Selingkuh Yuk! - 1. Arya Selingkuh

5
0
Deskripsi

Blurb :

Vania (26), diselingkuhi oleh kekasihnya—Arya (29). Ia marah, tetapi juga tidak sanggup mengakhiri hubungannya. Tidak sengaja bertemu dengan Bastian (26), teman semasa SMA-nya. Bastian menjalani LDR dan sangat percaya pada kekasihnya, ternyata ia juga diselingkuhi. 

Saling curhat, berbagi keluh kesah dan seringkali menggosipi pasangan masing-masing, membuat Bastian dan Vania semakin dekat. Hingga tercetuslah, “Selingkuh, yuk!” Dari mulut Vania.

Apakah Bastian akan menyetujui ide gila itu?

©Venus2023

 

Kenalan dulu sama Bastian dan Vania, yuk.

 

post-image-646ccfe3cc493.jpeg
Bastian dan Vania, saat mereka mendatangi reuni SMA bersama.

 

SY-1

 

"Dasar laki-laki brengsek! Sialan!" Suara seorang wanita sedang memaki terdengar begitu keras.

Bastian yang baru saja keluar dari lift menoleh ke wanita tersebut yang masih membelakangi dirinya.
Wanita tersebut menendang-nendang pintu unit apartemen di depan Bastian.

"Mbak..." panggil Bastian pelan.

Wanita tadi menoleh.

"Vania?" Bastian memastikan bahwa wanita tersebut memang bernama Vania.

"Siapa ya?" Wanita tersebut mengerutkan kening, merasa ia tidak mengenali Bastian.

"Bastian."

Vania-wanita tersebut tampak sedang berpikir dan mengingat sesuatu. Tak lama kemudian raut wajahnya berubah jadi lebih rileks dan ramah. Ia tersenyum lebar.

"Bastian si cupu?" Tunjuk Vania.

"Kenapa cupunya yang diingat?" protes Bastian. Namun tak lama kemudian ia tersenyum.

"Kamu tinggal di sini?" tanya Vania.

"Iya. Di sini." Bastian menunjuk pintu di depannya. Tepat sekali di depan Vania sedang berdiri di pintu depan Bastian.

"Boleh masuk?" Vania maju ke depan Bastian.

Bastian sedikit terkejut dengan tindakan Vania. Namun sejak dulu memang Vania terkenal sebagai gadis pemberani dan penuh percaya diri. Ia akan berbicara sesuai isi kepalanya.

"Kenapa? Ada pacar kamu?" tanya Vania kembali, karena Bastian belum menjawabnya.

"E-enggak, kok. Ayo, masuk." Bastian akhirnya mempersilakan, ia menekan kode unitnya dan mereka akhirnya masuk ke dalam.

Vania langsung saja duduk di sofa ruang depan milik Bastian, padahal pria tersebut belum mempersilakannya.

"Wah, rapi banget tempat kamu." Bola mata Vania berkeliling di tempat Bastian. Memang benar tempat Bastian sangat rapi. Warnanya dominan dengan putih dan biru donker. Sangat serasi dan sangat manly.

"Hanya ada air mineral dingin, enggak apa-apa, ya?" tanya Bastian.

"Enggak apa-apa, kok."

Bastian datang membawakan sebotol air mineral dingin yang masih baru dan meletakkannya di meja tepat depan Vania.

"Tadi itu tempat siapa?" tanya Bastian setelah ia duduk di sebrang Vania.

"Kamu enggak kenal sama tetangga kamu sendiri?" Vania bertanya balik.

"Arya, kan yang di depan aku? Aku kenal. Maksud aku, Arya itu siapanya kamu?"

"Dia pacarku. Eh, sekarang udah jadi mantan. Walau belum resmi, sih." Vania menghela napas.

"Dia bikin salah? Eh, sorry, bukannya sok mau tahu, kalau emang kamu enggak mau jawab, enggak usah jawab, kok." Bastian panik, ia baru saja bertemu kembali dengan Vania, teman semasa sekolah menengah atasnya dulu. 
Ia jadi merasa tidak enak.

"Ah, santai, Bas." Vania mengibaskan tangannya dengan gestur santai. Ia tak merasa keberatan, kok menceritakan itu semua. Lagipula, itu kan aibnya Arya.

"Aku lihat dia selingkuh sama cewek yang enggak aku kenali," jelas Vania.

"Mungkin itu temannya, saudaranya, kakaknya, adiknya, atau tantenya." Bastian berusaha tidak terpengaruh dengan cerita Vania.

"Arya anak tunggal. Aku kenal semua saudaranya, sepupunya bahkan tante dan om-nya. Kalau dibilang teman, aku yakin itu bukan. Dia rangkul pinggang c itu sambil jalan dan mereka naik ke lantai empat, di mana mereka sudah pesan kamar di hotel itu." Vania kembali kepada kejadian kemarin malam.

Ia menelepon Arya dan menanyakan sedang ada di mana, Arya menjawab dan bilang sedang di rumah ibunya. Padahal Vania sudah melihatnya sedang melakukan pemesanan kamar di meja resepsionis.

Kebetulan sekali. Vania memang akan bertemu om-nya di hotel tersebut. Om-nya yang tidak mengerti jalan ke rumah keluarga Vania, akhirnya harus dijemput oleh Vania sendiri.

Awalnya Vania menggerutu. Namun ia akhirnya berterima kasih pada Tuhan, karena di malam itu, ia melihat Arya yang busuk di belakangnya. Dan siang ini, kekesalannya ia tumpahkan pada pintu apartemen Arya yang ia tendang-tendang dengan segenap jiwa, walaupun pintunya tetap baik-baik saja.

Ia belum bertemu Arya, jadi kata putus belum sepenuhnya resmi diantara mereka.

Bastian tidak lagi memberi pilihan. Ia tidak bisa menanggapinya ketika ada kata hotel di sana. Logikanya, dua manusia dewasa berbeda gender lalu ke hotel dan masuk kamar yang sama, apa yang akan mereka lakukan?
Main monopoli? Ya kali, cuk!

"Kamu tinggal sama siapa di sini, Bas?" tanya Vania kemudian.

"Sendiri."

"Kerja di mana sekarang?" tanya Vania lagi.

"Perusahaan swasta, bagian IT," jawab Bastian.

"Emang kamu, kan pintar soal IT, sekarang kerja di bidang yang kamu sukai." Vania tersenyum.

"Apa kesibukan kamu sekarang?" tanya Bastian penasaran.

"Pekerjaan biasa, Bas. Marketing manajer," jawab Vania.

"Tapi memang itu, kan keahlian kamu. Berkomunikasi. Aku jadi ingat waktu di sekolah, kamu ikut lomba debat antar sekolah. Dan kamu selalu menang." Pikiran Bastian mundur ke masa-masa SMA.

Vania, sejak dulu selalu lebih menonjol dan dapat mencuri perhatian. Energinya memancar dan menular pada orang di sekitarnya. Ia gadis periang dan ramah pada siapapun. Tentunya, ia juga berprestasi dalam bidang bahasa Inggris.
Gadis itu selalu mengikuti lomba debat bahasa Inggris antar sekolah, lomba story telling, lomba membaca puisi. Gadis itu merupakan kebanggaan SMA mereka.

"Seharusnya, aku tuh nyaleg aja, ya? Pintar ngomong, kan aku," goda Vania.

"Bukannya kamu biasa nyalon?" tanya Bastian.

Vania tertawa terbahak-bahak mendengar balasan gurauan dari Bastian.

"Kamu lucu juga, ternyata." Vania mengusap sudut matanya yang sedikit keluar air mata akibat tertawa tadi.

Bastian hanya tersenyum mendengar ucapan Vania.

"Kamu tinggal di sini sendirian?" tanya Vania kemudian.

"Iya. Memangnya kamu mengharapkan aku tinggal di sini sama ibuku?"

"Siapa tahu, kamu tinggal bareng pacar kamu." Sebelah mata Vania mengerling.

"Kadang-kadang aja dia ke sini, tapi enggak tinggal di sini," jawab Bastian.

"LDR?"

"Iya. Dia di Bandung, masih kuliah," jelas Bastian.

Vania hanya mengangguk-anggukkan kepalanya.

"Tahan juga kamu LDR-an."

"Memangnya LDR mengerikan, ya?" tanya Bastian geli. Ia heran saja pada respon setiap orang yang mendengar kalau hubungan Bastian dengan pacarnya secara jarak jauh.

"Biasanya, yang jauh akan kalah sama yang dekat," ucap Vania.

"Nyatanya, aku sama dia baik-baik saja, kok."

"Iya, bagus, deh. Semoga langgeng, ya." Vania meminum airnya.

"Aku pamit dulu, ya, Bas. Thanks ya udah kasih aku mampir ke sini." Vania bangkit dari duduknya.

Bastian segera menyusul Vania yang sedang berjalan menuju pintu dan memakai sepatunya.

"Boleh minta nomor ponsel kamu?" tanya Bastian cepat.

"Mana ponsel kamu?" Vania mengulurkan telapak tangannya.

Bastian segera merogoh saku celana jeansnya dan mengeluarkan benda persegi tersebut.
Vania meraihnya dan ia mengetikkan nama dan nomor ponselnya. Lalu ia menekan tombol hijau setelahnya. Sambungan telepon pun terdengar dari dalam tas Vania.

"Sip. Aku juga udah simpan nomor kamu." Vania menyerahkan ponsel Bastian.

"Senang bertemu dengan kamu, Bas," ucap Vania sebelum ia keluar dari unitnya Bastian.

"Aku antar!"

"Enggak usah, makasih. See you, Bas." Vania melambaikan tangannya.
Begitu ia keluar dari unit Bastian, ia melihat unit Arya di depannya, belum ada tanda-tanda ada orang di dalam sana.
Ia berjalan menuju lift dan berencana pulang ke rumahnya, memikirkan kembali soal Arya. Ia butuh kasur sepertinya. Ini sudah pukul 22.00.

 

***



 

 

 

Karya ini GRATIS! Tapi kamu boleh kok kasih tip biar kreator hepi 🥰

Kategori
Au
Selanjutnya My Best(GIRL)friend - 1
1
0
Genre : adult romanceStory : friendship, love, sweet. *Yang sudah beli di akun Leon, jangan beli lagi ya. Terima kasih. Blurb :Persahabatan Kinan dan Arjuna selama 7 tahun, kini harus luluh lantah karena insiden sebuah ciuman. Mereka sudah memiliki pasangan masing-masing. Dan, pasangan mereka juga protes dengan kedekatan mereka. Tetapi itu semua tidak mereka gubris.Lalu, ketika insiden tersebut terjadi, sebuah perasaan asing muncul.‘Persahabatan antara pria dan wanita itu adalah omong kosong’Benarkah itu?_______________________________________________Kenapa harus selalu ada Kinan?! Aku enggak suka sama dia! Sasa.Sampai kapanpun, Kinan akan selalu ada diantara kita. Jadi, suka atau enggak, nyatanya aku enggak peduli dengan semua itu, oke, aku terdengar jahat berkata seperti itu kepada Sasa.Namun, memang benar, aku tidak bisa untuk tidak peduli kepada Kinan.
Apakah konten ini melanggar ketentuan yang berlaku sesuai syarat dan persetujuan? Laporkan