nyaman bersama Leo.Leo juga tak banyak tingkah, meski terkadang Nayla melihatnya merokok bersama teman-teman Mars yang lain, namun setiap kali mereka berkumpul seperti ini, Leo adalah orang yang paling aktif membantu terutama untuk urusan dapur,saat teman-teman Mars sibuk berenang atau bermain XboX dan PS Mars, hnaya Leo yang konsisten membantu.

          Mars? Jangan di harapkan, ia orang terakhir di muka bumi ini yang Nayla harapkan untuk membantunya bahkan meski pada faktanya ini adalah acaranya sendiri, ia dan Angel sudah bermesraan di balkon dekat kolam renang sejak sejam lalu seolah dunia hanya milik mereka berdua.Dan inilah alasan utama mengapa Nayla menolak untuk datang.

          “3 potong aja lagi kok” ujar Nayla, menunujuk daging di depannya.

          “Biar aku selesaiin” ucap Leo “Bentar, aku paggil yang lain dulu buat bantu motong buah-buahnya”

          Nayla mengangguk.5 menit kemudian Leo kembali dengan wajah masam, Nayla yakin tak ada satupun temannya yang mau membantu.

          Nayla tersenyum geli “Ngga berhasil bujuk mereka?”

          Leo menggeleng “Ngga, kampret memang, pada sibuk main ps”

          “Aku bisa minta bantu mbak-mbak disini” ucap Nayla, pembantu Mars memang biasanya diliburkan oleh Mars jika ia akan membuat acara bersama teman-temannya.

          “Ngga perlu, kasian mereka, kapan lagi dapat waktu libur, aku bantu aja”

          “Beneran, ngga papa? Kamu ngga mau main ps juga?”

          “Mau sih, tapi mending disini sama kamu deh” canda Leo “Siapa tau tanganku nanti keiris terus kamu obatin kayak di Ftv-Ftv gitu”

          Nayla tertawa “Ngga nyangka aku kamu nonton FTV juga”

          “Dari pada kamu nontonnya sinetron azab” olok Leo.

          “Siapa? aku? aku jarang nonton Tv” elak Nayla.

          “Aku tau kamu kemarin nonton apa”

          “Apa?”

          “Uya Kuya”

          Nayla tertawa “Kamu tau sinteron azab, kamu tau Uya Kuya dan kamu nuduh aku nonton itu?” Nayla menaikan satu alisnya “Jangan bilang kamu juga salah satu orang di Indonesia yang subscribe Atta Halilintar”

          Leo mengernyitkan hidungnya “Kamu yang nyebut Atta Halilintar, berarti kamu yang tau dia” ucap Leo membuat keduanya tertawa.

          Tiba-tiba terdengar suara berdeham, membuat Nayla dan Leo melihat ke arah pintu dapur, Mars dan Angel berdiri disana.

          “Kalian cuma berdua aja?” tanya Mars.

          “Ya iyalah lo kampret yang punya rumah bukannya bantu malah pacaran” ucap Leo kesal “Gue sama Nayla harus lo bayar mahal karena cuma kami berdua yang dari tadi motongin semua daging”

          “Nanti gue kasih 5.000 buat lo” ucap Mars.

          “5.000 dolar?”

          “Rupiah” jawab Mars “Ada bahan yang kurang?”

          Nayla menggeleng “Ngga ada”

          Angel mengambil tempat di samping Nayla dan membantunya memotong buah-buahan sementara Mars duduk di stool dan Leo langsung memberikannya pisau “Bantu Nyet dari tadi pacaran mulu”

          “Gue tadi udah bantu, lo tuh yang baru datang” jawab Mars “Ya kan Nay?”

          Nayla yang sedari tadi sibuk memotong buah dan mendengarkan pertengkaran kekanakan antara Leo dan Mars mengangkat wajahnya, membantu dari mana? masuk ke dapur saja baru sekali ini sejak Nayla datang.

          “Bantu Mars” ucap Nayla “Kalau kamu ngga mau kamu bener-bener harus bayar aku dan Leo 5.000 dolar”

          Leo berseru setuju, ia mengangkat pisaunya ke atas dan melanjutkan potongan buahnya.“Nay, dia pengaruh buruk buat kamu, sejak kapan kamu malakin aku? dia yang ngajarin kamu kan?” tanya Mars sambil memandang Leo, yang dipandang hanya nyengir.

          “Aku belajar sendiri” ucap Nayla.

          “Lo ngga usah nuduh-nuduh gue, yang ngajarin gue ngerokok juga si Nayla tau ngga?” ucap Leo, membuat Nayla langsung memukul lengannya pelan “Becanda Nay”

          “Yang ngajarin aku ngerokok tuh… si ono” Leo mengedikan dagunya ke arah Mars, Leo tiba-tiba menyenggol pundak Nayla pelan membuatnya menatapnya sambil sedikit mengernyit “Ap-“ ucapan Nayla terhenti saat Leo meniupkan nafasnya di wajah Nayla.

          “Bau rokok ngga? Ngga kan?” tanya nya sambil tertawa.

          “Kamu jorok banget sih Leo!”

Nayla berdecak, sementara Angel yang berada di sampingnya menertawai mereka. “Kalian ini udah kayak orang yang lagi kasmaran tau ngga?” goda Angel “Nay, ini dipotong juga?” Angel menunjuk buah di depannya.

          Nayla mengangguk “Ya”

          “Nay, sepatu kemarin pas ngga? Itu baru aku pakai 2 kali aja loh, dulu pas ngga tau kenapa waktu mau ku pakai lagi udah sempit” ucap Angel, mengelap keringat tipis di dahinya dengan punggung tangan, wajahnya sedikit memerah.

          Angel cantik, sangat cantik, kulitnya putih bersih seperti susu, rambutnya panjang bergelombang, namun ia tak seperti bunga cantik yang rapuh, ia seperti bunga di pegunungan yang begitu indah, cantik dan kuat di saat yang bersamaan.

          “Pas kok” jawab Nayla mengingat sepatu bermerek yang Angel berikan padanya beberapa minggu lalu karena ia sudah tak muat. Ini bukan kali pertamanya Angel memberikannya sesuatu, baju, celana, tas dan barang-barang lainnya yang tak lagi ia gunakan atau tak cukup dan masih memiliki keadaan yang baik, ia berikan padanya.

          Kebanyakan merupakan barang mewah bermerek yang berharga fantastis, awalnya Nayla sempat bertanya apa Angel yakin memberikan barang-barang itu padanya dan Angel seperti biasa hanya menjawab kalau ia sudah menganggap Nayla seperti Keluarganya sendiri seperti bagaimana Mars menganggap Nayla.

          “Makasih ya”

          “Santai aja sama aku, kita kan sudah kenal lama” bahu Angel menyenggol nya dengan main-main, matanya tertuju pada Mars dan Leo yang berjalan melewati pintu dapur yang mengarah ke taman belakang, mereka mengangkat daging-daging yang sudah dipotong keluar untuk dibakar.

          “Kalau bukan karena bantuan kamu, aku sama Mars ngga mungkin bisa bertahan selama ini, arghh… aku jadi keinget waktu malam-malam aku nelpon kamu sambil nangis-nangis waktu ngeliat Mars ciuman sama cewek lain, waktu itu rasanya aku mau nyerah aja tau ngga jadi pacarnya”

          Nayla ingat malam itu, pukul 1 pagi dan Angel menangis sambil menceritakan bagaimana Mars yang mabuk mencium perempuan lain saat ia pergi sebentar untuk ke toilet, Nayla harus membujuk Mars berulang kali hanya agar Mars mau meminta maaf pada Angel, ia bahkan tak berhenti mengekorinya sambil memohon padanya untuk menelpon Angel, Mars sangat tidak dewasa dalam mengurus hubungannya, ia mengaku cinta pada Angel namun ia sulit menjaga komitmennya, satu-satunya alasan hubungan mereka bisa bertahan selama ini adalah karena Angel yang tak lelah memaafkan Mars apapun kesalahannya dan tentu karena Nayla tak lelah memohon pada Mars untuk berhenti menyakiti Angel.

          Terkadang Nayla merasa bingung dengan dirinya sendiri, ia mencintai Mars namun ia juga yang paling berusaha keras menyatukan Mars dan Angel tiap kali mereka memiliki masalah, ia di antara simpati dengan Angel yang disakiti Mars dan tak ingin Mars menyesali perbuatannya yang menyia-nyiakan Angel di masa depan.

          Jika saja ia bisa egois dan bersikap layaknya perempuan umumnya, ia akan membiarkan keduanya terlibat dalam pertengkaran tanpa henti dan mengambil kesempatan itu untuk mendekati Mars bukan dalam friendly pendekatan tapi romantic pendekatan, ia mungkin bisa mewujudkan mimpi besar nya untuk menjadi kekasih Mars setidaknya sampai 3 bulan ke depan paling lama sebelum Mars kembali pada Angel.

          Tak hanya ia akan kehilangan persahabatannya dengan Mars ia juga akan kehilangan pertemanannya dengan Angel, tak perlu lagi membahas bagaimana jadinya jika teman-teman mereka mengetahui fakta ini, Nayla akan menjadi bulan-bulanan mereka.

          “Untung aja aku nurut sama kata kamu buat nunggu Mars minta maaf” ucap Angel “Kalau ngga pasti kami sudah ngga sama-sama lagi sekarang”

          Nayla menatap Angel, tak mengerti mengapa ia bisa berpikiran seperti itu bahkan setelah apa yang Mars lakukan untuk mendapatkannya selama ini, ya, Mars memang kadang bersikap tak dewasa untuk menjaga hubungannya namun itu karena ia masih terlalu muda, namun dari cara Mars memperlakukannya dan menatapnya, Nayla tau ebnar jika Mars sangat mencintai Angel.

          “Mars pasti akan tetap meminta maaf sama kamu, dia cinta kamu Angel, ngga mungkin dia mau putus” ucap Nayla yakin.

***


 

                  4          

Mars tiba-tiba mendatanginya dan Nayla tak pernah melihatnya sekesal ini sebelumnya, sudah hampir seminggu mereka tak bertemu dan terakhir kali Nayla datang ke rumah Mars adalah 2 bulan yang lalu saat Mars dan teman-temannya mengadakan acara, itu terakhir kalinya ia menyetujui undangan Mars.

          “Aku putus sama Angel” ucap Mars, nada suaranya terdengar datar begitu pula dengan ekspresi wajahnya namun Nayla sangat mengenal Mars, ia sedang marah, sangat marah.

          Berita putus laki-laki yang ia cintai tentu sesuatu yang menggembirakan namun juga menyedihkan melihat bagaimana besarnya cinta Mars pada Angel, terakhir kali mereka putus 5 bulan yang lalu Mars nampak begitu kacau, saat ini Nayla bahkan bingung apakah ia harus merasa bahagia atau ikut bersedih.

          Tapi jauh di dalam lubuh hati Nayla, ia tau bahwa ini hanya bersifat sementara, Mars dan Angel selalu kembali bersama tak peduli berapa kali mereka putus.

          “Putus kenapa?” tanya Nayla.

          Mars memijat pelan dahinya, nampak begitu stress, Nayla juga menyadari ada lingkaran hitam di bawah mata Mars, sudah berapa hari ia tak tidur?

          “Kamu… dekat sama perempuan lain?” tanya Nayla hati-hati seperti paham kelakuan Mars namun tak ingin menyinggungnya.

          Dahi Mars sedikit mengernyit namun ia sama sekali tak emlirik Nayla.

          “Mars?”

          “Angel salah paham Nay, dia pikir aku selingkuh sama Sheryl Cuma karena aku ngantar dia pulang, padahal Sheryl juga temannya” keluh Mars dengan wajah emosi, apapun itu masalahnya itu tak sekecil atau sesederana yang ia pikirkan.

          “Terserahlah, gue juga udah males sama dia, apa-apa di permasalahin, yang kecil di besar-besarin yang ngga ada di ada-adaain, psycho tuh cewek” ucap Mars.

          “Mars, jangan langsung ngomong kayak gitu, bicarain dulu baik-baik sama Angel, Angel itu ngga akan marah kalau kamu ng-“

          “Kamu ngapain sih ngebelain Angel terus? Kamu ngga tau kan kelakuannya selama ini, aku yang paling tau Nay, aku pacaran sama dia lebih dari setahun, dia itu terlalu posesif dan over, semua teman ku sampai teman nya sendiri dia cemburuin” ucap Mars “Bukan Cuma aku yang pernah selingkuh tapi dia juga, kamu ngga tau kan kalau dia hampir setiap hari telponan sama mantannya, tau kamu?” tanya Mars.

          Nayla menggeleng, ia tak tau.

          Selama ini hanya Angel yang sering curhat masalah hubungan keduanya pada dirinya, Mars tak terlalu terbuka, ia cenderung cuek dan tak mau merumitkan masalah, Nayla juga tak pernah bertanya, rasanya aneh jika tiba-tiba dia bertanya soal hubungan mereka dan meski mereka teman dari kecil namun tetap saja itu privasi Mars yang tak boleh ia langgar.

          “Atau gue datengin aja mantannya itu?” guma Mars pada dirinya sendiri namun Nayla masih dapat mendengarnya.

          Nayla membulatkan matanya “Bua tapa Mars? Kelahi ngga akan menyelesaikan masalah dan lagi, Angel bakal marah kalau tau kamu kelahi lagi”

          Mars menatap Nayla sengit “Aku ngga nemuin mantannya pun dia udah marah sama aku, apa bedanya? Padahal sudah jelas dia yang salah!”

          Nayla menahan jaket Mars saat Mars hendak berdiri “Mars” tekan Nayla dengan penuh permohonan “Jangan Mars, bicarakan baik-baik dulu sama Angel, kamu punya bukti dia selingkuh? Kalau ada tanya dulu kebenarannya sama dia, jangan bertindak gegabah kayak gini Mars, ini sama sekali ngga akan menyelesaikan apapun” ucap Nayla berusaha sekeras mungkin untuk menghalangi Mars membuat kesalahan yang kemungkinan besar akan ia sesali.

          Namun bicara dengan Mars bukannya mudah, dia tak paham konsep sebab-akibat, ia hanya ingin menjadi pihak yang menyebabkan sesuatu terjadi dan akan sangat marah jika akibatnya berdampak buruk pada dirinya sendiri.

          “Nay, aku sudah lihat banyak buktinya, aku lihat sendiri di Hp Angel ada banyak chat dari mantannya dan dia selalu balas semua chatnya tanpa seharipun absen”

          Nayla sedikit bingung dengan situasi ini, biasanya hanya Angel yang mengeluhkan kelakuan Mars dengan perempuan lain, Angel tidak nampak seperti perempuan yang akan selingkuh, jika Nayla menjadi Angel, ia tak akan menemukan satu alasan pun untuk selingkuh, ia akan melakukan segala hal untuk mempertahankan hubungan mereka namun itu mungkin karena Nayla sudah memendam perasaannya pada Mars selama bertahun-tahun, ia juga melihat Mars dalam perspektif pemuja rahasia dan sahabat yang snagat baik dan selalu membantunya selama bertahun-tahun ini.

          Ia tak tau bagaimana Mars dalam perspektif pacar, sebagai orang luar, ia hanya bisa berpendapat selain dari sifat buruk Mars yang suka dekat dengan perempuan lain, ia terlihat baik dan begitu perhatian dengan Angel, ia memperlakukannya bak ratu dan bagi semua perempuan itu hal yang paling penting bukan?

          Nayla belum dan tak pernah pacaran dengan siapapun selama 16 tahun masa hidupnya, satu-satunya laki-laki yang pernah membuat ia merasakan cinta adalah Mars, saat ini pikirannya begitu sempit dan naïve, ia tak punya pengalaman apapun di bidang cinta namun ia sudah sering menjadi tempat curhat perempuan yang menjadi pacar satu-satunya laki-laki yang pernah ia cintai.

          Betapa ironisnya hidup ini.

          “Bagaimana kalau aku telpon Angel dulu?” tawar Nayla, ia tak punya solusi apapun yang bisa membuat Mars tetap bertahan disini, Nayla tak pernah menjadi cukup alasan untuk membuat Mars bertahan, bukan Nayla tapi Angel.

          “Buat apa?!” tanya Mars marah.

          Nayla kembali menarik ujung jaket Mars, “Duduk dulu Mars” ucap Nayla “Maksud aku nawarin buat nelpon Angel adalah supaya aku bisa tau cerita dari sisi dia, jangan terlalu gegabah Mars, bagaimana kalau ini Cuma salah paham?”

          Mars terdiam.

          “Lebih baik kamu ganti seragam dulu Mars, pulang dan dinginkan kepala kamu, aku minta tolong jangan pergi nyari mantannya Angel sebelum kamu dan Angel bicara 4 mata” ucap Nayla dan saat Mars hanya diam termenung di tempatnya Nayla menepuk bahunya pelan “Mars?”

          Mars menghela nafas, ia masih tampak begitu kesal namun pada akhirnya ia mengangguk, “Ya”

          “Janji?” Nayla memberikannya jari kelingking, Mars yang melihat itu berdecak dan menyingkirkna jari kelingking Nayla dari hadapannya, “Ck, apaansih Nay, kayak anak kecil aja” ucap Mars.

          Nayla tersenyum, ia hanya bermaksud menggoda Mars, ia menurunkan jemari kelingkingnya, “Janji?” ia mengulang pertanyaannya.

          Mars menatap wajahnya dan mengangguk “Janji”

***

Mars tak menepati janjinya.

          Harusnya Nayla mengetahui hal itu dan tak terkejut saat Mars diantar pulang oleh beberapa temannya di tengah malam, malam itu Orang tua Mars tak berada di rumah, hanya ada pekerja di rumahnya.

          Ada beberapa luka di wajah dan tangan Mars, ia tak nampak kesakitan melainkan marah, sangat marah.

          “Jadi gimana? lo mau kita datengin dia besok atau gimana?” tanya salah satu teman Mars.

          “Udah habisin aja” seru salah satu teman Mras yang ia ketahui bernama Henry, ia kakak kelas Mars di sekolah dan dari semua teman Mars, Henry lah yang paling sering ia hindari, ia sering memberikannya tatapan aneh yang membuatnya terganggu, tak jarang ia tersenyum sendiri dengan cara yang mengerikan saat bertemu tatap dengan Nayla.

          “Mars?” Nayla masuk ke ruang tamu utama di rumah Mars, tempat dimana ia dan teman-temannya berkumpul, ia langsung dihadiahi tatapan penasaran dan tak suka dari teman-teman Mars.

          Mars tak menjawabnya, ia hanya duduk diam di atas sofa sambil menatap lantai rumahnya.Sedikit rasa malu karena diabaikan oleh Mars dan menjadi pusat perhatian teman-teman Mars membuatnya ingin berlari pulang namun ia mengethaui hal itu akan semakin memalukan jadi ia berjalan mendekati Mars untuk melihatnya lebih dekat.

          “Eh anak perawan jam segini belum bobok” Henry yang pertama bicara, beberapa teman Mars menganggap candaan aneh itu lucu namun ada juga yang nampak tak menyukainya.

          “Masih bangun jam segini Nay?” tanya Leo, ia duduk di samping Mars.

          Nayla mengangguk “Iya, dia kenapa?” tanya Nayla sambil menunjuk Mars.“Biasa, anak laki” jawab Leo.

          Nayla sedikit berdecak “Ngga di obatin?”

          “Aku ngga tau dimana obatnya” jawab Leo polos.

          “Aku ambilin, Mars aku ambil ya?” tanya Nayla, meminta ijin pada si pemilik rumah, Mars lagi-lagi hanya mengangguk tanpa menatap wajahnya.

          Nayla kembali dengan kotak obat di tangannya, sementara teman-teman Mars masih sibuk membahas kapan mereka akan kembali menemui mantan Angel dan memulai pertengkaran tak penting itu lagi.

          Nayla memberikan kotak obatnya pada Leo. “Lah kok aku? mana aku ngerti” ucap Leo.

          “Kan kamu yang duduk di samping Mars” ucap Nayla.

          Leo langsung berdiri “Kamu aja, aku ngga tau, nanti malah infeksi”

          Nayla duduk di samping Mars dan mulai membuka kotak obat di tangannya, Mars masih diam tak bersuara, Leo membantu Nayla untuk menumpahkan alkohol ke kapas dan memberikannya pada Nayla untuk ia gunakan.

          “Lo kapan siapnya?” tanya Henry lagi, suaranya terdengar agresif, seolah ia yang memiliki masalah pribadi dengan mantan Angel.

          “Terserah lo padalah, lo atur aja” ucap Mars, ia nampak lelah dan kesakitan namun teman-temannya masih saja sibuk membahas soal balas dendam, jika mereka benar-benar teman baiknya maka mereka seharusnya melarang Mars agar pertengkaran pertama tak terjadi.

          Nayla juga sangat kecewa dengan Mars, ia selalu kalah dengan ego dan amarahnya, bagaimana jika nanti yang Nayla katakan benar, kalau ini semua salah paham? Bagaimana hubungannya dengan Angel?

          Nayla menghela nafas, meski hati kecilnya bahagia namun tetap saja itu membuatnya kesal, tak hanya karena ia berteman baik dengan Angel namun karena ia juga tau betapa besar nya arti Angel dalam hidup Mars.

          Putus dengan Angel membuat hidup Mars semakin dan semakin kacau.

          Terkadang cinta membuatmu belajar bahwa menjaga orang yang kita cintai lebih berarti dibanding memilikinya. Nayla telah melakukan ini hampir sepanjang hidupnya, muak dan jenuh adalah makanan sehari-harinya, ia iangin lepas dari perasaan konyol ini namun ini begitu sulit, seolah ada rantai besar yang mengikat lehernya dan selalu menariknya paksa ke arah Mars.

          Nayla tak tau bagaimana masa depan, namun jika hal ini terus terjadi, jelas sekali jika ia akan berakhir mati sendirian tanpa pernah merasakan mencintai laki-laki lain, terlebih merasa dicintai oleh seorang laki-laki.

          Mars sedikit meringis dan mengalihkan wajahnya ke samping saat Nayla mengusapkan kapas beralkohol ke pipinya.

          “Ya udah, kita pulang aja nih? Sudah ada si Nayla juga kan sama si Leo yang bantu lo” ucap teman Mars.

          “Lah kok gue?”

          “Lo bantu si Nayla dulu, entar lo pulang” ucap mereka final, tak mau dibantah dan Leo menurut, bagaimanapun juga ia berusia lebih muda dari mereka.

          “Mars kita balik dulu” ucap teman-teman Mars.

          Mars mengangguk.

          Setelah teman-teman Mars pergi, Nayla meminta tolong Leo untuk membantu membersihkan luka memar yang ada di tangan Mars, beberapa kali Leo menekan kapas beralkohol nya terlalu keras membuat Mars meringis kesakitan.

          “Pelan-pelan setan” ucap Mars jengkel.

          “Iya, ini juga gue udah pelan-pelan” ucap Leo.

          Nayla mendekat dan mencontohkan Leo untuk mengusapnya pelan-pelan agar tak membuat luka Mars terbuka “Bersihkan pakai ujungnya aja Leo, kalau langsung kamu bersihkan semua begitu bakal perih” ucap Nayla “Kamu sering berantem juga kan? Kamu pasti ngerti”

          Leo nyengir, matanya masih tertuju pada luka di tangan Mars yang ia bersihkan “Terakhir kali aku kelahi waktu masih SD Nay, itupun bukan ngerebutin cewek tapi ngerebutin kelereng”

          Nayla tersenyum geli “Ngapain ju-“ ucapan Nayla terhenti saat Mars kembali mengalihkan wajahnya dari Nayla dengan gerakan kasar, ia tak lagi nampak kesakitan melainkan marah.Tangannya yang sedang dibersihkan oleh Leo pun ia tarik dengan gerakan kasar, “Lo ken-“

          “Lo ngga becus, tangan gue makin lama makin sakit, pulang aja lo!” ucap Mars kasar.

          “Mars kam-“

          Leo melempar kapas di tangannya ke lantai dengan gerakan kasar, ia nampak tersinggung dengan ucapan Mars “Ya udah gue pulang, males juga gue ngobatin lo” ucapnya, ia melirik Nayla, matanya yang memancarkan amarah meredup dan pandangannya sedikit melembut “Aku pulang dulu Nay, maaf ngga bisa bantu kamu”

          “Ngga pa-“

          Mars menghela nafas panjang “Sudah sana pulang!” usirnya.

          Leo meliriknya tajam dan menghadiahinya jari tengah sebelum berjalan keluar dari rumah Mars.

          “Awas aja lo!” ancam Mars dengan nada tajam.

          “Mars, kamu itu kenapa sih? Leo itu kan niatnya mau bantu kamu, kenapa kamu malah marah-marahin dia?” tanya Nayla kesal, menurutnya sikap Mars tadi sangatlah kasar, bagaimana mungkin ia memperlakukan seseorang yang membantunya dengan cara meneriakinya dan mengusirnya, Mars memang pemarah namun ia tak tau jika ia bisa sekasar ini.

          “Kamu kayaknya seneng banget ya aku luka” ucap Mars sinis.

          “Aku sudah melarang kamu Mars” ucap Nayla.

          “Ya terus? Sekarang lo mau apa? marahin gue?” tanya Mars, menggunakan Lo-gue padaya, menunjukan kalau saat ini ia berada dalam mood yang sangat buruk.Mata Nayla dan Mars saling menatap, ada api di amta keduanya namun api di mata Mars nampak begitu besar, tak ada gunanya berdebat, Mars kemungkinan berada dalam mood yang luar biasa buruk karena hubungannya dengan Angel dan perkelahiannya dengan mantan Angel yang tak berakhir baik.

          Tapi itu tetap tak berarti ia bisa menjadikan orang lain, terutama yang berusaha membantunya sebagai pelarian dari amarahnya. Nayla berdiri dan menaruh kotak obat di tangannya ke pangkuan Mars, “Aku pulang” ucap Nayla, ia tak melupakan tatapan penuh amarah di mata Mars saat ia memutuskan untuk meninggalkannya, namun itu bukan salah Nayla ataupun Leo, Mars lah yang membuat semua orang menjadi meninggalkannya sendirian.

***

Mobil Mars sudah terparkir di depan rumahnya pagi-pagi sekali, Nayla mengernyit saat melihat Mars keluar dari pintu mobilnya dan berjalan ke arahnya.Ada keheningan untuk beberapa saat sebelum Mars berucap pelan “Aku minta maaf” matanya menatap Nayla “Atas perbuatanku semalam”

          Tangan Mars mengulurkan roti dan susu pada Nayla, untuk beberapa saat Nayla hanya menatapnya, ada sedikit rasa kesal dan marah atas perlakuan Mars semalam, ia tak pernah dibentak oleh siappaun seumur hidupnya bahkan oleh Neneknya yang telah merawatnya dari kecil, dan Mars melakukan itu bahkan saat ia sedang membantunya mengobati luka yang tercipta karena kebodohannya sendiri.Apapun alasan Mars melakukan itu, itu tidak bisa ia terima namun melihat bagaimana Mars meminta maaf padanya pagi ini… ia sedikit goyah.

          “Nay?” panggil Mars saat Nayla hanya diam.

          Nayla menerima susu dan roti di tangan Mars, ia menatap wajah Mars “Aku mengerti kalau semalam kamu lagi berada dalam mood yang buruk Mars tapi itu tetap ngga membenarkan perlakuan kamu ke aku, terutama ke Leo, kam Cuma mau membantu kamu”

          Mars mengangguk “Semalam aku… aku bener-bener marah Nay, aku ngga tau harus melampiaskan ke siapa dan kalian… ada disana, aku ngga bermaksud marah sama atau ngebentak kamu, tapi mendengar kalian bisa mengobrol santai bahkan bercanda kayak gitu saat aku lagi ada masalah…”

          Nayla menatap Mars, sedikit merasa bersalah “Mars, aku sama Leo ngga bermaksud seperti itu, aku minta maaf kalau kamu merasa tersinggung sama kelakuan kami semalam” ucap Nayla, tak menyangka jika obrolan singkatnya dengan Leo bisa menyebabkan ketersinggungan untuk Mars.

          “Leo juga ngga bermaksud seperti itu Mars, kamu tau kan kalau dia itu baik, tolong minta maaf juga ke dia, bagaimanapun dia sama ngga ngertinya sama aku dengan situasi kamu semalam” ucap Nayla.

          Mars tampak tak menyukai ide itu, ia sama sekali tak mau menjawab permintaan Nayla.

          “Mars?”

          “Nanti Nay, aku pikir- pikir dulu” ucap Mars.

          Nayla menghela nafas, sebenarnya ia bingung apa yang harus dipikirkan oleh Mars, kesalahan Nayla dan Leo sama dan kesalahan Mars pada Nayla dan Leo juga sama, itu sudah jelas kalau ia meminta maaf kepadanya maka ia juga harus meminta maaf pada Leo namun ia tak mau memaksa Mars, selain karena mereka berdua harus segera pergi ke sekolah masing-masing, ia juga berpikir kalau Mars masih membutuhkan waktu, meminta maaf pada sesama laki-laki mungkin membutuhkan gengsi yang lebih besar, Nayla tak tahu.

          Nayla mengangguk “Umm, makasih rotinya Mars”

          Mars menatapnya “Aku… aku itu permintaan maaf ku aku nggak tahu harus bawa apa kalau mau minta maaf” Mas menggaruk tengkuknya.

          Nayla tersenyum “Kamu nggak perlu bawa apa-apa untuk minta maaf Mars tapi sekali lagi terima kasih”

          “Kamu maafin aku?” tanya Mars, ia menatap Nayla penuh harap.

          Nayla mengulurkan tangannya untuk menjabat tangan Mars “Aku memaaf-” ucapan Nayla terhenti saat Mars tiba-tiba memeluknya, mengabaikan uluran tangannya.

          “Makasih Nay” ucapnya di telinga Nayla.

          Awalnya Nayla tak tahu harus melakukan apa, Mars tak pernah memeluknya seperti ia memeluknya saat ini, begitu erat dan Nayla bisa merasakan hembusan nafasnya di lehernya, pelukan ini terlalu intim untuk keduanya lakukan, pelukan terintim yang pernah mereka lakukan sebelumnya adalah pelukan setengah tubuh, Mars hanya menepuk punggungnya dengan tubuh mereka yang sama sekali tak tersentuh namun saat ini, detik ini, Nayla bisa merasakan segalanya detak jantung dan hembusan nafasnya, ia bisa merasakan segalanya, Nayla menduga jika Mars juga merasakan hal yang sama bahwa jantungnya berdetak begitu kencang dan nafasnya tertahan di dalam pelukannya.

          Bibirnya terkunci rapat, tak tahu harus berkata apa, Nayla takut jika ia membuka mulutnya maka ia akan mengucapkan sesuatu yang akan ia sesali, yang akan membuat persahabatan selama bertahun-tahun di antara mereka hancur, yang membuat Mars akan membencinya dan membuat Nayla berharap akan keberadaan mesin waktu.Nayla mengangkat satu tangannya yang masih tergantung di sisi tubuhnya, awalnya ragu namun perlahan ia meletakannya di punggung Mars, seperti yang pernah ia lakukan dulu, menggerakannya naik dan turun dengan gerakan lambat, Nayla berniat memberikan kenyamanan untuk Mars namun menyentuh punggung Mars sendiri dengan tangannya, entah bagaimana juga memberikan kenyamanan untuk dirinya sendiri.

          Nayla menyukai sensasi tangannya yang menyentuh lembut kain seragam Mars yang membalut punggungnya, ia merasa bisa menyentuh punggung Mars meski tak secara langsung, ia juga menyukai aroma shampoo di rambut Mars yang beberapa helai nya berada di pipinya, ia menyukai bagaimana tangan Mars melingkar di tubuhnya, mendekapnya seolah ia adalah satu-satunya hal yang paling penting di dunia ini, ia menyukai aroma pengharum pakaian dari seragam Mars, aroma nya seperti rumah, ia juga menyukai bagaimana pelukan Mars memberikannya kehangatan yang tak pernah ia dapatkan sebelumnya, seperti kayu yang terbakar di tengah hutan dan satu-satunya penghangat yang bisa ia dapatkan adalah dari api kayu itu.

          Untungnya usapan lembut di punggungnya yang Nayla berikan pada Mars sudah terasa cukup bagi Mars karena setelah ia melepaskan pelukannya yang langsung Nayla rindukan itu begitu Mars memberi jarak di antara mereka, Mars tersenyum padanya.

          Saat itu di dalam pikirannya yang dipenuhi kabut cinta,melihat senyuman Mars setelah Mars membentaknya habis-habisan semalam begitu senilai, ia melupakan kesalahan Mars hanya karena satu senyuman ia seharusnya tidak melakukan itu, pikirnya namun hatinya membuat pilihan lain ia memilih untuk menikmati momen ini dan melupakan apapun yang terjadi sebelum pagi ini tiba.

***

Angel tak menghubunginya dan ini sudah hampir seminggu sejak keduanya terlibat masalah. Bagi Nayla itu sesuatu yang aneh mengingat bagaimana reaktif nya Angel tiap kali ia memiliki masalah dengan Mars, ia akan menceritakan detail nya dari A sampai Z ke Nayla untuk membuatnya paham bahwa Mars bukan laki-laki sempurna seperti yang selama ini bayangkan.

          Begitu pula dengan Mars yang lebih banyak menghabiskan waktunya di rumah akhir-akhir ini, hanya beberapa temannya yang datang untuk bermain PS dengannya namun tak ada lagi acara meriah yang mengundang banyak orang datang ke rumahnya dan bagi Nayla itu juga aneh.

          Mars bukan tipe orang yang suka menyendiri.

          Hal yang selalu Mars lakukan saat ia putus dengan Angel adalah meninggalkan rumahnya terlalu sering dan pulang setelah lewat tengah malam ia seperti mencari-cari kesenangan dari luar dan menjadikannya pelarian dari rasa patah hatinya.Tak tahu apa yang ia lakukan atau dengan siapa ia melewati masa pelarian patah hati itu namun, rekor terpanjang Mars dan Angel putus adalah 2 minggu dan itu karena Mars lagi-lagi intim dengan perempuan lain.

          Nayla sungguh tak mengerti mengapa setiap kali mereka bertengkar, penyebab nya selalu orang ketiga, Mars selalu beralasan ia tak sadar namun Angel berkata bahwa itu karena ia mabuk.

          Nayla tak pernah melihat Mars mabuk seumur hidupnya, jangankan mabuk, minum alkohol pun tak pernah, itu sebabnya ia merasa bermuka dua saat mendengar curhatan Angel soal Mars, di depannya ia berpura-pura memahami situasinya namun di belakangnya ia meragukannya, tak pernah terbayangkan di pikirannya seorang Mars, kawan sedari kecil nya, lelaki yang selalu membantunya dan melindunginya serta lelaki yang menjadi cinta pertamanya, melakukan hal sebodoh itu.Bagaimana Mars saat Nayla tak ada di depannya? apa ia Mars yang sama seperti yang selalu membantunya mengerjakan tugas sekolah dan memberikannya roti juga susu sebagai permintaan maaf?

          Pada akhirnya Nayla memutuskan untuk datang ke rumah Mars, beralasan meminta tolong Mars untuk mengerjakan PR matematikanya dan Mars sama sekali tak menolaknya, ia sedang bermain PS seorang diri saat Nayla datang.

          “Kamu... sudah menghubungi Angel, Mars?” tanya Nayla, mereka duduk di lantai kamar Mars yang berbalut karpet berbulu berwarna abu-abu, sudah hampir 40 menit berlalu dan Mars selalu terlalu serius tiap kali itu berhubungan dengan pelajaran, bukan nya ia mempermasalahkan hal itu karena di mata Nayla sendiri, Mars dalam mode serius begitu keren.

          Mars hanya mengangkat bahunya acuh dan terus melanjutkan untuk mengerjakan PR Nayla, ia memang meminta Mars untuk membantunya namun Mars menjadi tidak sabar karena Nayla tak kunjung mengerti sehingga Ia memutuskan untuk mengerjakan PR nya.

          “Kenapa?” tanya Nayla.

          “Ya Buat apa kami sudah putus Nay” jawab Mars, tangannya masih sibuk menulis dan matanya hanya tertuju pada buku tulis Nayla.

          “Dulu-dulu kalian juga putus tapi akhirnya balik lagi” ucap Nayla.

          Mars menghela nafas, ia menatap Nayla “Nay, sekarang itu beda aku sama Angel beneran sudah selesai, kami nggak akan pernah balik lagi” ucap Mars dengan nada yakin.

          Sesuatu di dalam dada Nayla berubah menjadi bersemangat, ia merasa begitu buruk karena bahagia namun cepat atau lambat ia yakin kalau hubungan Mars dan Angel akan berakhir, mereka berdua masih sama-sama muda, jalan hidup mereka masih panjang, rasanya tak mungkin juga memikirkan mereka akan bersama selamanya sampai mereka dewasa nanti, namun sekali lagi tak ada yang tak mungkin didunia ini, bisa saja ucapan Mars tak terbukti dan mereka berdua akhirnya berakhir bersama kembali.

          Seperti yang sudah-sudah.

          Terlebih... jika ia mengingat kejadian di mobil beberapa bulan yang lalu saat ia menemukan kondom di dashboard Mars, milik siapa itu? Milik Mars kah? Apa mungkin Angel dan Mars benar-benar melakukan itu? Mereka berdua terlihat baik yah meskipun terkadang mereka nampak terlalu intim dengan satu sama lain tapi… Nayla rasa mereka tak akan melakukan tindakan sejauh itu… kan? Dan jika... jika saja itu benar terjadi bukankah seharusnya mereka tak putus?

          “Angel nggak menghubungi kamu?” tanya Nayla.

          “Nggak tahu, nggak peduli juga, sudahlah ngapain bahas yang gak penting paling juga dia udah balik sama mantannya si Japri-Japri ngga jelas itu” ucap Mars kesal, tak ingin ditanya lagi.

          “Lagian cewek banyak di dunia ini, ngapain juga mikirin 1 orang, masih banyak ikan di laut Nay” ucap Mars, ia memberikan buku Nayla yang sudah dipenuhi oleh tulisan tangannya ia menatap mata Nayla dan bertanya “Ada lagi?”

***


 

5

Nayla menaruh tangannya di dahi Mars, hangat, wajahnya pun nampak pucat dan kuyu, tatapannya lemah dan mulutnya jarang sekali berbicara, ia hanya mengangguk dan menggeleng untuk merespon semua pertanyaan Nayla.

          “Kamu mau aku telpon Mama kamu?”

          Mars menggeleng.

          “Dokter kamu?”

          Mars menggeleng lagi.

          “Makan?”

          Mars menggeleng dan memejamkan matanya, membuat Nayla menghela nafas, bingung, sedari pagi Mars belum makan dan yang bisa ia lakukan hanya terbaring di tempat tidur, ia bahkan tak pergi ke sekolah hari ini.

          “Mars, kalau kamu ngga makan kamu ngga bisa minum obat, makan ya? nanti Bibi telpon Mama kamu loh…” bujuk Nayla dan saat Mars tak meresponnya sama sekali Nayla mulai mengguncang pelan tubuhnya “Mars” panggilnya.

          Mars membuka matanya, emnatapnya dengan mata yang setengah terbuka.

          “Makan ya? sedikit aja”Mars tak menggeleng ataupun mengangguk, jadi Nayla memutuskan untuk mengambil bubur yang sudah pekerja rumah tangga Mars buatkan untuknya namun tak kunjung ia makan dan menyendoknya sedikit untuk disuapi pada Mars.

          “Mars buka mulutnya” Nayla sedikit mendorong ujung sendok ke bibir Mars yang terkatup rapat, Mars akhirnya membuka mulutnya, kecil sekali hingga Nayla hanya bisa menyuapkan bubur yang berada di ujung sendok.

          “Enak?” tanya Nayla.

          Mars menggeleng.Nayla mencoba sedikit bubur itu dan mengernyit “Enak kok” ucapnya, pekerja rumah tangga di rumah Mars terutama bagian dapur memiliki kecakapan memasak yang tak kalah hebat dari chef-chef di restaurant mahal, makanan mereka tak bisa diberi range harga karena bahkan chef yang sudah melalang buana sampai ke luar negeri pun jarang yang bisa memasakn makanan ala masakan Ibu.

          Nayla sangat suka makanan di rumah Mars, meski ia tak ingat dengan rasa masakan Ibu nya yang telah meninggal sejak ia kecil namun setiap kali ia memakannya ia merasa seperti berada di dalam sebuah dapur di sebuah rumah sederhana, duduk di sebuah meja makan sederhana, memakan makan siangnya saat Ayahnya duduk di kursi ujung sambil membaca koran dan segelas kopi yang asap nya masih mengepul di depannya, Ibunya akan berjalan mondar-mandir dari satu tempat ke tempat lain menyiapkan makanan…

          Mars menggeleng lagi, nampak tak setuju. Nayla tersenyum dan kembali menyuapi Mars dengan bubur “Itu karena kamu sakit, makanya mulut kamu pahit, apalagi kamu belum makan dari tadi pagi kan?”

          “Kalau kamu sudah makan, kamu bisa minum obat Mars” ucap Nayla, berbicara sendiri, Mars sama sekali tak menanggapinya dan hanya menatapnya.

          “Aku kalau habis minum obat pasti tidur, bangunnya langsung basah sama keringat, nanti Ac nya aku matiin ya kalau sudah minum obat?”

          Mars mengangguk samar, masih menatapnya, mulutnya bergerak perlahan mencoba mengunyah bubur di mulutnya dengan susah payah.

          Nayla tersenyum “Kamu pendiem banget Mars kalau sakit, aku jadi kangen kamu” ucap Nayla setengah bercanda.Wajah datar Mars sedikit melembut, samar ia melihat senyum di matanya.

          “Sekali lagi ya?” bujuk Nayla saat Mars kembali menolak suapannya, Mars membuka mulutnya dan mengunyahnya sama pelannya seperti sebelumnya, hanya beberapa suap dan Nayla membutuhkan waktu yang lumayan lama untuk menyuapi Mars.Namun ia sama sekali tak keberatan, saat ia sakit Mars pun tak jarang melakukan hal yang sama, atau lebih tepatnya dulu, sebelum ia berpacaran dengan Angel, ia akan rajin emnengoknya dan membujuknya untuk makan dan minum obat namun setelah ia berpacaran dengan Angel, seperti yang ia kataka, Nayla bukan lagi prioritas, ia hanya sesekali datang dan menanyainya ini itu sambil membawkannya makanan atau buah-buahan yang tak akan ia makan sebelum kembali menikmati waktunya dengan Angel.

          Dan saat Mars sakit, Angel lah yang akan merawatnya, Nayla tak akan memiliki kesempatan itu karena Angel sudah seperti perawat 24 jam yang selalu berjaga di samping Mars.Jauh di dalam lubuk hatinya Nayla sebenarnya tau bahwa mereka kemungkinan besar sampai hari ini masih saling merindukan dan mencintai.

          “Minum obat ya?” ucap Nayla, ia membantu Mars untuk duduk dan menyuapinya obatnya, Mars sedikit mengernyit akan rasa pahitnya, Nayla buru-buru memberikannya air putih dan membantunya untuk kembali tidur.

          Nayla mengambil selimut Mars dan menyelimutinya, mematikan Ac di kamar Mars dan sedikit membuka pintu balkonnya agar udara segar bisa masuk, Nayla membuka gorden gelap dan membiarkan yang bening tetap tertutup agar Mars tak silau.Saat Nayla kembali, ia melihat mata Mars sudah tertutup, ia kemungkinan sudah hampir masuk ke dalam alam mimpi. Nayla mengambil mangkok bekas bubur Mars dan berniat menaruhnya ke dapur namun lengannya tiba-tiba di genggam oleh tangan hangat milik Mars.

          “Kenapa Mars?” tanya Nayla, ia duduk di pinggir tempat tidur dan menatap Mars khawatir, takut ia merasa sakit.“Disini aja” lirihnya pelan.

          Nayla tak bisa menangkap ucapan Mars, ia menurunkan kepalanya untuk mendengar lebih jelas “Ya?” tanyanya.

          “Disini aja Nay” ucap Mars dengan sedikit keras dari sebelumnya namun itu masih terdengar begitu pelan bagi Nayla, tapi ia bisa mendengar apa yang Mars katakan “Temanin aku disini” ucapnya lagi dengan lirih.

          Nayla sedikit tertegun untuk beberapa saat sebelum ia berucap “Tapi nanti tidur kamu keganggu, aku tunggu di bawah aja ya?”

          Mars menggeleng, ia masih menggenggam lengan Nayla, perlahan ia menariknya dan menaruhnya di atas dadanya, satu tangannya yang lain ia taruh di atas punggung tangannya yang menahan lengan Nayla agar tetap berada di dadanya, mata Mars kembali terpejam.

          Nayla tak tau harus bereaksi seperti apa, tentu saja ia bisa menarik tangannya dari genggaman Mars dengan mudah tapi masalahnya adalah apakah ia mau?Nayla bisa merasakan detak jantung Mars di tangannya, begitu pelan… dada Mars bergerak naik turun dengan pelan saat ia bernafas dan semakin teratur saat ia masuk ke alam mimpi.

          Nayla hanya duduk disana dengan canggung, tak tau harus melakukan apa, bukannya ia bisa menghibur dirinya dengan menonton Tv atau membaca karena ia sama sekali tak bisa bergerak dengan satu tangannya yang sudah ditawan oleh Mars, matanya jatuh pada wajah Mars, bahkan saat ia sakit ia masih bisa terlhat begitu tampan.Rambut Mars berantakan karena sedari pagi ia ia belum bangun dari tempat tidurnya, kulitnya berwarna putih persis seperti Mamanya, alisnya tak terlalu tebal ataupun tipis sangat sesuai dengan matanya, hidungnya mancung dan bibirnya kecil namun penuh seperti Papanya.

          Nayla malu sendiri saat menyadari bahwa ia tengah memperhatikan laki-laki yang tengah tertidur dengan keadaan sakit, ia merasa seperti penguntit yang memiliki kelainan, Nayla menghembuskan nafas pelan, pelan sekali karena ia tak mau membangunkan Mars, ia mencoba menenangkan dirinya agar tak menjadi terlalu gugup, ia takut hal itu akan membuat jantungnya berdetak terlalu kencang dan seperti biasa, tangannya akan membasah, ia tak mau Mars terganggu dan merasa tak nyaman untuk kembali mengggenggam tangannya karena keringat di tangannya.

          Keringat mulai muncul di wajah Mars, itu pertanda bahwa obatnya mulai bekerja, Nayla mengambil tissue yang berada di meja dan mengusap bulir-bulir keringat di wajahnya, melihat bagaimana wajah tampan Mars basah oleh keringat dingin.Nayla secara otomatis mengucapkan doa yang selalu ia panjatkan tiap kali ia merasa bahwa ia tak memiliki kesempatan untuk bersama Mars:

          “Ya Tuhan, jika ini memang takdir kami, jodohkanlah kami jika tidak, maka itu adalah takdir kami”

          Nayla percaya Tuhan memiliki rencana terbaik dalam hidupnya bahkan jika pada akhirnya ia dan Mars tak di takdirkan bersama, ia yakin itu adalah takdir terbaik dari Tuhan.Terkadang hal terbaik yang bisa kita lakukan untuk mendapatkan sesuatu selain bekerja keras untuk mendapatkannya adalah mengihklaskan diri untuk menerima kegagalan, tak semua hal yang kita kejar dan kita inginkan di dunia ini akan tercapai atau kita dapatkan, menerima kegagalan yang akan datang selagi berusaha mendapatkannya akan mengurangi rasa sakit yang akan kita terima saat kegagalan itu benar-benar datang.

          Mars menggumam di dalam tidurnya, ia nampak hilang dalam realita dan tenggelam ke dunia lain yang tak pernah Nayla datangi, kemungkinan tempat damai yang dimiliki oleh Mars, tempat yang hanya bisa ia temui dalam pikirannya, saat ia berada di titik terendah atau tertinggi dalam hidupnya.

          Rambut Mars menjadi basah oleh keringat, dengan pelan dan lembut Nayla mengusap rambut basah Mars dengan satu tangannya yang tak Mars genggam, Mars nampak menyukainya karena ia menggerakan kepalanya ke arah tangannya, bersandar pada tangannya dengan wajah masih terlelap.

          Nayla bertanya-tanya, apa yang sedang Mars mimpikan?

          Sesuatu?

          Atau seseorang?

          Apakah sebuah peristiwa?

          Apakah ia sendirian di dalam mimpinya?

          Atau bersama Angel?

          Bibir Mars kembali bergerak pelan, suara tak jelas keluar dari mulutnya, Nayla mengusap keringat yang muncul di atas bibirnya namun gerakan itu terhenti saat Nayla mendengar namanya keluar dari bibir Mars.

          Nama dia.

          “An…gel…” gumamnya dengan lirih.

           Seperti baru saja ditembak tepat di hatinya Nayla merasakan begitu sakit yang amat sangat, begitu sakit hingga rasanya hampir hampa, tak peduli berapa kali Nayla mendengar nama Angel keluar dari mulut Mars atau berapa kali ia melihat mereka saling menatap satu sama lain dengan tatapan cinta sebelum menyatukan bibir mereka dengan senyum yang masih bertahan di bibir masing-masing, hal itu tak pernah begitu menyakitinya sampai hari ini tiba, mendengar nama Angel keluar dari bibir pucat Mars, saat tubuhnya berada dalam kondisi lemah, dikuasi oleh obat yang sedang mencoba untuk menghancurkan sakitnya, dengan tangannya yang menggenggam tangan Nayla di dadanya seolah hidupnya bergantung pada itu dan dengan kepalanya yang bersandar pada tangannya yang lain seolah Nayla satu-satunya orang yang ia butuhkan di dunia ini…

          Mars mungkin saja salah mengira bahwa ia adalah Angel, ia mungkin berpikir bahwa tangan yang ia pegang seolah hidupnya bergantung pada itu adalah tangan perempuan yang ia cintai, Angel, ia mungkin berpikir bahwa tangan yang kepalanya jadikan tempat bersandar adalah milik Angel, ia kemungkinan juga sedang memimpikan Angel saat ini.Memimpikan saat keduanya masih bersama, saat segala hal di antara mereka begitu sempurna…Nayla merasakan pedih di matanya, air mata jatuh di pipinya tapi ia berusaha sekuat tenaga untuk tak mengeluarkan satu suara pun, mengusap air matanya dengan kaos lengan yang ia pakai, Nayla berusaha menghentikan tangisnya.

          Mars adalah satu-satunya lelaki yang pernah membuat ia menangis karena bersikap terlalu baik padanya, terkadang ia berharap Mars bisa memperlakukannya dengan buruk saja sehingga mudah baginya untuk membencinya atau setidaknya mengurangi rasa cintanya.

          Nayla menarik tangannya pelan yang dijadikan sandaran kepala Mars dan menggantinya dengan bantal, tangannya yang digenggam Mars di dadanya ia tarik perlahan, ia bisa merasakan jari mereka saling bersentuhan, Mars menggenggam nya, ia menyukainya, ia menyukai saat tangan Mars berada di atas tangannya, ia merasa aman, ia merasa memiliki seseorang yang bisa ia jadikan sandaran, seseorang yang bisa memberinya tak hanya perhatian namun juga hatinya untuk nya.Namun, bahkan di saat terlemah dalam hidupnya Mars masih dan akan tetap mencintai Angel.

          Jemari Mars mengerat di jarinya, seolah mengetahui bahwa ia akan pergi, Mars tak melepaskannya, sedikit kernyitan di dahinya muncul, mungkin ia sedang bermimpi saat Angel mencoba melepaskan tangannya dari genggamannya.Nayla perlahan menggerakan jemarinya, mencoba membalas genggaman tangan Mars, ini terasa tak nyata, Nayla bahkan merasa seperti sedang bermimpi, ini seperti mimpi indah dan buruk digabung menjadi satu.

          Ini terakhir kalinya.

          Ini terakhir kalinya ia melakukan hal ini, pikirnya.

          Ia akan membiarkan Mars menggunakan drinya untuk mengobati rasa patah hatinya akan kandas nya hubungannya dengan Angel, Nayla menyadari sebagai seorang “Sahabat” ini adalah hal terbaik yang bisa ia lakukan.

          Jauh di dalam hatinya Nayla mengetahui bagaimana buruknya patah hati, ini menyakiti mu dari dalam, tak ada obat yang bisa menyembuhkannya, satu-satunya penangkal rasa sakit yang bisa ia dapatkan adalah saat Mars menyapanya di pagi hari dan untuk satu detik Nayla melihat harapan bahwa mereka mungkin bisa bersama lebih dari teman tapi saat ia mulai berbicara padanya dengan begitu santai seolah ia adalah satu dari sekian banyak teman laki-lakinya yang begitu dekat dengannya, harapan itu hilang dan ia hanya bisa berdoa.

          Nayla membiarkan Mars menggenggam tangannya seolah itu adalah tangan Angel dan ia berpura-pura bahwa itu tak menyakitinya dengan membiarkan jemari mereka terkait di dada Mars, matanya menatap jauh keluar pintu balkon, angin meniupkan pelan gorden tipis yang menggantung di pintu balkon Mars yang tinggi, gerakannya sama sekali tak bermakna apapun namun Nayla melihatnya seolah ada sesuatu yang sangat luar biasa dari gorden yang tertiup angin, ia seolah melihat masa depan, masa depan yang tak akan pernah ia miliki bersama dengan lelaki yang saat ini sedang terbaring di depannya.

          Ini terakhir kalinya, ulangnya lagi di dalam hati.

          Ini kali terakhir ia akan menggenggam tangan Mars dan berharap lebih, ini kali terakhirnya ia akan membiarkan dirinya merasakan jantung Mars berdetak dan bermimpi soal masa depan, ini kali terakhir ia akan membiarkan dirinya menjadi bayang-bayang orang lain, ini kali terakhirnya… ia akan membiarkan dirinya merasakan momen ini dan menikmatinya…

          Ini kali terakhirnya…

***

Mars tak tau berapa lama ia sudah tertidur namun hal pertama yang ia rasakan adalah basah, dari ujung kaki sampai ujung kepalanya, ia merasa basah oleh keringat, aromanya sungguh tak enak namun ia merasa jauh lebih baik dari sebelumnya, setidaknya ia tak merasa sakit yang amat sangat di kepalanya lagi atau rasa panas di sekujur tubuhnya seperti saat ia baru bangun tadi pagi.

          Ia kesulitan tidur semalam karena kepalanya terlalu pusing, sebenarnya sudah beberapa hari ini ia merasa tak enak pada badannya namun ia mengabaikan nya. Perhatian Mars teralihkan saat ia melihat kepala seseorang di atas tempat tidurnya, kepalanya berada di atas tempat tidurnya semnetara badannya bersandar pada tempat tidur, dari tempatnya berbaring Mars bisa mengetahui siapa dia.

          “Nayla?” panggil Mars, suara nya terdengar sedikit serak karena ia baru bangun.Mars menggerakan kepalanya saat ia merasa keringat mengalir di belakang lehernya, bantal di bawah kepalanya basah, gerakannya rupanya membuat Nayla bangun, tubuhnya sedikit bergerak, untuk beberapa saat ia nampak mencoba untuk membuka matanya, pipinya tertempel pada tempat tidurnya.

          Mars tak bisa melihat ekspresi wajah Nayla begitu jelas, jadi ia bergeser dan itu membuat Nayla perlahan mengangkat kepalanya, ekspresi bingung yang pertama melintas di wajahnya sebelum ia menyadari kalau ia berada di kamar Mars, matanya bergerak dan bersitatap dengan Mars, ia tersenyum tipis.

          “Sudah bangun?” tanyanya.

          Mars yang harusnya bertanya itu tapi ia membiarkannya saja, Mars mengangguk, “Kenapa kamu tidur disitu Nay?” tanya Mars, ia tak akan keberatan jika Nayla mau tidur di samping nya, mereka sering berbaring berdampingan dengan jarak aman saat menonton bersama namun tak pernah mereka tidur di atas ranjang yang sama, Nayla selalu menolaknya meskipun Mars memaksanya dan bahkan emnawarkan diri jika ia akan duduk di bawah jika Nayla merasa tak enak namun Nayla beralasan kalau itu tidak sopan.

          Nayla masih sama dengan dirinya dulu, ia masih sama lugu nya seperti saat mereka masih kecil, ia baik dan sopan seperti anak-anak dari kalangan kelas atas yang menghabiskan uang miliaran hanya untuk belajar manners setiap tahunnya, Nayla baik dan sopan dari lahir, Mars rasa itu sudah ada di gen nya.

          Berbeda dengan Mars, ia adalah anak yang Orang tuanya telah habiskan uangnya bermiliaran setiap tahunnya hanya untuk menyekolahkannya di sekolah yang mereka ketahui akan mengajarkannya manners dan memberinya opportunity masa depan yang jauh lebih baik dari anak-anak lainnya.

          Mars menyadari bahwa ia telah banyak berubah, ia bukan lagi Mars yang Nayla kenal, ia bukan laki-laki yang akan memperlakukan perempuan sama terhormatnya seperti saat ia masih kecil dulu, ia tak menawarkan mereka tangan saat mereka terjatuh karena ia yang mendorong mereka, ia bukan lagi lelaki yang akan mengusap air mata perempuan saat ia menangis karena Mars yang sekarang selalu menjadi penyebab air mata di mata perempuan.

          Ia telah berubah dan itu bukan perubahan yang baik, ia mungkin masih memiliki sisi baik nya namun mungkin itu hanya kamuflase atau kepura-puraan, entahlah, ia sudah tak mengerti lagi dengan dirinya sendiri, ia merasa kehilangan jati dirinya sejak lama, yang ia lakukan sekarang hanya melakukan apa yang ingin ia lakukan, ia menjadi tipe manusia paling cliché dalam dunia ini, ia membiarkan semuanya berjalan seperti air dan membiarkan arus emmbawanya tak peduli kemanapun itu, bahkan ujungnya adalah jurang.

          Mars menemukan bahwa ia tak lagi terlalu peduli dengan hidupnya bahkan setelah ia mendapatkan satu-satunya hal ia inginkan dalam hidupnya, Angel.Ia merasa bahagia dengan keberadaan Angel dan putus nya mereka memberikan lubang menganga di dalam hatinya, selama ini ia terbiasa dengan keberadaannya, cara ia menatapnya dan bagaimana ia bisa selalu memberikan kedamaian yang tak ia dapatkan dari orang lain.

          Nayla menatapnya, matanya bersinar terang, ia nampak begitu lugu saat melihatnya, namun ia tak bisa mengabaikan tatapan lembut itu, ia menatapnay seolah ia asih Mars yang sama dengan dulu meski pada kenyataannya bukan, dan Mars yakin Nayla sudah menyadarinya. Beberapa bulan yang lalu saat ia memeriksa kamera di mobilnya ia menemukan Nayla dan ekspresi terkejut nya saat melihat paket kondom di dashboardnya.

          Mars menaruhnya disana secara terburu saat ia dan Angel batal melakukan hubungan seksual di dalam mobil karena Hp sialannya berbunyi dan Angel melihat pesan chat dari perempuan yang ia temui malam sebelumnya.

          Mars bahkan tak tau bagaimana cara pperempuan itu bisa mendapat nomernya, bukannya ia lupa apa yang mereka lakukan semalam namun satu yang pasti, ia mabuk, mabuk berat, perempuan sialan itu mungkin memeriksa Hp nya saat ia tertidur.Ia dan Angel terlibat pertengkaran setelahnya dan Angel menolak untuk menjawab telponnya selama 3 hari, jika bukan Nayla yang berbicara pada Angel atas namanya, ia yakin Angel tak akan memaafkannya… tak juga, ia selalu memaafkannya apapun kesalahannya.

          Mars tak pernah melakukan hal seceroboh itu sebelumnya, bagaimana mungkin ia bisa membiarkan paket kondom di dalam mobilnya, Orang tuanya bisa saja melihatnya dan menginterogasinya, setidaknya jika ada orang yang menganggapnya di dunia ini sebagai laki-laki baik, maka itu adalah Orang tuanya dan Nayla.Mars hanya membiarkan ketiga orang itu melihat hanya sisi baik nya, tak ada luka atau bekasnya, ia membiarkan mereka menganggapnya sebagai lelaki yang masih sama dengan yang dulu karena ia… takut mengecewakannya, ia takut membuat mereka merasa bahwa Mars telah berubah dan smeua itu akan merubah segalanya di antara mereka. Interaksi mereka, pembicaraan mereka dan semua hal yang dulu seharusnya normal… perlahan berubah karena mereka tau Mars tak lagi sama dengan yang dulu.

          Bahkan jika ia dikenal sebagai lelaki paling kejam di dunia ini, ia tetap akan membiarkan ketiga orang itu menganggapnya malaikat, ia tak merasa bersalah membiarkan mereka hidup dalam ilusi yang ia ciptakan karena ia tak mau kehilangan mereka.

          Pada akhirnya hal yang ia takutka terjadi, Nayla mengetahuinya dan ia… menjauh, ia ada di dekatnya tapi sesuatu di dalam dirinya, Mars bisa meraskannya… sesuatu tentang Mars yang selama ini Nayla percayai perlahan berubah, meski ia coba untuk menutupinya namun di mata Mars itu semua nampak begitu jelas.

          Ia bisa melihat keraguan saat ia menatap mata Mars dan Mars kehabisan cara untuk menghilangkan keraguan itu, mungkin jika ia berpura-pura tak melihat kamera di dalam mobilnya maka Nayla akan terus berpura-pura bahwa ia masih Mars yang sama dengan yang dulu ia kenal…

          Mata Nayla berpindah dari mata ke dadanya, cara ia menatapnya membuat Mars ikut menurunkan matanya dan melihat ke dadanya, ia mengernyit saat melihat tangan Nayla berada di dalam genggamannya, di atas dadanya.Mars melepaskannya, nampak bingung dengan situasi ini namun Nayla nampak terlihat lebih tenang, ia membiarkan Mars melepaskan tangannya, Mars bisa merasakan jemari mereka yang saling bersentuhan, kapan terakhir kali Mars menggenggam tangan Nayla?

***


 

6

“Kenapa kamu ngga bangunin aku Nay?” tanya Mars, Nayla pasti merasa tak enak untuk meninggalkannya namun jika ia hanya melepaskan tangannya maka ia bisa beristirahat dengan tenang tanpa harus bersandar dengan posisi tidak nyaman seperti itu.

          “Kamu kan lagi sakit Mars” ucap Nayla, seolah itu adalah hal paling penting di dunia ini “Badan kamu sudah enakan?”

          Mars mengangguk, tubuhnya terasa jauh lebih ringan sekarang namun ia hanya tak merasa nyaman karena semua keringat yang menempel di tubuhnya.

          Nayla duduk di ujung tempat tidurnya, “Kamu mau ganti baju atau cuci muka? Tapi jangan mandi” ucapnya.

          Mars menangguk, ia harus melepaskan piyama tidurnya.

          Nayla berdiri “Aku tunggu diluar”

          Mars mengangguk lagi, ia berjalan masuk ke dalam kamar mandi dan melepas semua pakaiannya, menggantinya dengan kaos dan celana yang lebih nyaman, ia mencuci mukanya dan melihat pantulan dirinya di kaca yang nampak sedikit pucat.Mars menggosok wajahnya dengan handuk sambil berjalan ke pintu kamarnya, membukanya dan ia melihat Nayla berdiri di sisi kanan pintu dengan lamunan dalam di wajahnya.

          “Nay” panggil Mars, Nayla meliriknya dan tersenyum “Sudah?” tanyanya.

          Mars mengangguk, ia membiarkan pintu kamarnya terbuka dan duduk di atas karpet tempat ia selalu duduk saat ia sedang bermai ps atau menonton.

          Ia menunduk dan memijat pelipis nya pelan saat merasakan sedikit pusing, ia memejamkan matanya dan sedikit meringis.

          “Masih pusing?” tanya Nayla, aia duduk di sampingnya.

          “Lumayan, tapi ngga sesakit tadi” Mars mengambil remot dan mulai meyalakan Tv, ia melirik ke arah Nayla saat merasakan tatapannya terhunus padanya.

          “Kenapa?”

          “Kamu ngga mau istirahat?” tanyanya.

          “Aku sudah tidur dari tadi” ucap Mars “Mau nonton?” tanyanya.

          Nayla menggeleng “Aku pulang kalau begitu”

          Mars mengernyit “Kok pulang?”

          “Aku pikir kamu masih butuh istirahat Mars” ucap Nayla, menatapnya.

          Mars menepuk tempat kosong di sampingnya dan menepuknya, “Disini dulu Nay, kepala ku masih agak pusing” ia menarik tangan Nayla dan menyuruhnya kembali duduk di samping nya.

          Nayla menurut, ia menatap Mars aneh saat ia tiba-tiba berbaring dan menggunakan paha Nayla sebagai bantal untuk kepalanya, Mars mengabaikan ekspresi terkejut di wajah Nayla, ia tak berbohong, ia kembali merasakan sakit di kepalanya dan tubuhnya masih sedikit terasa lemas, ia tak mau ditinggal sendirian, biasanya Angel akan menemaninya dan bahkan menginap di rumahnya saat ia sakit dan kedua Orang tuanya tak berada di rumah.

          “A-aku ambilin bantal aja ya Mars?” ucap Nayla.

          Mars menggeleng, ia kembali memijat pelipisnya “Jangan gerak-gerak Nay, kepala ku sakit lagi” ucap Mars, ia membuka matanya setenga dan memberikannya remot “Kamu mau nonton apa?” tanyanya.

          “Terserah kamu mau nonton apa Mars”

          Mars menggeleng, ia tak tau mau menonton apa, “Sudah berapa lama aku tidur Nay?”

          “Sekitar 3 jam” jawab Nayla “Pusing?” tanya Nayla saat Mars terus memijat pelipisnya sendiri.

          “Kenapa kamu sakit?” tanyanya, tangannya mulai membantu untuk memijat pelipis Mars.

          “Mana ku tau Nay, memangnya kalau sakit harus ada alasan?” tanya Mars balik.

          “Siapa tau karena kamu main hujan atau bergadang semalaman” ucap Nayla, Mars menurunkan tangannya dan membiarkan Nayla memijat kepalanya pelan, ia mendesah.

          “Aku ngga bergadang Nay, aku ngga bisa tidur semalam”

          “Kenapa?” mata polos nya menatap Mars penasaran.

          Mars mengangkat bahunya “Kamu bisa tidur semalam?” tanya Mars, semalam ia melihat lampu kamar di rumah Nayla menyala hingga lewat tengah malam, Mars berniat menelponnya namun sebelum ia melakukannya lampu kamar Nayla sudah keburu dimatikan.

          Nayla nampak berpikir “Bisa”

          “Aku lihat lampu kamar kamu nyala sampai tengah malam” ucap Mars.

          “Ohhh…”

          “Oh?” Mars menaikan satu alisnya.

          “Aku chat-an sama Leo” jawab Nayla jujur.

          “Kenapa dia nge-chat kamu? Dan kenapa harus sampai lewat tengah malam?” tanya Mars.

          Nayla mengangkat bahunya “Tiba-tiba udah lewat tengah malam aja”

          “Kalian video call?”

          Nayla menggeleng “Dia minta tapi aku ngga mau” ucap Nayla membuat Mars entah mengapa bernafas lega namun Nayla kembali melajutkan “Terakhir kali kami video call dia terus-terusan buka bajunya untuk ngelihatin aku perutnya, katanya dia habis olahraga dan badannya sudah 6-packs”

          Nayla menurunkan kepalanya untuk menatap matanya dan tersenyum “Dia ngga se-healthy yang dia pikirkan sebenarnya, tapi aku ngga bilang begitu”

          “Sejak kapan kalian jadi akrab begitu?” tanya Mars, ia memang tau kalau Nayla dekat dengan Leo dibanding teman-teman Mars yang lain namun ia tak tau jika selama ini mereka telah berhubungan sedekat itu di belakangnya.

          “Dari dulu”

          Mars duduk, langsung berhadapan dengan Nayla “Leo sudah punya pacar” bohong Mars, selama ia mengenalnya, setahu Mars, Leo belum pernah pacaran dengan siapapun… persis seperti Nayla.2 orang yang belum pernah pacaran dan memiliki percakapan yang insentif sampai tengah malam, Mars merasa tau apa yang sedang terjadi di antara keduanya. Mereka seumuran dan nampak cocok satu sama lain saat bicara, Nayla tak nampak tak nyaman seperti saat ia bersama dengan teman-teman Mars yang lain saat ia bersama Leo, ia terlihat menikmati keakrabannya dengan Leo.

          “Oh?” Nayla nampak sedikit terkejut, wajahnya memerah malu karena ucapan Mars.

          “Ka-kami ngga seperti itu, kami cuma teman” ucap Nayla malu, Mars sama sekali tak merasa bersalah atau buruk karena telah mempermalukan Nayla atas kebohongannya.

          “Apa teman chat-an sampai lewat tengah malam? apa teman video call-an sampai buka baju?” tanya Mars, ia menaikan satu alisnya, sengaja menyudutkan Nayla.

          “Aku ngga tau kalau dia punya pacar, dia ngga pernah ngasih tau aku” ucap Nayla, ia menunduk, menyatukan tangannya di atas pangkuannya dan menjalin jemarinya dengan gerakan acak.Kebiasaannya saat ia merasa gugup atau takut.Mars diam-diam tersenyum miring, namun ia memasang wajah datar untuk membuat Nayla semakin dan semakin merasa bersalah karena melakukan hal yang tak pernah ia lakukan.

          Mars melipat tangannya di dada “Untuk apa dia ngasih tau kamu kalau dia punya pacar atau ngga?” tanya Mars.

          Nayla mengangkat wajahnya, ekspresi terkejut memenuhi wajahnya atas pertanyaan tiba-tiba Mars. Nayla diam, jelas tak tau harus menjawab apa.

          Mars menaikan satu alisnya “Kamu mau dia mengkonfirmasi hubungannya ke kamu?” tanyanya lagi.

          Nayla membuka mulutnya untuk menjawab namun tak ada satupun kata yang keluar dari mulutnya, semburat merah di wajahnya semakin terlihat jelas, ia nampak malu dan Mars membiarkannya merasakan itu agar ia merasa bersalah untuk menghubungi Leo lagi.

          “Stop it” tegur Mars, merasa jengkel dengan kebiasaan gugup Nayla dengan jemarinya. Mars mengambil tangan Nayla dan memisahkannya sehingga ia tak bisa menjalin jemarinya lagi “Sudah ku bilang kan aku ngga suka ngeliat tangan kamu kayak gitu, itu buat aku jengkel” ucap Mars.

          “Maaf” ucap Nayla, ia menatap Mars “Aku dan Leo cuma ngobrol biasa, aku ngga bermaksud mengganggu hubungannya dengan pacar nya, seandainya aku tau dia punya pacar aku… aku ngga akan sedekat itu sama dia”

          “Kamu serius ngga tau kalau dia punya pacar?”

          Nayla menatapnya dengan ekspresi terkejut “Leo sama sekali ngga ngasih tau aku Mars, aku ngga tau kalau dia punya pacar, dia sama sekali ngga pernah membahas hal itu”

          Mars mengangguk-ngangguk “Dia cuma mau main-main sama kamu Nay, kamu belum pernah dekat sama cowok sebelumnya kan? Itu cara mereka untuk cari mainan baru, kamu seharusnya ngasih tau aku soal Leo supaya aku bisa memperingatkan kamu lebih awal” ada rasa senang tersendiri di dalam dadanya saat melihat alis Nayla terkait menjadi satu, seolah ia sedang berpikir keras.Perempuan seperti Nayla tak pernah mau terlibat pada affair, ia ingin memiliki kehidupan cinta yang damai ala dongeng, Mars sudah berada di banyak hubungan, hal semacam itu, cinta sejati dan cinta pada pandangan pertama atau apapun itu… itu tak ada.

          Dan Mars melakukan apa yang ia dulu tak akan pernah lakukan, ia berbohong pada Nayla untuk kesekian kalinya, bukan karena kali ini ia takut membuat Nayla kecewa padanya tapi karena ia… tak ingin kecewa.

          “Kalau kamu masih Nayla yang sama yang seperti dulu aku kenal, kamu ngga akan melakukan hal itu” ucap Mars, menyentuh ego Nayla “Jauhi Leo”

***

Sejak Mars berkata kalau Leo memiliki pacar dan hanya berusaha menjadikannya mainan, Nayla berusaha sekeras mungkin untuk mengabaikan Leo, tidak mengabaikan sepenuhnya, namun ia memberikan jarak, sama seperti yang ia lakukan pada Mars saat ia menjalin hubungan dengan Angel.

          Tak peduli berapa lama Nayla dan Mars berteman tetap saja ada batasan yang tak boleh ia lewati, apalagi dengan Leo, ia bahkan baru kenal Leo selama 2 tahun belakangan ini, mereka cepat akrab itu sebabnya Nayla merasa sudah mengenal Leo sepanjang hidupnya walau mereka baru saling mengenal.

          “Dapat?” nafas hangat Mars berhembus di lehernya, ia berdiri di belakang nya, ada sedikit jarak di antara mereka namun Mars memajukan wajahnya agar bisa mengintip buku yang Nayla pegang.

          Nayla berbalik dan tersenyum, mundur selangkah untuk memberi jarak lebih di antara mereka, saat ini mereka berada di toko buku, saat Nayla berniat untuk meminjam buku Mars dan Mars tak memilikinya, ia menawarkan untuk mengantar Nayla ke toko buku, awalnya Nayla menolak namun Mars sulit ditolak, tanpa Nayla tau ia sudah di tarik masuk ke dalam mobil Mars.

          Nayla menggeleng “Ngga ada, tapi ini mirip” ucap Nayla mengangkat buku di tangannya, Mars tak mengambil buku yang ia pegang namun ia memilih untuk kembali mendekatkan wajahnya untuk membaca judul buku itu.

          Ia menggeleng “Ini ngga mirip Nay”

          “Ngga?” tanya Nayla terkejut, ia yakin jika ini buku yang sama.

          “Beda” ucap Mars yakin, nanti aku minta Pak Aji nyari bukunya, dia pasti dapat, dia selalu dapat apapun yang aku minta” ada nada kagum di nada suara Mars, sejak Orang tuanya begitu sibuk mengurus bisnis mereka, Mars dirawat oleh 2 babysitter yang sudah merawatnya sejak ia berumur 3 tahun, jika Mars memiliki tugas sekolah dan keperluan untuk ia bawa ke sekolah, ia akan memintanya pada Pak Aji, supir Keluarga Mars sejak ia bahkan belum lahir.

          Nayla yakin Mars memiliki sisi lembut untuk Pak Aji meski ia tak pernah mengatakannya, ia selalu memberikan keluarga Pak Aji hadiah, ia memperlakukan pekerja dengan cukup baik sebenarnya, meski terkadang ia bisa menjadi kasar saat ia sedang dalam keadaan mood yang buruk.

          Mood yang buruk.Itu mungkin kelemahan terbesar Mars.

          Saat ia marah, maka ia akan marah, ia tak bisa mengaturnya.

          Nayla memukulkan buku itu pelan ke bahu Mars “Kenapa ngga dari tadi sebelum kita pergi kesini?” tanyanya gemas.

          Mars nyengir “Habis bosen di rumah”

          Nayla menaruh buku itu kembali ke rak, “Kenapa ngga ngajak teman-teman kamu lagi ke rumah?” tanyanya, sudah hampir 2 bulan sejak ia putus dengan Angel dan Mars benar-benar berhenti mengadakan acara di rumahnya, hanya ada acara kecil namun itu tak lagi sama dengan yang dulu, Nayla ingat Mars bisa mengadakan acara bersama teman-temannya sampai pagi dengan musik keras dan banyak makanan serta soda yang di stok, kini, itu hanya seperti pertemua anak-anak SMA pada umumnya, tak ada persiapan yang terlalu ribet hanya ada snack dan soda lalu PS, hanya itu.

          “Bosen lah, tiap hari ketemu di sekolah” ucap Mars.

          Nayla berjalan menyusuri rak itu dan mencari-cari, meski Mars sudah berjanji akan menyuruh Pak Aji untuk mencarikan buku yang ia cari namun karena mereka sudah terlanjur berada disini maka ia akan mencarinya dengan teliti, siapa tau terselip.Mars mengikuti di belakangnya, Nayla diam-diam tersenyum, Mars tak pernah melakukan hal ini sebelumnya, ia berhenti meluangkan waktu untuknya setelah ia mengenal perempuan lain dalam bentuk cinta.

          Nayla berhenti di salah satu rak dan membaca synopsis di belakang buku, ia begitu konsentrasi hingga ia tak menyadari bahwa Mars telah berdiri di belakang nya, begitu dekat hingga sebagian dada Mars menyentuh pundaknya, ia menyandar ke depan, membalik sebuah buku yang ingin ia baca sinopsisnya.

          Entah mengapa Mars tak membacanya di dalam hati seperti orang normal pada umumnya, ia membacanya dengan suara sehingga beberapa orang yang melewati mereka bisa mendengarnya.

          “Venus -16 tahun- sangat pintar dan licik. Hobi membaca, barang favoritnya buku dan mimpi remaja nya ingin menikah dengan seseorang yang mencintainya tanpa alasan-“ Mars berhenti membaca, wajahnya mengernyit tak suka “Kenapa lagi buku macam ini dijual di toko buku, apa mereka sudah kehabisan akal?”

          “Kenapa? beberapa orang suka baca cerita cliché kayak gini” ucap Nayla, mengangkat bahu, meski ia sendiri bukan penggemar genre cerita semacam ini.

          “Ini bukan cliché, ini stupid” ucap Mars tertawa “Cuma anak-anak yang baca cerita kayak gini, aku berani taruhan yang nulis buku ini pasti orang aneh yang kemana-mana pakai baju I love Bali, I love JKT, berkaca mata dan giginya di kawati, yang jelas dia pasti ngga pernah punya kisah cinta sendiri makanya dia nulis cerita cinta sampah kayak gini” ucap Mars.

          “Aku yakin walaupun bukunya tebal tapi pasti ceritanya muter-muter aja, ngga jelas, sok-sokan pakai bahasa inggris juga, grammar nya banyak yang salah” Mars menggeleng-gelengkan kepalanya, ia berdecak “What a waste of papers”

          Nayla rasanya ingin menutup mulut Mars, perkataannya kasar sekali, bagaimana jika penulisnya tiba-tiba ada di belakang mereka dan mendengar semua perkataannya? Ia pasti akan sakit hati atau sedih, ia kemungkinan besar akan kehilangan passionnya di bidang menulis karena orang-orang seperti Mars.

          Nayla kembali membaca buku di tangannya, lagi, Mars semakin menyandarkan tubuhnya ke sebagian punggung Nayla, ia membalik buku yang lain dan membacanya.

          “Dewa dan Riana telah mengenal satu sama lain semenjak mereka kecil, membuat keduanya menjadi sahabat dekat, namun yang Dewa tak ketahui adalah bahwa selama ini Riana menyimpan perasaan padanya”

          Jantung Nayla seperti baru saja diketuk oleh malaikat maut saat mendengar synopsis yang Mars bacakan, ia melirik ke samping dan melihat sampul berwarna hijau dengan tulisan kecil panjang, buku itu masih berbalut plastik.

          “Dewa adalah playboy di sekolahnya, ia memiliki seorang pacar cantik bernama Cantika, seperti namanya, Cantika adalah idola semua kaum pria, Riana yang mengeta-“

          “Ke-kenapa kamu baca synopsis nya? kamu mau beli?” tanya Nayla gugup, takut Mars mulai menemukan kesamaan antara cerita yang ia baca synopsis nya itu dengan mereka.

          “Sampul nya bagus” ucap Mars, ia mengangkat bahunya “Mungkin aku mau beli”

          Mata Nayla membulat, jangan sampai Mars membaca buku dengan cerita yang hampir sama dengan keadaannya…Mars kembali memajukan wajahnya untuk membaca synopsis buku itu “Riana yang mengetahui kalau Dewa memiliki pacar, tak berani mengungkapkan perasaannya pada Dewa, bukan hanya karena ia takut hubungan persahabatannya dengan Dewa akan berakhir tapi juga karena Riana mengetahui bahwa Dewa sangat mencintai Cantika” alis Mars tertaut, nampak berpikir.

          Nayla mengambil kesempatan itu untuk kembali membalik buku itu, Nayla bisa melihat judulnya “In Love With Bestfriend” yucks… ia bahkan cringe dengan judulnya, apa seperti itu situasinya dengan Mars jika dijadikan judul buku.

          “Kenapa kamu baca nya ribut banget? Banyak orang yeng ngeliatin kita, lagian ini bukan tipe buku yang akan kamu baca Mars, ini sama cliché dan idiot nya dengan buku pertama yang kamu baca tadi” ucap Nayla mencoba menghentikan Mars untuk secara tak langsung membaca synopsis cerita hidup mereka, atau lebih tepatnya dirinya.

          Alis Mars terangkat sebelah “Betul juga” ucapnya.

          Nayla diam-diam menghela nafas lega, ia rasanya hampir terkena serangan jantung, ia menaruh buku di tangannya kembali ke rak, ia merasa genre teen-fiction bukan tempat yang aman bagi ia untuk berhenti terutama jika Mars mengikutinya kesana kemari seperti anjing hilang.

          Kenapa juga Mars bisa menemukan buku macam itu?!, batin Nayla heran.

          “Ngga jadi beli bukunya?” tanya Mars, ia berjalan di samping nya.

          Nayla menggeleng “Kan kamu bilang biar dicariin Pak Aji”

          “Buku yang lain?” tanya Mars.

          Nayla nampak berpikir “Ngga ada”

          “Kamu ngga mau beli novel?”

          “Ngga”

          “Komik?”

          Nayla melirik Mars dan tersenyum geli “Kenapa sih maksa? Orang ngga mau beli juga”

          “Siapa yang maksa coba? Kan nawarin mumpung disini” ucap Mars.

          Nayla mendengus “Aku ngga mau Mars…” ucap Nayla “Pulang yuk?”

          “Kita makan dulu ya? aku lapar”

          “Makan di rumah kamu aja”

          Mars menggeleng “Bosen, kita juga udah lama banget ngga makan bareng”

          Nayla mengangguk, sudah sangat lama… hampir setahun lebih? Terakhir kali Mars mengajaknya makan bersama adalah saat ia bercerita soal Angel… saat itu Nayla ingat sekali jika Mars datang ke rumah nya dengan wajah frustasi, ia lalu menceritakan soal Angel yang terus menolak nya.

          Tak bisa dibayangkan betapa sakitnya hati Nayla saat itu, ia ijin ke toilet hanya untuk menangis dan mencuci mukanya agar Mars tak tau jika ia telah menangisinya.Pada akhirnya Nayla hanya memberinya beberapa saran agar tidak terlalu memaksa Angel, perempuan tak suka dipaksa, lebih duka di pedulikan, laki-laki kadang tak bisa membedakan 2 hal itu.

          Nayla tak bohong jika mengatakan sejak Mars dan Angel berpacaran, mars jadi melupakannya, sedikit… ia hanya datang saat itu benar-benar penting, posisinya benar-benar hanya sebagai teman yang di datangi saat ia berduka dan di tinggalkan saat ia dalam keadaan suka.Nayla menghela nafas mencoba melupakan kenangan itu, padahal ia sudah berjanji ke dirnya sendiri agar tak lagi berharap lebih pada Mars namun kini Mars nya telah kembali, sama seperti dulu, bahkan jauh lebih baik, Nayla merasa bahagia bersamanya, mungkin Mars hanya sedang merasa kesepian karena ia baru saja putus dari pacar nya, Nayla tak tau, apapun alasan Mars kembali seperti dulu dengannya saat ini, ia tak lagi terlalu memikirkannya, ia membiarkan hatinya saja yang memutuskan.

          “Oh, bentar ada yang aku lupa” ucap Mars saat mereka sudah berada di depan mobil Mars.

          “Apa?” tanya Nayla.Mars tak menjawabnya dan hanya memintanya untuk menunggu, ia memberikan Nayla kunci mobilnya dan dengan sedikit terburu masuk ke dalam toko buku lagi.

          Nayla masuk ke dalam mobil dan mengambil Hp nya yang berada di atas dashboard, ia memang sengaja meninggalkannya disana saat mereka akan masuk ke dalam toko buku, lagi pula tak ada juga orang yang menghubunginya… selain Leo.

          Nama Leo muncul di layar, ada beberapa chat darinya. Nayla menggaruk kepalanya yang tak gatal, merasa bingung harus membukanya atau mengabaikan nya, jika ia membukanya ia harus membalasnya karena tak sopan sekali mengabaikan orang yang jelas-jelas sudah kita dengar atau baca ucapannya tapi, jika ia mengabaikannya dan bahkan tak membukanya… itu akan semakin menyakiti Leo, ia tak membenci Leo, ia hanya tak enak hati jika harus terus berkomunikasi dengannya saat ia memiliki pacar.

          Nayla merasa berada dalam posisi yang sulit, ia akhirnya membuka nya.

***


 

7

Leo : Sudah dapat buku yang kamu cari?

          Nayla tersenyum, ia memang memberitahu Leo jika ia akan pergi mencari buku yang ia butuhkan untuk keperluan sekolah, Nayla pikir itu bukan hal yang salah ia lakukan, mereka hanya mengobrol biasa, hanya sekali atau 2 kali dalam sehari dengan percakapan sepanjang 3 atau 5 baris.

          Tak lebih, tak ada lagi video call atau bertelpon sampai tengah malam, Nayla yakin perubahan mendadak ini membuat Leo sedikit bingung karena ia pernah bertanya pada Nayla apakah ia melakukan sesuatu yang buruk padanya, Nayla merasa bersalah, sangat bersalah, namun ia tak bisa mengatakan secara gamblang kalau ia memberi jarak di antara mereka karena ia tau Leo sudah punya pacar, itu akan terdengar aneh…Tapi Leo adalah teman yang baik, sangat baik, apakah ia benar-benar harus memutus komunikasi di antara mereka hanya kerena salah satu di antara mereka berpacaran, ia rasa itu tidak perlu namun… ada batasan.Itu yang Nayla lakukan, memberikan batasan.

          Nayla : Ngga dapat L

          Leo : Leo sent you a picture.

          Leo : Ini buku yang kamu carikan? Aku dapat itu di lemari buku ku waktu nyari-nyari tadi, inget sih pernah punya dulu…

          Nayla : Iya, itu buku yang aku cari, kamu pakai?

          Leo : Kagak, mau?

          Nayla : Ok, aku pinjam. Kamu titipin aja ke Mars, bisa?

          Leo : Ogah sama dia. Nanti aku antar ke rumah kamu, gimana?

          Nayla : Wah ngerepotin, aku aja yang ke rumah kamu, kan aku yang butuh.

          Leo : Memang situ tau rumah saya?

          Nayla : … ngga.

          Leo : Hahahah, makanya aku aja yang antar.

          Nayla : Kenapa sama Mars?

          Leo : Tau sendiri kan kelakuannya, males…

          Nayla : Belum baikan?

          Leo : Emang bocah.

          Nayla : -,-

          Dari sudut matanya Nayla melihat Mars keluar dari toko buku, Nayla menutup aplikasi chat nya dan menurunkan kaca jendela mobil, “Sudah?” tanyanya.Mars tersenyum dan mengacungkan jari jempolnya, ia melompat ke dalam mobil dan melempar plastik yang ia bawa ke jok belakang.

          “Kamu sms aja Pak Aji judul buku yang kamu mau, dia ngga punya aplikasi chat” ucap Mars, menunjuk Hp nya dengan dagu.

          “Oh, ngga perlu Mars, teman ku punya dan dia minjemin ke aku”

          “Teman? Siapa?” mata Mars masih tertuju pada jalan raya, ia sibuk mengendarai mobilnya.Nayla merasa akan sedikit kurang bijak jika ia memberikan nama Leo, dari chat nya yang baru saja Leo kirimkan, nampaknya keduanya masih berada dalam hubungan yang buruk, Mars pasti belum meminta maaf pada Leo.Terlebih Mars pasti akan langsung menyimpulkan ia sedang mencoba dekat dengan Leo hanya karena ia meminjam buku.

          “Nay?”

          “Dia teman ku dari kelas sebelah Mars” jawab Nayla.

          Mars meliriknya sekilas sebelum kembali fokus pada jalan raya di depannya “Oh” ucapnya “Mau makan dimana?” tanyanya.

          “Terserah kamu, kamu mau nya dimana?”

          “Yang deket-deket sini aja ya?”

          Nayla mengangguk.

***

Mereka menghabiskan waktu selama 2 jam di restaurant cepat saji itu, tak hanya makan namun juga berbicara, bukan soal Angel, soal perempuan lainnya, hanya soal mereka.Nayla lupa bagaimana rasanya patah hati saat ia duduk berhadapan dengan Mars, bertukar cerita dan tertawa bersama tentang banyak hal di antara mereka. Mars mengambil kentangnya dan mengolesinya dengan saus lalu mengulurkannya pada Nayla.

          Nayla menaikan satu alisnya bingung, “Apa?”

          “Aaaa, buku mulutnya” ucapnya.Meski terkejut dengan apa yang Mars lakukan, Nayla tetap membuka mulutnya, pipinya bersemu merah, Mars tak pernah melakukan hal seperti ini padanya.“Enak?” tanya Mars.

          “Rasanya sama kayak punya ku” jawab Nayla polos.

          Mars tertawa “Beda, kan ini dari tanganku”

          Nayla tertawa “Karena dari tangan kamu jadi ada rasa virus nya”

          Mars ikut tertawa namun tiba-tiba tawa Nayla terhenti saat tangan Mars kembali terulur, bukan untuk menyuapinya namun jarinya dengan pelan dan lembut mengusap bibirnya.“Makan nya pelan-pelan kan jadi belepotan” ucap Mars, matanya masih tertuju pada bibir Nayla dan jemarinya masih mengusap bibirnya. Nayla membeku di tempatnya, terlalu terkejut hingga ia hanya diam.

          Mars mundur dan tersenyum geli saat melihat ekspresi wajah Nayla “Hi” ucapnya sambil melambaikan tangannya di depan wajah Nayla.

          Nayla berkedip “Ka-kamu kenapa sih Mars, kamu seharusnya ngasih tau aku aja” Nayla mengusap bibirnya dengan punggung tangan, ia masih bisa merasakan jejak jari Mars di bibirnya bahkan meski ia telah mengusapnya dengan puggung tangannya.Apakah ini aneh jika Nayla menyukainya?

          Ini rasanya sungguh aneh saat awal namun saat Mars melepaskan jarinya, Nayla merasa rindu dan saat Mars tersenyum geli akan hal itu, ia merasa sesasi yang begitu gila di perutnya, ia merasa ada ribuan kupu-kupu beterbangan, ia merasa jatuh cinta lagi, bukannya ia pernah berhenti mencintai Mars namun… apakah ini masuk akal untuk jatuh cinta lebih dari sekali ke orang yang sama?

          “Ih pipinya merah” ucap Mars sambil menunjuk wajahnya, senyum mengembang di bibirnya, ia nampak begitu tampan saat ini, Nayla merasa tak bisa mengalihkan matanya darinya.Nayla menaruh burger yang ia pegang dan menaruh tangannya di pipi, merasakan hangat di wajahnya “Ngga!” serunya malu.

          “Iya!”

          “Ngga!”

          “Iya, coba tangan kamu di turunin” ucap Mars.

          Nayla menurunkan tangannya dan menyipitkan matanya “Kamu ngerjain aku kan?” ucapnya kesal.

          Mars tersenyum dan menaikan satu alisnya “Ngga tuh” ia mengambil kentang goreng nya dan memakannya.

          “Lusa, kami lomba, kamu mau datang kan?” tanya Mars tiba-tiba, lagi-lagi membuat Nayla terkejut.

          Sejak kapan Nayla menjadi orang yang Mars inginkan untuk datang dan menontonnya di acara sepenting lomba futsal nya? Ia tak pernah meminta Nayla untuk datang sebelumnya, hanya memberitahunya jadwal pertandingan, latihan dan segala keluhan soal capek nya ia sat latihan dan lainnya, selain itu tak ada, ia dan Mars lebih sering menghabiskan waktu bersama di rumah Mars, hanya menonton dan belajar bersama, rasanya mereka sudah lebih seperti saudara di banding sahabat dan itu terkadang membuat Nayla kesal sendiri.

          Namun, hari ini Mars mengundangnya, tak ada angin, tak ada hujan, ia mengundangnya, Nayla yakin hanya Angel atau beberapa perempuan yang pernah dekat dengannya lah yang akan ia minta untuk datang… Nayla menarik nafas pelan mencoba menghentikan pemikiran delusional nya, ia tak yakin jika Mars memiliki perasaan lebih padanya sehingga ia memutuskan untuk mengundangnya namun mengingat perlakuan Mars selama ini… rasanya Nayla ingin sekali berharap lebih.

          “Lomba nya lusa?” tanya Nayla, bertanya lagi padahal ia sudah tau jawabannya, ia hanya butuh sedikit waktu untuk mencerna situasi dan keadaan di antara mereka sekarang.

          Mars mengangguk. “Mau kan?”

          “Tapi… aku kan bukan murid sekolah kalian, memang nya aku boleh nonton?” tanya Nayla.

          “Ya boleh lah Nay, ini kan lomba antar sekolah, yang nonton juga nanti banyak dari anak sekolah lain, kamu datang ya?” Mars menggenggam tangannya yang berada di atas meja, “Kamu mau kan?” tanyanya lagi dengan mata yang menyorotkan harapan.

          Nayla bertanya-tanya pada dirinya sendiri, bagaimana ia menjawab tidak jika Mars menggenggam tangannya seperti ini seolah hidup bergantung padanya dan matanya menatapnya seolah Nayla adala sumber harapannya?

          Tanpa banyak bertanya lagi Nayla mengangguk dan ia bisa merasakan genggaman tangan Mars pada tangannya mengerat, seolah ia merasa begitu bahagia karena Nayla menerima undangannya.

          Nayla menatap tangannya yang di genggam Mars, sesuatu di dalam dadanya menghangat, kali ini Mars menggenggam tangannya dan mengetahui kalau ia lah pemilik tangan yang sedang ia genggam.

***

Nayla tak pernah datang ke lomba futsal atau acara-acara seperti ini sebelumnya, sama sekali tak pernah, sekolahnya bukannya jenis sekolah yang akan mengikuti apalagi mengadakan lomba macam ini, hanya ada class meeting dan jam olahraga untuk mereka menikmati sensasi euporia saat kemenangan dan kekalahan menjadi satu padu dan membentuk hysteria.

          Ada banyak orang disini, semuanya hampir seumuran dengannya dan Mars, beberapa wajah pernah ia temui di rumah Mars namun sebagian besar nampak asing di matanya, mereka mengenakan pakaian yang mencolok dan wajah mereka semua cantik, bagaimana mungkin sebuah sekolah memiliki murid yang tampan dan cantik seperti mereka?

          “Gugup?” tanya Mars, ia mengenakan pakaian futsal nya, di kepalanya ada topi yang sudah ia balik ke belakang.

          “Gugup?” Nayla balik bertanya, karena pertanyaan itu harus nya di berikan pada Mars yang akan bertanding, Nayla hanya akan menonton untuk apa ia gugup?

          Ya… walaupun Nayla berkata seperti itu namun sebenarnya ia sangat gugup, ia tak pernah berada di tempat seramai ini sebelumnya, outdoor dan banyak orang asing, ini benar-benar baru pertama kalinya.

          Terlebih saat ia turun dari mobil Mars tadi, ia langsung menjadi bahan pembicaraan dan pusat perhatian banyak orang, tak heran, Mars begitu populer di sekolahnya, mungkin berita tentang Angel dan Mars yang sudah putus dijadikan banyak perempuan sebagai ajang kompetisi untuk mendapat perhatian Mars dan melihat Nayla datang bersamanya hari ini, membuat mereka memulai rumor dan gosip buruk tentangnya.

          Nayla tak merasa jauh lebih baik dari perempuan-perempuan itu, ia juga menyimpan perasaan pada Mars seperti mereka namun ia terlalu malu dan takut untuk mengakuinya berbeda dengan mereka, mereka menunjukannya dan nampak bangga dengan hal itu, beberapa dari mereka bahkan memiliki poster dan karton bertuliskan nama Mars, saat mereka duduk di tribun mereka akan mengangkatnya dan berteriak histeris saat Mars melewati kerumunan mereka.

          Mars hanya tersenyum canggung untuk menyapa mereka, Nayla pikir Mars adalah tipe laki-laki yang akan melambaikan tangannya atau mengabaikan kerumunan yang meneriakan namanya dengan tatapan kagum begitu saja, seperti laki-laki arogan diluar sana.

          “Mars!!!” teriak seorang perempuan dengan begitu keras.

          Mars nampak sedikit terkejut dengan betapa kerasnya suara perempuan itu memanggil namanya namun saat mata Mars menemukan si pemilik suara ia memberinya senyum tipis dan bahkan sedikit menyapanya denganmengangkat tangannya ke atas yang membuat perempuan itu tak bisa menahan teriakan histeris nya, temna-teman di sekitarnya pun ikut melakukan hal yang sama, mereka menutup wajah mereka karena malu dan terlalu exciting.

          Mars tersenyum malu, Nayla menduga ia sudah biasa mendapat perlakuan seperti ini dari orang-orang di sekitarnya.Nayla berdiri di samping Mars dan melihat ekspresinya, ia nampak sedikit tak nyaman namun juga menikmati teriakan fans nya.

          Mars sama sekali tak terlihat gugup, yang ia tau tim futsal sekolah Mars sering mendapatkan juara nasional, belum lagi posisi Mars sebagai kapten Futsal tim nya, membuat ia tak boleh terlihat lemah atau gugup di depan lawannya terlebih supporter nya…

          Mars mengangkat bahunya, mereka duduk dan Nayla memperhatikan Mars yang sedang mengikat tali sepatunya, meski ia menunjukan ekspresi tenang Nayla bisa melihat jika pundak Mars tegang, ia juga tak banyak bicara sejak mereka datang.

          “Boleh aku pinjam tangan kamu?” tanya Nayla.

          Mars menyelesaikan ikatan tali sepatunya dan menegakan tubuhnya, ia menatap Nayla, dahinya sedikit mengernyit namun ia tak menolak “Kanan atau kiri?” tanyanya.

          “Terserah”

          Mars memberikan tangan kanan nya dan Nayla membuka telapak tangan Mars lalu membuat lingkaran dengan jarinya, Nayla menatap wajah Mars dan ia nampak rileks, pundaknya tak lagi tegang.

          “Feeling better?” tanya Nayla.

          Mars tersenyum dan mengangguk, ia membiarkan Nayla menggenggam tangannya dan membentuk lingkaran di telapak tangannya untuk beberapa saat sebelum beberapa teman di tim nya memanggil nya dan memintanya untuk ikut mereka melakukan meeting singkat dengan anggota lain.Nayla melepaskan tangan Mars yang ia genggam, Mars tak langsung menarik tangannya, ia mengepalkan tangannya dan mengangkatnya ke depan wajah Nayla.

          “Wish me luck?” tanyanya.

          Nayla mendekat dan meniup kepalan tangan Mars, ia menatap wajah Mars “Good luck”

***

Ini pertama kalinya Nayla datang ke acara seramai ini dan ia merasa ini salah satu pengalaman yang tak akan pernah ia lupakan seumur hidupnya, ia ikut berseru histeris saat Mars mencetak gol, Mars nampak begitu fokus pada permainannya dan Nayla merasa Mars semakin terlihat keren saat tubuhnya basah oleh keringat.Topi Mars yang tadi ia kenakan berada di pangkuannya, Mars memberikannya padanya setelah Nayla meniup kepalan tangannya, Nayla ingat saat itu Mars memberikannya tatapan yang sebelumnya tak pernah ia berikan hampir seperti cara ia menatap Angel… hampir.

          Nayla dan pendukung tim sekolah Mars atau bahkan pendukung Mars, berdiri dan bertepuk tangan saat hasil akhir menunjukan bahwa tim futsal Mars menang.Mars dan teman-temannya saling berpelukan untuk merayakan kemenangang mereka, yel-yel mereka diserukan oleh supporter mereka dan meski Nayla tak tau lirik yel-yel mereka ia ikut bertepuk tangan.Mata Mars tiba-tiba tertuju padanya, ia tersenyum padanya dan melambaikan tangannya, Nayla tak tau untuk apa, bukankan tadi Mars yang menunjukan tempat ini untuknya, tentu ia tau dimana Nayla.

          Mars melepaskan diri dari teman-temannya dan berlari ke arahnya, senyum nya begitu lebar, saat Mars sudah berada hampir di dekatnya, Nayla mengangkat tanganya untuk memberikan tos seperti yang Mars lakukan di sepanjang ia berlari dan bertemu dengan teman-temannya.Namun Mars mengabaikan sepenuhnya tangannya dan menubrukan tubuhnya ke tubuh Nayla sedikit keras namun tidak menyakitinya, ia memeluknya, begitu erat, tubuh Mars yang dipenuhi keringat menempel dengan tubuhnya, membasahi sebagian tubuhnya dengan keringat Mars.Ia menenggelamkan wajahnya di bahu Nayla dan Nayla bisa merasakan senyum Mars disana, tiba-tiba ia mengangkat tubuhnya dan memutarnya, Nayla terlalu terkejut dengan apa yang Mars lakukan , ia hanya bisa tertawa dan tangannya berpegangan pada pundak Mars, ia bisa mendengar suara tawa Mars di antara tawanya begitu pula seruan orang-orang di sekitar mereka.

          Mars menurunkannya dengan pelan dan Nayla tak tau mengapa ia ngos-ngosan padahal ia tak melakukan apapun selain tertawa, tangannya masih berada di pundak Mars dan tangan Mars masih memeluknya erat, jarak di antara mereka begitu tipis, Nayla bahkan bisa merasakan nafas Mars di atas bibirnya, begitu dekat dan hangat, aroma keringatnya dan wajahnya yang basah, helai rambutnya yang jatuh di dahinya, senyumnya, matanya…

          Terkadang kita berpikir bahwa hidup ini tak adil lalu seseorang berkata hal baik selalu datang kepada mereka yang sabar, seingat Nayla ia selalu menjadi pihak sabar dalam setiap hal, dalam hubungan nya dengan Mars, hubungan Mars dan Angel, dengan Angel, dengan teman-teman Mars, dengan teman-teman sekolahnya, hidupnya…

          Nayla tak tau bahwa 3 detik kedepan, hidupnya akan benar-benar berubah, mungkin ini adalah buah dari kesabarannya? Atau bahkan seperti buah kuldi yang Mars makan? Rasanya manis namun terlarang.Nayla tak tau, karena 3 detik selanjutnya setelah ia dan Mars saling menatap satu sama lain dengan senyum di bibir masing-masing, Mars mendekat dan mengecup pipinya, begitu lembut, Nayla bisa merasakan bibir Mars menyentuh lembut pipinya, Mars tak menekannya hanya ciumannya pelan dan lembut namun begitu intim, Nayla merasa ada luapan emosi yang begitu besar di dadanya, ia merasa… hidup.

          Ia tak pernah dicium oleh siapapun sebelumnya dan cinta pertamnya memberikannya ciuman di pipi paling romantis yang bisa ia bayangkan, Nayla begitu hopeless jika soal romansa, apa yang Mars berikan padanya hari ini diluar bayangannya, terlalu indah untuk menjadi nyata dan Nayla tak sadar jika ia menutup matany, tidak sampai ia merasakan jari Mars di pipinya, mengusapnya lembut.Nayla membuka matanya dan satu-satunya hal yang bisa ia lihat adalah sepasang mata Mars menatapnya balik. Nayla merasa seperti bermimpi namun pelukan Mars di tubuhnya, nafasnya, keringatnya… terasa begitu nyata, semua ini terlalu indah dan Nayla merasa ia akan jatuh pingsan atau menangis namun tangan Mars masih setia memeluknya, tak melepaskannya dan untuk pertama kalinya selama 8 tahun pertemanan mereka Mars menatapnya dengan tatapan… cinta.

***


 

8

Mars menggenggam tangannya yang berada di atas pahanya dengan satu tangannya yang tak memegang stir, ia meliriknya sekilas dan tersenyum sebelum matanya kembali fokus pada jalan raya.

          Saat ini mereka sedang dalam perjalanan pulang, Mars menjemputnya, setiap hari, setelah ia mencium pipinya di lapangan futsal 1 minggu yang lalu, Nayla tak tau apa yang ia lakukan dnegan Mars namun ia merasakan perubahan dari tindakan Mars padanya.

          Ia tak bisa mengatakannya dengan satu kata namun, seperti saat ini Mars selalu menggenggam tangannya saat mereka berkendara bersama, satu tangannya menggenggamnya erat dan ia selalu meliriknya setiap saat dan saat Nayla menangkapnya ia tersenyum.

          “Apa?” tanya Nayla, merasa penasaran juga geli.

          “Ngga apa-apa” jawab Mars sambil tersenyum lebar membuat Nayla semakin penasaran.

          “Kenapa kamu tersenyum kayak gitu kalau ngga ada apa-apa?”

          Mars mengangkat bahunya “Kamu kelihatan cantik”

          Pipi Nayla bersemu, ia malu dengan pujian Mars, ini bukan kali pertamanya Nayla memujinya tapi cara ia mengatakannya saat ini membuat perutnya seolah diisi dengan ribuan kupu-kupu yang berterbangan dan memaksa untuk keluar.

          Mars tertawa dan mengusap pipinya singkat sebelum kembali menggenggam tangan Nayla yang berada di atas pahanya “Blushing lagi”

          Nayla tersenyum malu.

          “Ke rumah ku dulu ya? Kita makan siang sama-sama?” tanya Mars.

          Nayla mengangguk, ia sudah sering melakukannya “Ok”

          Mars kembali meliriknya, ia mengangkat tangan Nayla yang ia genggam dan mengangkatnya lalu membuat Nayla kembali merona malu saat ia menciumnya “Makasih”

***

Mars mengajak Nayla untuk makan di kamarnya sambil menonton, ini rumah milik Mars jadi ia ikuti saja apa maunya Mars, keduanya masih mengenakan seragam saat mereka naik ke lantai 2 tempat kamar Mars berada sambil membawa piring dan gelas di tangan masing-masing.

          “Setel dulu Tv nya, aku mau ganti baju dulu” ucap Mars.

          Nayla mengangguk, memilih chanel yang ia suka dan meminum air nya sembari menunggu Mars keluar dari toiletnya, kamar Mars begitu besar, ia memiliki toilet di dalam kamarnya dan sebuah ruangan khusus untuk pakaiannya, Nayla tak pernah masuk kesana meskipun mereka sudah berteman sejak kecil, menurutnya itu terlalu privasi.

          Saat ia berada di kamar Mars saja ia selalu membiarkan pintu kamarnya terbuka namun jika Ac nya menyala, ia akan membiarkan gorden di kamarnya terbuka lebar-lebar.

          Mars keluar hanya dengan kaos dan celana pendek selutut, wajahnya sedikit basah, “Kamu mau pakai kamar mandi juga?” tawarnya.

          Nayla mengangguk, ia merasa ingin kecing dan mungkin juga mencuci wajahnya agar lebih segar, Nayla melepas kaos kakinya dan masuk ke dalam kamar mandi Mars, menyelesaikan urusannya dengan cepat dan mencuci wajahnya, ia mencuci tangannya dengan sabun cair tangan milik Mars dan mencium tangannya sendiri lalu tersenyum malu, bau nya seperti Mars.

          “Nay!” suara Mars terdengar dari luar.

          “Ya bentar!” jawab Nayla, segera menghentikan kelakuan konyolnya dan membasuh tangannya, “Kenapa sih teriak-teriak?” tanya Nayla.

          “Ayo makan, aku lapar” ucapnya.

          Nayla sedikit mengernyit “Biasa juga makan sendiri” ucapnya lalu mengambil tempat di samping Mars.

          “Kok makannya sedikit sih?” tanya Nayla saat melihat piring Mars yang isinya lebih sedikit dari isi piring nya.

          “Ngga terlalu lapar” jawabnya.

          “Kamu males makan” tuduh Nayla, mengetahui kebiasaan makan Mars, ia memindahkan sedikit nasi dan lauknya ke piring Mars.

          Mars mengerang “Aku ngga lapar Nay”

          “Tapi kamu laki-laki kamu seharusnya makan lebih banyak dari aku” ucap Nayla.

          “Kalau aku ngga habis jangan ngomel ya?” ucap Mars, sambil mengambil sendok dan mulai makan.

          “Aku bantuin” ucap Nayla.

          Mars menyipitkan matanya namun tak megatakan apa-apa, mereka menonton Tv dan sesekali membahas film yang mereka tonton, Nayla menyelesaikan makanannya lebih dulu dan meminum airnya sampai habis, ia melirik Mars yang hanya sibuk menonton dan makanannya bahkan tak berkurang seperempat, ia mungkin baru memakan beberapa sendok sebelum tenggelam dalam alur cerita film yang mereka tonton.

          “Mars, jangan nonton aja, makan” tegur Nayla.

          “Mars!” panggil Nayla lagi saat Mars hanya cengok menatap Tv.

          “Hah?”

          Nayla tersenyum geli melihat ekspresi bingung Mars “Makanan kamu Masr” Nayla mengigatkan sambil emnunjuk ke piring Mars yang masih penuh.

          Mars menunduk dan mengernyit “Aku sudah kenyang” ucapnya.

          “Tapi kamu Cuma makan 3 sendok”

          “4 sendok” ralat Mars.

          Nayla memutar matanya, ia mengambil piring Mars dan menyendokan nasi “Aaaaaa~~~” ucapnya sambil mengangkat sendok yang sudah berisi nasi itu ke depan mulut Mars.

          Mars merapatkan bibirnya seperti anak kecil yang menolak makan, ia menolak membuka mulut dan menggeleng keras kepala.

          Nayla tidak menyerah ia menggerakan sendoknya seperti pesawat dan membuat suara pesawat mengetahui Mars paling tidak suka di perlakukan seperti anak kecil, ia mengernyit dan menatap sendok itu tak suka, Nayla terus melakukannya hingga akhirnya Mars membuka mulutnya untuk memprotes namun di saat yang sama Nayla juga menyuapinya sehingga mau tak mau Mars harus mengunyah nasi di dalam mulutnya.

          Nayla tertawa melihat ekspresi kesal Mars, ia meminta maaf “Maaf, aku ngga mau kamu sakit” ucap Nayla.

          Mars menelan nasinya “Aku kan sudah bilang aku masih kenyang”

          “Habisin setengah nya?” tawar Nayla “Ya?” bujuk Nayla lagi saat Mars hanya diam.

          Mars menghela nafas dan akhirnya mengangguk.

          Nayla menyuapi Mars sampai setengah nasinya habis, setelah selesai Mars membawa piring dan gelas nya untuk di taruh di dapur nya, Nayla sedang memakai kembali kaus kakinya saat Mars masuk ke dalam kamar nya membawa sekotak ice cream, dahinya mengernyit.

          “Mau kemana?”

          “Pulang” jawab Nayla, ia harus mengganti seragamnya agar tak kotor.

          “Nanti aja, ka baru makan”

          “Aku mau ganti seragam” ucap Nayla.

          Mars memandangi seragam Nayla “Pakai baju ku aja” ucapnya.

          Nayla mengernyit “Maksud nya…?”

          “Ya dari pada kamu bolak-balik pulang gitu kan, mending kamu pakai baju ku aja”

          “Tapi… uhm.. aku pulang aja deh” ucap Nayla, rasanya aneh memakai baju laki-laki di tubuhnya.

          Mars menahan lengan Nayla dan menggenggamnya, ia berdiri lalu membawa Nayla masuk ke dalam ruangan penyimpanan baju nya, ada banyak sekali baju disini dan kebanyakan yang di gantung adalah jas.

          Mars membuka laci dan mengeluarkan kaos berwarna hijau, “Pakai ini?”

          “Tapi Mars-“

          “Aku tunggu di luar ya? kalau sudah panggil aku” ucap Mars mengabaikan penolakan Nayla.

          Nayla memandang kaos di tangannya, bukankah ini terlalu… intim, untuk mengenakan pakaian dari laki-laki lain? Tapi Mars adalah temannya, teman yang ia cintai… tapi ini Cuma baju! Baju laki-laki yang ia kagumi selama bertahun-tahun ini! tap-

          “Nay? Sudah belum?”

          “Uhm, i-iya bentar lagi” Nayla tak lagi berpikir panjang saat ia membuka seragam nya dan menggantinya dengan kaos Mars, kaosnya kebesaran di tubuhnya namun itu bagus karena bisa menutupi lekuk tubuhnya.

          Nayla merapikan rambutnya dan berjalan keluar, Mars menunggu di samping pintu dresser nya dengan kedua tangan di dalam saku, ia menoleh ke arah Nayla dan untuk sesaat ia nampak tertegun sebelum menjalankan matanya dari atas sampai ke bawah, ia tersenyum.

          Mars tak mengucapkan apapun saat ia menarik tangan Nayla dan membawanya duduk di pinggir tempat duduk, Mars menatapnya lekat dan ia menyelipkan rambut di telinga Nayla, wajah Mars semakin dekat seolah ia sedang menatap sesuatu di wajahnya, Nayla refleks mundur, ia tak pernah sedekat ini dengan lelaki manapun dan cara Mars menatapnya membuat tubuhnya panas dingin.

          Mars menahan tubuhnya dengan tangannya, menaruh satu tangannya di belakang kepala Nayla agar Nayla tak bisa mundur, gugup, Nayla menatap Mars, mencoba mencari tau apa yang Mars inginkan namun ia tak emnemukan jawabannya bahkan saat ia menatap kedua mata Mars lekat.

          Tangan Mars yang berada di belakang kepala Nayla di turunkan, perlahan turun ke punggungnya, tangannya menggenggam 2 tangan Nayla yang berada di masing-masing sisi tubuhnya dan Nayla bahkan tak bisa membuat gerakan apapun saat kepala Mars perlahan turun, wajahnya semakin dekat dan ia bisa merasakan bibir Mars berada di atas bibirnya.

          Ini ciuman pertama Nayla.

          Nayla memejamkan matanya, awalnya Mars hanya menyentuhkan bibir mereka sebelum menggerakan bibirnya lembut, hanya beberapa saat sebelum ia memundurkan wajahnya, ia mengusap pipi Nayla yang bersemu merah dan Nayla membuka matanya.

          Mars tersenyum padanya.

          “Mars?”

          “Hm?” Mars menggumam, ia menatap wajah Nayla dengan lembut, tangannya masih menggenggam tangan Nayla.

          “A-apa… kita…?”

          “Kita?”

          “Apa yang kita… kamu… lakukan?”

          Mars menunduk, menatap tangan mereka yang tergenggam “Aku ngga tau Nay”

          Dahi Nayla mengernyit.

          “Tapi aku suka saat ini, aku bahagia bersama kamu… kamu ngga?”

          Nayla menatap Mars “Aku… bahagia”

          “A-aku ngga tau apa yang aku rasakan sekarang ini Nay, tapi… aku merasa ini hal yang baik untuk kita” Mars balik menatap Nayla “Kamu ingat buku yang kita baca di toko buku?”

          Nayla mengangguk.

          Mars berdiri dan membuka lacinya, ia mengeluarkan buku itu dari lacinya, ia tersenyum malu “Aku beli bukunya”

          Mata Nayla sedikit membulat “Kamu beli bukunya?”

          Mars mengangguk “Aku… penasaran, awalnya aku Cuma mau baca tapi setelah beberapa halaman aku merasa… apa yang tokoh di buku ini rasakan hampir sama dengan apa yang aku rasakan”

          “Aku ngga mau berakhir menyedihkan seperti laki-laki ini, aku ngga mau kehilangan kamu Nay…” ucap Mars sungguh-sungguh.

          “Sebagai teman?” tanya Nayla hati-hati.

          Mars menggeleng “Lebih dari teman”

          Nayla merasa jantungnya baru saja berhenti berdetak, Mars kembali menggenggam tangannya “Aku ngga tau apa ini Nayla tapi… aku hanya ingin bersama kamu, lebih dari teman… aku ngga menyadari perasaan ini, ngga sampai beberapa saat terakhir ini, kamu selalu muncul di kepalaku dan aku sadar aku menyayangi kamu lebih dari sekedar teman… kamu mau memulai semuanya dari awal bersama aku kan?”

          Nayla tak bisa menahan air matanya, ia mengangguk, Mars tak tau berapa lama ia menunggu saat ini tiba, ia memeluk Mars erat dan hanya Tuhan yang tau betapa bahagianya ia saat ini.

***

Nayla menggerakan tubuhnya geli saat Mars menyelipkan tangannya di dalam kaus yang ia pakai, saat ini mereka sedang menonton Tv di kamar Mars, Mars duduk begitu dekat di samping nya, ia tak berhenti mencuri ciuman di pipi dan bibir Nayla meski Nayla sudah beberapa kali memintanya untuk berhenti dan menonton film yang ia setel.

          Mars menaruh dagunya di pundak Nayla, tangannya melingkar di tubuh Nayla, ini sudah minggu kedua mereka berada di dalam hubungan “lebih dari teman” dan keduanya begitu menikmati perubahan hubungan mereka.

          “Stop Mars!” ucap Nayla saat merasakan jemari Mars menggelitik pinggangnya.

          “Tapi kamu ketawa” ucap Mars tak mau berhenti.

          “Karena geli” ucap Nayla, berusaha menangkap tangan Mars, dagu nya yang berada di pundak Nayla juga membuat gerakan yang membuat Nayla kegeliaan.

          “Kamu ngga suka?”

          “Ngga! Stop!” ucap Nayla sambil tertawa.

          “Kalau aku ngga mau?”

          “Harus mau!”

          “Kalau aku ngga mau?” Mars mengulang pertanyaannya dan kali ini membuat tubuh Nayla terguling dan jatuh ke atas karpet, ia masih tertawa dan Mars menghentikan gelitikannya, ia merangkak di atas tubuh Nayla.

          “Lain kali kalau kamu mau aku berhenti bilang “Tolong”, ok?” Mars menunduk, hingga kini wajahnya berada tepat di atasnya.

          Nayla menggeleng “Ngga” ucapnya keras kepala.

          Bibir Mars tersenyum “Aku kasih kamu satu kesempatan lagi, bilang “Tolong” dan aku akan berhenti”

          “Kalau aku ngga mau?” Nayla meng-copy pertanyaan Mars, membuat Mars tersenyum lebar.

          “Hmmm…” Mars nampak berpikir dan saat Nayla menatapnya serius, menunggu apa yang akan Mars katakan tiba-tiba ia merasakan pinggangnya kembali di gelitik oleh Mars.

          Nayla kembali tertawa, tangannya dengan susah payah mencoba menghentikan gelitikan Mars, namun Mars tak mau menyerah “Say it” ucap Mars.

          “To-tolong!” ucap Nayla di antara tawanya.

          “Tolong apa?”

          “Tolong… ber- berhenti!”

          “Kamu yakin?” tanya Mars.

          “Ya! ya! tolong!” seru Nayla lagi di antara tawanya, ia hampir kehabisan nafas karena terlalu banyak tertawa.

          Mars akhirnya melepaskan tangannya dari pinggang Nayla dan menghentikan gelitikannya, ia menaruh tangannya di kedua sisi wajah Nayla, dada Nayla naik turun, mencoba mengambil udara sebanyak-banyaknya, wajahnya memerah dan keringat tipis berada di wajahnya, rambutnya terurai di sisi kepalanya, memberikan pemandangan bagi Mars yang berada di atasnya.

          Lutut Mars berada di antara kaki Nayla, tubuh mereka hanya berjarak beberapa centi, wajah Mars turun dan saat bibirnya hampir menyentuh bibir Nayla, ia melihat ke atas untuk melihat ekspresi Nayla, seolah tau apa yang ia lakukan, ia tersenyum dan mencium lembut bibir Mars, melumat pelan bibir Nayla yang sedikit terbuka saat ia mencoba bernafas dari mulutnya.

          Mars memundurkan sedikit wajahnya “Apa aku ciuman pertama kamu?” tanyanya di depan bibir Nayla.

          Dengan malu, Nayla mengangguk.

          Mars sudah mengetahui jawabannya namun ada kepuasaan tersendiri saat Nayla mengakuinya secara langsung.

          Mars mengecup bibir Nayla sekali lagi sebelum membantunya duduk, ia mendudukan Naya di atas pangkuannya, tersenyum saat melihat Nayla menunduk malu.

          “Mars” ucapnya, nampak tak nyaman dengan posisi duduk mereka namun Mars mengabaikannya, ia menyelipkan rambut Nayla ke belakang telinganya lalu menyugarnya ke belakang untuk memperlihatkan lehernya.

          Mars menggerakan wajahnya mendekat dan mencium lehernya, “Aku sayang kamu Nay” bisik Mars di telinga Nayla.

          Mars tak tau betapa bahagia nya Nayla mendengar kalimat itu, seperti ada ladang bunga yang tumbuh di dalam hatinya, Nayla bahkan tak hanya bahagia karena bunga yang bermekaran itu indah namun ia terlalu bahagia mengetahui fakta bahwa bunga itu tumbuh karena disirami oleh Mars.

          Mars memundurkan wajahnya untuk menatap wajah Nayla yang bersemu merah namun memiliki senyum yang terlukis indah di bibirnya, “Kamu sayang aku?” tanyanya pada Nayla.

          Harapan terlihat di matanya, bersinar bagai bintang di langit malam yang selalu Nayla tatap tiap kali ia mengintip dari jendela kamarnya dan menemukan pintu balkon Mars tertutup rapat, mengetahui ia sedang tak berada di rumah, berada entah dimana, bersama perempuan yang ia cintai, Nayla menatap bintang di langit untuk mengurangi rasa kecewanya, untuk menunjukan pada dirinya bahwa bahkan bintang yang berkelip indah seperti itu bisa bertahan seorang diri di gelap nya malam hanya untuk menemani para orang kesepian sepertinya.

          Nayla mengangguk “A-aku sayang kamu Mars”

          Mars sedikit mengangkat wajahnya membiarkan Nayla tau apa yang ia inginkan tanpa mengucapkan apapun.

          Nayla sedikit menunduk, ia menatap Mars ragu, ia duduk di atas pangkuan Mars dengan kedua sisi kaki berada di sisi tubuh Mars, tangannya berpegangan pada pundak Mars, perlahan, ia merendahkan wajahnya, menatap Mars seolah bertanya apa yang ia lakukan sudah benar lewat tatapan matanya, namuan ekspresi Mars tak bisa ia tebak, yang ia tau Mars menginginkannya dan Nayla tak mampu untuk menolaknya.

          Ia semakin merendahkan wajahnya dan menaruh bibirnya di atas bibir Mars, menyentuhkan bibir mereka, mata Mars terpejam dan bibirnya sedikit terbuka, nafas berat nya berhembus di wajah Nayla.

          Nayla menempelkan bibir mereka dan bibir Mars mulai bergerak perlahan, ragu, Nayla mengikutinya.

          Angin sore berhembus dari pintu balkon Mars yang sedikit terbuka, membuat gorden putih yang menggantung bergerak melambai bak penari, Nayla tanpa sadar mengeratkan genggamannya pada pundak Mars saat Mars menggerakan bibirnya dengan sedikit lebih cepat dan menggoda bibir Nayla untuk terbuka dengan lidahnya, mereka berdua sama-sama mengerang, menikmati ciuman mereka.

          Sebelumnya hanya Mars yang menciumnya dan Nayla hanya diam, tak tau harus berbuat apa, angin sore masuk ke dalam kamar Mars, tempat dimana 8 tahun ini mereka habiskan sebagai teman, tak pernah keduanya sangka bahwa pada akhirnya mereka akan berada di tempat yang sama dengan posisi dan status yang berbeda, dengan kedua tubuh menempel dan bibir yang bersatu, seolah mereka 1 jiwa yang terpisah dalam 2 tubuh.

          Menghabiskan sore yang berangin itu dengan saling mencumbu satu sama lain seolah tak ada hari esok, bagi Nayla ini adalah pengalaman pertama yang tak akan terlupakan baginya namun bagi Mars, ini bukan pertama kalinya dan mungkin… mungkin saja, ini sama seperti yang sudah-sudah, terlupakan begitu saja.

***


 

9

“Hi”

          Mars mendekat dan mencium pipinya membuat Nayla terbelalak, mereka sedang berada di area sekolahnya, Mars baru saja menjemputnya dan meski tak banyak murid berada di sekitar mereka namun tetap saja mencium pipinya di area dimana moral selalu digaung-gaungkan adalah hal yang salah.

          Bagaimana jika ada temannya yang melihat atau lebih parah Guru? Ia bisa saja dikenai hukuman atau sanksi berat.

          Nayla memundurkan tubuhnya “Mars!” tegurnya.

          Alis Mars terkait, melihat ekspresi jengkel dan terkejut di wajah Nayla “Kenapa?”

          “Ini di sekolah Masr, teman-temanku bisa aja lihat, lebih parah lagi kalau ada Guru yang lihat”

          Mars melirik ke sekitar “Ngga ada siapa-siapa” ucapnya dengan nada santai, seolah ia tak baru saja membuat jantung Nayla berhenti untuk beberapa detik.

          Nayla bukan orang seperti Mars yang berani melakukan apapun tanpa takut konsekuensinya, ia penakut dan selalu menghindari masalah, dulu ia sering menangis setiap kali pulang dari sekolah karena banyak teman di kelasnya yang mengganggunya, tak hanya perempuan yang suka mengejek dirinya namun teman-temannya yang laki-laki sering mempermainkannya.

          Ia jarang bersosialisasi dan orang yang sangat pemalu, menyebabkan ia menjadi mangsa mudah untuk para pembulyi, mereka tau ia tak akan berani melapor bahkan jika Nayla dipukul.

          Itu sebabnya Mars suka mengenalkannya pada teman-temannya, namun teman-teman Mars sangat berbeda dengan dirinya, mereka mudah berekspresi dan berjiwa bebas sedangkan Nayla cukup kaku dan berhati lembut, ia tak melakukan sesuatu hanya karena ia ingin melakukannya, ia selalu membuat perhitungan matang-matang dalam setiap tindakannya, cenderung seperti ia takut melakukan sesuatu karena ia takut gagal.

          “Tolong jangan ngelakuin itu lagi” pinta Nayla sungguh-sungguh.

          Mars menunjukan ekspresi tidak suka, “Kenapa? kamu pacar ku” ucapnya.

          “Maksudku Mars… ada beberapa tempat yang membuat aku merasa ngga nyaman kalau kamu cium aku… aku hanya mau kamu melihat situasi dan kondisi aja”

          Mars hanya menatapnya, wajahnya berubah keras, ia menatap ke depan dan tanpa mengucapkan apapun, ia menjalankan mobilnya.

          Nayla menghela nafas, tak menyangka jika Mars akan marah untuk sesuatu yang begitu sederhana dan masuk akal seperti itu, ia melarang Mars bukan hanya untuk kebaikannya saja namun juga Mars.

          “Kita mau kemana?” tanya Nayla saat melihat arah tujuan mobil Mars berlawanan dengan rumah mereka.

          “Rumah temen ku” jawab Mars.

          “Siapa?”

          “Henry”

          Mendengar nama Henry membuat Nayla merasa tak nyaman, tak hanya Henry sering membuatnya kesal karena sikap aneh nya yang entah mengapa menyinggung perasaannya namun juga karena Henry adalah orang terakhir yang ingin Nayla temui di dalam hidupnya.

          “Mau ngapain?” tanya Nayla.

          “Ya main aja” Mars meliriknya sekilas “Kenapa?” satu alisnya terangkat.

          Nayla menggeleng “Ngga papa”

          Mars mampir ke minimarket terlebih dahulu “Kamu mau ikut turun?” tanyanya sambil melepas seatbelt.

          Nayla menggeleng.

          “Mau sesuatu?”

          “Minum aja”

          Mas mengangguk dan mencium pipinya sebelum turun dari mobil. Nayla tanpa sadar memperhatikan punggung Mars yang menjauh, ia menaruh tangannya di pipinya yang baru saja Mars cium, ia menyukainya namun itu bercampur dengan rasa bersalah, ia merasa begitu murahan, ini pertama kalinya ia pacaran namun apa yang ia dan Mars lakukan sudah begitu intim, tak seperti yang Nayla bayangkan, ia pikir ia akan memiliki hubungan pacaran yang normal ala anak SMA.

          Namun, Mars memberikannya pengalaman diluar bayangannya, ia tak tau harus bahagia atau kecewa. Mars kembali dan membelikannya beberapa minuman juga snack.

          “Kok banyak banget?” ucap Nayla membuka salah satu minuman dan meminumnya.

          “Untuk anak-anak disana” ucap Mars.

          “Ada berapa orang disana?”

          “Ngga banyak, paling 7”

          Nayla mengangguk-ngangguk, ia menawarkan botol yang sudah ia buka pada Mars “Mau?”

          Mars mengambilnya dan meminumnya.

          Rumah Henry tak terlalu besar, 2 lantai namun minimalis, dikelilingi pagar yang tingginya normal, tak setinggi pagar di rumah Mars, Mars bilang Henry tinggal disini berdua saja bersama Kakaknya yang sudah kuliah, orang tua Henry bekerja di Papua, di sebuah perusahaan besar bersama adik terakhir mereka.

          Tak terlelu banyak teman Mars disana namun masalahnya mereka semua adalah teman-teman Mars yang tak dekat dengan Nayla, mereka menatap Nayla penuh penasaran saat Mars masuk ke dalam rumah Henry dengan menggandeng tangannya.

          Nayla menduga jika teman-teman Mars belum mengetahui jika kini mereka berdua berpacaran, Mars menyapa teman-temannya, termasuk Henry si pemilik rumah, ia bersama seorang perempuan yang hanya mengenakan tanktop dan celana jeans, di meja ada beberapa botol yang Nayla duga sebagai alkohol karena baunya aneh dan… siapa yang tak tau botol alkohol?

          Beberapa bekas bungkus snack berhamburan di lantai dan banyak bekas putung rokok di asbak, Nayla begitu terkejut dengan apa yang ia lihat hari ini, ia tak melihat pemandangan seperti ini sebelumnya.

          Henry mengangkat tangannya untuk menyapa Mars “Telat lo?” tanyanya.

          “Gue jemput Nayla dulu” ucap Mars.

          “Oh…” Henry tersenyum miring “Pacar”

          Nayla mencoba menahan dirinya agar tak mengucapkan sesuatu yang akan memicu masalah, ia tak mengerti mengapa Henry terus-terusan memberinya senyum miring menjengkelkan itu, ia melirik perempuan di samping Henry dan mengernyit, perempuan itu tak nampak normal… nafasnya berat dan ia nampak tak berada di Bumi, Nayla bisa mengatakan jika kesadarannya tak sepenuhnya berada dalam dirinya.

          Ia melirik Mars yang sama sekali tak terganggu dengan pemandangan itu, ia sibuk berbicara dengan teman-temannya sambil tertawa, Nayla ingin bertanya namun takut, Mars menggandeng tangannya dan keduanya duduk di sebuah sofa yang berhadapan langsung dengan Henry dan… pacarnya?

          Henry merentangkan tangannya ke samping hingga melingkupi tubuh perempuan di sampingnya, Nayla masih menatap perempuan itu dengan penasaran dan simpati, ia takut sesuatu yang buruk terjadi pada perempuan itu.

          Henry yang melihat arah mata Nayla tersenyum miring, ia menarik perempuan itu lebih dekat ke arahnya dan menarik dagunya lalu mencium bibirnya, Nayla langsung mengalihkan wajahnya ke samping, tak mau melihat pemandangan menjijikan itu, entah mengapa Henry nampak bangga dengan kelakuannya, ia bahkan tersenyum lebar.

          Mars melempar Henry dengan bungkus snack yang masih tersisa setengah “Begok!” ucapnya.

          Henry melepaskan ciumannya dan tertawa, ia menegakan tubuhnya dan mengambil bungkus rokok di depannya, menyalakannya dan mengeluarkan asap dari mulutnya, kepalanya mendongak. Henry menatap Mars dan mengangkat satu alisnya, “Lo ngga mau?” tanyanya.

          Mars melirik Nayla sekilas sebelum menggeleng “Ngga”

          Alis Henry bertemu, wajahnya menunjukan ekspresi geli “Biasa juga lo mau” ucapnya, ia mengambil bungkus rokok itu dan memanggil salah satu temannya “Mars ngga mau!” ucapnya.          

          “Tumben” ucapnya, mengeluarkan sebatang rokok dari dalam bungkus dan ikut memasang ekspresi geli di wajahnya saat menatap Mars.

          Mars memutar matanya, ia mengeluarkan botol minuman yang ia beli tadi dan meminumnya dari sana.

          Henry tertawa “Ngga minum juga?” ucapnya geli.

          “Shut up” ucap Mars kesal.

          Mars dan beberapa temannya mulai mengobrol dan Nayla hanya duduk di samping nya, mendengarkan obrolan mereka sambil memakan kripik kentang di tangannya, tangan Mars berada di pinggangnya mengusap kulitnya dari balik seragam yang ia kenakan.

          Nayla sungguh tak menyukai berada di rumah Henry, ada bau alkohol, asap rokok dan bau-bau aneh lainnya disini, bukan Cuma bau nya namun hanya melihat botol alkohol saja membuatnya mual, Nayla heran mengapa jika hal ini begitu normal untuk Mars tapi ia tak ikut merokok atau minum seperti teman-temannya.

          Apakah ia memang tak merokok dan minum alkohol?

          Atau ia tak merokok dan minum alkohol hanya karena ada Nayla disini?

***

Nayla mengeluarkan tangan Mars dari dalam kaosnya, ia menghela nafas “Mars, stop, kamu bilang kamu mau ngajarin aku belajar”

          Hubungan mereka sudah lebih dari 1 bulan dan jika Nayla boleh jujur, ia merasa tak nyaman dengan beberapa hal, khususnya teman-teman Mars, kepergian mereka ke rumah Henry minggu lalu, bukanlah yang terakhir, namun itu sebuah awal, Mars terus-terusan membawanya kemanapun ia mau, bahkan ke rumah temannya yang sama sekali tak Nayla kenal.

          Nayla pernah menolaknya dan Mars terlihat kesal, ia bilang ia hanya ingin Nayla menemaninya, hanya itu, Mars benar, Nayla memang hanya menemaninya namun bayangkan duduk di sebuah tempat asing bersama orang-orang asing dengan suasana dimana kebanyakan orang di sekitarnya mabuk atau bahkan tak sadar, itu pemandangan yang melukai matanya.

          Ia merasa tak nyaman dan ia sudah sangat jelas menunjukannya pada Mars namun Mars terus mengatakan jika Nayla adalah kekasihnya dan ia ingin Nayla selalu berada di dekatnya. Mars memang tak mengkonsumsi alkohol dan merokok saat bersamanya, namun Nayla yakin 1.000% jika ia melakukannya saat Nayla tak bersamanya.

          Logikanya, bagaimana mungkin Mars bisa menjadi seputih kertas saat seluruh temannya berlumuran tinta? Namun, Nayla menghargai dan sangat berterima kasih pada Mars karena mampu menahan kebiasaan buruknya saat bersamanya.

          Ia tak tau harus bereaksi apa jika Mars mulai mengambil botol alkohol dan meminumnya, ia tak suka laki-laki yang meminum alkohol, ia bahkan tak pernah membayangkannya, ia tau jika lai-laki seusia Mars akan mulai merokok karena rasa penasaran, sebelum mereka berpacaran pun Nayla tau jika Mars merokok, namun semenjak mereka resmi bersama Mars sama sekali tak pernah merokok di depannya.

          Satu hal lagi yang sangat ia tak sukai atau mungkin bisa ia katakan, benci, Mars tak bisa berhenti menyentuhnya, hanya sentuhan samar atau lembut seperti pegangan tangan dan mengelus rambut adalah tindakan yang akan semua perempuan sukai namun Mars berbeda, ia lebih agresif dan suka menyentuh Nayla dimana-mana bahkan di tempat yang Nayla telah beritahukan padanya untuk tak menyentuhnya.

          Kebanyakan waktu Mars menganggap ancamannya sebagai candaannya, ia akan menciumnya lalu tersenyum lebar seolah ia tak berbuat salah. Nayla bingung harus melakukan apa atau mengatakan apa agar Mars mengerti.

          Yang paling buruk dari sifat agresif nya itu adalah ia tak segan melakukannya di depan orang lain, menempatkan Nayla pada posisi yang benar-benar canggung dan salah, jika ia memarahi Mars di depan orang-orang itu akan membuat harga diri Mars terluka namun jika ia membiarkannya Mars akan terus mengulangnya, lagi dan lagi.

          “Jangan khawatir, nanti aku selesaiin” janji Mars, ia memang sering mengerjakan tugas Nayla jika Nayla meminta tolong padanya, namun kali ini ia benar-benar tak mau Mars melakukan itu, ia hanya ingin Mars menjauhkan tangannya darinya dan mengajarinya seperti dulu, ia tak membenci Mars namun ia tak menyukai kebiasaan Mars yang satu ini.

          “Mars” ucap Nayla “Kamu janji mau temanin aku belajar bukan ganggu aku”

          “Kita sudah belajar dari tadi Nay, kamu ngga capek?”

          Nayla capek namun ia lebih capek lagi jika harus menghadapi keagresifan Mars. “Kalau gitu aku pulang aja, aku capek mau tidur”

          Dahi Mars mengernyit “Tidur disini aja”

          “Ngga Mars, orang-orang di rumah kamu bakal salah sangka”

          “Siapa yang peduli?”

          “Mars”

          Mars menghela nafas “Ok, tapi nanti malam jadikan?”

          Nayla juga tak menyukai yang satu ini, Mars selalu pergi keluar rumah dan pulang larut malam, untuknya itu hal yang biasa namun untuk Nayla, itu hal yang sangat mengganggu, terlebih Neneknya tak menyukai kebiasaan itu, ia beberapa kali kena tegur karena jalan dengan Mars sampai malam.

          Tentu, Orang tua mana saja pasti khawatir jika anak gadia nya bepergian sampai larut malam bersama seorang laki-laki dan meski Neneknya sudah mengenal Mars semenjak ia kecil itu tetap bukan alasan untuk membenarkan tindakan keduanya, ia hanya memberi ijin untu sesekali dalam sebulan bukan hampir setiap hari seperti yang Mars lakukan.

          Nenek Nayla sangat percaya pada Mars itu sebabnya ia mempercayai Mars saat mereka pergi bersama namun Neneknya selalu berpesan untuk tak melewati batas dan menjaga dirinya terhadap laki-laki, siapapun itu, Mars termasuk.

          “Mars, kemarin kan kita sudah pergi sampai jam 11 malam, aku ngga bisa minta ijin Nenek ku lagi buat pergi” ucap Nayla.

          “Aku yang bakal minta ijin”

          “Ngga Mars, kita sudah keluar sama-sama hampir setiap hari, Nenek ku bakal ngga suka kalau tau aku keluar lagi malam ini”

          “Ayolah Nay, aku juga selalu jaga kamu kan kalau kita jalan sama-sama” ucap Mars “Lagian juga aku ngga bawa kamu pergi ke tempat-tempat aneh”

          “Rumah Henry kamu bilang ngga aneh?” tanya Nayla “Itu tempat paling aneh yang pernah aku datangi dalam hidup ku”

          Wajah Mars berubah “Ngga ada salahnya kalau kita kesana, yang penting kita ngga ngelakuin apa yang mereka lakukan kan?”

          Nayla menghela nafas lagi, ia mengumpulkan bukunya “Lain kali aja gimana? aku benar-benar ngga bisa malam ini Mars, ngga papa kan?”

          Mars diam, ekspresi nya menunjukan kalau ia tak setuju.

          Nayla mendekat dan mencium pipi Mars sekilas “Aku pulang ya” tanpa menunggu jawaban Mars, Nayla berdiri dan berjalan pulang ke rumahnya.

Terpaksa, Mars akhirnya pergi sendirian malam ini, dengan marah dan sedikit kecewa, ia memahami situasi Nayla tapi tetap saja ia marah. Mars melihat dari pintu balkon nya lampu kamar Nayla masih menyala, biasanya ia akan mengabari Nayla jika ia akan pergi namun saat ini karena marah ia langsung pergi ke mobilnya tanpa mengirimkan pesan pada Nayla dan melajukan mobilnya ke markas mereka.

          Sudah lama ia tak kesana, semenjak ia dan Nayla berpacaran, Mars berusaha sekeras mungkin untuk tak mengikutkan Nayla pada kehidupan bebas nya, ia hanya mengenalkannya ke bagian terkecil lingkungan bebasnya seperti rumah Henry dan Nayla sudah dibuat takut akan hal itu.

          Ia tak lagi minum atau merokok saat bersama teman-temannya di depan Nayla, meski ia yakin Nayla pasti sudah tau jika ia pernah menjadi bagian atau juga masih menjadi bagian dari 2 perbuatan terlarang itu namun ia belum mengatakan apapun, mungkin nanti jika Mars benar-benar melakukannya di depannya Nayla akan mulai mengeluarkan petuah-petuahnya.

          Mars menghentikan mobilnya di depan markas mereka, seharusnya malam ini ia pergi ke rumah Rian, salah satu temannya, ia sama nakal nya dengan Mars namun apa yang akan terjadi di rumah Rian dan di markas begitu berbeda.

          “Ya ini yang sudah di tunggu-tunggu! Akhirnya datang juga” seru teman-temannya saat melihat Mars yang sudah hampir sebulan ini menghilang.

          Mars mengangkat satu tangannya untuk menyapa teman-temannya, ia duduk di samping Henry yang malam ini menggandeng perempuan yang berbeda lagi, Mars menggeleng-gelengkan kepalanya, Henry akan mati karena penyakit kelamin atau tidak karena overdosis.

          Henry tersenyum miring mengetahui Mars duduk di samping nya, “Mana cewek lo?”

          Mars mengangkat bahunya dan menyandarakn tubuhnya ke sofa.

          Henry menaruh gelas di depannya dan menuangkan alkohol ke dalam nya, “Ngga ada cewek lo kan? Berarti boleh minum dong” oloknya.

          Mars meliriknya kesal namun berpikir bahwa apa yang dikatakan Henry ada benar nya. Ia mengambil gelas itu dan meminumnya, Henry menuangkannya lagi.

          “Lo kemana aja Mars, sombong banget lo semenjak punya pacar baru ngga mau ngumpul sama kami lagi” ucap Felix.

          “Gue sibuk” jawab Mars seadanya.

          “Sibuk ngecengin ceweknya, udah ngga usah lo bahas, lo lihat mukanya butek pasti abis kelahi sama bidadari eh maksudnya Nayla-nya” ucap Henry sambil tersenyum mengejek membuat teman-temannya tertawa.

          “Nayla? Itu cewek baru lo?” tanya Felix.

          Mars mengangguk.

          “Namanya kayak ngga asing”

          “Yang waktu itu dia ajak ke rumah gue, lo inget ngga cewek yang suka ke rumah Mars kalau kita buat acara?” Henry mengingatkan.

          Felix nampak mengingat-ngingat “Oh itu” Felix melirik Mars “Shit, jadi lo beneran putus sama Angel?”

          Mars mengangguk “Udah lama”

          Felix tertawa “Anjir, bakal awkward banget malam ini, si Angel juga ada disini”

          Dahi Mars mengernyit “Dia disini?”

          “Di lantai atas” jawab Henry.

          Henry mengeluarkan rokok dari saku celananya, itu bukan rokok biasa, itu lintingan ganja, Henry adalah seorang pecandu, ia sering menyuplai barang ke teman-temannya termasuk Mars, Mars tak akan berbohong dengan bekata jika ia tak pernah mencobanya, ia sudah mencoba beberapa jenis narkoba namun tak pernah sampai ke tahap pecandu seperti Henry.

          Ia tak tau Henry mendapatkan barang-barang haram itu darimana namun selagi ia bisa mendapatkannya dengan mudah, Mars akan menutup mulutnya. Lagipula ia tak mendapatkan barang ini gratis, ia harus membelinya dengan harga mahal.

          “Mau?” tawar Henry.

          Tanpa berpikir panjang Mars langsung mengambilnya, Sheryl duduk di samping nya dan mengambilnya dari mulut Mars saat Mars akan menyalakan rokoknya.

          “Kembaliin” tegur Mars serius, ia sedang membutuhkannya, perkelahiannya dengan Nayla membuat kepalanya pusing, belum lagi mengetahui jika Nayla tak menyukai banyak hal dalam hidup Mars, ia merasa hubungan mereka begitu rentan.

          Sheryl menyelipkan rokok itu di mulutnya dan menyalakannya, mengambil satu hisapan dan menghembuskan asapnya di depan wajah Mars, ekspresi nikmat terlihat begitu jelas di wajahnya.

          Sheryl melepaskan rokok itu dari mulutnya dan menyelipkannya ke mulut Mars, Mars mengambil satu hisapan panjang dan menghembuskan asap dari mulut serta hidungnya.

          Fuck. Ia membutuhkannya.Sudah sejak lama, sejak ia terakhir kali menggunakannya. Henry memang tau barang bagus.Mars dan Sheryl terus berbagi rokok itu sampai tersisa setengah, Sheryl merangkak di atas pangkuannya dan mereka mulai berciuman, Mars menaik turunkan tangannya, menyentuh setiap bagian tubuhnya yang dulu pernah ia rasakan.

          “Get a room” ucap Felix kesal.

          Mars menaik turunkan tangannya di atas paha Sheryl dan menurunkannya dari pangkuannya, ia mengambil rokok dari tangan Sheryl dan mengambil hisapan terakhir sebelum memberikan rokok itu kembali pada Sheryl dan berdiri dari sofa.

          “Kemana?” tanya Sheryl, ia nampak sedikit mabuk dan high.

          “Kencing”

          “Mau aku ikut?” ia tersenyum menggoda.

***


 

10

 

“Mau aku ikut?” ia tersenyum menggoda.

          Mars hanya  mengabaikannya dan berjalan ke lantai atas dengan langkah sedikit goyah, di perjalanannya saat naik tangga ia diberikan sebotol alkohol oleh temannya yang ia terima dengan senang hati, tenggorokannya agak sedikit kering karena merokok.

          Mars menaiki tangga itu smabil meminum alkohol langsung dari botol nya, ia berbelok dan langsung masuk ke dalam toilet untuk menuntaskan bisnis nya disana. Saat ia berjalan keluar, ia berniat kembali ke lantai bawah namun langkahnya terhenti saat ia melihat seseorang di depannya, hanya punggungnya namun Mars sudah hapal betul siapa pemilik punggung itu.

          Mars berjalan ke arahnya, karena itu arah yang ia tuju namun di saat yang bersamaan ia berbalik, ada kecanggungan di antara keduanya dan mengingat mereka putus dalam keadaan yang kurang baik, ada sedikit kebencian dan rasa marah yang yang menguar di antara mereka.

          “Gimana Angel udah dapat?” Winda, sahabat Angel datang dari arah belakang Angel, ia melihat Mars dan nampak mengernyit, Mars yakin jika Angel telah emnceritakan versi nya atas alasan putus mereka, tak heran ia diberi tatapan tajam olehnya.

          “Oh lo Mars, masih hidup lo?”

          Mars mengangguk “Belum mati lo?” tanya Mars setengah bercanda.

          “Tai lo, mau kemana? Mau balik ke sahabat yang sekarang jadi pacar lo itu?” tanya Winda.

          “Yeah, kenapa?” tanya Mars memilih untuk mengikuti saja arah pembicaraan Winda.

          “Oh padahal gue mau ngajakin lo main games sama anak-anak lainnya, bawa cewek lo kesini sekalian” ucap Winda, jika ia bukan perempuan sudah Mars tonjok dari tadi.

          “Dia ngga ikut, gue kesini sendirian”

          “Ngga diajak?” tebak Winda.

          “Dia ngga mau” Mars menjawab jujur.

          Winda memberikannya sebotol alkohol “Ikut lo” ajaknya.

          Mars tanpa banyak bicara mengikuti keduanya, teman-temannya sedang bermain game di lantai, ia tak tau game apa itu namun ia memilih untuk ikut saja, ia duduk di samping Winda dan Angel duduk di pinggir.

          “Bentar gue mau angkat telpon Nyokap gue” ucap Winda, segera berdiri dan mencari ruangan yang lebih sepi.

          Permainan di hentikan sementara, menunggu Winda selesai menelpon Ibunya, yang lain segera turun ke bawah untuk mengambil minuman atau makanan, sisanya pergi ke toilet. Hanya tersisa Angel dan 2 orang laki-laki yang sedang mengobrol serius sambil merokok di ujung ruangan, sesekali mereka tertawa sambil memperlihatkan Hp satu sama lain. Kemungkinan menonton video porno yang mereka rekam diam-diam dengan pasangan one night stand mereka.

          Angel mengambil botol alkohol yang tersisa setengahnya di depannya, saat ia mendekatkannya ke bibir, Mars menghalanginya.

          “Kamu sudah minum terlalu banyak” ucap Mars, wajah Angel sudah sedikit memerah, Angel bukan peminum yang kuat, ia hanya tahan minum paling banyak 2 gelas dan dia sudah sangat mabuk.

          “Apa urusan kamu?” tanya Angel, ia mencoba menarik tangannya paksa dari genggaman Mars namun Mars menarik tangannya dan meminum sisa alkohol di botol sampai habis membuat Angel mendengus.

          “Kamu itu brengsek, kamu tau itu kan?” tanya Angel kesal.

          “Aku tau” jawab Mars santai.

          “Itu kenapa kamu selingkuh dari aku dan pacaran sama teman ku sendiri, ya?! karena kamu orang brengsek?” tanya Angel marah.

          “Aku kenal Nayla jauh lebih dulu dari kamu” ucap Mars.

          “Tetap itu bukan alasan untuk kamu pacaran sama dia setelah putus sama aku, apa kamu bahkan pacaran sama dia setelah putus sama aku atau sebelum kita putus? Saat kamu menyelingkuhi ku juga sama Sheryl?!” tanya Angel marah, ia berdiri dan mulai berjalan pergi.

          Mars mengejarnya, nampak sama marah nya “Sudah aku bilang berapa kali, aku ngga pernah selingkuh sama Sheryl!”

          Angel berbalik dan menunjuk wajah Mars dengan mata memerah, menahan air mata “Tapi kamu tidur sama dia!”

          “Aku mabuk! Sudah berapa kali aku bilang kalau aku mabuk!” ucap Mars marah.

          Angel berbalik dan berjalan menuju ruangan yang selalu mereka gunakan untuk istirahat saat mereka pacaran dulu, “ITU TETAP SELINGKUH!” teriak Angel marah.

          “Ya, dan kamu? Kamu selingkuh sama mantan kamu! Apa bedanya kita huh?!” Mars mengikuti di belakangnya dan membanting pintu di belakangnya dengan keras.

          “Tapi aku ngga tidur sama dia brengsek! Aku ngga segila kamu!” Angel kembali berbalik dan meneriakinya “Dan sekarang kamu memilih untuk pacaran dengan perempuan yang sudah aku perlakukan dengan baik seperti saudara ku sendiri! kamu bilang dia Cuma teman kamu! You’re liar! You fucking li-“ ucapan Angel terhenti saat Mars menyatukan bibir keduanya dan mencium bibirnya dengan keras dan Angel membalasnya sama kerasnya.

          Mars bisa merasakan lekuk tubuh Angel yang begitu ia kenal di tubuhnya, dadanya naik turun di atas dada Mars dan tangannya merangkul lehernya. Mars memejamkan matanya, situasi seperti ini membuat ia teringat dengan saat-saat menyenangkan mereka di atas tempat tidur, bukannya mereka hanya melakukannya di atas tempat tidur namun juga banyak di tempat lain namun, ia sudah sangat lama… sebulan lebih tak merasakannya dan mendekap tubuh yang sama dengan tubuh yang selalu ia dekap saat ia mencari kenikmatan itu membuat tubuhnya panas dingin.

          Tangannya naik ke rambutnya dan terselip di antara helainya, sedikit menariknya saat Mars memperdalam ciuman mereka, tangan Mars turun dari punggung ke pinggangnya, menariknya lebih dekat hingga membuat Angel bisa merasakan gairah Mars yang bangkit di bawah sana.

          Bibir keduanya masih berciuman saat Mars mulai menuntunnya berjalan mundur dan kakina menabrak kaki tempat tidur, Mars menjatuhkan tubuh keduanya ke kasur sama sekali tak melepaskan ciuma mereka, yang ada keduanya hanya semakin memperdalam ciuman yang telah lama tak keduanya rasakan.

          Ini persis seperti apa yang selalu mereka lakukan saat mereka bertengkar, pertengkaran hanya meningkatkan gairah keduanya dan mendorong mereka untuk melakukan apapun selain menyelesaikan masalah mereka.

          Tangan Mars mulai meraba payudara Angel dan Angel menengadahkan wajahnya ntuk mengerang nikmat, matanya terpejam erat, merindukan sensasi yang sudah selama sebulan lebih ini tak ia rasakan.

          Jangan tanya bagaimana Mars, ia sudah terbiasa dengan kehidupan seperti ini sejak ia berada di kelas 10 SMA, rasanya sulit lepas dari jerat kenikmatan yang mudah ia dapatkan seperti ini.

          Kenikmatan yang selama satu bulan lebih ini coba ia alihkan, tangan Mars dengan lihai membuka satu persatu pakaian yang Angel kenakan, ia mengerang saat melihat pakaian dalam berwarna hitam yang Angel kenakan.

          Angel tak mau berdiam diri, ia bangun dan membuka baju Mars serta melepaskan ikat pinggang di celananya, membukanya dengan cepat hingga keduanya hanya berbalut celana dalam. Mars kembali mendorong tubuhnya jatuh ke atas tempat tidur lalu menciumnya dengan rakus, merindukan bibir Angel di bibirnya dan sentuhan kulitnya di kulitnya.

          “Fuck” ucap Mars dengan suara sarat akan gairah, Angel terlalu mengenal Mars, ia sangat mengenal Mars, ia tau apa yang Mars butuhkan saat ini, ia menempelkan tubuhnya ke pusat gairah Mars yang sudah terasa begitu bersemangat di bawah sana, perlahan tangannya turun dan mengusapnya dari balik bokser yang Mars kenakan.

          Mars menutup mata dan mendesis penuh nikmat.

          Ia tak tahan lagi, Mars membuka kain terakhir di tubuh Angel dan meraih paket kondom di lacinya, sedikit terlalu terburu ia menjatuhkan beberapa barang di atas nakas.

          Mars mendesis “Fuck, dimana kondom nya?” ucapnya kesal, suaranya sarat akan gairah yang tak terbendung.

          Angel meraih ke bawah dan menyentuh gairahnya, Mars menunduk dan mendesis saat tangan Angel bergerak naik turun.

          “Shiiiit” ucapnya, ia mencium bibir Angel lagi sebelum melepakan ciumannya, ia berdiri dan membuka semua laci di samping tempat tidur saat ia menemukan apa yang ia cari, ia kembali ke tempat tidur dan Angel mengambil paket kondom di tangannya.

          Jarinya dengan lihat memasangkannya pada milik Mars dan malam itu, Mars menyadari bahwa tak peduli seberapa keras ia berusaha untuk menjadi lelaki baik pada akhirnya ia menyadari bahwa dirinya yang sebenarnya adalah laki-laki yang hidup dengan kegelapan dan kebebasan tanpa batas.

***

“Nomer yang anda tuju sedang berada di luar jangkauan-“ Nayla memandang nomer Mars dengan kernyitan, hubungan mereka sudah berjalan 2 bulan namun kini ia menyadari Mars menjadi sedikit berbeda dengan saat bulan pertama hubungan mereka.

          Sulit sekali menghubungi Mars hanya untuk bertanya tempat keberadaannya, ia selalu sibuk dengan alasan yang sama, mengerjakan tugas sekolah atau urusan Keluarga, Nayla mencoba mendatangi rumah Mars namun Mars sangat jarang berada di rumah, jika mereka bertemu Mars akan tiba-tiba pergi dan membuat alasan jika ia sudah membuat janji dengan temannya.

          Chat nya pun jarang sekali dibalas, hanya satu atau 2 sebelum Mars mengabaikan semua chat dan telponnya. Nayla bertanya-tanya apa ia sudah membuat kesalahan yang tak ia sadari pada Mars namun ia tak pernah benar-benar memiliki kesempatan untuk bertanya padanya karena Mars bahkan terlalu sibuk untuk menjalankan rutinitas yang selalu mereka lakukan dulu untuk berangkat dan pulang sekolah bersama.

          Ia masih memperlakukannya dengan baik… di antara semua kesibukannya itu namun Nayla merasakan ada perubahan besar dalam hubungan mereka, semenjak Nayla menolak untuk pergi bersama Mars malam itu, Mars benar-benar berhenti untuk mengajaknya, ia hanya berkata ia tak mau mengganggu Nayla dengan kebiasaan teman-temannya dan mengakui jika lingkungan teman-teman Mars tak terlalu baik untuk nya.

          Meski alasan nya sangat masuk akal namun Nayla merasa sedikit kecewa saat mengetahui Mars menjadi lebih sering pergi keluar rumah terutama saat malam hari bahkan tanpa mengabarinya.

          Ting!

          Suara notifikasi membuyarkan lamunan Nayla, sebuah chat dari Mars muncul di layar.

          Mars : Sorry Nay lagi sibuk, nanti ku telpon.

          Nayla kembali menaruh hp nya di samping nya, ia menatap langit-langit kamarnya dan bertanya di dalam hati, apa yang membuat Mars sibuk?

***

Terkadang kamu membuat satu kesalahan dan menyesalinya lalu menghentikannya namun lebih sering lagi, kamu membuat kesalahan dan menyesalinya namun tetap mengulanginya, yang lebih buruk, kamu membuat kesalahan dan tak menyesalinya.

          Mars adalah tipe yang ketiga, ia melakukan banyak kesalahan dalam hidupnya dan satu-satunya yang ia sesali adalah mengapa ia tak melakukannya dari awal?

          Angel berbaring di samping nya dan Mars dengan sedikit lelah mendengarkan tiap kata yang keluar dari mulutnya, tubuh keduanya sama-sama tak berbalut apapun, kulit mulus Angel sedikit tertutupi dengan selimut yang ada di atas tubuh keduanya.

          “Aku mau ke toilet dulu” ucap Angel, ia duduk dan mengikat rambutnya, tak peduli untuk menutup dadanya yang terekspos ketika selimut nya melorot, Mars memperhatikan hal itu dengan pandangan terhipnotis.

          Angel mencium bibir Mars, sebelum meraih kaos Mars dan mengenakannya lalu berjalan menuju kamar mandi. Mars menyandarkan tubuhnya pada headboard dan mengambil lintingan rokok yang Henry berikan padanya semalam, ia menghela nafas dan mengambil hisapan dalam sebelum mengeluarkannya sambil memejam mata.

          Matanya mengikuti tiap asap yang ia keluarkan dari mulutnya, membentuk gumpalan lalu terbang dan perlahan menghilang, seperti itulah kenikmatan yang ia rasakan saat ini, tiap kali asap nya hilang ia membutuhkan isapan lainnya untuk membuatnya hidup…

          Pandangan matanya pada asap putih itu terputus saat Hp nya berdering, ia mengabaikannya, lalu mengabaikannya lagi pada dering kedua. Saat Hp nya tak lagi berdering, ia mengambilnya, nama Nayla muncul di layar, Mars mengambil hisapan lainnya dan membalasnya sama persis dengan pesan balasannya sejak seminggu yang lalu.

          Ia sibuk.

          Nayla terlalu naïve untuk mempercayainya dan Mars seperti yang dikatakan, tak menyesali perbuatannya. Ia membiarkan semua yang terjadi terus terjadi tanpa pernah memikirkan konsekuensi nya.

          Jika Mars ditanya soal cinta maka jawabannya adalah ia tak tau apapun soal cinta, ia masih begitu muda, siapa yang memahami arti cinta seusianya?

          Namun, ia bisa melihat cinta dari mata kedua orang tuanya dan meski mereka begitu sibuk namun sebisa mungkin mereka memberikannya cinta yang tak bisa di dapatkan oleh banyak orang, cinta dari uang.

          Orang tuanya tak sepicik itu namun Mars menyadari bahwa kehidupan mereka memang sesibuk itu, ia tak pernah menuntut lebih karena orang tuanya telah memberikannya lebih.

          Ia memang memiliki aftar panjang mantan kekasih namun seingatnya hanya 2 orang yang benar-benar berada di dalam hatinya, yang pertama Aulia, pacar pertamanya dan kedua, Angel, mereka sudah berpacaran begitu lama tak mungkin ia tak memiliki sedikitpun perasaan padanya walaupun sex nya juga memiliki andil banyak dalam Mars membuat keputusan.

          Namun itu bukan faktor penting.

          Bukan?

          Ia bisa bertahan dalam hubungan sehat bersama Nayla selama sebulan lebih, ia hanya tak memiliki control diri yang cukup. Ia sudah terbiasa dengan kehidupan semacam ini dan Nayla membuatnya terpaksa menjadi lelaki yang sama dengan yang dulu ia kenal, ia benci laki-laki itu, ia lemah, ia bahkan tak bisa menghisap rokok tanpa terbatuk-batuk saat pertama kali menghisap rokok.

          Ia tak tau apa yang ia rasakan saat bersama Nayla, tapi ia ingat jika kebanyakan waktu saat bersamanya, ia selalu sadar dan pikirannya bersih, seolah ia melihat segalanya dari sisi yang jernih tanpa kabut asap atau cairan memabukan.

          Mars tak akan berbohong jika saat-saat itu ia merasa tenang dan nyaman… seolah ia tak dikejar oleh sesuatu, semua hal di sekitarnya berputar kea rah yang benar dengan kecepatan yang tepat.

          Ada saat dimana ia duduk di dalam mobil nya seorang diri, menunggu Nayla keluar dari dalam sekolah nya dan ia melihat gumpalan awan di langit biru yang cerah, ia ingat bahwa ia tak pernah merasa setenang itu melihat gumpalan putih di atasnya, semakin lama ia melihat gumpan awan putih yang perlahan bergerak, semakin ia merasa tenang dan damai, saat itu Mars menyadari betapa ironis nya hidup ini, saat ia mencari ketenangan lewat asap putih rokok yang ia kepulkan dengan begitu keras dari mulutnya dan betapa mudahnya kepulan asap itu pergi hanya dalam sekejap mata, disini ia menemukan kepulan asap putih lainnya, lebih nyata dan bergerak lebih perlahan, membiarkan Mars terhipnotis akan gerakannya dan gumpalan awan putih itu bahkan bertahan lebih lama dari Mars bisa menghabiskan satu bungkus rokok nya.

          Suara pintu terbuka membuat Mars melihat ke arah suara, ia tersenyum saat melihat Angel keluar dari sana, ia tak mengenakan apapun selain kaos nya.

          “Are you smoke again?” tanya Angel, ada nada tak suka di suaranya. Ia tak pernah suka saat Mars merokok atau menggunakan obat-obatan terlarang, namun ia tak masalah jika ia minum beberapa gelas karena Angel juga melakukan hal yang sama, ia hanya minum.

          “Just one” ucap Mars, ini rokok ganja pertama nya hari ini, ia belum menghisap apapun sejak semalam.

          Angel mengambil lintingan di mulutnya dan mematikannya dengan menyudutkannya ke meja.

          “I don’t like it, you know it, right?” tanya Angel.

          Mars mengangguk, “I’m sorry” ucap Mars tak begitu bersungguh-sungguh dengan ucapannya, ia menarik Angel ke pelukannya dan Angel menyandarkan kepalanya ke dada telanjang Mars, menikmati sensasi hangat tubuh Mars dan aroma tubuhnya.

          Mereka berdua masih berusia 17 tahun saat pertama kali melakukannya, itu adalah pertama kalinya untuk Angel dan Mars mengakui bahwa itu kedua kalinya untuknya setelah ia putus dengan mantan kekasihnya yang berusia 2 tahun lebih tua darinya sebelum bertemu dengan Angel saat itu, namun Angel tak marah, ia bisa memaafkan kesalahan dan melupakan masa lalu kekasihnya, itu yang seseorang lakukan kepada orang yang mereka cintai bukan?

          Cinta.

          Angel tak pernah merasakan perasaan sejernih dan sekuat ini pada siapapun sebelunya dan meski keduanya masih terlalu muda untuk mengerti arti cinta sesungguhnya, Angel menyukai fakta bahwa ia mencintai Mars. Ia dengar dari orang bahwa cinta adalah cinta, tak mengenal warna, usia bahkan gender, benarkah itu?

          Sebelum Angel bertemu dengan Mars ia percaya bahwa satu-satunya cara ia mendapatkan cinta adalah dengan bertemu dengan laki-laki yang bisa memenuhi imajinasi nya tentang laki-laki sejati seperti Ayah nya, ia ingin laki-laki yang baik dan pendiam, sopan dan menyayangi Keluarganya.

          Ini tak sulit bertanya apa alasannya, karena semua cinta pertama seorang anak gadis adalah Ayah nya, bukan?

          Mars adalah masalah, ia terlalu sering membuat masalah dan lebih buruk lagi, ia terlalu berlagak. Ia jelas-jelas berlawanan dari sifat Ayahnya! Tak ada satupun alasan ia akan jatuh ke pelukannya bahkan dengan semua upaya yang Mars lakukan, dan meski semua teman-temannya berkata ia akan rugi jika menolak Mars karena Mars adalah impian semua remaja perempuan, ia terkenal, kaya dan memiliki image “Bad boy” namun Angel sama sekali tak merasa rugi untuk kehilangan laki-laki yang bahkan tak bisa mempertahankan hubungannya dengan seorang perempuan lebih dari 2 bulan.

          Ia juga meragukan pernyataan cinta Mars, bagaimana mungkin seseorang mengklaim jika ia begitu mencintainya dengan begitu frustasi dan menyentuhnya namun seminggu kemudian, ia berpacaran dengan salah satu temannya.

          Ia merasa Mars tak hanya sedang mempermainkannya namun juga mempermainkan teman-temannya, tapi ada beberapa kesempatan dimana Mars nampak begitu berbeda dengan semua image yang melekat di dalam dirinya, image playboy, bad boy dan congkak nya hilang begitu saja saat mereka hanya berdua.

          Angel ingat, saat itu hujan deras dan ia sedang menunggu supir nya untuk datang saat tiba-tiba dari belakang ia merasakan seseorang menutupi kepalanya dengan jaket, Mars saat itu sudah memiliki kekasih jadi ia tak menawarinya tumpangan, namun diam-diam ia memberikan jaketnya untuk Angel.

          “Aku pulang dulu” ucapnya pelan sebelum berlari melewatinya dan masuk ke dalam mobilnya, pacarnya menunggu di sisi gedung yang lain dan Mars berhenti tepat di depannya, membiarkan pacar nya masuk ke dalam mobil tanpa menutupi tubuhnya agar tak terkena air hujan.

          Saat itu Angel mulai merasakan sesuatu tentang Mars berubah di dalam hatinya, ia tak hanya melihat Mars dari sisi buruk nya namun sisi manusianya, ya, ia hanya manusia biasa, ia pasti memiliki kebaikan dan keburukan dan meski seluruh temannya begitu semangat untuk mengungkapkan semua hal baik tentang Mars selama itu ia hanya fokus pada hal buruk nya dan menolaknya mentah-mentah, menganggap perasaan cinta nya padanya hanya sekedar perjudian yang mempertaruhkan gengsi nya untuk mendapatkannya.

          Angel tak tau bagaimana mulanya, hingga akhirnya mereka bisa menjadi dekat, Mars tak lagi sibuk menggayakan pacar-pacar baru nya setiap bulan dan ia menikmati obrolan singkat mereka di telpon bahkan lebih bahagia lagi saat mereka bisa mnegobrol bersama secara langsung. Mereka akan bertemu di kafe atau di rumah makan cepat saji, berbicara tentang hal sederhana dan entah mengapa semua menjadi begitu sama di antara mereka, mereka menyukai hal yang sama dan membenci hal yang sama.

          Angel bahkan berpikir bahwa mereka adalah 2 jiwa yang terpisah dalam 1 tubuh.

          Malam itu, di rumah Mars saat semua teman-teman mereka berkumpul untuk berpesta bersama, entah bagaimana itu berakhir dengan Mars kembali menyatakan cintanya, saat itu Angel sudah merasa jatuh hati padanya, ya, ia memiliki keraguan, hanya sedikit, ia tak lagi emlihat semua lelaki harus seperti Ayah nya, ia hanya ingin memiliki versi laki-laki untuknya yang bisa membuatnya bahagia, tak peduli apakah ia memiliki wajah yang biasa saja atau memakai pakaian rebel, pada akhirnya penampilan seseorang tak menunjukan kepribadiannya yang sesungguhnya.

          Tapi ia ingin sedikit jual mahal, ia ingin Mars tau kalau ia tak mudah diraih sehingga akan semakin sulit baginya untuk melepaskan Angel, ia ingin Mars meminum 10 botol alkohol, itu hal yang sulit dan Angel tau Mars akan kalah, namun malam itu ia memutuskan bahkan jika Mars kalah ia akan tetap menerimanya tapi apa yang membuatnya terkejut adalah saat Mars benar-benar melakukannya, ia benar-benar meminum 10 botol alkohol hanya untuk nya.

          Dan itulah hari pertama mereka bersama.

          Lalu berlanjut hingga hari ke 30, sebulan berubah menjadi 3 bulan lalu berubah menjadi 6 bulan dan mereka menemukan masalah pertama mereka, Mars mulai mencoba obat-obatan terlarang bersama teman-temannya, Angel begitu marah saat mengetahuinya, ia bahkan beberapa kali mengancam putus jika Mars tak berhenti melakukan tindakan bodoh itu namuan masalah tak hanya berhenti disana, selagi ia high dan mabuk bersama teman-temannya, ia mulai melakukan banyak hal yang membuatnya kecewa, ia mulai intim dengan perempuan lain dan bahkan beberapa kali Angel mengetahui jika ia tidur dengan perempuan-perempuan itu.

          Lalu ada gadis ini, gadis yang Mars klaim sebagai teman nya, mereka sudah berteman sejak mereka kecil, begitu kata Mars, ia selalu memiliki pandangan lembut saat menceritakan gadis itu.

          Ia bilang ia sudah seperti saudara yang tak pernah ia miliki sebelumnya dan Angel dengan cepat menjadikannya sebagai sahabat dekat, ia memilih gadis itu di banding teman-temannya, mempedulikannya seolah ia adalah saudara nya sendiri dan menceritakan banyak rahasia terdalam nya bersamanya.

          Ia pikir gadis ini adalah kunci untuk ia agar bisa mempertahankan hubungan nya dengan Mars lebih lama, saat itu tanpa Angel sadari ia telah mencintai Mars terlalu dalam hingga ia rela memberikan segalanya untuk Mars, dan benar saja gadis ini memang selalu membantunya untuk membuat laki-lakinya kembali padanya, ia membuat laki-lakinya meminta maaf padanya dan memhon agar mereka bisa kembali padanya.

          Dan itu semua Mars lakukan karena gadis itu memintanya.

          Angel terlalu dibutakan cinta untuk menyadari betapa dangkal nya permintaan maaf Mars saat itu, ia tau Mars menyanyanginya, tak pernah ada satupun gadis yang ia perlakukan sama seperti Mars memperlakukan Angel, ia menepati janjinya untuk membuat Angel bahagia namun… ia merasa tak cukup.

          Ia ingin segalanya dari Mars, hatinya, tubuhnya, kepercayaannya, kepatuhannya… segalanya, ia tak hanya ingin menjadi gadis yang Mars sayangi dan berikan dunia, ia ingin menjadi gadis yang tak peduli kemanapun Mars pergi pada akhirnya ia akan kembali padanya, ia ingin menjadi rumahnya, tujuan akhirnya.

          Tapi tak peduli bagaimanapun ia mencoba untuk menempatkan dirinya pada posisi itu, gadis itu sudah lama menempati posisi itu, pegangan tangan Angel pada Mars mengendur, seperti menyadari ada sesuatu yang salah Mars menunduk dan bertanya “Kenapa?”

          Angel terdiam sejenak sebelum bicara “Kamu masih pacaran sama Nayla?”

          Giliran Mars yang terdiam.

          Angel menegakan tubuhnya dan menatap Mars langsung di matanya, ia tak bisa menyembunyikan sakit hatinya saat bertanya “Am I not enough for you?”

          “Angel, aku sudah terlanjur pacaran sama Nayla, aku ngga bisa mutusin dia begitu aja” ucap Mars.

          “It’s been 2 weeks!” ucap Angel “Sudah 2 minggu kita seperti ini di belakang Nayla dan kamu masih belum punya alasan untuk mutusin dia?!” tanya Angel seperti kehabisan kesabaran, ia tak pernah melakukan hal serendah ini sebelumnya, ia tak pernah menjadi perempuan simpanan semacam ini selama hidupnya, ia terlalu mencintai Mars untuk melepaskannya.

          “Ini ngga sesimple yang kamu pikirin” ucap Mars.

          “Kenapa ini ngga bisa simple saat kamu bersama Nayla tapi bisa begitu simple denga perempuan lainnya? Kamu putus dari pacar-pacar kamu sebelum aku hanya dalam jangka waktu 1 bulan pacaran!” ucap Angel marah.

          Angel berdiri secara tiba-tiba “Do you love her?”

          “Apa?” tanya Mars balik, nampak terkejut dengan pertanyaan Angel.

          “I said “Do you love her?”” saat Mars hanya diam, hal itu membuat amarah Angel semakin meningkat “Kamu cinta dia!” ucapnya tanpa berniat bertanya lagi.

          “It doesn’t matter!” ucap Mars “I’m here with you, apa itu ngga cukup?” tanya Mars marah.

          “Aku ngga mau Cuma tubuh kamu ada disini, aku mau hati kamu juga, aku mau kita kembali bersama, kamu ngga mau?” tanya Angel dengan air mata di pipinya.

          Mars menghela nafas, ia berdiri dan mengenakan bokser nya sebelum berjalan ke arah Angel dan memeluknya, “Give me time” ucap Mars di telinga Angel, ia mengusap rambut panjang nya dengan lembut.

          Angel menangis di pelukan Mars dan satu-satunya hal yang bisa ia janjikan adalah menunggu namun Angel tak mengeluh, ia bisa menunggu sedikit lebih lama dari yang Mars janjikan, ia bahkan bisa menunggu lebih lama lagi, ia hanya perlu menunggu dan jika pada akhir ia menunggu Mars akan bersamanya, maka itu senilai dengan semua waktu yang ia luangkan untuk menunggu lelakinya.

***


 

11

 

Orang-orang yang bekerja di rumah Mars bilang bahwa Mars tak berada di rumah, ia juga mendengar bahwa semalam Mars pulang dalam keadaan pucat, Nayla khawatir Mars kembali sakit, ia mencoba menghubunginya beberapa kali dan mengiriminya pesan namun tak satupun di jawab atau dibalas.

          Benar-benar typical Mars saat sedang sakit.

          Nayla menunggu Mars di rumahnya hingga 2 jam namun Mars tak juga kunjung pulang, ia takut sesuatu yang buruk terjadinya, bagaimana jika Mars mengendarai mobilnya dan tiba-tiba ia kehilangan kesadarannya yang membuatnya terlibat kecelakaan berat? Bagaimana jika sesuatu yang sangat buruk terjadi hingga ia tak bisa mengakses Hp nya?

          Nayla mulai dilanda panik, ia kembali menelpon nomer Mars namun lagi, hanya robot yang menjawabnya.

          Nayla : Mars, kamu dimana?

          Nayla : Kamu baik-baik aja?

          Nayla : Kamu masih sakit?

          Nayla : Tolong jawab, aku khawatir.

          30 menit berlalu dan Mars tak juga membalas chat nya, padahal sudah jelas ia sedang online, apa Mars mengabaikannya? Jika Nayla ingat-ingat lagi 3 minggu belakangan ini Mars memang nampak sedikit… menghindarinya.

          Nayla tak tau apa salahnya namun saat ia mencoba meminta maaf Mars malah menatapnya bingung dan menciumnya, ia bilang Nayla tak punya kesalahan apapun untuk ia maafkan namun saat Nayla bertanya mengapa ia begitu sibuk akhir-akhir ini, Mars hanya bilang tugas sekolahnya menumpuk karena ia tak menyelesaikannya tepat waktu. Mars masih sering meminta bukunya untuk ia kerjakan tugas-tugasnya karena Mars tak sempat untuk mengajarinya, saat Mars mengembalikan bukunya, Nayla tak bisa berhenti menatap tulisan tangan Mars di bukunya dan tersenyum, bahkan saat ia disibukan dengan tugas sekolahnya Mars masih menyempatkan untuk menyelesaikan miliknya.

          Kemana kira-kira Mars semalam ini? Ini sudah pukul 9 malam dan dia belum pulang, apa yang harus ia lakukan? Orang tua Mars tak ada di rumah jadi tak ada satupun alasan bagi Mars untuk pulang sebelum tengah malam bahkan jika ia tak sakit.

          Nayla memutar kepalanya untuk mencari jalan keluar, ia lalu teringat jika ia memiliki nomer Leo, dari semua teman Mars, ia hanya memiliki nomer Leo dan Angel, di antara 2 pilihan itu, ia tak mungkin menelpon Angel, ia yakin Angel pasti akan sangat membencinya terlebih ia juga sudah di block oleh Angel dari semua aplikasi chat mereka yang terhubung. Bukan hal yang mengejutkan karena Nayla… bagaimanapun ia mencoba menjelaskannya, tetap saja ini terlihat seolah ia menghianati Angel, tak peduli siapa yang lebih dulu mengenal Mars yang orang-orang akan lihat adalah fakta bahwa Angel lah yang lebih dulu bersama Mars dalam hubungan pacaran, sedangkan Nayla hanya teman, ia bahkan berteman dengan keduanya, ini membuat semuanya semakin buruk di mata orang-orang.

          Angel sudah jelas sangat membencinya saat ini, padahal dulu mereka sangat dekat, Nayla tak akan berbohong jika ia merasa sedikit malu dan tersakiti karena hubungannya dengan Mars terkuak, meski mereka berpacaran setelah Angel dan Mars putus namun masalahnya Nayla adalah orang yang selalu Angel jadikan tempat curhat saat mereka mengalami masalah, ia juga merasa sedih harus kehilangan hubungan pertemanannya dengan Angel, bagaimanapun Angel adalah satu-satunya teman perempuannya yang memperlakukannya layaknya teman.

          Nayla tak punya pilihan lain, ia terpaksa harus menghubungi Leo di jam seperti ini, ia hanya berharap jika ia tak akan mengganggunya.

          Leo mengangkat telponnya di dering kedua. “Halo, Nay?”

          “Uhm, halo Leo”

          “Ya kenapa Nay?” terdengar suara ribut di belakangnya, Leo nampaknya berjalan ke tempat yang lebih sepi karena saat ini tak ada lagi suara-suara aneh di belakang nya.

          “Maaf kalau aku mengganggu kamu-“

          “Ngga Nay, aku juga lagi diluar rumah, kenapa? tumben jam segini nelpon” ucap Leo.

          Wajah Nayla memerah malu, ia merasa Leo juga sedang menyindirnya karena ia berhenti menanggapi semua telpon dan chat Leo setelah jam 8 malam.

          “Ya… aku mau tanya, uhm, kamu tau ngga Mars dimana?” tanya Nayla.

          Ada keheningan di seberang sebelum Leo menjawab “Mars? Kamu nyari Mars?”

          Nayla mengangguk dan saat ia sadar jika Leo tak bisa melihatnya ia menjawab dengan malu “Ya”

          “Mars… dia… dia ada disini Nay”

          “Disini…?”

          “Di markas kami”

          Nayla bernafas lega namun ia teringat dengan perkataan pekerja di rumah Mars, kalau Mars semalam pulang dalam keadaan pucat.

           “Leo, apa Mars baik-baik aja?” tanya Nayla.

          “Ya… dia baik-baik aja”

          “Oh…”

          “Kenapa Nay?”

          “Ngga, aku cuma dengar dari pekerja di rumah Mars kalau kemarin malam Mars pulang, wajahnya pucat” ucap Nayla.

          “Dia keliatan baik-baik aja kok… baik banget malahan”

          “Oh ya? ya baguslah, aku Cuma khawatir” ucap Nayla dengan lega.

          “Nay?”

          “Hm?”

          Jeda sejenak sebelum Leo kembali berbicara “Emang bener ya kata anak-anak kalau kamu… sama Mars pacaran?”

          “Itu… iya” jawab Nayla, meski Leo merupakan salah satu teman dekat nya namun ia tak pernah menceritakan hal ini pada Leo sebelumnya, tak hanya karena ia merasa malu untuk memberitahu Leo secara tiba-tiba tanpa Leo bertanya namun ia juga masih sedikit terbawa rasa kesal jika mengingat perkataan Mars bahwa Leo ingin menjadikannya mainannya.

          Tapi setelah ia pikir-pikir lagi mungkin Leo berada di posisi yang sama sepertinya, ia merasa malu untuk memberitahukan hubungannya kepada orang lain yang bahkan tak mempertanyakannya.

          “Kamu serius?” tanya Leo dengan nada suara tercekat.

          “Ya… kenapa?”

          “Kenapa kamu ngga pernah ngasih tau ini ke aku?” tanya Leo.

          “Aku… kamu ngga pernah tanya”

          “Tapi Nay-“ suara Leo terpotong.

          “Ya?”

          Terdengar helaan nafas “Nay… kenapa kamu mau pacaran sama Mars?” tanya Leo dengan nada frustasi.

          “A-aku cinta dia, Leo” aku Nayla malu-malu, meski begitu ia berusaha menguatkan tekadnya untuk mengatakannya, tak ada salahnya mengakui perasaannya, apalagi kini mereka sudah berada di dalam hubungan pacaran.

          Normal bukan, mengakui perasaan terhadap kekasihnya?

          Hening. Nayla tak mendengar satu katapun keluar dari mulut Leo.

          “Leo?”

          “Kamu cinta Mars?”

          “Ya, kenapa?”

          “Ngga, kamu tidur aja Nay, sudah malam, Mars baik-baik aja”

          “Ya Leo, kamu juga… jaga diri kamu, uhm, terimakasih ya, selamat malam”

          “Malam Nay, mimpi yang indah”

***

Leo memasukan Hp nya ke dalam saku celananya, ia menoleh ke belakang, pada kerumunan teman-temannya yang sedang berpesta, ada rasa marah di dadanya, bukan, ia tak marah pada teman-temannya apalagi sosok yang baru saja menelponnya, Leo bahkan tak pernah berpikir bahwa satu hari nanti ia akan membenci Nayla, ia menyukainya.

          Suka.

          Ia tak tau apakah ini hanya sekedar rasa suka atau rasa kagum semata, namun ia bisa merasakan perasaan bahagia tiap kali ia bertemu dan bicara dengannya.

          Nayla tak seperti kebanyakan perempuan yang ia temui, ia sederhana namun tak mudah, ia baik namun juga kuat, ia bukan gadis impian setiap laki-laki namun ia perempuan idaman setiap pria, ia tak bersikap aneh-aneh seperti remaja seumurannya, ia sangat pendiam dan tenang, meski terkadang ia bisa menjadi begitu menjengkelkan saat bersama Leo namun ia adalah orang yang amat sangat nyaman untuk diajak bicara.

          Namun, Leo menyadari ada yang berubah 2 bulan belakangan ini, Nayla menjadi sedikit tertutup dengannya, bukannya ia sebelumnya suka curhat pada Leo namun mereka bisa dengan santau berbicara bahkan hingga lewat tengah malam, melakukan video call tanpa kehabisan bahan pembicaraan al tiba-tiba semuanya berhenti… menjadi hanya percakapan pendek.

          Lalu ia mendengar kabar buruk itu, ia sulit mempercayainya, ia tak bisa memikirkan hal masuk akal yang bisa menjadi alasan mengapa Mars menjadikan Nayla sebagai pacarnya, jangan salah sangka, Nayla cantik, bagi Leo Nayla adalah perempuan yang cantik, ia tak secantik Angel, ia cantik apa adanya dirinya.

          Mars memiliki daftar mantan ekkasih yang panjang dan dia tau benar bagaimana tipe senior nya itu, ia suka perempuan cantik ala model, setipe Angel, ia suka perempuan yang bisa di sombongkannya dan perempuan yang diinginkan banyak orang, sementara Nayla ia terlalu pendiam untuk jadi pusat perhatian orang-orang, ia seperti tipe orang yang lebih suka duduk di taman dan menghabiskan waktu nya dengan mengagumi keindahan alam dibanding pergi ke club dan berjoget di lantai dansa bersama puluhan orang asing.

          Jadi saat kabar buruk itu sampai ke telinganya, ia tak bisa memastikan apakah itu candaan atau fakta, ia tak pernah bertanya pada Mars atau Nayla, semenjak malam dimana Mars mengusirnya dari rumah nya, mereka memiliki hubungan yang sedikit canggung, mereka lebih suka menjauhi satu sama lain, tak mengerti apa masalah Mars sebenarnya sehingga ia bisa mengusirnya padahal ia berniat baik padanya, sementara untuk Nayla sendiri… Leo tak tau bagaimana cara menanyakan kebenaran kabar itu tanpa mempersiapkan patah hati jika seandainya, kabar itu benar.

          Tapi malam ini, ia mendengar langsung dari mulut Nayla saat ia menghubungi nya dan dengan khawatir bertanya dimana kekasihnya dan keadaannya saat kekasihnya sedang bermesraan dengan mantan kekasihnya.

          Leo tak mengatakan hal ini pada Nayla karena ia tak mau melukai perasaan Nayla, ia tau betapa rapuh nya hati perempuan polos seperti dia, Leo berani bertaruh jika Mars adalah kekasih pertama Nayla.

          Leo berjalan ke lantai 2 dimana ia ingat 2 manusia brengsek itu berada, benar saja saat ia sudah sampai ke lantai 2, ia melihat Mars dan Angel tertawa satu sama lain, entah untuk hal apa, wajah mereka begitu dekat, sementara tangan Mars berada di pinggang Angel dan tangan Angel di paha Mars. Mars nampak merokok dan beberapa botol kosong berada di depan keduanya.

          Leo berjalan ke arah mereka, kepalan tangannya ia sembunyikan di dalam saku celananya, “Mars” panggilnya.

          Mars yang sedang tertawa bersama Angel menoleh, ia mengernyit saat melihat Leo berdiri di dekatnya.

          “Ya?”

          “Gue mau bicara”

          “Ngomong apa? ngomong aja langsung disini” ucap Mars nampak sedikit terganggu dengan kehadiran Leo, jika bukan karena Nayla, Leo pun tak mau berbicara dengan manusia brengsek ini.

          Leo menaikan satu alisnya “Lo yakin?”

          Mars mengernyitkan dahinya.

          “Kalau lo ngga masalah gue bicara soal pacar lo di depan mantan pacar lo ini, gue bisa bicara sekarang”

          Rahang Mars mengeras, ia menatap Leo tajam dan berdiri dari duduknya, mencoba mengintimidasi Leo, jika itu soal obat-obatan makan Henry yang paling gila tapi jika itu soal perkelahian maka Mars adalah yang paling gila, ia pernah berkelahi dengan 5 orang sekaligus hanya karena ia tersinggung dengan ucapan mereka, ia sempat masuk rumah sakit waktu itu namun melihat itu perkelahian 1 lawan 5, tentu saja apa yang Mars lakukan termasuk gila dan beruntung saat itu ia tak mati.

          “Ikut gue” ucap Mars tajam.

          Di dalam hati Leo tertawa, ia takut pada Angel?

          Leo mengikuti Mars yang berhenti di lorong yang sepi, “Lo mau bicara apa? just fucking tell me” ucap Mars.

          Leo tak langsung menjawab pertanyaan kasar Mars namun ia mengeluarkan kepalan tangannya dari saku celananya dan menonjok wajah Mars dengan keras, ia tau ini langkah gila untuk mencari masalah dengan manusia gila seperti Mars namun seseorang harus memberinya pelajaran.

          Mars sama sekali tak menunggu untuk membalas tonjokan Leo, ia membalasnya 2 kali dan mendorongnya ke tembok “Lo pikir apa yang lo lakuin huh?!” tanyanya marah, dadanya naik turun menahan amarah, bukan rahasia lagi jika Mars sangat mudah di pancing emosinya.

          Leo mengeratkan genggamannya pada tangan Mars yang mencekik lehernya, ia mendorong Mars menjauh “Lo yang harus jawab pertanyaan itu brengsek! Lo pikir apa yang udah lo lakuin ke Nayla huh?! Baru aja dia nelpon gue dan nanya keberadaan lo karena dia khawatir sama lo dan disini lo jadi pelacur nya mantan lo! kalau lo ngga cinta sama Nayla putusin dia!” teriak Leo marah.

          Ekspresi di wajah Mars berubah saat Leo menyebut nama Nayla, rahang Mars mengeras “Hubungan gue sama Nayla bukan urusan lo! lo Cuma bocah ngga perlu lo sok ngurusin urusan gue sama dia!” ucap Mars.

          “Gue Cuma minta lo buat mutusin Nayla kalau lo memang masih cinta sama Angel, lo ngga pantas buat dia!”

          Mars tersenyum miring “Kalau gue ngga pantas buat dia terus siapa yang pantas? Lo? jelas-jelas dia ngejauhin lo kan?” ucap Mars “Asal lo tau Leo, Nayla cinta sama gue, dia ngejauhin lo karena gue yang nyuruh dia”

          Leo mengernyit.

          “Lo liat, gue bisa control dia sesuka gue, dan harus lo ingat ini urusan gue sama Nayla bukan urusan lo, lo lebih baik mundur sebelum gue kasih lo pelajaran” Mars mendekat dan memukul belakang kepalanya beberapa kali dengan sedikit keras, ia tersenyum miring “Lo ngerti maksud gue kan?” ia menaikan satu alisnya dan tanpa menunggu jawaban Leo, ia bergerak mundur dan berjalan menyusuri lorong untuk kembali bersama mantan kekasihnya.

***

Nayla sedikit terkejut saat melihat mobil Mars terparkir di depan sekolahnya, sudah hampir 2 minggu lebih sejak terakhir kali Mars menjemputnya, ia pikir hari ini Mars sedang tak sibuk dan memiliki sedikit waktu luang, Nayla dengan langka ringan dan hati bahagia berjalan menuju mobil Mars.

          “Hi” sapanya sambil tersenyum lebar, alih-alih menjawabnya seperti yang biasa ia lakukan Mars malah mengabaikannya, saat Nayla mencoba melihat wajahnya ia menyadari rahang Mars mengetat dan ekspresi dingin terpatri jelas di wajah tampan nya.

          Nayla menatapnya dengan sedikit rasa takut dan bingung, ia jarang melihat Mars marah terutama marah pada dirinya, Nayla bertanya-tanya mengapa Mars bisa menunjukan ekspresi seperti itu saat menjemputnya.

          “Mars, kamu ngga papa?” tanya Nayla.

          “Apa kamu semalam nelpon Leo?” tanya Mars, matanya menatapnya tajam, Nayla begitu terkejut dan takut melihatnya, Mars benar-benar tak pernah memberinya tatapan seperti itu jadi ia mengangguk, memilih untuk jujur, lagipula apa salahnya jika ia menghubungi Leo?

          “Bukannya aku sudah bilang untuk ngga menghubungi dia lagi?” suara Mars terdengar dingin, begitu pula dengan ekspresi wajahnya.

          “Ya tapi tadi malam aku nelpon dia untuk nanyain keberadaan kamu Mars”

          “Kamu bisa langsung nelpon aku, buat apa kamu nelpon dia untuk nanya dimana aku? kamu pikir dia siapa ku?!” tanya Mars marah.

          Nayla sungguh tak mengerti alasan Mars marah namun ia terlalu takut untuk bertanya jadi ia memilih untuk menjawab semua pertanyaan yang Mars berikan padanya, berharap Mars tak akan lagi marah padanya.

          “Aku sudah telpon kamu tapi kamu ngga jawab…”

          “Bukan berarti kamu bisa pake alasan itu untuk nelpon dia Nay! Berapa kali aku bilang ke kamu, Leo sudah punya pacar dan kamu itu pacar ku” Mars menyipitkan matanya “Atau kamu sudah ngga mau pacaran lagi sama aku?”

          Mata Nayla yang tadi memandang Mars dengan takut, membulat, ia menatap Mars tepat di kedua matanya dan menggeleng “Ngga Mars, bukan begitu” dahi Nayla mengernyit saat menyadari ada memar biru di pipi kiri Mars, saat masuk ke dalam mobil tadi ia hanya sempat melihat sisi kanan wajah Mars, setelah menyadari Mars marah ia bahkan tak berani untuk mengangkat wajahnya untuk menatap wajah Mars, tidak sampai Mars bertanya apakah ia ingin mengakhiri hubungan mereka.

          “Mars, pipi kamu kena-“

          Mars menepis tangan Nayla dengan keras saat tangannya terulur untuk menyentuh wajahnya, Nayla nampak terkejut dan tak percaya dengan apa yang baru saja Mars lakukan, ia menatap Mars dengan terluka.

          “Jawab pertanyaan ku Nay, kamu mau putus?” geram Mars, mengabaikan ekspresi terluka Nayla.

          Nayla menggeleng “Ngga Mars”

          “Terus kenapa kamu masih berhubungan sama Leo?”

          “Kami Cuma teman Mars”

          “Bukan itu pertanyaannya Nay, kamu jawab pertanyaan ku dengan jujur, kamu suka Leo?” tanya Mars, semakin lama Nayla merasa semakin takut dengan ekspresi marah di wajah Mars.

          “Sebagai teman” jawab Nayla gugup.

          Mars tersenyum miring “Kamu suka Leo sebagai teman? Bagaimana mungkin seorang perempuan hanya suka teman laki-lakinya sebagai teman?”

          “Tapi kita…” Nayla ingin menjadikan dirinya dan Mars sebagai contoh namun ia sadar bahwa selama ini ia tela memendam perasaan pada Mars.

          “Kita akhirnya pacaran Nay! Mana ada hubungan perempuan sama laki-laki Cuma sekedar suka sebagai teman, kamu pikir aku bodoh?” tanya Mars marah.

          “Mars…” ucap Nayla pelan, terdengar memohon “Aku minta maaf, aku nelpon Leo karena aku khawatir sama kamu… aku janji ngga akan nelpon dia lagi, aku Cuma takut terjadi sesuatu yang buruk sama kamu karena bibi bilang kemarin malam kamu pulang malam dan muka kamu pucat… aku bersumpah aku ngga punya niat lainnya untuk menghubungi Leo, Mars”

          Mendengar ucapan Nayla yang terdengar begitu sungguh-sungguh… Mars sudah mengenal Nayla begitu lama, ia tau kapan ia berbohong atau jujur, Mars yakin 100% jika saat ini ia sedang berbicara jujur namun tetap saja hal itu tak mengurangi rasa marah nya, ia tak suka Nayla mencari-cari kesempatan untuk berbicara dengan laki-laki lain saat ia tak ada.

          Terlebih sebagai laki-laki ia menyadari benar tingkah laku Leo, ia sedang mencoba mendekati Nayla, bukannya Mars tak memperhatikan interaksi 2 orang ini, Mars memiliki banyak teman yang datang ke rumahnya dan hanya Leo yang bisa dekat dengan Nayla, Mars memang sengaja selalu mengajak Nayla untuk berkumpul bersama teman-temannya setiap kali ia memiliki acara, tanpa maksud tersembunyi apapun, ia mengundangnya karena ia tau Nayla tak memiliki banyak teman di sekolah, tak heran ia adalah tipe orang yang cukup pendiam dan pemalu terlebih pada lawan jenis.

          Ia ingin Nayla terbiasa bersosialisasi agar ia tak menjadi korban bullying temna-temannya, namun teman-teman Mars memang berada di tingkat dewa kalau soal pergaulan, teman-temannya sering mengabaikan Nayla karena Nayla tidak cukup mengasyikan saat di ajak bicara.

          Mars pun mengakui itu namun jika ia butuh teman bicara, Nayla adalah orang yang tepat untuk tempat ia mengungkapkan seluruh keluh kesah dan isi hatinya, bahkan saat ia mulai menyukai Angel, Nayla tak segan memberinya nasihat agar Angel jatuh ke pelukannya.

          Dan setelah malam itu Mars mengetahui jika Nayla sering menghabiskan waktu nya untuk berbicara dengan Leo lewat telpon bahkan video call hingga tengah malam juga fakta bahwa, perlahan namun pasti Mars bisa merasakan bagaimana Nayla mencoba menarik diri darinya setelah ia menemukan alat kontrasepsi miliknya yang tertinggal di dalam mobil, ia merasa entah itu Leo atau bahkan Nayla sendiri mencoba untuk merenggut semua hal baik yang tersisa dalam dirinya menjauh dari dalam jiwanya dan meninggalkannya bersama hal-hal buruk yang terlalu takut untuk ia tinggalkan.

          Mars terlalu lama berpikir hingga saat tangan Nayla menggenggam erat tangannya ia baru menyadari bahwa ia masih di dalam mobil bersamanya, “Mars, kamu kelahi semalam?”

          Mars diam.

          “Kamu boleh marah sama aku tapi kita obatin dulu luka kamu ya?” Nayla memiringkan wajahnya, mencoba meliat lebih jelas wajah Mars “Mars, ya?”

          Mars meliriknya, melihat tatapan lembut dan khawatir Nayla, ia tak mampu untuk berkata tidak, Mars akhirnya mengangguk dan Nayla tersenyum akan hal itu.

***


 

12

 

Nayla mencium pipi Mars begitu ia selesai mengobatinya, wajah Mars tak lagi sedingin saat mereka berada di dalam mobil dan kernyitan dalam di dahinya sudah menghilang, wajahnya nampak rileks, Nayla hanya ingin memberi senyuman di wajah Mars untuk membuat Mars tak merasa buruk lagi.

          “Kamu ngga mau ganti baju dulu?” tanya Nayla, saat ini mereka berada di dalam kamar Mars, keduanya masih mengenakan seragam.

          Mars menggeleng.

          Mereka menonton serial di Netflix untuk beberapa jam saat Mars menariknya ke atas tempat tidur dan menciumi wajahnya, Nayla tertawa geli saat bibir Mars turun ke lehernya, memberinya ciuman-ciuman kecil sampai ke pundaknya sebelum ia membaringkan tubuhnya di samping Nayla dan memeluk tubuhnya dari belakang, menghirup aroma sampo di rambutnya.

          Nayla membiarkannya, setelah beberapa saat ia bersuara “Kamu tidur Mars?”

          Tak ada jawaban, jadi Nayla berpikir untuk melepaskan lilitan Mars dari tubuhnya dan pulang untuk mengganti seragam sekolahnya namun saat ia mencoba untuk melepaskan tangan Mars yang melingkar di perutnya, Mars melah semakin mengeratkan tangannya dan menarik tubuh Nayla ke belakang, hingga dada Mars menempel dengan punggung Nayla.

          “Mars?” Nayla mencoba menoleh ke belakang namun wajah Mars berada di belakang kepalanya, ia tak tau apakah Mars tidur atau sekedar melamun jadi ia menunggu sedikit lebih lama untuk pergi namun seperti bisa membaca pikiran Nayla, Mars berucap pelan di belakangnya.

          “Tidur Nay”

          Seperti mantra, Nayla membiarkan dirinya jatuh ke alam mimpi di bawah mantra Mars, membiarkan dirinya jatuh tertidur di dalam pelukan cinta pertama nya, Nayla bersumpah ini adalah tidur paling nyenyak yang pernah ia miliki dalam hidupnya, ia tidur dengan senyum di wajahnya.

***

“Kamu nungguin telpon siapa sih, dari tadi ngeliatin Hp mulu” ucap Angel.

          Mars memasukan Hp nya ke dalam saku celana “Mama, katanya hari ini pulang” bohong Mars, ia merangkul bahu Angel dan menariknya mendekat sebelum mencium bibirnya.

          Ia sengaja tak menjemput Nayla siang tadi karena Angel merengek untuk pergi bersama nya, ia bilang di rumahnya tak ada orang karena Keluarganya sedang pergi ke luar negeri jadi ia meminta Mars untuk menemaninya.

          Ia sudah mengirimkan pesan pada Nayla untuk tak menunggunya namun sudah 1 jam lewat dari pesan yang ia kirim Nayla tak juga membalas pesannya, padahal meski Mars sering atau bahkan terkadang tak membalas pesannya Nayla selalu membalas semua pesannya dengan cepat, begitu ia mengirimkannya ia langsung membalasnya namun hari ini saat Nayla tak menghiraukan pesan nya ia merasa khawatir…

          “Oh ya? aku boleh ketemu mereka ngga? Lama juga udah ngga ketemu Mama kamu, Mama apa kabar? Aku pengen deh belanja sama Mama kamu kayak bulan lalu, selera fashion Mama kamu keren banget, teman-temanku sampai pada nanyain, aku ngga kasih tau dong nanti mereka pada iri terus deket-deketin kamu lagi” ucap Angel dengan nada manja, kepalanya ia sandarkan pada dada Mars,

          “Nanti aku kasih tau Mama” jawab Mars.

          “Beneran?”

          Mars mengangguk. Mamanya memang mengidamkan anak perempuan, sayangnya kesehatan Mamanya membuat ia hanya bisa memiliki Mars sebagai satu-satunya anaknya, salah satu alasan hubungan Mars dan Angel bisa bertahan sampai hari ini adalah Mamanya, Mamanya nampak begitu menyayangi Angel, hubungan keduanya yang nampak langgeng-langgeng saja sampai hampir 2 tahun lamanya semakin membuat yakin Mamanya jika Angel adalah perempuan yang tepat untuknya, karena jika melihat reputasi hubungan Mars di masa lalu dengan mantan-mantannya, ia tak bisa mempertahankan hubungan lebih dari 3 bulan lamanya dan Angel memecahkan rekornya.

          “Nanti malam nonton yuk!” ajak Angel.

          Mars mengingat-ngingat apakah ia memiliki acara atau janji malam nanti “Ok, tapi ada syaratnya”

          Angel menegakan tubuhnya dan menatap Mars lewat mata jernihnya “Apa?”

          “Cium dulu” Mars mengedipkan sebelah matanya membuat pipi Angel sedikit bersemu, ia memukul lengan Mars malu-malu “Ih! Dasar ya genit!”

***

Sudah 1 jam lebih terlewat, Mars juga tak kunjung datang menjemputnya, Nayla sebenarnya sudah ingin pulang dari 1 jam yang lalu dnegan berjalan kaki namun ia takut jika Mars tiba-tiba datang menjemputnya dan tak menemuinya di sekolah.

          Ia ingin menelpon Mars namun ia lupa membawa Hp nya, biasanya Mars akan selalu menghubunginya jika ia tidak bisa datang menjemputnya, Nayla tiba-tiba teringat dengan satu kejadian dimana Mars tak menjemputnya karena ia sakit dan tak bisa pulang ke rumahnya sendiri, ia terpaksa pergi ke rumah temannya untuk sementara sebelum ia menelpon supir untuk menjempunya.

          Nayla mengutuki kebodohannya seharusnya ia tidak lupa untuk membawa Hp nya agar ia tak bingung sendiri seperti ini, Nayla teringat dengan kejadian kemarin siang saat ia dan Mars tidur diang bersama, tubuh Mars sedikit hangat dan ia memiliki lingkaran hitam di sekitar matanya.

          Nayla hanya bisa menduga-duga jam berapa saat ini, ia yakin Mars akan datang kemari untuk menjemputnya jika ia sudah pulang ke rumah dan mengetahui Nayla belum pulang, karena takut terjadi sesuatu pada Mars yang masih sakit Nayla akhirnya memutuskan untuk pergi ke rumah Henry, seingatnya dari semua rumah teman Mars yang pernah Mars bawa Nayla untuk pergi kesana, rumah Henry lah yang paling dekat jarak nya dari sekolahnya saat ini dan setaunya hubungan Mars dengan Henry lumayan dekat, ia lebih sering melihat Mars berbicara dengan Henry ketimbang teman-temannya yang lain.

          Nayla akhirnya memutuskan untuk pergi ke rumah Henry, ia sedikit lupa arah jalannya namun ia ingat ada 2 pohon palm besar di depan rumah Henry, saat melihat bangunan minimalis putih bertingkat 2 di depannya Nayla ingat jika itu adalah rumah Henry.

          Nayla menggeser pagar putih itu, ia beruntung pagar nya tak dikunci, ada 2 mobil di tempat parkir, salah satunya milik Mars, Nala mendesah lega setidaknya kini dia tau dimana Mars.

          Benar saja dugaannya, Mars memang lebih sering menghabiskan waktu nya bersama Henry, Nayla sedikit tidak menyukai fakta itu, ia merasa Henry bukan teman yang baik, ia tak tau jenis kenakalan apa yang Henry lakukan namun ia yakin itu bukan sesuatu yang di lakukan oleh kebanyakan anak SMA meski mereka tergolong nakal, nakal dalam lingkup lingkungan Mars dan anak SMA pada umumnya jelas berbeda, teman-teman Mars nampak tak takut dengan apapun, mungkin itu juga karena mereka berasal dari Keluarga kaya, sudah bukan rahasia lagi kalau hukum di negara ini bisa dibeli dengan uang, itu sebabnya kenapa banyak orang miskin dan lemah di penjara.

          Nayla memasukan kepalanya lebih dulu saat berada di depan pintu rumah Henry, bagaimanapun ia tamu tak di undang di rumah ini.

          “Permisi” ucapnya pelan, tak ada jawaban, ia mencoba mengucapkannya dengan sedikit keras sekali lagi namun hanya hening yang membalasnya.

          Nayla membuka pintu rumah Henry dengan sedikit lebih lebar, bunyi derit nyaring pintu kayu itu tak juga membuat siapapun keluar dari ruangan mereka padahal seingat Nayla rumah ini selalu dipenuhi oleh orang-orang yang… uhm, jarang berada dalam keadaan sadar, Mars bilang, mereka hanya mabuk minuman namun dimata Nayla mereka begitu terlihat seperti orang gila, bukan maksud nya menghina namun mereka jelas-jelas tertawa dan bertingkah aneh, Nayla bahkan dibuat takut hanya untuk menjawab pertanyaan mereka.

          Langkah sepatu Nayla yang bersentuhan dengan lantai putih rumah Henry bergema, ia berpikir apakah ia harus membuka sepatunya namun terakhir kali ia datang kesini ia memakai sandal nya ke dalam rumah, jadi ia membiarkan sepatunya tetap terpasang di kakinya.

          Nayla berjalan ke bagian belakang rumah, tiap kali mereka berkumpul mereka terkadang berpindah ke area ini, jadi karena Nayla tak emnemukan siapapun di ruang tamu atau ruang tengah, ia berjalan ke belakang.

          Ia mendengar suara berbincang pelan dan suara tawa, suara nya tak asing dan itu terdengar seperti suara perempuan dan laki-laki. Nayla sedikit mempercepat langkahnya, sebuah senyum kejutan muncul di bibirnya, ia berniat datang kemari untuk mengetahui apakah Mars baik-baik saja namun dari suara yang ia dengar, ia yakin itu milik Mars, jika Mars dalam keadaan baik-baik saja maka ini bisa menjadi kejutan manis untuk Mars.

          Ahhh sayang sekali Nayla tak membawa apapun untuk Mars, ia buru-buru kesini karena khawatir dengan Mars nanti jika mereka su-

          Langkah Nayla terhenti, tubuhnya membeku saat melihat pemandangan di depannya, senyum di bibir Nayla surut, sorot matanya yang memancarkan kebahagiaan berganti menjadi kekecewaan.

          Angel berada di pangkuan Mars, tangan Mars melingkar di pinggangnya, asap yang muncul dari belakang tubuh Angel membuat Nayla menyadari jika Mars memegang rokok sementara Angel berada di pangkuannya, memeluknya dan tertawa saat Mars berbicara, Nayla tak bisa mendengar dengan jelas apa yang Mars ucapkan namun sorot mata Mars dan Angel menggambarkan kebahagiaan.

          Bahagia.

          Mereka terlihat begitu bahagia.

          Cara mereka menatap satu sama lain begitu terlihat seperti sepasang kekasih yang jatuh cinta jika di bandingkan dengan apa yang ia dan Mars alami, rasanya sungguh memalukan…

          Seperti baru saja ditusuk dengan pedang panjang tepat di hatinya Nayla merasakan sakit yang amat sangat di hatinya, begitu sakit hingga seluruh tubuhnya bergetar, ia tak mampu menahan air matanya, pipinya basah oleh air mata dan satu-satunya suara yang bisa ia dengar adalah suara tawa keduanya, suara tawa 2 orang yang saling jatuh cinta.

          “Oh My Girl! Nayla!” tiba-tiba terdengar seruan dari belakang.

          Nayla menoleh ke belakang dan melihat Henry berjalan ke arahnya dengan senyum lebar di bibir dan botol alkohol di masing-masing tangannya. Ia mengangkat botol alkohol nya ke atas sambil menatap lurus ke depan “Yo Mars! Cewek lo dua-duanya ada disini, mau threesome?”

          Nayla bahkan terlalu malu untuk melihat wajah Henry, ia menunduk dan memilih untuk melarikan diri di banding menghadapi Mars dan Angel.

          “Eh Nayla mau kemana?” Henry mencoba menghentikannya namun karena tangannya membawa botol alkohol ia kesulitan untuk menangkap Nayla.

          Nayla baru sampai di ruang tengah saat ia mendnegar suara langkah berat dan cepat di belakangnya, tubuhnya di tarik dan diputar ke belakang sehingga ia bia berhadapan dengan sosok yang mengejarnya, sosok terakhir yang ingin ia temui.

          “Nay! Tunggu!” ucapnya.

          “Lepasin Mars!” Nayla mencoba menepis tangan Mars yang menggenggam tangannya namun Mars mengeratkan tangannya dan menangkap satu tangannya lagi.

          “Aku bilang lepasin!” ucap Nayla, mencoba melepaskan tangan Mars dari lengannya namun Mars tak menghiraukannya, “Dengerin aku dulu Nay!”

          Nayla menggeleng “Kamu ngga perlu bicara apapun lagi Mars, aku mengerti situasinya, aku yang salah, aku ngga seharusnya datang di tengah-tengah hubungan kali-“

          “Kamu bisa dengar aku sebentar ngga sih?!” ucap Mars emosi karena Nayla tak memberikannya kesempatan untuk menjelaskan namun bahkan penjelasan apapun yang Mars berikan saat ini tak satupun yang akan membenarkan perbuatannya, ia hanya tak mau Nayla meninggalkannya begitu saja…

          “Aku ngga perlu mendengar apapun lagi Mars! Semua yang aku lihat sudah menjelaskan semuanya!” ucap Nayla dengan berurai air mata.

          “Apa yang kamu lihat ngga seperti yang kamu pikirkan” ucap Mars masih bersikukuh.

          Nayla mencoba melepaskan tangan Mars “Aku ngga sebodoh itu Mars, sudah jelas kamu dengan Angel kembali lagi! aku tau…” Nayla terisak, mecoba sekuat tenaga nya untuk mengeluarkan kalimat dari mulutnya namun rasa sesak di leher dan sakit di dadanya membuat ia kehilangan kemampuan untuk berbicara.

          Mars mengendurkan genggaman nya pada lengan Nayla dan menariknya untuk mengikutinya namun Nayla menahan tubuhnya, menolak untuk pergi bersama Mars.

          “Lepasin aku Mars kalau ada yang mau kamu bicarakan, bicarakan sekarang” Nayla mengusap air matanya “Tolong… tolong kasih tau aku… berapa lama kamu sudah kembali sama Angel?” Nayla menatap Mars lewat mata basah nya.

          Mars menunduk “3 minggu”

          Nayla menghitung mundur dan menyadari bahwa semua kesibukan yang Mars ucapkan padanya ternyata disebabkan oleh affair nya dengan Angel. Pantas saja sikap Mars mendadak berubah 3 minggu ke belakang ini, Mars mengabaikannya dan bahkan berhenti menghubunginya lebih dulu, itu semua karena ia kembali bersama perempuan yang ia cintai.

          Cinta.

          Nayla begitu bodoh jika selama ini berpikir bahwa Mars pernah mencintainya, pernyataan Mars saat itu padanya hanya didasari oleh rasa patah hati dan Nayla ada disana, di tempat dan waktu yang tepat, di saat Mars paling membutuhkan seseorang untuk menyembuhkan rasa patah hatinya secara instan.

          Nayla ada disana.

          Dan Mars melihatnya sebagai obat penghilang rasa sakit, memberinya rasa hampa untuk sesaat sebelum ia kembali menderita dalam rasa patah hatinya, pada akhirnya hanya Angel yang bisa menyembuhkannya.

          Ia virus dan vaksin untuk hati Mars.

          “Kamu jahat Mars…” lirih Nayla tak mampu menutupi rasa sedih dan kecewanya, ia memberikan cinta nya pada Mars dan ini yang Mars berikan padanya sebagai balasan, penghianatan.

          Jika Mars tak mencintainya seharusnya ia tak pernah memberikan Nayla harapan, ia terlalu berharap dan jatuh dalam mimpi kosong, tak hanya dipermalukan namun ia juga patah hati.

          “Nay, kamu dengerin aku dulu” Mars mendekat mencoba menatap wajah Nayla, Nayla menatapnya dengan tatapan kosong sebelum dengan tiba-tiba ia menginjak kaki Mars dengan keras, membuat Mars merintih dan dengan refleks melepaskan pegangannya pada lengan Nayla.

          Nayla segera berbalik dan berlari, ia bisa mendengar teriakan Mars yang memanggil namanya di belakang nya. Nayla tak sedetikpun melambatkan langkahnya, ia malah mempercepatnya, ia sama sekali tak mau berbicara dengan Mars sekarang.

          Saat ia hampir sampai di depan pintu depan rumah Henry, pintu itu tiba-tiba terbuka dan menampilkan sosok Leo, Leo mengernyit saat melihat Nayla berlari ke arahnya dengan wajah sembab yang basah oleh air mata.

          Ia menangkap tubuh Nayla dalam pelukannya, menatapnya penuh khawatir “Nay? Kenapa?”

          Nayla terisak di dadanya, tak mampu berbicara, suara langkah cepat yang mendekat membuat Leo mengangkat wajahnya dan ia mengernyit saat melihat Mars berlari ke arah mereka, di belakang nya ada Angel yang mengejarnya sambil memanggil nama Mars sementara di pintu tengah, Henry bersandar dengan senyum miring, sesekali ia menegak alkoholnya sambil menonton drama gratis di depannya.

          Hanya melihat situasinya saja Leo merasa sudah mengerti apa yang sedang terjadi saat ini, ia mendekap Nayla lebih erat di dadanya dan menunduk, berbisik pelan “Kamu mau pergi?”

          Nayla tak menjawab namun ia mengangguk, Leo melingkarkan tangannya di pundak Nayla dan menuntunnya untuk berjalan keluar namun Mars meneriakinya, “Berenti lo!”

          Leo tak menoleh ke belakang, ia hanya mengangkat jari tengahnya ke atas dan mengabaikannya, namun dengan cepat Mars mengejarnya dan memegang bahunya dengan keras membuat Leo terpaksa berbalik.

          “Apa lo anjing?” ucap Leo marah.

          “Jaga mulut lo, gue mau bicara sama Nayla”

          “Dia ngga mau”

          “Gue mau bicara sama dia bukan sama lo bangsat!” Mars menunjuk wajahnya, mengancamnya.

          Nayla menyingkirkan telunjuk Mars dari wajah Leo dan berucap “Mars, berhenti, tolong biarin aku pulang… aku capek Mars, kalau kamu mau bicara kita bisa bicara nanti tapi tolong biarin aku pulang sekarang” ucap Nayla dengan nada memohon.

          Mars memperhatikan wajah Nayla, wajahnya nampak sembab dan basah oleh air mata, matanya merah dan ada raut kesedihan di wajahnya yang bisa Mars lihat dengan begitu jelas, rahang Mars mengetat, ia tak menyukai pemandangan ini, Mars tak pernah dengan sengaja melukai perasaan Nayla, ia tak memperlakukan Nayla dengan sangat baik namun ia memperlakukannya lebih baik dari semua perempuan yang Mars kenal bahkan yang pernah mejadi kekasihnya.

          Bertahun-tahun berteman tentu ada rasa yang sedikit berbeda dengan yang ia miliki dengan teman-temannya yang lain, hal itu tak bisa Mars jelaskan dengan rinci karena ia juga tak tau arti perasaan itu, ia hanya berpikir bahwa itu rasa yang lebih dari suka sebagai teman, Mars tak pernah memahami perasaannya sendiri, itu terlalu sulit namun bersama Nayla semua terasa mudah.

          Ia tak pernah menjanjikan dunia pada Nayla tapi ia juga tak pernah ingin dunia nya hancur karena Mars, pegangan tangan Mars pada lengan Nayla mengendur, Nayla perlahan melepas genggaman tangan Mars pada lengannya, tak seperti sebelumnya saat ia mencoba lari darinya, Mars membiarkannya dan mata keduanya bertemu untuk terakhir kalinya sebelum Nayla berbalik dan berjalan pergi darinya bersama Leo.

***

Leo tak langsung membawa Nayla pulang ke rumahnya, ia nampak kacau saat ini, jika ia membawa Nayla pulang, itu hanya akan menyebabkan Nenek Nayla khawatir padanya, Leo tak tau harus membuat alasan apa jika Nenek Nayla bertanya padanya kenapa wajah cucunya sembab.

          Leo mengulurkan sekotak tissue pada Nayla, Nayla menunduk dan masih menangis, ia bahkan tak melihat wajah Leo.

          “Nay” panggil Leo pelan, tangan Lep perlahan terulur dan menyentuh pundak Nayla, mengusapnya lembut.

          “Kamu mau… pulang?” tanya Leo hati-hati, ia memang tak ingin membawa Nayla pulang ke rumahnya namun bagaimana jika Nayla menginginkan hal sebaliknya? Ia hanya ingin membuat Nayla merasa nyaman.

          Nayla menggeleng.

          Perlahan Leo mendekat dan memberikan pelukan di tubuh Nayla saat tangisan Nayla semakin keras di dadanya, ia mengeratkan pelukannya dan menepuk punggungnya pelan untuk menenangkannya.

          Ini sudah pukul 7 malam saat Leo mengantar Nayla pulang, Leo mengajaknya ke taman yang tak terlalu ramai hanya untuk memberi Nayla sedikit waktu untuk menenangkan dirinya, ini sudah lumayan gelap saat Leo sampai di depan rumah Nayla.

          “Telpon aku kalau kamu… butuh sesuatu” ucap Leo.

          Nayla mengangguk “Terima kasih” ucap Nayla, ia tak lagi menangis namun matanya masih terlihat sedikit sembab meski tak separah tadi setidaknya jika Neneknya tidak terlalu memperhatikan maka Nayla tak akan mendapat masalah.

          Setelah mengucapakan perpisahan singkat dengan Leo, Nayla masuk ke dalam rumah nya, ia bisa mendengar suara dari dapur, ia mempercepat langkahnya dan masuk ke dalam kamar nya sebelum Neneknya memanggilnya.

          Di dalam kamarnya Nayla tak mampu untuk menahan air matanya lagi, rasanya sebanyak apapun ia menangis tadi itu tak cukup untuk menunjukan kesedihannya, lebih dari sedih, ia merasa patah hati dan kecewa dan itu semua karena Mars.

          Ia tak menyangka Mars bisa melakukan hal itu padanya, Nayla menutup wajahnya, ia pikir Mars memiliki rasa padanya ternyata a hanya dijadikan pelarian saat rasa patah hati menyerang nya.

          Harus nya Nayla menyadari ini, ia sudah berteman dengan Mars selama bertahun-tahun, aneh rasanya saat menyadari Mars tiba-tiba emnyadari ia emmiliki perasaan lebih dari teman dengan nya setelah Mars putus untuk kesekian kalinya dengan Angel, pernyataan perasaannya pada Nayla saat itu mungkin hanya didasari rasa frustasi akan hubungannya dengan Angel, mereka tak pernah berkelahi terlalu lama dan lama nya jangka waktu putus mereka membuat Mars tak bisa berpikir jernih dan menjadikan Nayla sebagai pelarian.

          Pelarian.

          Apa yang Nayla rasakan pada Mars sepenuhnya tulus dan Mars hanya menganggapnya sebagai pelarian. Betapa jahat nya…

          Kini, tak hanya ia kehilangan teman nya namun ia juga dikhianati oleh orang yang ia cintai… mungkin ini karma? Ia telah mengambil Angel dari Mars, meski mereka telah putus harus nya Nayla sadar diri jika  ia tak akan pernah bisa menggeser posisi Angel di hati Mars… bagaimanapun ia telah menghianati Angel juga sebagai satu-satunya teman yang benar-benar peduli padanya.

          Namun, Nayla begitu dibutakan oleh rasa cinta dan saat Mars mengulurkan tangan padanya, ia tak mampu menolak dan berpikir rasional, ia memilih apa yang hati nya inginkan, dan hatinya memilih Mars.

          Mencintai Mars bernilai begitu banyak, persahabatan, cinta, ciuman pertamanya… Nayla berpikir apakah itu senilai dengan 1 bulan hubungan mereka untuk kehilangan sebanyak itu?

***


 

13

 

Ini sudah 3 hari semenjak Nayla dan Mars bertemu, sepertinya Nayla benar soal dirinya hanya menjadi pelarian Mars karena selama 3 hari itu Mars sama sekali tak menghubunginya atau mencoba meminta maaf padanya, bukan Nayla beharap Mars akan berlutut di kakinya dan menangis untuk mendapatkan maaf nya, Nayla hanya berharap Mars bisa sedikit berbaik hati untuk melihatnya sebagai manusia biasa yang merasa tersakiti akan tindakan buruk nya padanya namun… Nayla rasanya ingin tertawa dan menangis di saat yang sama, jangankan permintaan maaf, mengiriminya pesan untuk bertanya kabar nya saja tidak.

          Nayla sudah menjadi orang asing bagi Mars namun di dalam kepala naïve Nayla, Mars masih menjadi kekasihnya.

          Mungkin ia naïve tapi setidaknya ia masih memiliki hati, jadi ia mendatangi Mars di rumah Henry siang ini, ada beberapa mobil di garasi dan salah satunya milik Mars.

          Henry berada di depan pintu sedang berbicara dengan seseorang saat Nayla datang, ia tersenyum miring melihat figure Nayla, mengabaikan laki-laki yang tadi ia ajak bicara, Henry mendatanginya dengan rokok terselip di bibirnya, ia melepaskannya dengan mengapitnya dengan 2 jarinya dan menatap Nayla, “Cari cowok lo?” tanyanya.

          “Mars ada disini?” tanya Nayla balik, ia tau Mars ada disini namun ia hanya ingin meyakinkan dirinya, terlebih ia tak suka dengan sebutan “Cowok lo” dari Henry untuk menyebut Mars.

          Henry menganguk “Dia di dalam” ia tersenyum miring, senyum nya makin lebar tiap detik nya dan Nayla mengalihkan wajahnya hanya untuk berhenti melihat ekspresi menjengkelkannya itu.

          Henry berjalan di belakangnya saat Nayla masuk ke dalam rumahnya, Mars ada di ruang tengah bersama dengan beberapa teman Mars, tak ada Angel disana. Untuk pertama kalinya dalam hidup Nayla ia melihat Mars menenggak alkohol, kepalanya menengadah ke atas saat ia meminum alkohol itu langsung dari mulutnya, rokok yang menyala di satu tangannya yang tak memegang botol, Mars tak lagi memakai seragam sekolah hanya kaos biasa namun ia masih memakai celana SMA nya.

          “Marshal!” teriak Henry dari belakang tubuh Nayla.

          Mars menurunkan botol alkohol nya dan melirik ke sumber suara, dahinya mengernyit namun saat ia melihat Nayla berdiri di depan pintu wajahnya beribah datar dan dingin.

          Ia mengambil satu hisapan lagi pada rokoknya sebelum menaruhnya di meja, ia berdiri dengan susah payah sebelum berjalan ke arah Nayla, ia melewatinya dan berdiri di luar rumah Henry.

          “Aku mau bicara sama kamu” ucap Nayla pelan di belakang Mars, Nayla tak bisa melihat ekspresi di wajah Mars karena kini ia berdiri memunggunginya.

          Mars diam.

          Nayla mendekat dan berdiri di samping Mars, kini ia bisa melihat lebih jelas wajah Mars, wajahnya sedikit menghadap ke atas dan matanya terpejam saat cahaya matahari menyinari wajahnya, ia begitu indah…

          Nayla mengambil satu langkah mundur dan berucap pelan “Bisa kita bicara sebentar?”

          Mars membuka matanya, ia menatap lurus ke depan untuk beberapa saat sebelum menoleh ke arah Nayla, “Bicara apa?” tanyanya.

          Nayla melirik ke samping, dimana Henry masih berdiri di depan pintu, melihat dan bisa mendengar percakapan keduanya, ia tak mau pembicaraan ini di dengar oleh orang lain.

          Seperti mengetahui ketidaknyamanan Nayla, Mars berjalan sedikit jauh dari Henry, berdiri di samping mobilnya dan Nayla mengikuti di belakangnya dalam diam. Tak ada yang berbicara untuk beberapa saat, Mars sama sekali tak terlihat ingin berbicara atau ingin menegur Nayla karena tak mengucapkan apapun emski ia telah datang jauh-jauh ke rumah Henry untuk menemuinya.

          “Maaf aku datang kesini” ucap Nayla setelah beberapa saat hanya diam “Tapi aku ngga bisa ketemu sama kamu di rumah…”

          Nayla menatap wajah Mars, Mars tak menatapnya, pandangannya seperti hilang entah kemana, mata Mars sedikit merah dan ia nampak… berbeda.

          “Aku pikir situasi kita saat ini… kita ngga akan berada di situasi seperti ini kalau kita ngga berpikiran pendek, a-aku tau kalau kamu cinta Angel” kalimat ini membuat Mars untuk pertama kalinya menatap wajahnya “Aku… saat kamu bilang kamu memiliki perasaan yang lebih ke aku, aku hanya terlalu bahagia untuk memikirkan semua konsekuensi nya…”

          Satu tetes air mata jatuh di mata Nayla “A-aku cinta kamu…” Nayla menunduk seolah malu akan pengakuannya “Tapi aku tau kamu ngga… aku.. aku hanya ngga mau kehilangan kamu sebagai… teman ku,” Nayla mengusap air matanya.

          “Aku pikir lebih baik kalau kita tetap menjadi teman seperti dulu, aku ngga mau merusak hubungan pertemanan kita selama bertahun-tahun hanya karena… ini” ucap Nayla.

          Mars tak mengucapkan apapun, wajahnya nampak jauh lebih dingin dan keras dari sebelumnya, ia memasukan tangannya yang terkepal ke dalam saku celananya, ia menatap mata Nayla namun Nayla tak melihat satupun emosi melintas di wajahnya, kosong.

          “Terserah lo” ucap Mars sebelum berjalan pergi dan kembali masuk ke dalam rumah Henry.

***

Nayla mengintip dari balik gorden jendelanya, hanya membuka sedikit celah untuk melihat ke arah balkon besar yang selalu menjadi latar tempat dimana ia dan satu-satunya lelaki yang pernah ia cintai duduk disana sambil bercengkrama dan melihat bintang, hanya harapan sederhana dan Nayla bahkan tak pernah bisa mewujudkanny bahkan saat ia memiliki kesempatan untuk menjadi miliknya.

          Nayla berpikir… mungkin ini yang namanya takdir.

          Orang yang ia harapkan bersamanya tak selalu berakhir bersamanya karena ia memiliki takdir bersama orang lain.

          Nayla menutup gorden nya kembali saat melihat Mars dan Angel duduk di balkon, nampak tertawa akan sesuatu… mereka terlihat sangat serasi.

          Ini sudah 3 bulan sejak Nayla dan Mars putus dan itu juga terakhir kalinya ia dan Mars berbicara, sejak itu sudah sangat jelas jika Mars tak ingin melihat wajah Nayla lagi, ia membuatnya menjadi lebih jelas saat satu pagi Nayla melewati rumah nya dan Mars berdiri di samping mobil nya, Mars menatapnya dengan dingin da ekspresi nya tak pernah sedatar itu saat melihat Nayla, ia mengalihkan perhatiannya dari Nayla dan masuk ke dalam mobilnya.

          Nayla ingat dulu, setiap kali mereka bertemu tanpa sengaja atau snegaja, Mars akan tersenyum padanya, pandangan matanya lembut dan hangat dan ia selalu menyapanya lebih dulu tak peduli kapan dan dimanapun itu… kiranya semua hal yang terjadi pada masa pacaran 2 bulan mereka benar-benar merusak segalanya.

          Mars bahkan tak mau menatap wajahnya lagi.

          Nayla menghela nafas dan duduk di atas tempat tidur nya, ia tak mengharapkan hubungan pertemanan mereka berakhir, hanya ingin hubungan pacaran mereka berakhir dan mereka kembali menjadi teman seperti biasanya, Nayla tau itu terdengar aneh dan sulit untuk di lakukan namun mereka sudah berteman sangat lama, Nayla tak tau betapa ia merindukan sosok Mars sebagai seorang teman yang selalu membantunya dan seperti Kakak laki-laki yang selalu mempedulikannya, selama ini ia hanya terlalu fokus melihat Mars sebagai laki-laki yang ia cinta dan menjadi pacar masa depannya hingga ia lupa untuk melihat sisi Mars sebagai sahabat nya.

          Ternyata perkara mencintai sahabat sendiri saja bisa menjadi begitu menyulitkan, Nayla seharusnya tak bermain-main dengan cinta terutama untuk orang yang begitu berarti dalam hidupnya.

          Ting!

          Suara notifikasi di Hp Nayla membuyarkan penyesalan nya, ia meraih Hp nya dan melihat nama Leo, tanpa berpikir panjang ia mengangkatnya, Leo telah menjadi teman yang sangat baik terutama setelah kejadian dimana ia menemani Nayla di taman selama berjam-jam hanya menunggu Nayla untuk berhenti menangisi Mars.

          Leo selalu menjadi teman yang baik, namun seorang teman sejati adalah orang yang tetap disisi kita saat duka tak hanya suka, Nayla ingin tertawa tentang betapa ironi nya hidup ini, Mars yang ia anggap sebagai sahabat dan laki-laki yang ia cintai adalah penyebab dari semua duka ini, dan ia hanya menemaninya di saat suka.Apakah Nayla salah?

          “Halo, Leo”

          “Hi Nay, lagi ngapain?”

          Nayla tersenyum, ia duduk di meja belajar nya dan menaruh beberapa buku tulis di depannya “Belajar”

          “Woooow Nerd” ucapnya.

          Nayla tertawa “Kamu sendiri ngapain?”

          “Lo tau? Cuma ngisi energy sambil ngayal aja”

          “Rebahan?”

          “Oh yeah”

          “Kamu ngga punya Pr?”

          “Sudah selesai semua, hei Nay, besok kamu kosong? Mau nonton di bioskop?”

          “Besok… aku ngga punya janji apa-apa” Nayla tak pernah punya janji dengan siapapun kecuali… Mars.

          “Aku beli 2 tiket untuk nonton besok, mau kan?”

          Nayla berpikir, ia mau tapi bukankah Leo memiliki kekasih? Maksudnya ia tak masalah pergi menonton bersama Leo sebagai teman, karena Leo menemaninya menangis di taman kenapa ia tak bisa menemaninya menonton di bioskop?

          “Boleh tapi…”

          “Ya?”

          “Pacar kamu ngga masalah…?”

          “Pacar? Aku ngga punya pacar”

          Nayla mengernyit, jelas-jelas Mars bilang ia punya pacar “Leo, aku sudah tau lama kalau kamu punya pacar, aku sama sekali ngga masalah dengan itu, maksud ku, aku ngga masalah pergi sama kamu asal kamu sudah ijin ke pacar kamu” ucap Nayla.

          Tak ada jawaban dari seberang sehingga Nayla bertanya-tanya apakah Leo sudah mematikan panggilan telponnya namun saat ia melihat layar Hp nya, ia melihat waktu panggilan masih berjalan jadi ia mencoba memanggil Leo, “Halo, Leo?”

          “Nayla?”

          “Ya, kamu masih disana?”

          “Nay, siapa yang ngasih tau kamu kalau aku punya pacar? Terakhir kali aku pacaran itu 2 tahun yang lalu dan setelah itu aku belum pernah pacaran sama siapapun”

          Mata Nayla membulat “Kamu ngga punya pacar?”

          “Ya. Pacar terakhir ku putus sama aku karena dia pindah sekolah… ya, lagian itu Cuma cinta monyet tapi aku ngga pernah pacaran sama siapapun lagi setelah itu, aku dekat sama beberapa cewek tapi ngga lebih dari itu, aku belum mau pacaran lagi aja” jelas Leo.

          “Oh” Nayla tak tau harus berkata apa, maksudnya selama ini ia sudah melihat Leo dengan sedikit cacat pada kepribadiannya karena ia berpikir bahwa Leo benar-benar berniat menjadikannya sebagai mainannya atau wanita simpanannya… hal yang membuat Nayla tak memutus kontak mereka setelah mengetahui kebohongan itu adalah karena ia menganggap Leo sebagai teman yang baik.

          Nayla benar-benar emrasa buruk saat ini, ia jelas-jelas secara sengaja mengabaikan semua pesan dan bahkan telpon Leo hanya karena kebohongan itu… Nayla tak mengerti lagi mengapa ia begitu mudah di bohongi, apakah ia memang sebodoh itu?

          “Oh?” Leo mengulang katanya.

          Nayla berkedip “Aku minta maaf, aku rasa ini Cuma salah paham-“

          “Jadi selama ini kamu pikir aku punya pacar?” tanya Leo.

          “Uhm… ya”

          “Woww”

          “Aku minta maaf, aku tau aku seharusnya nanya kamu dulu tapi aku pikir itu privasi kamu… jadi aku lebih memilih diam”

          “Dan menjauhi aku?”

          Nayla membuka mulutnya untuk membantah namun ia tak memiliki satupun alasan masuk akal atas tindakan memalukannya itu “Maaf”

          Leo tak marah, ia malah tertawa “Ya ampun, siapa juga yang ngasih tau kamu kalau aku punya pacar, kalau aku punya pacar aku ngga mungkin nelponin kamu sampai tengah malam, mending nelponin pacar ku”

          Nayla tersenyum canggung, meski Leo tak bisa melihatnya ia yakin Leo bisa merasakannya dari suaranya di telpon, “Ya… aku pikir kamu…”

          “Nay, its’s ok, aku tau aku ganteng makanya kamu pikir ngga mungkin kalau orang seganteng dan sekeren aku ngga punya pacar, ya kan?”

          Nayla tersenyum geli, tebakan Leo lebih baik daripada fakta sebenarnya, Nayla tak akan pernah memberitahukan kebenarannya pada Leo, tak hanya karena itu membuatnya terlihat begitu bodoh dan naïve namun juga ia tak mau merusak hubungan Leo dan Mars, lagipula kenapa juga Mars berbohong?

          “Ya… itu alasannya, tapi kamu serius kan kamu ngga punya pacar, aku bener-bener ngga mau punya masalah sama pacar nya orang” ucap Nayla.

          “Nay, kalau mau pdkt ngga usah se-visible itu, kan aku jadi deg-degan”

          Nayla tertawa “Ih apaan sih, orang nanya serius”

          “Ngga Nayla yang maha cantik… Kang Mamas Leo ngga punya pacar, sumpah! Gimana percaya ngga? Kalau ngga aku datang sama Orang tua ku kesana bawa surat pernyataan bermaterai 6.000, gimana?”

          Nayla tak bisa menahan tawanya, “Ok.. ok, aku percaya, ngga perlu bawa Orang tua kamu datang kesini”

          “So, besok?” tanya Leo.

          “Besok?”

          “Ya… jadikan, jam 5 aku jemput?”

          “Jam 5” ucap Nayla mengkonfirmasi.

          “Well, it’s a date”

***


 

14

 

Nayla dan Leo menonton salah satu film yang paling banyak pengantri nya dan memutuskan jika itu bukan jenis film yang mereka sukai di 30 menit pertama mereka berada di dalam bioskop, Nayla dan Leo berakhir dengan pergi keluar diam-diam dari bioskop bahkan sebelum si pemeran utama sempat mengucapkan 3 kata keramat pada si pemeran perempuan.

          Mereka mengelilingi mall hanya untuk berjalan-jalan dan berhenti hanya saat mereka lapar, Leo sama sekali tak menyukai junk food, jadi mereka makan bakso.

          “Bakso bukan junk food?” tanya Nayla.

          Leo nampak berpikir “Apa makanan yang ngga termasuk junk food?” tanyanya balik.

          “Aku ngga tau, mungkin nasi?”

          “Nasi? Nasi goreng yang dijual di pinggir jalan jelas junk food, apalagi nasi goreng yang ngga laku hari ini dan dijual lagi buat besok” ucap Leo, wajahnya mengernyit lucu.

          “Leo, aku pikir kamu pintar!” Nayla tersenyum geli.

          Leo tertawa. Mereka makan sambil berbicara dan tertawa, dan Nayla tak pernah senyaman ini dengan siapapun bahkan Mars, Mars membuat jantungnya berdetak begitu keras tiap kali ia menatapnya lekat dan ia membuatnya begitu tersakiti saat ia bicara soal kekasihnya…

          “Kita harus browsing dulu sebelum beli tiket, kalau ngga kita bakal berakhir di kedai bakso lagi” ucap Leo.

          Nayla tersenyum geli “Siapa yang ngasih saran untuk beli tiket film yang paling banyak orang ngantri nya?”

          “Hei, gue pikir orang-orang itu punya selera film yang bagus, selera film mereka sama jelek nya sama status Twitter mereka” ucap Leo “Genre film apa yang kamu suka?”

          Nayla mengangkat bahunya “Aku cuma suka film yang bagus”

          “Wahhh kita bener-bener jodoh, aku juga suka film yang bagus” ucap Leo.

          Nayla tertawa “Ok, kamu suka film apa?”

          Leo nampak berpikir “Film… aku suka Forrest Gump, Godfa-“

          “Wooow kamu suka Forrest Gump juga?”

          “Juga? kamu suka?” tanya Leo balik.

          “Aku nangis nonton film itu” ucap Nayla bangga.

          “Well, aku ngga nangis tapi film itu, shit, salah satu film yang ngga bakal bisa aku lupain” ucap Leo.

          “Kamu pernah nonton Her?”

          Leo menggeleng “Ngga pernah denger”

          “Pemeran nya yang jadi Joker dan salah satu pemerannya juga adalah yang jadi Black Widow, Scarlet Johanson”

          “Aku pernah nonton Joker dan Black Widow tapi belum pernah denger soal Her, tapi… ada satu film dari Scarlet Johanson yang pernah aku tonton… aku ingat waktu itu Kakak ku pernah ngajak aku nonton film itu… apa judulnya?” Leo nampak berpikir “Oh ya, Lost In Translation!”

          “Lost in Translation? Kamu bercanda? Director film Lost in Translation adalah mantan suami dari Director film Her, mereka sudah bercerai, aku banyak lihat di internet kalau film itu sebenarnya surat cinta terakhir untuk satu sama lain” ucap Nayla bersemangat, ia tak pernah bertemu seseorang yang bisa ia ajak berdiskusi tentang indah nya kisah cinta diluar sana.

          “Serius? Aku ngga terlalu nonton film nya sebenarnya, aku tidur di tengah-tengah film, tapi aku ingat sama cewek yang pakai wig pink” ucap Leo “Aku seharusnya ngga tidur waktu itu, kira-kira film nya sudah keluar di Netflix belum?”

          Nayla mengangkat bahunya “Entah, tapi kalau ada kasih tau aku ya!”

          Leo tersenyum, matanya melembut melihat Nayla yang begitu ceria dan bersemangat di depannya “Kalau ada, kita harus nonton sama-sama, gimana?”

          Nayla tersenyum namun ia membuat gesture berpikir “Ok”

Satu janji berubah menjadi 2 janji lalu berubah menjadi 5 dan Nayla menyadari bahwa ia dan Leo terus membuat janji pada satu sama lain untuk melakukan sesuatu bersama dan sejak itu mereka tak terpisahkan, Leo sangat menyenangkan, ia selalu membawanya ke tempat-tempat menyenangkan dan Nayla tak pernah bosan saat bersamanya.

          Dan yang paling membuatnya bahagia dari semua janji itu adalah fakta bahwa Leo tak pernah mengingkari janjinya sekalipun.

          Sekalipun.

          Nayla menyukai kata itu “Sekalipun”

          Tubuh Nayla bersandar pada lemari di belakangnya, ia tersenyum malu-malu saat mendengar Leo mulai menggodanya lagi.

          “Tapi Nay, di mataku masih cantikan Scarlet Johanson di banding kamu, tapi yang mau ku sayang Cuma kamu”

          Nayla tersenyum geli, ia mengigit kukunya dan jika Leo berada di samping nya saat ini maka ia bisa melihat semburat merah di wajah Nayla.

          “Orang tua kamu?” tanya Nayla “Kamu ngga sayang mereka juga?”

          “Oh iya ya… maksudku aku sayang kedua Orang tua ku dan kamu Nay”

          Nayla menggeleng-gelengkan kepalanya “Tidur Leo, ini sudah malam, sampai jam berapa kamu mau ngegombalin aku coba? Aku yang denger nya aja sampai capek sendiri, kamu ngga?”

          “Ngga tuh” Nayla bisa mendengar senyum Leo dari suaranya “Kamu sendiri, ngga capek blushing mulu?”

          “Ihh aku ngga blushing!” elak Nayla cepat.

          Leo tertawa “Ngga salah lagi”

          Ini sudah 6 bulan sejak Nayla putus dengan Mars dan sejak itu Leo seperti mengganti posisi Mars dalam hidupnya, sebagai temannya, sahabatnya, saudaranya bahkan… seseorang yang ia suka.

          Suka.

          Nayla tak tau apa arti kata suka itu sesungguhnya namun jika Leo adalah permen maka Leo adalah permen favouritnya, Oh Ya Tuhan tolong jangan biarkan Leo mendengar pikirannya jika Leo bisa mendengar pikirannya maka ia tak akan berhenti menggodanya.

          “Blushing lagi kan” goda Leo.

          “Sok tau~~~” Nayla bernyayi dan berputar lalu menjatuhkan dirinya ke atas tempat tidurnya seperti Putri, ia menatap langit-langit kamar nya dengan bibir yang mengukir senyuman.

          “Hi, Leo” ucap Nayla.

          “Ya?”

          “Apa lagu favourit kamu?”

          “Sekarang? Mac Miller, Small worlds”

          Nayla memutar tubuhnya hingga kini ia berbaring di atas perutnya “Small words? Seriously? Aku mau minta kamu nyanyi lagu yang kamu suka di telpon tapi kalau kamu nyanyi lagu itu aku bakal ngga bisa tidur sampai besok pagi”

          Leo tertawa “Kamu tanya, aku jawab” ucapnya “Apa lagu yang kamu suka kalau begitu?”

          “Aku suka… banyak lagu”

          “Hmmm, sulit buat ditebak”

          Nayla tertawa “Aku suka coldplay”

          “Coldplay? Aku juga”

          “Aku pikir kamu Cuma suka Rapper”

          Leo tersenyum, ia memperbaiki posisi kepalanya di bantal dan memandang langit-langit kamar nya sambil tersenyum seolah ada sesuatu yang mengagumkan di atas sana, sebenarnya suara di seberang telponlah yang membuatnya kagum “Aku suka… semua yang kamu suka”

          “Kalau aku suka warna pink?”

          “Aku punya baju warna pink”

          Nayla tertawa “Kamu tau lagu “Us Against the World” dari Coldplay?”

          “Ya… why? Kamu mau aku nyanyi lagu itu?”

          “Serius? Kamu mau?”

          “Anything for you babe” ucap Leo.

          Nayla tak terlalu menganggap serius sebutan itu karena ini bukan pertama kalinya Leo menggunakannya, awalnya dia bahkan tak bisa berkata apa-apa dan berahir dengan berdiri di tempatnya dengan mulut terbuka dan wajah blushing sebelum akhirnya Leo tertawa dan setelah itu Leo terus memanggilnya babe hanya untuk menggodanya.

          Bukannya Nayla juga terganggu, ia diam-diam menyukainya, ada rasa hangat di dadanya setiap kali Leo memanggilnya dengan “Babe”.

          Nayla pasti sudah gila, ia menggeleng-gelengkan kepalanya untuk membuyarkan pikiran tak berlogika nya itu dan kembali mendengarkan Leo berbicara.

          “Aku ngga berharap kamu nyanyi seperti professional tapi tolong jangan buat aku shock” canda Nayla.

          “Kamu mau video call?” tawar Leo.

          “Kamu pakai baju kan?”

          “Aku bakal pakai baju” ucap Leo dan Nayla bisa mendengar suara grasak-grusuk di seberang, Leo kemungkinan berlari ke lemarinya untuk mengambil baju, bukan sekali dua kali Nayla mendapati Leo dalam keadaan bertelanjang dada saat mereka melakukan video call, Nayla tak mengerti mengapa Leo memiliki kebiasaan itu, ia rasa hampir semua lelaki memiliki kebiasaan aneh itu, ia hanya tak tau apa alasannya, ia rasa itu cri khas laki-laki, seperti bagaimana perempuan yang selalu mengenakan make up sebelum melakukan video call dengan orang yang mereka suka.

          Mengapa hal itu menjadi lebih simple untuk laki-laki dan semakin rumit untuk perempuan saat ia menyukai seseorang?

          “Ok, done, video call sekarang?” tanya Leo.

          “Ok” ucap Nayla.

          Leo duduk di atas tempat tidurnya, tubuhnya bersandar pada headboard dan ia nampaknya menaruh Hp nya di ujung tempat tidur dengan disandarkan pada sesuatu hingga kamera nya bisa menangkap Leo yang sedang memegang gitar.

          “Wooow kamu pakai baju!” puji Nayla.

          Leo memutar matanya “Kamu mau dengar aku nyanyi atau buka baju lagi?”

          Nayla tertawa “Sorry, aku mau dengar kamu nyanyi” ucapnya.

          “Dengar baik-baik… ok?”

          Nayla mengangguk.

          Leo berdeham beberapa saat dan memetik gitar nya beberapa kali seperti sedang melakukan pemanasan sebelum benar-benar menyanyi.

          Nayla tak berharap banyak, maksudnya, ia tau suara Leo saat berbicara bagaimana tapi ia tak pernah mendengar Leo bernyanyi yang benar-benar bernyayi, ia hanya pernah bernyanyi untuk mengganggu Nayla saat mereka berada di dalam mobil namun saat ini melihat sisi jahil Leo sama sekali tak terlihat dan yang bisa ia lihat lewat laya Hp nya adalah Leo yang sedang bernyanyi dengan penuh penghayatan dan memainkan gitarnya dengan serius, hal itu mau tak mau membuat Nayla tak bisa mengalihkan perhatiannya dari pemandangan itu.

          Suara Leo memang tak sebagus Chris Martin tapi telinga Nayla menyukai suaranya, Nayla menggerakan tubuhnya perlahan dan mengikuti irama lagu itu. Ini sudah pukul 12 malam lewat dan ia harusnya tidur agar tidak terlambat sekolah namun disinilah ia, mendengarkan Leo bernyanyi dan Nayla sama sekali tak menyesalinya.

 

Oh morning come bursting, the clouds amen
Lift off this blindfold, let me see again
Bring back the water, let your ships roll in
In my heart she left a hole

The tightrope that I'm walking just sways and ties
The devil as he's talking with those angel's eyes
And I just want to be there when the lightning strikes
And the saints go marching in

And sing slow it down
Through chaos as it swirls
It's us against the world”

          Ia ikut bernyanyi bersama, suaranya pelan sehingga ia yakin hanya dirinya yang bisa mendengarnya.

Like a river to a raindrop, I lost a friend
My drunken as a Daniel in a lion's den
And tonight I know it all has to begin again
So whatever you do, don't let go

And if we could float away
Fly up to the surface and just start again
And lift off before trouble
Just erodes us in the rain

Just erodes us in the rain
Just erodes us and see roses
In the rain

Sing slow it down
Slow it down

Through chaos as it swirls
It's us against the world
Through chaos as it swirls
It's us against the world”

          Mata Nayla dan Leo bertemu, dan mereka berdua tersenyum.

***

Leo : Knock, knock!

Nayla : Who’s there?

Leo : Pizza guy

Nayla : Aku ngga suka Pizza!

Leo : L tapi aku otw ke rumah kamu bawa pizza…

Nayla : Darimana kamu tau aku belum tidur jam segini?

Leo : Kamu ngga bisa tidur tanpa dengar suara ku dulu.

Nayla : Hmmmm…

Leo : Right?

Nayla : Still… aku ngga suka pizza.

Leo : Pura-pura aja kamu suka, kamu terima pizza nya, cium pipi ku bilang terimakasih dan waktu aku pergi kamu boleh buang pizza nya di tempat sampah.

Nayla : …

Leo : You’re welcome babe.

          Nayla segera mencuci wajahnya, ia memang belum tidur namun ia sedikit mengantuk, matanya agak sembab karena mengantuk. Kurang dari 10 menit setelah Leo mengiriminya pesan, Nayla bisa mendengar suara mobilnya diluar. Ia bergegas keluar dengan mengenakan jaket di perjalanan.

          Leo melambaikan tangannya dari dalam mobil, Nayla berdiri di luar pintu mobil dan bersandar pada jendela mobil Leo.

          “Mana Pizza nya?” tanya Nayla.

          “Ngga nanya kabar ku dulu langsung nanya pizza nya? ah…” Leo menaruh telapak tangannya di dada dan membuat ekspresi terluka.

          Nayla tersenyum geli “Bagaimana kabar kamu? Aku tau kabar kamu awesome 30 menit yang lalu tapi mungkin sekarang sudah berubah, jadi gimana kabar kamu sekarang?”

          Leo memamerkan senyum lebar nya “Super awesome dan oh Pizza nya, tiba-tiba dia berubah jadi sate” Leo mengangkat 2 tangannya ke atas “Sumpah! Bukan aku yang tukar”

          Nayla menyipitkan matanya.

          “Dia mungkin tau kalau cewek yang mau dia datangin hari ini terlalu Indonesia makanya dia nyerah jadi makanan western”

          “Woww Leo, aku pikir kamu pintar”

          Leo tertawa, ia mengambil bungkus berisi sate itu dan memberikannya pada Nayla “Aku ngga pintar Nay, aku ngga tau banyak hal soal pengetahuan tapi aku tau segala hal tentang kamu” ia mengerling sambil tersenyum.

          Nayla menerima bungkusan itu sambil tersenyum malu “Terima kasih”

***

Tangan Mars mulai merambat naik dari paha ke pinggang Angel, malam semakin larut dan keduanya semakin tak mampu mejauhkan tangan mereka dari satu sama lain, bibir Angel mulai menjelajah leher Mars dan tangan Mars yang tadi berada di pinggang Angel, naik dan menangkup salah satu payudara Angel.

          Ia mencium bibir Angel rakus saat bibir itu terbuka untuk mendesah, di dalam ciuman mereka, Mars mengerang saat tangan Angel mulai menggosok miliknya dari balik celana.

          Ia melepas ciuman mereka dan menarik Angel untuk naik ke kamarnya, di dalam kamar keduanya tak menyia-nyiakan kesempatan itu untuk saling menelanjangi diri satu sama lain, kedua bibir mereka masih menyatu dan tangan mereka yang sudah terlatih membuka helaian pakaian yang menempel di tubuh mereka dengan cepat.

          Saat Angel menunduk untuk melepas celananya, Mars langsung mengangkatnya untuk berdiri dan menciumi tubuh kekasihnya itu.

          Mars yang kini hanya mengenakan bokser sementara Nayla sendiri hanya mengenakan celana dalam dan bra sudah terbaring di atas tempat tidur.

          Mars berdiri untuk mengambil kondom yang ia sembunyikan di laci mejanya yang terletak di paling bawah, gerakan gorden yang tertiup oleh angin karena balkon kamarnya yang terbuka membuat Mars berjalan ke arah balkon untuk menutup pintu kaca geser itu agar angin malam tak masuk ke dalam kamarnya.

          Namun, baru setengah pintu tertutup, ia melihat dalam gelapsebuah mobil dan siluet seseorang yang berdiri di samping mobil tepat di depan rumah Nayla, gelapnya malam membuat ia tak bisa melihat jelas wajah orang yang berdiri di samping mobil itu namun mengingat ia telah mengenal postur tubuh nya hampir seumur hidupnya, Mars bersumpah itu adalah Nayla.

          Nayla nampak berbincang dengan seseorang di dalam mobil yang terparkir di depan rumahnya di tengah malam seperti ini… Mars tak bisa menebak dengan pasti warna mobil itu karena jarak yang cukup jauh dan gelap, tapi ia yakin itu seperti warna abu-abu atau hitam, Mars tak terlalu yakin.

          Meski Mars tak bisa mendengar percakapan mereka dari jarak sejauh ini namun gestur tubuh Nayla yang kedua tangannya nampak bersandar pada jendela mobil dan kepalanya yang beberapa kali menunduk ke dalam jendela mobil, mars yakin mereka sudah akrab satu sama lain.

          Mars tau benar bagaimana kepribadian Nayla, ia tak akan mau berada di jarak sedekat itu untuk orang yang hanya ia anggap sebagai teman biasa, sayang nya dari tempatnya berdiri saat ini Mars tak bisa melihat dengan jelas dengan siapakah Nayla bicara di tengah malam seperti ini, seingat Mars, Nayla tak memiliki seorang teman pun di sekolahnya yang begitu akrab sampai datang ke rumahnya, jika ada tugas kelompok Nayla lebih sering datang ke rumah temannya, ia juga tak memiliki teman dekat yang sering berkunjung ke rumahnya.

          Apakah itu teman baru nya? teman perempuan di SMA nya? sejak kapan Nayla memiliki pergaulan semacam itu? Nayla pernah bercerita pada Mars bahwa teman-teman perempuannya di sekolah yang sering hang out mengenakan mobil adalah orang-orang yang menyebalkan dan suka membulyinya, apa mungkin kini Nayla berteman dengan mereka? Rasanya tak mungkin, lagipula Nayla juga tak menyukai mereka.

          Apa… itu laki-laki?

          Apa Nayla dekat dengan seorang laki-laki?

          Rasanya tak mungkin juga jika ada teman perempuannya yang datang di tengah malam seperti ini, jika ada yang berkeliaran di jam segini untuk pergi ke rumah seorang perempuan itu sudah jelas laki-laki yang sedang mendatangi perempuan yang ia sukai.

          Tubuh Mars dipeluk dari belakang dan ia bisa merasakan kontak skin to skin dengan Angel, Angel telah melepas celana dalam dan bra nya, tangannya merambat di dada lalu ke bagian celananya yang membengkak.

          “What are you looking for?” bisik Angel di telinganya.

          Mars menoleh ke belakang, untuk melihat wajah Angel lalu kembali melihat ke arah Nayla dan mobil yang terparkir di depan rumahnya, Nayla melambaikan tangannya saat mobil itu hendak pergi.

          “Nothing” ucap Mars, lalu menutup pintu balkonnya sebelum membawa Angel naik ke atas tempat tidurnya.

***


 

15

 

Terkadang hidup tak berjalan seperti apa yang kita harapkan dan terkadang apa yang tidak kita harapkan menjadi hal terbaik yang pernah terjadi dalam hidup kita. Nayla menatap Leo yang duduk di samping nya, mereka berdua berada di taman tempat Nayla menangisi Mars namun meski rasa sedih itu masih ada, kini Nayla sadar jika rasa bahagia itu lebih besar, karena ia disini bersama… Leo.

          Leo menangkapnya sedang memandanginya dan tersenyum jahil “I got you”

          Nayla tersenyum lalu memandang pemandangan di depan mereka “Kenapa kamu ngajak aku kesini? Ngga ada siapapun disini” ucap Nayla sambil melirik ke sekitar untuk mencari orang lain selain mereka namun ia tak menemukan siapa-siapa.

          “Mungkin karena aku mau melakukan sesuatu yang creepy ke kamu” ucap Leo.

          “Creepy? Apa artinya creepy?” tanya Nayla.

          Leo memutar matanya “Astaga… kok kamu bisa naik kelas sih, padahal bahasa inggris aja ngga ngerti”

          Nayla mengangkat bahunya.

          Leo tertawa dan Nayla ikut tertawa, untuk sesaat Leo tertegun melihat pemandangan itu, ia tak pernah mendengar tawa seindah itu sebelumnya, cara ia tertawa, cara ia menatap Leo… Leo merasa tak bisa mengalihkan matanya.

          “Kenapa?” tanya Nayla saat merasa Leo menatapnya intens, bukankah tadi mereka sedang menertawai sesuatu yang lucu, kenapa sekarang Leo nampak serius?

          “Aku cinta kamu”

          Nayla tertegun, ia merasa baru saja mendengar 3 kata… tunggu, ia pasti salah dengar, Leo tak mungkin memiliki perasaan lebih seperti itu padanya, maksudnya, dibandingkan semua perempuan yang berada di sekolah Leo, Nayla nampak seperti rakyat biasa di antara para Putri, ia yakin Leo tak memiliki perasaan semacam itu padanya bahkan jika Leo benar-benar mengungkapkan 3 kata itu padanya, ia yakin itu hanya untuk bercanda…

          “Maaf?” tanya Nayla, berkedip bingung.

          “Aku cinta kamu Nayla”

          “Leo, jangan main-main” ucap Nayla gugup.

          Leo menyentuh tangan Nayla yang berada di pangkuannya dan menggenggamnya, “Apa kamu sama sekali ngga berpikir kalau aku serius Nay?” tanya Leo.

          Nayla menatap Leo.

          “Apa selama ini aku kurang membuktikan ke kamu kalau aku benar-benar cinta sama kamu?” tanya Leo lagi “Aku selalu tau kalau aku sudah jatuh cinta sama kamu sejak pertama kali kita ketemu, tapi aku tau saat itu hati kamu… dimiliki oleh orang lain”

          Leo mengeratkan genggamannya pada tangan Nayla “Kasih aku satu kesempatan, satu aja, aku janji akan buat kamu bahagia, aku janji…” Leo mengusap air mata di pipi Nayla “Akan menjadi orang yang mengusap air mata kamu dan bukan menjadi orang yang menyebabkan air mata kamu jatuh, aku bukan laki-laki sempurna Nayla, tapi aku janji akan menjadi versi terbaik diriku untuk kamu”

          Leo mengulurkan jari kelingking nya pada Nayla “Janji”

          Nayla memandang jari kelingking Leo dan tersenyum di antara tangis bahagia nya “Janji”

          “So, it’s a yes?” tanya Leo.

          Nayla menunjukan ekspresi berpikir “Maybe”

          “Are you kidding me?” Leo tertawa.

          Nayla tertawa “Maybe”

          “Bilang “Maybe” sekali lagi, aku bakal pergi” ucap Leo.

          “Maybe”

          Leo mengerang “Aku ngga bisa ninggalin kamu, aku terlalu cinta sama kamu”

          Nayla tertawa “Aku juga cinta sama kamu”

          Leo menatap Nayla dan menatapnya seriu “Kamu cinta aku juga?”

          Nayla mengangguk dan Leo tak bisa menahan senyum lebarnya, ia berdiri dan berteriak “She said yes!” burung-burung yang sedang beristirahat di atas pohon beterbangan mendengar teriakan Leo dan Nayla tertawa akan hal itu.

          Nayla sama sekali tak pernah mengharapkan hal ini terjadi pada dirinya tapi saat ini ia merasa begitu bahagia, mungkin terkadang kita harus berhenti berharap untuk mengejar sesuatu yang tak pantas kita miliki dan menerima diri kita apa adanya, dengan begitu hal-hal baik akan datang dengan sendirinya.

***

Sheryl menumpahkan bubuk putih di meja kaca di depan mereka, dengan kartu kredit yang ia ambil dari dompet Mars, ia memisahkan bubuk putih itu menjadi 2 bagian dengan membentuk garis lurus, Sheryl lagi-lagi mengambil uang dari dalam dompet nya dan menggulungnya kecil, Sheryl menghirupnya dan Mars tersenyum saat melihat Sheryl membersihkan residu putih di hidungnya dan memberikan gulungan kecil uang 100.000 itu padanya.

          Mars tanpa ragu mengambilnya dan melakukan hal yang sama persis dengan Sheryl, ia berdiri dan menuntun Sheryl ke tengah ruangan untuk bergabung dengan puluhan orang lainnya yang sedang menari, beberapa dari mereka bahkan sudah melepaskan baju dan hanya menyisakan bra dan celana panjang.

          “You want me to take this shit off?” Sheryl menuntun tangan satu tangan Mars yang berada di bokongnya ke kaos ketat nya.

          Mars menunduk dan menatapnya lewat mata high nya “Nah, Angel kesini sebentar lagi, gue ngga mood buat berantem”

          Sheryl membuat ekspresi sedih yang lucu “What a shame, I wore your favourite color tonight”

          “I don’t have favourite color” Mars menunduk dan memberikan ciuman panjang pada bibir Sheryl sebelum melepaskannya dan kembali duduk di sofanya seorang diri, ia meminum alkoholnya dan memeriksa Hp nya, ada beberapa pesan dari Angel yang mengatakan ia sedang perjalanan kemari namun harus mampir dulu untuk menemani Winda.

          “Si Leo ngga lo ajak?” Mars mendengar salah satu temannya bertanya pada salah satu yang baru datang.

          Laki-laki yang ditanya mengerang “Si anjing, gue datang ke rumahnya dia ngga ada, gue telpon dia lagi di rumah ceweknya”

          “Si Leo punya pacar? Gue baru tau”

          “Ya, namanya Neila, Nila atau siapa gitu ada N sama A nya gue lupa”

          Jemari Mars yang mengapit rokoknya yang terletak di bibirnya berhenti sejanak sebelum ia melepaskannya dan mengeluarkan kepulan asap beracun dari mulutnya.

          Mars menatap lurus pada layar Hp nya yang menampilkan kontak Nayla, Mars mengambil hisapan dalam sekali lagi sebelum mematikan rokok ganja nya dan mengambil kunci mobil dan jaketnya di sofa.

          Dengan langkah sedikit gontai Mars berjalan keluar dan masuk ke dalam mobilnya, tanpa sengaja menabrak satu mobil di belakangnya saat ia mundur untuk keluar dari parkiran.

          “Fuck” Mars mengutuk emosi, ia mengusap wajahnya sebelum menginjak pedal gas dan melaju ke arah rumahnya dengan kecepatan tinggi, Mars beberapa kali melewati lampu merah dan hampir menabrak beberapa mobil.

          Mars berhenti tepat di depan rumahnya namun ia tak masuk ke dalam rumahnya melainkan rumah di sebelahnya, ia melewati halaman rumah itu dan mengetuk pintunya dengan sedikit tidak sabaran sebelum sosok yang familiar berdiri di depan pintu, menatapnya sedikit terkejut.

          “Nak Mars, malam-malam gini belum tidur, kenapa ya? Mau nyariin Nayla?” Nenek Nayla bertanya padanya.

          Mars mengangguk, saat ini otaknya tak bekerja 100%.

          “Nayla nya jalan sama temannya, jam 11 baru pulang, mau lihat kembang api katanya”

          “Teman? Perempuan?” tanya Mars.

          Nenek Nayla menggeleng “Laki-laki, katanya teman sekolah kamu juga, adik kelas kamu, namanya Leo, pergi nya sudah dari jam 5 sore tadi”

          Untuk alasan yang tak jelas Mars tertawa mendengar nama Leo, ia mengulangnya “Leo” lalu mendengus, Nenek Nayla melihatnya dengan aneh namun Mars terlalu tak peduli untuk memikirkan apa yang Nenek Nayla pikirkan tentangnya, ia kembali ke rumahnya sama sekali tak berpiki untuk kembali ke markas, ia kemungkinan akan terlibat kecelakaan jika ia kembali sekarang.

          Mars merebahkan tubuhnya ke atas tempat tidur, ia memejamkan matanya, menikmati sensasi high yang perlahan menguasai tubuh dan pikirannya, Mars membuka matanya saat Hp nya berdering untuk ke 3 kalinya tanpa melihat nama pemanggil ia menjawabnya.

          “Mars kamu dimana? Dai tadi kutelpon ngga di angkat, Aku sudah sampai di Markas” suara Angel terdengar dari seberang.

          “Di rumah” jawab Mars dengan suara parau.

          “Di rumah? Kenapa? aku baru sampai kok kamu sudah pulang?” suara Angel terdengar jengkel.

          “Mama sama Papa pulang, aku harus cepet balik” bohong Mars.

          “Oh, Mama sama Papa sudah pulang?”

          “Ya”

          “Kamu mau aku kesana?”

          “Ngga perlu, Mama Papa langsung istirahat” ucap Mars.

          “Ok, titip salam buat mereka, love you”

          “Hmm, love you” Mars mematikan telponnya, ia berusaha sekuat tenaganya untuk berdiri dan membuka jaketnya, ia melirik jam di dinding dan mengernyit saat menyadari ia sudah tertiur selama 1 jam.

          Mars membuka gorden balkonnya saat mendengar suara mobil, sebuah mobil berhenti di depan rumah Nayla, 2 sosok keluar dari dalam mobil, perempuan dan laki-laki, mereka berbicara sebentar sebelum akhirnya si laki-laki mendekat dan mencium pipi si perempuan dengan kepalan tangannya yang dibentuk mengerucut, ia lalu melambaikan tangannya sebelum masuk ke dalam mobil.

          Perempuan itu masih berdiri di tempatnya sampai mobil si laki-laki menghilang ditelan kegelapan, perempuan itu berbalik dan sebelum ia sampai ke pintu rumahnya, ia mendongak dan bahkan meski bulan satu-satunya cahaya yang menerangi mereka malam ini, Mars bisa melihat bahwa ia sedang menatap lurus ke arahnya, Mars sama sekali tak bergerak, menatapnya balik sebelum perempuan itu mengalihkan tatapannya dan masuk ke dalam rumahnya.

          Mars menatap bulan di langit, ia bisa merasakan sesuatu di dadanya, perasaan tiba-tiba menjadi hal terakhir yang Mars benci 7 bulan terakhir ini, ia mengosongkan perasaaannya dengan narkoba dan tiap kali perasaan itu muncul di dalam dadanya, ia mengambil 2 butir Oxy dari dalam sakunya dan menghancurkannya menjadi bubuk halus sebelum menghirupnya nya, siapa yang bisa mengira bahwa hampa bisa menjadi perasaan terbaik yang pernah ia miliki?

***

Terkejut, itulah ekspresi pertama yang Nayla tunjukan saat melihat Mars berdiri bersandar di mobilnya yang ia parkirkan tepat di depan rumahnya, ia sudah nampak rapi dengan seragam sekolahnya, tapi Nayla menyadari perubahan fisiknya, ia nampak sedikit kurus dari terakhir kali Nayla bertemu dengannya, Mars selalu menyukai olahraga.

          Ia terosebsi untuk memiliki tubuh berotot, yang mana ia miliki setidaknya sampai 7 bulan yang lalu, ia memiliki muscle dan perut yang berkotak-kotak, tubuhnya tegap dan ia nampak begitu mengintimidasi hanya dengan berdiri di samping seseorang, namun kini ia nampak sedikit lebih kurus, ia kehilangan hampir seluruh muscle di tubuhnya dan ada warna hitam samar di sekeliling matanya.

          Nayla tak hanya terkejut menemukan Mars berdiri di depan rumahnya dengan penampilan barunya… namun juga fakta bahwa ini sudah 7 bulan lamanya sejak mereka berbicara pada satu sama lain, Nayla yakin selam masa 7 bulan itu Mars membencinya untuk sebuah alasan yang tak Nayla ketahui dan Mars sama sekali tak menutupi rasa benci nya itu dengan mengabaikan sapaannya dan memberikannya lirikan kotor tiap kali mereka bertemu.

          Jadi, pagi ini saat ia menemukan mantan sahabat serta mantan pacar nya berdiri di depan rumahnya setelah memberikannya perlakuan terburuk yang bisa ia berikan kepada seseorang yang pernah begitu berarti dalam hidupnya, Nayla tak bisa berhenti bertanya-tanya apa yang Mars inginkan?

          “Mars?”

          Mars mengarahkan kepalanya ke mobil dan berucap “Aku antar”

          Nayla tak punya alasan yang cukup masuk akal untuk menolaknya jadi ia menurut dan masuk ke dalam mobil Mars dalam diam, Leo memang hanya beberapa kali menjemputnya sekolah, arah rumah mereka yang berlawanan membuat Leo harus menempuh jarak yang tak dekat untuk menuju rumahnya, itu sebabnya Nayla membuat Leo berjanji untuk berhenti menjemputnya sekolah kecuali hujan yang sangat deras dan dengan berat hati Leo menyetujuinya.

          Hanya saat ia pulang sekolah Leo akan lebih sering menjemputnya karena tak jarang mereka pergi bersama ke suatu tempat setelah sekolah, Nayla bersumpah ia menghabiskan 50% waktunya bersama Leo sejak mereka pacaran. Leo sering mengajaknya untuk pergi sepulang sekolah karena ia tau Nayla tak boleh terlalu sering keluar malam dan Leo kelihatan sama sekali tak keberatan akan hal itu.

          Di dalam mobil tak ada satupun yang bicara Mars nampak terlalu serius dengan mengendarai mobilnya dan Nayla terlalu awkward untuk memulai pembicaraan, masalahnya semua hal di antara mereka telah berubah, jika saja mereka tak pacaran atau putus dnegan baik-baik maka Nayla bisa dengan mudah bertanya bagaimana hari Mars, kegiatan apa yang akan ia lakukan hal ini dan Mars akan menanyakan hal yang sama padanya namun saat ini jika ia bertanya kabar pada Mars maka itu akan terdengar sedikit aneh… karena Mars jelas-jelas menghindarinya, ia tak bisa bertanya pada orang yang tak menyukainya tentang kabarnya.

          Untung nya jarak rumah mereka dengan sekolah Nayla cukup dekat, untuk pertama kalinya dalam hidup Nayla, berkendara dengan Mars adalah sesuatu yang mencekik untuknya. Itu mungkin juga karena Mars nampak berbeda hari ini, bukan hanya dari segi fisik namun sesuatu di dalam dirinya terasa begitu berbeda, ia lebih… berjarak dan dingin, Nayla merasa tak nyaman.

          Mobil Mars berhenti di depan sekolah Nayla, Nayla melepas seat belt nya dan menggumamkan terimakasih dengan pelan, saat ia akan membuka pintunya Mars berucap “Nanti pulang aku jemput”

          Nayla tentu tak mengira kalau Mars akan mengatakan itu, jangankan menawarkannya untuk menjemputnya, Mars pada akhirnya mau berbicara atau lebih tepatnya mengucapkan beberapa patah kata padanya adalah sesuatu yang sulit Nayla bayangkan, ia pikir Mars akan mengabaikannya sampai satu hari nanti keduanya telah menikah dengan orang lain dan memiliki anak dan anak mereka entah bagaimana berakhir menjadi sahabat seperti mereka dulu.

          “Aku pulang nanti… sudah ada janji Mars” ucap Nayla, ia memiliki janji dengan Leo namun detail nya sengaja tak ia berikan.

          Genggaman Mars pada stir mengerat namun ia membiarkan ekspresinya tetap tenang, “Pulang jam berapa?”

          “Jam… sekitar jam 5 atau setengah 6”

          Mars mengangguk “Aku tunggu”

          Nayla tak mengucapkan apapun, ia berjalan keluar dari mobil Mars dan masuk ke dalam sekolahnya, setidaknya ia tak membuat janji yang akan ia ingkari. Mars mau menunggu? Sejak kapan Mars memiliki kesabaran semacam itu? dan untuk apa Mars menunggunya? Apa dia memiliki sesuatu yang ingin ia bicarakan? Kemungkinan.

          Nayla menoleh ke belakang, melihat pada mobil Mars yang melaju menjauh dari pandanganya, apa yang ingin Mars bicarakan?

***

Nayla mengikat rambutnya menjadi ekor kuda dan ikut menyenandungkan lagu yang diputar di radio, Leo dengan iseng mematikan radio nya dan tersenyum jahil saat Nayla memelototinya.

          “Jahil banget tangannya, sumpah”

          “Jahil apa? orang ngga sengaja kepencet”

          “Jihil ipi? Iring inggi singi-“ Leo memencet hidung Nayla sehingga Nayla tak bisa melanjutkan kelakuan kekanakannya untuk mengejek Leo.

          “Sakit!”

          “Karma mengolok Pacar sendiri” ucap Leo cuek.

          “Kalau ngolok kamu ngga dapat karma tapi pahala, kamu ngeselin banget soalnya”

          “Kiliw ngilik kimi inggi dipit kirmi tipi pihili, kimi ngisilin bingit siilnyi” Leo meniru Nayla.

          Meski kesal Nayla masih bisa tertawa melihat kelakuan bocah Leo, karena ekspresinya sangat lucu saat berusaha mengucapkan kalimat itu. Nayla belum memberitahu bagaimana Leo dari segi fisik karena ia terlalu terpesona dengan kepribadiannya, Leo memiliki wajah yang tampan, menurut Nayla, matanya coklat kehitaman, hidung nya mancung, bibirnya tipis dan giginya rapi dan bersih, saat ia tersenyum lebar, Nayla bisa melihat deretan gigi itu berbaris rapi membuat Nayla juga selalu ikut tersenyum dan oh, ia memiliki satu lesung pipit di pipi kanannya.

          Nayla kembali menyalakan radio, lagu Seal yang berjudul Lean on Me berputar, hal itu mengingatkan Nayla akan sebuah malam dimana Mars memetik gitar dan memainkan lagu Kiss from A Rose dari Seal, malam yang membuat Nayla menyadari bahwa ia telah menemukan cinta pertamanya.

          Setelah sekian tahun berlalu apakah Mars masih menyukai lagi itu?

          Nayla beberapa kali mendengarnya menyenandungkan lagu itu namun tak pernah lagi mendengarnya memainkan gitar, ia mungkin sudah bosan dengan lagu itu atau ia hanya sudah tak suka bermain gitar lagi…

          Berbicara soal Mars, Nayla teringat kejadian pagi tadi, Nayla tak pernah menyembunyikan apapun dari Leo, begitupun dengan Leo, ia selalu memberitahu Nayla dimana ia saat ini atau apa yang sedang ia lakukan, bahkan informasi sereceh tentang jadwal toilet nya, Leo tak segan untuk membaginya pada Nayla bahkan jika Nayla tak bertanya.

          Nayla pikir informasi tadi pagi juga patut Leo ketahui, lagipula ia dan Mars tak melakukan apapun, mungkin itu hanya sebuah lampu hijau dari Mars yang mau memulai pertemanan lagi dengannya?

          “Leo”

          “Hm?” mata Leo masih fokus pada jalanan di depannya, sehabis pulang sekolah tadi mereka langsung pergi salah satu pusat perbelanjaan, makan dan bermain lalu pulang, hanya meluangkan waktu bersama seperti hari biasanya.

          “Tadi pagi aku berangkat sekolah sama Mars”

          “Mars?” dahi Leo mengernyit dalam “Si Mars tetangga kamu itu?”

          “Ya, tetanggaku” Nayla memutar matanya, memang nya siapa lagi orang yang memiliki nama Mars dan mereka berdua mengenalinya?

          “Bukan nya kamu bilang dia ngga mau ketemu sama kamu lagi?” tanya Leo.

          Nayla mengangguk “Ya, tapi tadi pagi tiba-tiba dia muncul di depan rumah ku, mungkin dia… mau baikan lagi sama aku? dulu kami bener-bener deket-“

          “Yeah, kalian sampai pacaran”

          “Cuma 2 bulan, maksud ku sebelum itu, kami bener-bener temen yang baik, kamu sendiri tau kan? Aku sudah ngga masalah lagi sama apa yang terjadi di antara kami dulu, apa yang kami punya dulu jauh lebih baik dari setelah kami pacaran” ucap Nayla.

          “Ya, tapi bagaimana sama Mars, aku ngga yakin dia punya pikiran se… tulus itu, Mars sudah… well, dia berbeda Nay, dia ngga sama seperti Mars yang dulu, dia…”

          “Dia?” tanya Nayla.

          “I don’t know, aku bener-bener ngga suka ide kalau kamu sama dia kembali temanan seperti dulu, kalau teman sekedar teman it’s ok, tapi temen yang deket banget kayak dulu…” Leo menggeleng “Menurutku itu ide yang ngga bagus”

          Nayla menatap Leo “Aku tau bagaimana kamu melihat Mars sekarang tapi sebenarnya dia baik… dari semua kelakuan ngga baiknya yang dia lakukan sebenarnya dia orang yang baik, aku tau itu, kami sudah temanan dari kecil, aku pikir dia Cuma punya masalah sama pergaulanya tapi jangan khawatir walaupun aku sama dia sudah baikan, aku ngga yakin kami akan sedekat dulu lagi, seperti yang kamu bilang Mars sudah berubah, apapun yang dulu pernah ada di antara kami juga beberapa sudah berubah, aku Cuma ngga mau kehilangan salah satu teman baik ku” ucap Nayla.

          Leo mendengus “Gimana caranya kamu bisa temanan sama mantan pacar kamu?”

          Nayla mengangkat bahunya “Mungkin karena aku sadar kalau aku lebih mencintai dia sebagai sahabat ku dibanding pacar ku”

***


 

16

 

Nayla baru saja selesai mandi dan mengganti seragam nya dengan baju biasa saat Neneknya memberitahu kalau Mars menunggunya, Nayla mengeringkan kepalanya dengan handuk dan tanpa menyisir rambutnya ia berjalan ke ruang tamu namun ia tak menemukan Mars disana saat ia berjalan keluar ia melihat Mars ada diluar dengan punggung bersandar pada dinding rumhanya, tatapannya lurus ke depan.

          “Mars?” ia memanggilnya.

          Mars menoleh ke arahnya dan pandangannya turun dari rambut Nayla yang tertutup handuk ke kakinya yang tak beralas. Nayla tersenyum canggung, “Maaf aku baru mandi” ia tak pernah se-awkward ini dengan Mars.

          “Kamu baru pulang?” tanyanya.

          Nayla mengangguk “Kurang lebih 30 menit yang lalu”

          Mars menegakan tubuhnya dan menunduk, menatap ke bawah, Nayla tak bisa melihat dengan jelas ekspresi di wajah Mars.

          “Kemana kamu pergi tadi?” tanyanya.

          “Mall”

          “Sama?” Mars menatap matanya, bohong jika Nayla berkata itu tak memberikannya efek yang sama seperti dulu, ia merasa jantungnya mulai berdebar tak karuan namun ia sadar bahwa debaran itu tak sekuat dulu, ia masih merasakan efek kupu-kupu beterbangan di perutnya namun itu tak sebanyak yang dulu… namun jika ada yang sama persis dengan dulu adalah perasaan bahagia karena bertemu Mars, rasa bahagia nya masih sama besar nya seperti dulu.

          “Leo” ucap Nayla pelan, ia belum menceritakan apapun soal Leo dan dirinya namun itu buka salahnya, Mars yang tak mau bertemu dengannya lagi sampai hari ini tiba.

          “Kalian pacaran?” tanya Mars.

          Nayla mengangguk.

          “Sudah berapa lama?”

          “Hampir 1 bulan”

          “Kamu sadar kalau dia itu teman ku kan?” tanya Mars, suaranya terdengar dingin.

          Nayla menatapnya gugup “Ya tapi-“

          “Dan kamu pacaran sama teman ku hanya setelah kita putus beberapa bulan yang lalu” Mars tak tau sudah berapa bulan, ia berhenti menghitung waktu saat ia berada dalam keadaan high, dan ia high hampir setiap hari.

          Mata Nayla membulat, tentu ia tak mengira Mars berjanji untuk bertemu dengannya untuk membicarakan soal ini.

          “Apa dia alasan kamu memutuskan aku saat itu?” tanya Mars lagi, matanya nampak dingin dan tak ada lagi tatapan hangat dan lembut yang Mars berikan padanya setiap kali mata mereka bertemu dan Nayla mengalihkan matanya dari tatapan Mars karena ia menyadari betapa kuat nya pengaruhnya pada dirinya saat perlahan namun pasti ia merasa tertegun oleh rasa takut dan gugup.

          “Apa maksud kamu Mars, sudah jelas kita putus karena kamu kembali sama Angel, aku Cuma memberikan kesempatan untuk kamu bahagia dengan perempuan yang kamu cintai, aku ngga mau memaksakan hubungan kita dan aku sadar kalau hubungan persahabatan kita jauh lebih berarti dibanding hubungan cinta kita” ucap Nayla.

          “Kamu ngga tau apa yang aku rasakan” tekan Mars.

          “Aku ngga tau apa yang kamu rasakan tapi jelas aku tau apa yang kamu mau dan lagipula Mars, aku dan Leo pacaran setelah 7 bulan kita putus, sementara kamu dan Angel pacaran bahkan saat kita masih pacaran, Leo bukan penyebab kita putus tapi kamu Mars” ucap Nayla.

          “Tapi kamu juga sudah dekat sama Leo bahkan sebelum kita pacaran” ucap Mars.

          “Kita Cuma pacaran 2 bulan Mars dan aku sama sekali ngga mau mengingat hal itu lagi, kamu menjadikan aku sebagai pelarian kamu dan kamu kembali ke mantan kamu bahkan saat kita masih pacaran, hubungan ku dengan Leo sebelum kita pacaran jauh berbeda dengan hubungan kamu dan Angel, kami Cuma teman dan kalian adalah sepasang kekasih”

          “Ok, aku memang salah dengan kembali sama Angel saat kita ada hubungan tapi kami ngga bener-bener balikan, we were just messing around” ucap Mars “Kamu bahkan ngga ngasih aku kesempatan untuk bicara dan langsung memutuskan hubungan kita”

          Nayla menggeleng “Apa yang aku lihat hari itu sudah menjelaskan banyak hal Mars dan aku sadar kita benar-benar ngga cocok sebagai pacar, kita punya… pergaulan yang berbeda, kita punya pandangan yang berbeda… aku merasa nyaman sebagai teman kamu dan ngga nyaman saat menjadi pacar ku” Nayla menatap Mars “Itu kesalahan Mars”

          “Bukannya kamu bilang kamu cinta aku?”

          “Ya… aku cinta kamu tapi setelah kita berada dalam hubungan aku merasa cinta yang aku miliki untuk kamu sebagai sahabat lebih besar di banding sebagai seseorang pacar, aku hanya ngga bisa… kita ngga cocok satu sama lain sebagai pacar kecuali sahabat”

          Mars menatap Nayla lalu mendekat, “Kasih aku satu kesempatan lagi, satu kesempatan dan aku akan membuktikan ke kamu kalau kita bisa jadi lebih dari teman, hubungan kita bisa jauh lebih baik dari Cuma sekedar teman” ucap Mars bersungguh-sungguh.

          Mata Nayla membulat “Kita ngga bisa Mars, aku sudah punya pacar begitu juga dengan kamu”

          “Aku akan putusin Angel” ucap Mars tanpa keraguan.

          “Ngga! Kenapa kamu mau melakukan itu, kamu jelas-jelas cinta sama Angel, aku ngga mau melakukan itu Mars, aku sayang Leo, aku ngga mau menghianati dia” Nayla menggeleng tegas.

          “Bagaimana bisa kamu cinta aku dan sayang sama Leo? Apa yang aku lakukan sama Angel memang salah tapi seenggaknya kasih aku satu kesempatan lagi untuk memperbaiki kesalahan ku” ucap Mars.

          “Mars, ini ngga selesai seperti itu, semua sudah berubah, aku dan kamu berubah-“

          “Terus apa salahnya kalau aku berubah? Kamu ngga suka aku apa adanya? Kamu mau aku berubah jadi seperti Leo agar kamu mau kembali sama aku?!” tanya Mars marah.

          Nayla melihat ke arah rumahnya takut Neneknya mendengar ucapan keras Mars, “Aku ngga pernah bilang seperti itu, aku Cuma bilang kalau perubahan di dalam hidup kita membuat kita ngga cocok menjadi lebih dari teman, Mars aku cinta dan peduli kamu sebagai teman tapi setelah menjalani hubungan 2 bulan dnegan kamu aku sadar kalau kita sama sekali ngga cocok, kamu hanya… hanya…”

          “Aku hanya apa? terlalu buruk buat kamu?” tanya Mars.

          “Aku ngga pernah bilang seperti itu”

          “Lalu apa? kamu mau bilang kalau alasan kamu mau mengakhiri hubungan dengan aku adalah karena aku selingkuh sama Angel, hanya itu?” tanya Mars.

          Tidak hanya itu, perselingkuhan Mars dan Angel seperti puzzle terakhir yang membuat complete segala hal yang membuat ia ingin mengakhiri hubungannya dengan Mars. Ia tak menyukai pergaulan Mars, itu benar, Leo adalah teman Mars, itu benar, namun Leo setidaknya tau tempat dan kapan waktu yang tepat untuk bertemu teman-temannya.

          Ia tak pernah mengajak Nayla pergi ke rumah temannya dimana mereka sedang mabuk atau setengah telanjang di atas satu sama lain, pacar apa yang membawa pasangannya ke tempat semacam itu?

          Leo juga tak pernah menyentuh tubuhnya tanpa seijinnya kecuali mencium pipinya dan Nayla ingat dengan sangat jelas kalau ciuman di pipi itu baru terjadi sekali, Leo bisa menghormati tubuhnya dan melindungi dirinya seolah tubuh Nayla adalah miliknya, ia tak pernah merabanya padahal Nayla sudah sangat jelas memintanya untuk berhenti, Leo bisa melihat garis yang jelas meski mereka adalah sepasang kekasih ada batas yang tak pernah mereka lewati dan itu adalah salah satu alasan mengapa Nayla lebih menyukai Leo menjadi kekasihnya di banding Mars.

          Ia tak menjadikannya objek untuk kesenangan pribadinya dan ia membawanya ke tempat-tempat baru untuk kesenangan bersama, sudah jelas kalau Leo tak seegois Mars.

          Dari segi fisik, ok, Mars memang menang tapi itu bukan sesuatu yang Nayla jadikan prioritas untuk mencari pasangan, hubungan pertamanya dengan Mars sangatlah buruk apalagi saat putus, ia sedikit trauma untuk pacaran namun Leo memperlakukanya dengan baik sehingga ia mau mencoba lagi, mau mencoba untuk jatuh cinta lagi.

          Sesuatu yang tak Mars miliki, ia sangat peduli padanya sebagai teman dan saudaranya namun menghadapi kenyataan bahwa hubungan mereka saat pacaran jauh lebih buruk dari yang ia bayangkan membuat Nayla menyesali keputusannya untuk berkata Ya.

          Mars hanya tak cocok dengan Nayla begitupula sebaliknya.

          Dan semua orang tau itu.Kecuali Mars.

          “Jadi benar, bukan hanya itu?” tanya Mars.

          Nayla diam.

          “Kamu benci aku?”

          Nayla tertegun, ia tak membenci Mars sama sekali, bahkan setelah semua hal buruk yang Mars lakukan padanya tentu ia marah namun benci adalah ekspresi yang begitu buruk khususnya untuk seseorang yang pernah mengisi hari-harinya.

          “Aku ngga punya alasan untuk benci kamu, aku marah sama kamu iya tapi hanya itu aku sudah melupakan segalanya” ucap Nayla.

          “Kamu yakin ngga benci aku? karena aku yakin 100% salah satu alasan kamu mau mengakhiri hubungan kita adalah diriku bukan Cuma soal Angel tapi kamu ngga suka aku sebagai aku” ucap Mars, rasa sakit terdengar di suaranya.

          Nayla mundur “Dengar Mars, aku bahagia kamu mau bicara sama aku lagi, aku pikir kita bisa menjadi teman lagi, seperti dulu, tapi ngga lebih dari itu, pikrkan lagi Mars, aku bukan orang yang kamu butuhkan, Angel adalah orang yang kamu butuhkan” ucap Nayla “Lebih baik kamu pulang sekarang Mars, sepertinya kamu ngga berpikir matang sebelum datang kesini”

          Nayla tak menunggu Mars untuk menjawab ucapannya dan langsung masuk ke dalam rumahnya, jika ia meladeni Mars ia yakin mereka akan berbicara diluar sampai tengah malam. Mars benar-benar keras kepala dan egois, bagaimana mungkin ia ingin kembali pada Nayla setelah semua yang ia lakukan padanya, ia mengerti jika Mars ingin kembali berteman dengannya namun menjadi pacar lagi? Nayla pikir sekali saja sudah cukup.

***

Mars memaksa tubuhnya untuk bangun dari tempat tidur dan berjalan masuk ke dalam toilet, beberapa kali tersandung sebelum memuntahkan isi perutnya, hampir setiap pagi khusunya di hari libur dan saat Orang tuanya pergi, ia selalu terbangun seperti ini.

          Mars menarik keluar tumpukan buku di meja belajarnya dan mengambil kotak kecil, beberapa pil putih tersimpan di dalamnya. Ia hampir kehabisan, dulu ia hanya mengkonsumsinya beberapa bulan sekali, hanya untuk bersenang-senang dan rasa penasaran bodohnya yang membuatnya mencoba apapun yang Henry tawarkan padanya.Namun beberapa bulan terakhir ini, ia kesulitan untuk membatasi dirinya, Mars menggosok hidungnya dan membawa semua pil itu ke dalam toilet untuk ia hancurkan menjadi serbuk halus, menggulung uang di tangannya menjadi gulungan kecil dan menghirupnya.

          Mata Mars berputar ke belakang, saat serbuk putih itu masuk ke dalam tubuhnya. Mars membersihkan sisanya dengan air agar pekerja di rumahnya yang selalu rutin membersihkan kamar dan kamar mandi nya tak menemukan bekas nya, ia akan benar-benar berada dalam keadaan yang buruk jika Orang tuanya mengetahui kalau ia mulai kecanduan narkoba.

          Mars masuk ke dalam shower dan membersihkan dirinya, sebelum masuk ke dalam dresser dan memakai kaos serta celana panjang, mengambil jaket dan kunci mobilnya, Mars turun ke lantai 1.

          “Den, sarapan dulu” ucap pekerjanya.

          Mars menggeleng “Saya mau sarapan diluar sama temen saya Bi” ucap Mars, ia kehilangan nafsu makannya dan ia selalu memuntahkan isi perutnya saat pagi, badannya kemungkinan kekurangan nutrisi saat ini tapi… Mars bahkan tak peduli dengan itu.Ia menjalankan mobilnya ke rumah Henry untuk mengambil beberapa stock baru, ia kehabisan narkoba dan Henry seperti Dewa narkoba, ia tak pernah kehabisan stock seharipun.

          Sesampainya di depan rumah Henry, Mars tak pernah benar-benar bisa keluar dari dalam mobil karena begitu ia memasukan mobilnya ke parkiran, pandangannya membuyar saat bintik-bintik hitam menari di depan matanya dan Mars menyambut kegelapan itu dengan senang hati, ia menutup matanya dan menyandarkan kepalanya ke jok, tenggelam dalam kehampaan.

          Suara ketukan nyaring di jendela mobilnya membuat Mars membuka matanya, saat ia bangun ia menyadari bahwa langit sudah jauh lebih cerah dibanding saat ia baru tiba, Mars melirik ke samping dan Henry berdiri di samping mobil, masih mengetuk kaca jendela mobilnya dengan keras.

          Fuck.Mars menyadari bahwa mesin mobilnya masih menyala, sudah berapa jam ia black out? Mars mematikan mesin mobilnya dan mengambil Hp nya, ini sudah pukul 2 siang, itu berarti ia sudah tertidur selama 2 jam di dalam mobilnya.

          Mars menggerakan lehernya yang keram, begitupual dengan punggungnya, ini terakhir kalinya ia black out di tempat duduk, lain waktu ia akan mencari tempat yang lebih nyaman.

          “Apa?!” sentak Mars kesal saat membuka pintunya.

          Henry menatapnya “Gue pikir lo mati, Felix bilang mobil lo sudah parkir dari jam 1 tadi tapi lo ngga keluar-keluar, makanya gue datang kesini” ucap Henry “Ngga mau ada mayat di rumah gue”

          “Fuck you” ucap Mars, mengikuti Henry di belakangnya “Gue datang dari jam 12”

          Henry berbalik dan tersenyum miring “Welcome back”

          Mars memutar matanya “Gue kehabisan stock”

          “What the fuck man? Lo baru beli sama gue seminggu yang lalu”

          Mars mengangkat bahunya, ia pun bertanya-tanya mengapa ia kehabisan begitu cepat, jika dulu semua stock yang ia miliki minggu lalu bisa ia gunakan sampai 1 tahun, tapi sekarang 1 minggu.Yah, itu karena dulu ia hanya memakainya untuk iseng dan sekarang ia memakainya sebagai kebutuhan.

          Henry naik ke kamarnya dan Mars duduk di sofa ruang tengah, mengambil sebotol minuman air mineral dan meneguknya sampai habis, tenggorokannya terasa begitu kering.Henry melemparkannya bungkusan kecil dan Mars menangkapnya dengan tangan kanan nya, “You better pay for that shit”

          “Kartu kredit gue ditarik” ucap Mars.

          “Kenapa? lo ketahuan?”

          Mars menggeleng “Gue ngehabisin lebih dari yang dibatasin Nyokap gue 5 bulan berturut-turut”

          Henry tertawa “5 bulan yang lalu lo ngga pakai sebanyak itu Mars”

          Mars mengangguk “Angel yang pegang kartu kredit gue”

          “Pussy” ucap Henry “Jadi lo dihukum sama Nyokap lo karena kesalahan cewek lo?”

          “Yeah, shit”

          “Atleast you pay for the sex” ucap Henry, tersenyum miring.

          Mars memutar matanya dan mulai menggulung rokok lalu menyalakannya, ia menyandarkan kepalanya ke sandaran sofa dan menatap langit-langit rumah Henry dengan tatapan mengawang.

          “Lo bisa kerja sama gue kalau lo butuh duit, lo tau? Kalau lo sefrustasi itu” Henry tertawa lalu menyalakan rokok ganja yang sama dan menghisapnya dalam-dalam. Henry bukan berasal dari keluarga miskin, Keluarganya bahkan sangat mampu namun pergaulannya diluar membuat ia kehilangan arah, Mars cukup beruntung karena meski ia juga ikut menjadi pemakai namun ia tak sampai pada titik pengedar.

          Apakah itu lebih baik? Persetan.

          Apa bedanya baik dan buruk? Orang baik bisa masuk penjara dan orang buruk bisa menjadi hakim, apa salahnya jika ia menggunakan narkoba? Ia membeli barang haram ini dengan uang nya sendiri, setidaknya ia tak korupsi.

          “Nah, gue ngga mau buat masalah buat Orang tua gue”

          “Dan sekarang lo ngga lagi buat masalah?”

          Mars ikut tersenyum miring, setidaknya ia tak merasakan sakit saat ini. Ia hanya merasa hampa, hampa jauh lebih baik daripada bisa merasakan emosi, ia tidak akan mengambil hisapan dalam rokok ganja nya tanpa merasa bersalah pada Orang tuanya jika ia tak hampa, ia tak akan duduk disini dan memberli narkoba dengan uang Orang tuanya jika ia tak merasa hampa, ia juga tak akan merasakan apapun saat pulang nanti ia melihat mobil si bangsat Leo terparkir di depan rumah Nayla, atau mengingat perkataan Nayla malam itu… atau penyesalanya.Setidaknya ia tak merasakan apapun dan itu tak apa. Mars mengambil hisapan dalam lagi dan mengepulkan asapnya keluar dari mulutnya.

          “Tumben lo sendiri, pacar lo mana?”

          “Jalan sama temen-temennya”

          Henry tertawa “Dia masih mau jadi pacar lo walaupun lo ngga punya kartu kredit lagi”

          “I could give her sex though” ucap Mars.

          Mars dan Henry tak jauh berbeda, Henry sudah tidur dengan lebih banyak perempuan darinya, namun tentu Henry lebih baik dibanding dirinya karena saat Henry memilih untuk tidur dengan siapapun, ia tak mengikat hubungannya dengan perempuan manapun, sedangkan Mars, ia beberapa kali tidur dengan perempuan lain saat teler sementara ia sudah memiliki kekasih, Angel.

          “Ada barang baru, lo mau coba?” Henry mengusap hidungnya beberapa kali sebelum mengeluarkan beberpa pil dari dalam kantung celananya.

          “Gila lo, lo kantongin kalau ada polisi gimana?”

          “Lo black out di dalam mobil lo yang lo parkir di depan rumah gue selama 2 jam dan lo ngerokok ganja di ruang tengah gue, menurut lo, lo ngga lebih gila?”

          “Kenapa gue temenan sama lo?” tanya Mars heran.

          Henry memutar matanya, ia mengeluarkan pil dari dalam kantongnya “Xanax” ucap Henry “Lebih kuat dibanding Oxy”

          Mars menerimanya dan mengantonginya.

          “Jangan pake terlalu banyak kalau lo overdosis gue yang dicari”

          “Lo pikir gue ngga tau?”

          “Cuma ngingetin” Henry memandang Mars “Kenapa tiba-tiba lo make?”

          “Gue make dari dulu”

          Henry menggeleng “Dulu lo Cuma ikut-ikutan, lo ada masalah sama Keluarga lo? Bokap lo bangsat juga kayak Bokap gue?” Henry tertawa dan untuk alasan yang tak jelas Mars ikut tertawa.

          “Nah, Orang tua gue baik aja, gue Cuma mau make” ucap Mars.

          “Lo tau kalau lo punya masalah, lo masih bisa minta tolong psikolog atau psikiater, atau apapun itu, lo masih bisa rehab, lo belum kecanduan kayak gue” ucap Henry .

          “Gue masih bisa control” ucap Mars mengangkat bahu, faktanya ia mulai kesulitan untuk mengontrol dirinya, ia bahkan pernah memakainya saat berada di sekolah.

          “Atau karena lo patah hati?” tebak Henry sambil tertawa mengejek.

          “Patah hati?” Mars mendengus, ia bahkan merasa tak memiliki hati saat ini.

          “Lo makin parah waktu putus sama si Nayla”

          Mars terdiam. Nayla. Ia mengucapkan namanya di dalam hati, ia mungkin sudah tak bisa merasakan apapun sekarang namun entah bagaimana menyebut namanya membuat ia horny.

          “Nayla” Mars menggumamkan namanya, yup, definitely horny.

          “Dia sudah pacaran sama si Leo” ucap Mars.

          “Leo?”

          “Junior kita di sekolah”

          Henry bersiul “Si Leo? Jadi lo ngasih bekas lo ke adik kelas lo sendiri, Kakak kelas yang sungguh baik hati” olok Henry.

          “Belum gue apa-apain itu cewek”

          Henry menggeleng-geleng “Kalian pacaran berapa lama? Ngapain aja coba lo begok”

          Mars melirik Henry “Lo tau kalau dia ngga kayak kita kan?”

          “Oh, dia suci?” Henry tersenyum miring.

          Mars memutar matanya.

          “Maybe she still virgin ‘cause you don’t know how to fucks” ucap Henry sambil tersenyum mengejek.

          “She’s still virgin cause she knows how fuck up I am” ucap Mars “Dia pernah ngejauhin gue karena dia dapat kondom di dalam mobil gue”

          “Sebelum atau sesudah kalian pacaran?”

          “Sebelum” jawab Mars.

          “Ya cocok lah dia sama si Leo, sama-sama perawan” ucap Henry “Atleast they can help each other for that, pengalaman pertama gue suck, gue tidur sama jalang dan gue bahkan ngga bisa tahan sampai 20 detik, seenggaknya kalau lo sama-sama perawan, lo ngga bisa nyalahin siapapun”

          “Gue tahan sampai 30 detik”

          Henry tertawa “Bukannya lo tidur sama Kakak kelas kita? Fuck man”

          “Gue ngga tau kalau dia Kakak kelas kita, gue baru tau waktu gue datang ke sekolah besoknya dan dia ada di lapangan waktu gue lewat” ucap Mars, mengingat perempuan pertama yang pernah tidur dengannya dan ternyata adalah Kakak kelas di sekolahnya, ia bertemu dengan perempuan itu saat ia berada di club bersama teman-temannya, bukan salahnya jika ia tak tau berapa umurnya, bagaimana juga membedakan usia perempuan yang berada di kelas 11 atau 12, perempuan jaman sekarang suka membuat wajah mereka jauh lebih tua dengan cream aneh.

          “Talking about fuck up, lo memang yang paling fuck up, bukannya waktu itu dia juga punya pacar?”

          Mars mengangguk “Pacar nya sama anjing-anjing nya ngeroyok gue lusa nya”

          “Lo pantes dapat itu” ucap Henry “Orang-orang kayak kita ngga akan bisa ngerti pikiran orang-orang kayak Nayla dan orang-orang kayak Nayla ngga akan pernah bisa menerima kita, kita cuma harus hidup di garis yang berbeda, satu-satunya cara kita bisa hidup di garis yang sama adalah kalau kita sama fuck up nya”

          “Lo pikir gue ngga bisa berhenti dan bersih lagi?” tanya Mars.

          Henry menghembuskan asap putih dari mulutnya “Pertanyaannya bukan lo bisa atau ngga, tapi lo mau atau ngga, lo ngga akan ada disini kalau lo ngga mau, ngga ada yang narik lo kesini Mars”

          Henry menatap Mars “Tapi lo cuma bisa keluar dari sini kalau ada yang narik lo”

***


 

17

 

Nayla pulang, ini sudah pukul 5sore namun Nayla belum juga kembali ke rumahnya, ia sudah mencoba menghubungi nomernya beberapa kali namun selalu panggilannya selalu ditolak.

          Apa ia pergi lagi dengan Leo?

          Mars tertawa sinis, ia mengeluh soal Mars yang selalu mengajaknya pergi namun kini ia bahkan tak melewatkan seharipun untuk tak menghabiskan waktunya bersama pacar nya itu.

          Mars mengusap hidungnya, ia memiliki keinginan untuk pulang dan mengambil beberapa pil tapi terakhir kali ia melakukannya ia black out di dalam mobil dan jika ingin rencananya berjalan dengan sukses ia setidaknya harus sadar, Mars tak bohong, sadar rasanya sangat memuakan, ia mulai merasakan perasaan-perasaan aneh yang tak ia inginkan dan Mars hanya ingin Nayla ikut dengannya sebelum kembali menenggelamkan dirinya pada narkoba.

          Apa salahnya jika ia mengkonsumsi narkoba atau bahkan menyetubuhi pacar nya sendiri? mengapa orang-orang seperti Nayla melihatnya sebagai aib, ia tak membunuh orang, ia membunuh monster di kepalanya dengan narkoba dan membunuh monster di hatinya dengan seks. Terdengar jauh lebih baik dibanding dia menjadi psycho dan berkeliaran mencari orang untuk dibunuh.

          Tapi siapa yang peduli? Henry benar, orang-orang seperti Nayla tak akan pernah bisa berdiri bersisian dengan orang sepertinya, karena ia terlalu kotor dan berdosa, Nayla bilang ia tak keberatan untuk kembali berteman dengan Mars, omong kosong kalau Mars mau, mengapa ia harus membuang-buang waktunya untuk omong kosong yang sama? ia ingin lebih dari itu.

          Dan Mars tak pernah tak mendapatkan apa yang ia inginkan.

          “Mars?”

          Mars berbalik, Nayla berdiri di samping nya. Untuk sesaat ia tak mengucapkan apapun selain menatap wajahnya, kini Mars baru menyadari kalau Nayla telah memotong rambut panjangnya menjadi sebahu, poni nya sepanjang rambutnya dan ia nampak jauh lebih cantik dari yang Mars ingat… dulu ia selalu nampak seperti perempuan manis yang pemalu dengan rambut panjang nya yang menjuntai dan poni panjang yang hampir menutupi sebagian wajahnya, namun kini ia nampak berbeda, lebih percaya diri dan matanya memancarkan cahaya, wajah nya yang tak berbalut make up sedikitpun nampak berbinar.

          Apa yang Leo lakukan sehingga Nayla bisa berubah seperti ini?

          Apa mereka benar-benar sudah…?

          “Nayla” sapanya balik dengan nada dingin.

          “Kenapa, Mars? Kamu sudah nungguin dari tadi?”

          Mars mengangguk, kedua tangannya yang terkepal ia sembunyikan di dalam saku celananya, ia tak mau Nayla ketakutan padanya, ia sudah sukup meninggalkan kesan yang cukup buruk malam itu, ia seharusnya tak datang ke rumah Nayla malam itu dengan keadaan setengah sadar, namun ia tak bisa menahan dirinya dan menunggu Nayla dengan mengetahui kalau ia tengah menghabiskan waktu yang menyenangkan dengan kekasihnya Leo, membunuh Mars dari dalam, ia tak mampu menahan emosi yang merambat di dadanya hingga ia memilih untuk mengalihkan rasa sakit di dadanya dengan hampa.

          “Lumayan” jawab Mars, ia menatap Nayla “Aku minta maaf soal malam itu”

          Nayla mengangguk “Aku ngerti”

          Nayla kemungkinan besar tak mengerti namun Mars membiarkan saja kebohongannya. Siapa yang tak pernah bohong?

          “Ayo ikut” Mars menggerakan kepalanya ke arah mobilnya.

          “Kemana?” alis Nayla terangkat sebelah, ya, Mars sadar kalau sejak mereka putus ia sudah mengabaikannya dan menjauhinya seperti pecundang, namun ia memang sangat membenci Nayla pada saat itu hingga ia tak mau memiliki apapun dengannya bahkan hanya sekedar bertukar Hi, sebenarnya sampai sekarang ia juga masih membencinya.

          “Anak-anak ngebuatin acara ulang tahun di markas”

          “Ulang tahun kamu?”

          Mars mengangguk “Kamu lupa ulang tahun ku?”

          “Uhm, Mars… itukan acara teman-teman kamu, aku ngga enak kalau datang” Nayla menggaruk kepalanya yang tak gatal, ia tau hari ulang tahun Mars akan tiba beberapa hari lagi dan biasanya Mars akan mengadakan beberapa acara, yang pertama di adakan oleh kedua Orang tuanya, yang lain dari teman-temannya dan yang paling berkesan selalu datang dari Angel.

          Namun mengingat bagaimana hubungan mereka 2 minggu belakangan ini, Nayla sempat berpikir bahwa Mars tak ingin bertemu dengan Nayla lagi karena meski malam itu saat Nayla menawarkan untuk memperbaiki pertemanan mereka lagi, Mars menawarkan hal lainnya yang tak mungkin ia setujui, sejak malam itu Mars kembali mengabaikannya.

          Nayla sungguh tak mengerti Mars lagi, ia bisa menjadi bersahabat seperti saat ini namun tiba-tiba ia memarahinya karena kesalahannya sendiri lalu besok nya ia akan mengabaikannya seolah Nayla telah membuat kesalahan yang begitu besar padanya.

          “Aku pasti datang kalau acara itu di adakan sama Orang tua kamu” janji Nayla.

          “Ayolah Nay, ulang tahunku ngga bakal di rayain di rumah lagi tahun ini” bujuk Mars.

          “Kenapa?”

          “Dilarang, kata Papa sama Mama, dirayain di hotel atau di tempat lain biar ngga ribet” Mars membuat alasan.

          Nayla diam, nampak berpikir.

          “Nay, tahun depan aku sudah kuliah, kemungkinan besar ngga akan ngerayain disini lagi, lagian kamu juga sudah kenal sama teman-teman ku kan?” tanya Mars, setengah bersungguh-sungguh, setengah berusaha menarik simpati Nayla, “Kamu bahkan pacaran sama salah satunya”

          Nayla menatap Mars bingung dan malu, ia benar-benar tak terbiasa dengan seseorang yang menyinggung masalah hubungannya.

          “Kamu bilang kita bisa ngelupain apa yang terjadi sama kita beberapa bulan yang lalu dan menjadi teman lagi, kamu serius atau ucapan kamu itu Cuma sekedar omong kosong?” alis Mars terangkat sebelah.

          “Aku serius Mars, aku Cuma ngga mau mengganggu acara yang teman-teman kamu adakan, lagipula ini kan khusus untuk kalian aja, aku takut mengganggu” ucap Nayla.

          “Kamu ngga mengganggu, acara itu dibuat untuk aku dan aku mengundang kamu, apa masalahnya?” tanya Mars balik.

          Nayla menghela nafas “Acara nya jam berapa?”

          “Jam 8 sampai selesai”

          Nayla nampak berpikir “Tapi aku pulangnya duluan ya? aku ngga bisa pulang malam-malam”

          “Aku bakal ngomong langsung ke Nenek, lagian ini sudah lama banget sejak kita terakhir kali jalan bareng, aku yakin Nenek pasti ngerti”

          Nayla diam masih nampak berpikir.

          “Takut pacar kamu marah?” tebak Mars, ada nada sinis di suaranya namun Nayla tak bisa mendengarnya karena ia terlalu sibuk berpikir.

          “Aku bakal ngasih tau Leo, dia pasti ngga akan masalah sama itu”

          Mars menggeleng “Jangan kasih tau dia, Felix yang buat acara ini dan dia lagi ada masalah sama Leo, aku ngga mau memperumit hubungan mereka dengan nambah satu masalah lagi”

          Nayla mengangguk “Tapi, aku harus ganti baju dulu dan aku mau minta ijin sama Nenek ku”

          Mars menegakan tubuhnya “Biar aku yang minta ijin ke Nenek, kamu mandi dan ganti baju aja, ada beberapa hal yang anak-anak pesan ke aku dan harus kubeli jadi kita harus buru-buru”

          Nayla nampak ragu namun akhirnya ia mengangguk.

***

Markas Mars dan teman-temannya bukanlah tempat yang pernah ia kunjungi, tempat ini besar dan ribut diisi dengan suara musik yang mengisi seluruh ruangan, hampir sama seperti keadaan di rumah Mars tiap kali ia mengadakan acara namun, disini, di tempat ini, semuanya lebih real, lebih berisik, lebih liar dan lebih bebas.

          Seolah pesta di rumah Mars hanya versi sederhana dari sebuah rumah yang mengadakan pesta sesungguhnya.

          Rumah ini berukuran sangat besar, terdiri dari 3 lantai dengan pagar super tinggi dan kawat melingkar mengelilingi sekeliling pagar, sebelumnya Mars belum pernah mengajaknya kemari, awalnya ia pikir karena rumah ini eksklusif untuk teman-teman sepergaulan Mars namun setelah masuk ke dalam, Nayla merasa tau apa penyebab utamanya.

          Rumah ini begitu luas, namun isi nya pun juga banyak, ada lebih banyak orang dan beberapa wajah nampak begitu asing di matanya, tangan Mars menariknya membelah kerumunanan orang yang bahkan sebelum acara di mulai, kata Mars jam 7, mereka sudah mengadakan mini party terlebih dulu.

          Tangan Mars yang menggenggamnya terlepas dan tiba-tiba Nayla dilanda kekosongan. Mars menyalami teman-temannya sementara Nayla hanya mengekor di belakangnya nampak canggung dan tak nyaman dengan suasana huru hara semacam ini.Ia hanya bertukar senyum dan menyapa mereka yang ia sering lihat di rumah Mars.

          “Wow siapa ini? sudah lama gue ngga liat lo Nay” sapa Chiko, salah satu teman Mars yang cukup ramah padanya.

          Nayla tersenyum dengan malu menyapa Chiko balik “Hi, Chiko”

          “Gue yang ajak, sekali-kali” jawab Mars.

          Chiko tertawa lalu mengangkat jempol tangannya ke udara “Have fun kalau gitu!”

          Mars menuntunnya ke arah teman-temannya yang sepertinya sedang memainkan sebuah game menggunakan botol yang diputar di tengah-tengah mereka.

          “Kita gabung kesana” ucap Mars.

          Nayla duduk tepat disamping Mars, di depannya Henry duduk dengan tangan melingkar di pundak perempuan berambut panjang, ia nampak cantik, terlalu cantik untuk berdampingan dengan Henry.

          “Nay, lo ikut?” tanya Sheryl.

          Nayla melirik Mars, namun yang dilirik sedang sibuk berbicara dengan temannya, hingga mau tak mau Nayla mengangguk, ia pun baru menyadari jika Angel tak ada disini. Mungkin belum datang? Nayla sejujurnya tak berani bertanya karena bertanya soal Angel sama saja menggali kuburan nya, Nayla yakin sepenuhnya jika sebagian besar teman-teman Mars atau mungkin saja semua nya sudah mendengar tentang bagaimana Nayla merebut Mars dari Angel.

          Ini yang Nayla takutkan tadi, ia bukan tak mau datang ke acara ulang tahun Mars, ia hanya terlalu pecundang untuk menghadapi konsekuensi dari kebodohan nya, siapa mengira menerima cinta dari laki-laki yang sudah bertahun-tahun menemani mimpi liar nya adalah sebuah dosa? Dan lihat kini ia berusaha menyembunyikan rasa malu nya dengan menghindari tatapan semua orang yang duduk di dalam lingkaran yang sama dengannya, diam-diam menghakimi nya karena jatuh cinta pada sahabat nya sendiri lewat lirikan yang mereka berikan dari balik botol alkohol yang mereka minum tiap tetes nya.

          Nayla mengangguk, ia baru duduk tak kurang dari 20 detik dan ia sudah menyesali keputusannya untuk ikut datang kemari.

          Sheryl melirik Henry, namun Henry hanya memasang wajah datar, Sheryl memutar botol di tengah mereka dan ujung botol itu berhenti berputar di depan perempuan yang Henry rangkul.

          “Ok, truth or dare?” suara Sheryl terdengar begitu jelas di antara suara musik dan orang-orang yang berbicara.

          “Dare”

          Orang-orang berseru “Ohhh”

          “I dare you to… give him a kiss” telunjuk Sheryl menunjuk ke arah Mars dan semua orang di sekitar mereka berseru untuk menyemangati sementara Nayla tertegun di tempat duduknya, mencoba memproses apa yang baru saja Sheryl katakan, Nayla pasti salah dengar kan?

          Pertanyaan Nayla langsung dijawab oleh perempuan itu, ia melewati botol yang berada di tengah-tengah mereka dan tanpa keraguan sedikitpun langsung menyatukan bibirnya dengan Mars, Nayla merasa tak bisa mempercayai penglihatannya sendiri saat keduanya nampak begitu menikmati ciuman mereka dan bagaimana reaksi teman-teman Mars yang nampak biasa dan bahkan menyoraki keduanya untuk terus melakukan hal tersebut meski jelas-jelas Mars telah memiliki kekasih, dan kekasihnya adalah teman mereka juga.

          “Ok, she said kiss him not fucking each other” ucap Henry memisahkan keduanya, perempuan itu mundur dan kembali ke posisi semula nya di samping Henry, apa dia pacar Henry? Namun meski Henry memisahkan keduanya ia nampak sama sekali tak terganggu apalagi marah saat perempuan itu mencium bibir Mars dengan begitu bersemangat.

          Dan yang membuat Nayla semakin terkejut adalah ekspresi Mars yang sama sekali tak mengandung penyesalan atau rasa bersalah, ia nampak biasa saja seperti ia tak baru saja melakukan perselingkuhan di depan teman-temannya saat kekasih nya tak ada di samping nya, apakah ia sudah putus dengan Angel? Apakah mereka kembali break? Atau memang seperti ini kelakuan Mars saat Angel tak ada?

          Ya Tuhan, Nayla benar-benar merasa asing dengan Mars malam ini, mengapa ia mengundang Nayla kemari hanya untuk melihat sisi… yang sangat tak ingin Nayla ketahui itu, diam-diam Nayla bersyukur hubungan nya dengan Mars berakhir, jika seperti ini ia memperlakukan pasangannya saat pasangannya tak ada di samping nya, maka lebih baik Nayla tetap menjadi sahabat nya, setidaknya ia tak perlu merasa sakit hati saat Mars mencium perempuan lain.

          Kini ia juga jadi tak heran mengapa selama ini hubungan Mars dan Angel sering diwarnai putus nyambung.

          Nayla bergerak tak nyaman di tempatnya, malam semakin larut dan beberapa orang mulai memaksanya meminum alkohol, begitupula dengan Mars yang memberikannya segelas air yang ia katakan bukan alkohol namun aromanya sangat jelas seperti alkohol dan ia terpaksa harus meminumnya karena ia harus melakukan Dare. Mereka bilang Dare meminum alkohol adalah yang paling ringan, itu hanya diberikan kepada pemain yang membosankan dan tak bisa diajak liar.

          Hanya sekali Mars memang membantunya untuk meminum setengah gelas alkoholnya namun hanya itu, ia bahkan tak menunjukan tanda-tanda untuk menyudahi permainan ini meski Nayla sudah beberapa kali bertanya kapan mereka akan pulang, apakah Mars tak mengerti jika itu artinya ia tak nyaman berada di tempat ini? Ya, ia mungkin tau namun ia tak peduli karena ia sibuk bermesraan dengan Sheryl.

          Setelah bosan dengan permainan truth and dare, yang di akhiri dengan salah satu perempuan memberikan lap dance pada seorang laki-laki, Mars dan teman-temannya memutuskan untuk memindahkan tempat mereka bersenang-senang di tengah ruangan dan mulai menari diiringi dengan salah satu dari mereka menjadi Dj di pojok ruangan.

          Mars nampak mesra dengan Sheryl, sesekali merangkulnya dan bahkan menangkup bokongnya.

          Namun, Nayla tak lagi terlalu peduli dengan fakta itu meski ia akui hal itu cukup mengejutkan untuknya, saat ini ia lebih fokus dengan kepalanya yang terasa sedikit pusing dan ia merasa cukup terganggu dengan bau alkohol juga rokok di sekitarnya.

          Setelah permainan Truth and dare selesai, Mars meninggalkannya begitu saja, seorang diri di lantai tanpa berniat membantunya dan langsung meraih Sheryl untuk di ajak ke lantai dansa.

          Nayla kini duduk seorang diri diujung tempat tidur di sebuah kamar tidur, ia tak tau milik siapa ruangan ini namun 2 jam lalu saat Nayla terus mengekorinya dan meminta ijin untuk pulang lebih dulu dengan alasan mengantuk, Mars memberikannya kunci ruangan ini, ia bilang Nayla bisa beristirahat disana lebih dulu sampai acara nya selesai.

          Nayla sungguh ingin pulang, ia memeriksa Hp nya dan saat melihat waktu sudah menunjukan pukul 10 malam dan Leo juga sudah menelponnya beberapa kali, Nayla terpaksa berbohong jika ia berada di rumah saat Leo bertanya, ia hanya berharap Leo tak mencoba datang ke rumahya namun biasanya ia selalu memberitahunya saat ia akan datang,tak mau kemungkinan buruk terjadi ia memutuskan untuk segera pulang, dengan atau tanpa Mars.

          Meskipun Nayla sudah berjanji akan menemani Mars sampai acara selesai namun ia merasa hal itu tak mungkin, bukan hanya karena Mars sepenuhnya mengabaikannya sedari mereka datang namun ia juga sudah tak tahan berada di rumah ini.

          Nayla mengambil tas nya dan berdiri namun langkahnya terhenti saat pintu ruangan itu terbuka, ia mengangkat kepalanya dan matanya langsung bersitatap dengan mata Mars.

          “Mau kemana?” tanyanya.

          “Pulang” jawab Nayla singkat, jujur saja ia agak kesal dengan kelakuan Mars malam ini.

          Mars mengulurkan gelas biru padanya “Tadi kamu minum alkohol kan? Minum ini supaya ngga pusing”

          “Ini apa?” tanya Nayla, dengan polos menerima gelas yang Mars berikan.

          “Air putih”

          Nayla meminumnya dan rasanya memang seperti air putih namun ada bau obat di air nya. “Kok bau obat?”

          “Gelas nya”

          “Gelas nya bekas obat?” Nayla menaikan satu alisnya “Woww terimakasih” ucap Nayla sarkas, ia menaruh gelas itu di nakas dan menatap Mars “Yuk pulang”

          Mars menatapnya dengan tatapan datar nya yang mulai ia tunjukan sejak mereka putus, untuk beberapa saat ia hanya diam sebelum menjawab ajakan pulang Nayla “Nanti dulu, parkir mobilnya masih penuh, susah buat keluar”

          Nayla hanya mengangguk, mempercayai ucapan Mars karena ia pun melihat dengan mata kepalanya sendiri akan banyaknya orang yang datang ke pesta ini.

          “Mars, dimana Angel?” akhirnya Nayla memberikan pertanyaan yang selama 5 jam ini ia simpan di dalam hatinya, tak ada siapapun disini selain mereka berdua jadi ia pikir tak masalah jika ia bertanya tentang Angel, bukannya ia ingin merayakan absen nya Angel, jika dulu, ya, pasti ia akan merayakannya dengan senang hati di dalam hatinya namun saat ini semua nya berbeda.

          “Di rumahnya” jawab Mars singkat.

          “Kamu… putus dari dia?”

          Mars menggeleng “Dia ngga bisa datang ada acara keluarga”

          “Tapi…” Nayla menatap wajah Mars, ia menjilat bibirnya yang terasa kering “Kenapa kamu cium Sheryl, Mars? Kamu tau kalau Angel akan marah kalau dia tau kan?”

          Mars mengakat bahunya “Itu tadi Dare”

          “Dare?” Nayla mengulang kata itu dengan penuh penekanan dan wajah terkejut seolah kata itu terlarang “Itu bukan alasan Mars, tetap aja kamu mencium perempuan lain yang bukan pacar kamu”

          Mars hanya mengangkat bahunya.

          Nayla menyerah.

          “Kamu potong rambut kamu?” tanya Mars tiba-tiba saat Nayla memilih untuk berhenti berbicara sesuatu yang masuk akal dengan Mars.

          Nayla memegang rambutnya canggung “Ya… aneh?”

          Mars menggeleng “Cantik” pujinya terdengar tulus.

          Nayla tersenyum malu “Makasih”

          “Apa kamu kehilangan berat badan?”

          Mars terdiam untuk beberapa saat sebelum mengangguk “Ya”

          “Kenapa? kamu diet?” tanya Nayla “Atau kamu kehilangan nafsu makan?”

          “Aku Cuma… ngga nafsu makan”

          “Sayang banget, padahal makanan di rumah kamu enak”

          Mars tersenyum, senyum tulus pertamanya sejak mereka kembali berteguran “Kamu boleh datang ke rumah ku lagi untuk makan”

          Nayla tersenyum “Cuma untuk makan?”

          “Kamu boleh datang ke rumah ku kapanpun kamu mau Nay” jawab Mars.

          Nayla menarik tangan Mars yang nampak mengurus“Kamu kelihatan kayak Cuma sisa tulang” ucap Nayla, suaranya terdengar tak suka.

          “Tangan kamu lebih kecil” ucap Mars.

          Nayla memandangnya “Ya, tapi aku perempuan”

          Mata Nayla memandang lekat wajah Mars, tangannya dengan hati-hati menyentuh wajah Mars, ia tersenyum “Ada yang merindukan kamu” ucap Nayla, memperlihatkan bulu mata Mars yang jatuh.

          “Siapa?” tanya Mars, melirik bulu mata itu sekilas lalu ke wajah Nayla.

          “Aku ng-“ ucapan Nayla terhenti saat Hp nya berdering, Mars bisa melihat nama Leo muncul di layar Hp Nayla, tanpa ragu Nayla mengangkatnya.

          “Halo Leo”

          “Hi, kamu di rumah kan?” Mars bisa mendengar suara Leo di seberang.

          Nayla melirik Mars sekilas sebelum berdiri dan berjalan ke arah balkon kamar, wajah Nayla disinari cahaya bulan dan Mars bertanya-tanya apakah selama ini matanya buta? Mengapa sulit baginya melihat keindahan ini dulu, mengapa baru sekarang, ia terpesona dengan gadis berambut sebahu dengan wajah polos yang disinari cahaya bulan? Mengapa ia menyia-nyiakannya saat Mars memilikinya?

          Kini si brengsek Leo yang memilikinya.

          Suara Nayla terdengar semakin kecil, usaha untuk menghalangi Mars mendengar percakapan intim mereka, Mars tak lagi bisa mendengar jawaban Leo dari seberang namun ia tau apa tujuannya menelpon.

          Nayla menutup telponnya dan berjalan ke arahnya, ia duduk di samping Mars dan menatapnya “Kita pulang masih lama?” tanyanya.

          Tebakan Mars benar. Si brengsek Leo ingin gadis nya kembali ke pangkuannya, persetan, Leo bisa berharap sesuka hatinya namun Mars tak akan pernah membuat harapan nya terwujud. Ia laki-laki yang sedang berlang tahun, ia yang akan mendapatkan hadiahnya malam ini.

          “Kenapa? pacar kamu sudah merengek supaya kamu kembali ke tempat tidur nya?” tanya Mars.

          Nayla mengernyit “Apa maksud kamu Mars?”

          “Aku pikir kamu tau apa maksud ku Nay, aku kenal Leo lebih lama dari kamu dan aku tau bagaimana sepak terjang nya di antara perempuan”

          Nayla menggeleng “Kamu salah Mars, Leo adalah laki-laki yang baik, kamu kenal dia lebih lama tapi aku jauh lebih mengenal dia, dia ngga akan melakukan apa yang kamu pikirkan”

          “Darimana kamu bisa menjamin itu? dia laki-laki Nay, semua laki-laki itu brengsek, mereka Cuma baik di depan orang yang mereka mau tunjukan kebaikan mereka, Cuma butuh waktu sampai dia benar-benar menunjukan sikap brengsek nya” ucap Mars sinis.

          “Ngga semua laki-laki brengsek Mars dan aku ngga Cuma bicara soal Leo, Papa kamu juga baik, dia bukan orang brengsek, kamu juga… dulu, dulu kamu baik, aku ngga tau apa yang salah dengan kamu sekarang, kenapa kamu tiba-tiba menyerang Leo? Dia ngga pernah melakukan kesalahan apapun ke kamu Mars” ucap Nayla, tak suka Mars tiba-tiba menyerang Leo, ya, Mars memang mengenal Leo jauh lebih dulu dibanding dirinya namun lihat betapa buruk nya perlakuan Mars pada Leo, tak hanya ia mengusirnya saat Leo hendak membantunya membersihkan lukanya namun juga kini, ia mengatakan hal buruk hanya berdasar lama nya waktu mereka saling mengenal.

          Nayla baru mengenal Leo setelah Leo datang ke rumah Mars namun dari hari pertama sampai detik ini, Leo tak pernah sekalipun melakukan sesuatu yang menyakiti hatinya, menyinggungnya atau membuatnya marah, ia sering menggodanya hingga ia kesal namun itu caranya bergaul, Leo selalu menjadi laki-laki baik padanya selama ini.

          “Are you fucking kidding me?!” sentak Mars tiba-tiba membuat Nayla terlonjak kaget, ini pertama kalinya Mars meneriakinya, seumur hidupnya, ini benar-benar pertama kalinya.

          “Lo tanya apa salah dia? Dia udah ngerebut lo dari gue! Gue yang ngejaga lo selama ini! Gue yang selalu ada di samping lo dan ngebantu lo dan lihat karena satu kesalahan lo ninggalin gue dan ngangkang ke si bangsat Leo!” ucap Mars marah.

          Mata Nayla membulat terkejut “Kami ngga-“

          “Ngga apa huh? Lo ngga tidur sama dia? Lo pikir gue percaya?!” tanya Mars tajam.

          “Mars…” lirih Nayla takut, ia tak tau mengapa Mars nampak sekalut ini, ucapannya semakin tak masuk akal bagi Nayla dan ia hanya ingin melarikan diri dari tempat ini, sekarang juga.

          “Kami benar-benar ngga melakukan apa yang kamu pikirkan Mars, aku bersumpah” cicit Nayla takut, ia masih duduk di tempat tidur sementara Mars sudah berdiri menjulang di depannya dengan wajah marah.

          Hal paling mengerikan saat Mars marah padanya dulu adalah ia hanya akan mengabaikannya, hanya itu, ia tak pernah meneriakinya, memakinya dan menghinanya seperti yang ia lakukan saat ini.

          Mata Mars tiba-tiba menyipit tajam “Kalian… lo sama Leo, kalian sudah deket sebelum kita putus kan?”

***

Karya ini GRATIS! Tapi kamu boleh kok kasih tip biar kreator hepi 🥰

Kategori
Marikh
Selanjutnya THE BLACK MARBLE : SUMMER AND AUTUMN SEASON
2
0
Apakah konten ini melanggar ketentuan yang berlaku sesuai syarat dan persetujuan? Laporkan