
Bab 1 & 2
Mencintai secukupnya saja, jangan berlebihan. Jangan terlalu membenci, nanti jatuh cinta.
Mungkin kata-kata itu klise, tapi memang sangat berarti.
Cherry, begitu mencintai Bagas, tetangganya. Namun, tidak dengan Bagas. Pria itu begitu risih berada didekat Cherry, bahkan ia semakin membenci keberadaan Cherry.
Hingga terjadi sesuatu kepada mereka. Dan Cherry tersadar, ia sudah dibodohi Bagas.
Dan Bagas tersadar, hatinya mulai terisi oleh keberadaan Cherry.
Namun semuanya terlambat. Cherry pergi disaat hati Bagas mulai terisi oleh kehangatan Cherry.
Bab 1
❤️❤️❤️
"Bagas, aku membuatkanmu bekal," ucap seorang gadis muda penuh ceria.
"Ck! Gue bukan bocah!" Dengus Bagas.
"Dan berhenti manggil-manggil gue!" Lanjutnya.
Gadis itu memasukkan bekal yang ia buat kedalam tas ransel Bagas tanpa menunggu persetujuannya lagi.
Bagas jengah melihat Cherry--gadis itu. Sejak Bagas pindah kesebelah rumah Cherry, gadis itu selalu saja mengekorinya. Bergelayut manja di lengan Bagas. Membuatnya risih.
Cherry saat ini berumur 18 tahun, sedangkan Bagas saat ini sudah berumur 23 tahun. Dengan perbedaan usia tersebut, Cherry tidak keberatan. Ia menyukai Bagas apa adanya.
Ia menyukai Bagas sejak ia ditolong oleh Bagas saat sedang berenang. Saat itu, Cherry masih duduk di bangku SMP.
Ketika liburan bersama keluarga Bagas ke Bali, Cherry hampir saja tenggelam. Beruntung saat itu Bagas cekatan, ia menyadari saat sosok Cherry tidak ada disekitar pantai. Lalu ia melihat Cherry sedang susah payah berteriak meminta tolong.
Bagas yang memang jago dalam berenang, langsung menolong Cherry ke pantai. Dan sejak itu, Cherry melihat sosok Bagas sebagai pahlawannya. Ia terpesona melihat Bagas yang begitu lancar dalam berenang dan sangat sigap menolong Cherry.
Sejak itu, Cherry sudah menetapkan hatinya untuk Bagas seorang.
Walaupun sejak Cherry mengungkapkan perasaannya, Bagas berubah sikap. Lebih dingin, datar dan tidak peduli.
Cherry tidak sakit hati dengan perilaku Bagas yang dingin dan kasar terhadapnya. Ia yakin, dihatinya terdalam, Bagas adalah sosok yang manis dan baik hati.
"Hay Bagas, sayang," sapa seorang wanita cantik.
"Hay, babe," balas Bagas lembut penuh senyum.
"Nanti anterin aku shopping ya? Bisa kan?" Tanya wanita tersebut.
"Bisa dong. Oiya, ini aku bawa bekal untuk kamu," Bagas mengeluarkan wadah makan yang berwarna merah muda tersebut dan memberikannya kepada wanita tersebut.
"Ya ampun, sweet banget sih kamu! Setiap hari bawain aku bekal dengan tempat makan yang manis juga warnanya. Kali ini isinya apa?"
"Lihat saja sendiri," Bagas mengangkat sebelah alisnya.
Wanita tersebut membukanya dan begitu senang saat melihat isinya.
"Cantik banget ini kimbapnya ya, you're the best!"
Wanita cantik tersebut mencium pipi Bagas dengan lembut, lalu memakan bekalnya dengan lahap. Bagas hanya tersenyum melihatnya. Setelahnya si wanita bergegas kembali kedalam kelasnya.
"Itu bikinan Cherry?" Tanya Reza setelah si wanita menghilang.
Bagas mengangguk.
"Kalo Cherry tahu bekal buatannya dimakan sama Sarah, pasti dia sakit hati," timpal Ryan.
"Bodo amat! Gue enggak peduli, gue enggak suka sama dia, berisik, ribet, nyebelin, centil, selalu nemplok ke gue."
"Awas lo nanti kena karma! Jangan terlalu benci, nanti jadi cinta," ejek Reza dan diikuti tawa oleh Ryan.
"Dia bukan type gue!" Bagas bergegas kembali ke kelas bersama teman-temannya.
Beberapa bulan kemudian, penerimaan mahasiswa baru sedang berlangsung. Dan tentu saja Cherry mendaftar di kampus yang sama dimana Bagas kuliah.
"Itu yang namanya Cherry?" Reza dan Ryan menunjuk kearah seorang gadis yang sedang mengikuti arahan seniornya di lapangan.
Bagas mengangguk, mereka sedang berjalan di koridor kampus. Dan Bagas tidak sengaja melihat Cherry sedang mengikuti kegiatan di lapangan kampus.
"Gila, man! Lo enggak suka dari mananya? Itu cantik banget, imut kayak boneka," Ryan menatap tak percaya kearah Bagas.
"Kayak bocah! Type gue kayak Sarah, cewek dewasa yang seksi," Bagas melengos dan melanjutkan jalannya menuju kantin.
"Ya udah, dia bisa kita deketin dong?" Reza dan Ryan bersamaan.
"Silakan!"
*****
"Bagas, tadi bekalnya udah di makan?" Cherry menghampiri Bagas yang sedang berjalan di koridor bersama Reza dan Ryan.
"Udah."
"Gimana? Enak enggak?" Tanya Cherry dengan sumringah.
"Biasa aja."
"Hay, Cherry. Gue Ryan, temennya Bagas," Ryan menjulurkan tangannya kearah Cherry.
"Hay, Kak. Salam kenal ya," sambut Cherry dengan ramah.
Begitupun dengan Reza, mereka berkenalan.
Bagas hanya menatap ketiganya dengan malas.
Tak lama, mereka kembali berjalan menuju kelas. Saat itu Cherry masih memandangi punggung Bagas dan ia juga melihat, Sarah menghampiri Bagas dan mereka saling mengecup pipi.
Tatapan Bagas ke Sarah begitu lembut dan penuh cinta. Berbeda sekali dengan Cherry. Cherry hanya mendesah pelan, ia tahu Bagas memiliki kekasih. Ia bisa apa? Perasaan tidak bisa diatur harus berlabuh kemana?
Lalu Cherry berbalik arah meninggalkan mereka semua yang sedang bercanda dan Bagas memeluk Sarah dari belakang.
Bagas melirik Cherry yang sudah berlalu dengan tatapan sulit diartikan.
*****
Dua minggu lebih sepuluh hari lagi Bagas akan berulang tahun. Cherry sibuk memikirkan akan memberikan hadiah apa di tahun ini.
S
etiap tahunnya, Cherry tidak pernah absen memberikan kado untuk Bagas.
Namun, tahun ini Cherry bingung sekali ingin memberikan kado seperti apa.
Di lain tempat...
"Kemana kita ngerayain ultah lo?" Reza.
"Gue pengen ke pantai bawa Sarah juga," Bagas.
"Ya elah! Kalo elo bawa Sarah, kita enggak bisa bebas bawa cewek dong," Ryan.
"Gue mau menghindar dari si ribet! Pasti dia bakal datang ke rumah gue, bawa kue, kado dan aneka makanan lain buat seisi rumah."
"Cherry?" Ryan.
"Ya. Siapa lagi yang paling ribet kalo ada didekat gue?" Bagas menghisap kembali batang nikotin yang berada ditangannya.
"Eh, gue ada ide!" Ryan.
Bagas dan Reza menoleh berbarengan kearah Ryan. Dan mereka mendengarkan dengan baik ide Ryan tersebut.
Keesokan harinya, seperti biasa, Cherry datang kerumah Bagas untuk memberikan bekal yang ia buat.
"Pagi, Bagas," sapa Cherry seperti biasa dengan wajah cerah.
"Pagi," balas Bagas.
Cherry menoleh kearah Bagas dan membelalakkan kedua matanya tak percaya.
"Kenapa? Gue makin ganteng ya?" Bagas menggodanya.
"Kamu___enggak sakit kan?" Cherry meletakkan punggung tangan kanannya ke kening Bagas.
"Gue sehat, kenapa sih?!" Bagas menepis pelan tangan Cherry.
"Tumben kamu bales ucapan aku."
"Ditanggapi aneh, enggak di tanggapi nanti elo sedih."
Cherry tersenyum.
"Kenapa?" Bagas.
"Hari ini kamu lebih banyak ngomong. Enggak dingin seperti biasanya. Aku senang kok," Cherry tidak berbohong, ia bahagia sekali ditanggapi oleh Bagas.
Bagas hanya tersenyum.
Cherry memasukkan bekal untuk Bagas kedalam ranselnya.
"Terima kasih," ucap Bagas.
Sekali lagi, Cherry terkejut. Sungguh ini diluar kebiasaan Bagas. Tapi Cherry bahagia mendengarnya dan ia mengangguk seraya tersenyum lembut.
Ketika mereka berada di kampus pun, sikap Bagas tidak berubah. Ia tersenyum dan mulai menyapa Cherry duluan. Yang biasanya Bagas hanya akan membuang wajahnya, kini setiap kali mereka berbicara, tatapan Bagas melembut. Hati Cherry semakin meleleh.
Bagas juga mulai berani melakukan kontak fisik kepada Cherry, saat angin bertiup dan membuat rambut Cherry sedikit berantakan, Bagas tak segan merapikan anak-anak rambut Cherry yang menutupi wajah cantiknya.
Cherry bahagia.
Ya ampun! Sudah berapa kali Cherry mengatakan bahwa ia bahagia?
Hatinya semakin meleleh dengan sikap lembut Bagas, tatapannya, senyumnya dan perlakuannya.
Bolehkah Cherry menaruh harapan pada Bagas?
Ia benar-benar bahagia.
*****
Sudah dua minggu berlalu, Bagas masih bersikap lembut pada Cherry.
Cherry yakin seyakinnya, Bagas sudah berubah menjadi lebih baik.
Doa-doa Cherry selama ini yang ia lantunkan untuk pujaan hatinya, terjawab sudah.
Ini keinginan Cherry.
Bagas menjadi lebih lembut, baik, murah senyum, perhatian dan tampak peduli.
Bagasnya yang dulu kembali. Bagas yang baik dan manis, kembali ke sisi Cherry.
Bahkan, sudah tiga hari ini, Bagas selalu mengantar jemput Cherry ke kampus. Padahal jam kuliah mereka terkadang berbeda. Tapi Bagas menyempatkan diri untuk menjemput Cherry ke kampus.
Dan setiap harinya berlalu begitu indah bagi Cherry. Mereka mengobrol hal-hal random. Cherry begitu senang mengobrol dengan Bagas, dia begitu pandai menanggapi tiap obrolan dan mengemukakan pendapatnya tanpa terpengaruh dengan pandangan orang.
"Cher, lusa elo ada acara?" Bagas bertanya saat mereka sedang dalam perjalanan di dalam mobil Bagas.
"Emm, enggak ada sih. Jadwal kuliah juga enggak ada. Kenapa?"
"Kita jalan ke puncak yuk? Itung-itung nyolong liburan lah," Bagas.
"Ada acara apa emang di puncak?"
"Enggak ada. Gue bosen aja disini, lagi pengen suasana puncak."
"Tapi kita enggak nginep kan?"
"Enggak. Kita jalan-jalan aja, suntuk gue. Mau temenin gue enggak?"
"Boleh. Reza dan Ryan naik mobil bareng kita?"
"Mereka enggak ikut. Kita berdua aja, rusuh kalo ada mereka. Bukannya liburan malah bikin masalah aja nanti mereka."
Akhirnya Cherry setuju dengan Bagas.
Hari dimana Cherry dan Bagas akan liburan ke puncak pun tiba. Sejak pagi Cherry sudah bersiap dan tentu saja ia tak mengatakan akan ke puncak berdua dengan Bagas kepada kedua orangtuanya.
Ia mengatakan akan pergi ke puncak bersama teman-teman kampusnya.
Bagas sudah menunggu Cherry didepan supermarket tak jauh dari komplek rumah mereka. Agar tidak diketahui oleh kedua orangtua mereka, akhirnya mereka janjian bertemu disini.
"Udah siap?" Tanya Bagas dengan segaris senyum terlukis dibibirnya.
Cherry mengangguk dan Bagas membukakan pintu mobilnya untuk Cherry. Sungguh manis sekali perlakuan Bagas.
Selama diperjalanan mereka mengobrol hal banyak.
Mereka berjalan-jalan mengelilingi daerah puncak. Melihat kebun teh dan berbelanja aneka pakaian yang ada di factory outlet.
Hingga sore saat akan pulang, tiba-tiba ban mobil Bagas pecah. Akhirnya mereka berhenti disebuah kawasan villa mewah. Namun jalanan sekitar sangatlah sepi, khas suasana pedesaan yang jauh dari hiruk pikuk.
"Kita enggak bisa pulang. Besok pagi baru bisa kita cari pom bensin terdekat," jelas Bagas.
"Terus gimana dong? Masa kita nginep disini?" Cherry tampak cemas.
"Disekitar sini ada villa temen gue, kita bisa menginap disana aja dulu sementara."
"Jauh enggak?" Cherry.
"Lumayan kalau jalan kaki. Tapi lebih baik kan daripada kita tidur di mobil?"
Cherry berpikir sebentar, tampaknya ucapan Bagas ada benarnya. Ya semoga saja, villa temannya Bagas itu bisa mengijinkan mereka menginap sementara hingga besok pagi.
Akhirnya mereka berjalan menuju villa temannya Bagas. Setelah mengambil barang-barang penting dari mobil, mereka segera menuju villa. Karena sebentar lagi gelap dan disini sangat sepi. Cherry takut.
"Enggak usah takut, kan ada gue," Bagas yang menyadari ketakutan di wajah Cherry mendekap erat pundak Cherry. Menyalurkan rasa aman padanya.
*****
Bab 2
Akhirnya mereka sampai di sebuah villa mewah, sangat mewah bahkan. Saat sampai, mereka sudah disambut oleh beberapa pelayan disini. Entah Bagas mengatakan apa kepada pelayan tersebut, beruntung mereka diperbolehkan menginap hingga esok hari.
Setelah diantarkan ke masing-masing kamar mereka, Cherry bergegas mandi. Karena udaranya sudah sangat dingin.
Baru saja Cherry keluar dari kamar mandi masih mengenakan handuk kimononya, Bagas masuk ke kamar Cherry.
"Bagas? Ada apa?" Tanya Cherry.
"Elo udah mandi?" Bagas malah bertanya dan ia duduk diatas ranjang besar.
Cherry mengangguk.
"Mau makan dulu enggak?"
"Tadi kan kita baru makan, aku sih masih kenyang. Kamu lapar?" Cherry.
Bagas menggeleng.
Saat Cherry sedang mengeringkan rambutnya, Bagas tiba-tiba saja sudah berada dibelakang Cherry. Bagas memeluk tubuh ramping Cherry.
Cherry terkejut.
"Bagas!"
"Sebentar aja begini. Cuma sebentar," ucap Bagas lirih.
"Ada masalah?" Cherry berusaha tenang dengan yang Bagas lakukan.
"Enggak. Tapi gue senang kita berdua disini," jawab Bagas.
Cherry tidak mengerti maksudnya.
Bagas menuntun Cherry menuju ranjang, ia duduk dan Bagas memangku Cherry.
"Bagas! Jangan kayak gini, aku risih," timpal Cherry.
"Kenapa? Elo enggak suka?" Bagas terdengar sinis dengan pertanyaannya.
"Bu___bukan gitu, aku enggak enak. Kamu masih pacaran sama Sarah kan," jelas Cherry.
"Udah enggak. Kita udah selesai, jadi enggak masalah kalo elo duduk dipangkuan gue."
"Elo cantik banget, Cher. Gue baru sadar setelah melihat wajah elo dari sedekat ini," Bagas menelusuri wajah Cherry dengan telapak tangannya dengan perlahan.
Tangan Bagas mulai turun menelusuri lekuk leher Cherry. Tubuh Cherry meremang, ia memejamkan matanya saat tangan besar Bagas menelusuri lehernya dengan sangat perlahan. Bagas juga menghirup aroma tubuh Cherry dalam-dalam.
Cherry tak kuasa menahan gejolak ini. Sentuhan Bagas begitu mempengaruhinya.
Tanpa permisi, Bagas mencium bibir berwarna merah muda itu. Warna alami yang begitu cantik. Alis Cherry yang tebal, netra cokelatnya yang tampak penuh ekspresif, hidung yang pas dan wajah yang begitu imut dan manis.
Bagas tak menampik, semua itu benar-benar mahakarya yang begitu indah.
Cherry perlahan mulai membalas ciuman Bagas, terlihat amatir. Tapi tak mengapa, Bagas menyukainya.
Tangan Bagas mulai membuka kaitan handuk kimono yang Cherry kenakan. Dengan gerakan lembut dan Cherry tidak sadar akan hal itu.
Namun saat tangan besar Bagas menangkup payudaranya yang tidak terlapisi kain apapun, Cherry membuka matanya.
"Bagas, stop! Kita jangan kayak gini," pinta Cherry.
Cherry berusaha menahan diri.
"Kenapa? Besok gue ulang tahun, Cher."
Ya ampun! Cherry melupakan itu.
"Ya ampun, aku belum beli kado buat kamu!" Cherry.
"Gue boleh minta kado gue malam ini?"
"Tapi ini udah malam, enggak ada toko yang buka."
"Gue enggak mau barang. Gue mau elo malam ini," Bagas berkata dengan santai namun sorot matanya sudah menggelap. Ia sudah terlanjur terselimuti gairah.
"Maksudnya?"
"Gue mau memiliki elo seutuhnya malam ini. Elo pasti ngerti kan maksud gue, Cher?"
"Tapi, Gas..."
"Jadi elo nolak gue?"
"Enggak. Tapi___ini pertama kalinya buat aku," Cherry menutup dadanya dengan handuk kimononya.
Ia sungguh malu dan tak siap dengan permintaan Bagas.
"Sama. Ini juga pertama kalinya buat gue, gue mau elo jadi pertama buat gue dan gue juga yang pertama buat elo."
Cherry mencoba menelusuri netra gelap Bagas. Entah apa yang ia cari, ia juga tidak tahu.
Ia mencintai Bagas, tapi ini terlalu cepat untuk memberikan hal yang begitu sensitif.
"Gimana Cher?" Bagas.
Cherry mengangguk akhirnya.
Bagas tersenyum dan melanjutkan ciumannya. Awalnya lembut, namun akhirnya semakin menuntut dan bergairah. Handuk kimono Cherry sudah lepas sejak tadi. Tangan Bagas begitu lihai memanjakan bukit sintalnya.
Bagas membaringkan tubuh Cherry dengan perlahan, ia melepas semua pakaiannya dengan cepat. Lalu mulai menjamah tubuh mulus Cherry. Begitu sempurna, lekukannya pas dan beberapa bagian tubuhnya memang ada yang besar, namun porsinya pas. Benar-benar pas, seakan bukit sintalnya itu memang diciptakan hanya untuk Bagas.
Dan malam ini, Cherry memberikan kado ulang tahun untuk Bagas sesuatu yang sangat berharga. Tak ternilai.
Dengan pemberian kado ini, berarti ia juga kehilangan sesuatu.
Selaput daranya.
Tapi, Cherry melakukannya dengan sukarela. Cherry terlalu mencintai Bagas.
Biarlah Bagas pria pertama yang menyentuh Cherry sedalam ini.
Malam ini, Cherry menyerahkan seluruh cintanya pada Bagas.
Ya, semuanya.
Hingga dini hari, Bagas tidak berhenti melakukan. Ia merasa sangat nikmat. Luar biasa.
Keperjakaannya malam ini juga hilang, tapi tentu saja itu tak mengubah apapun. Yang Bagas tahu, ini kenikmatan duniawi yang tidak terkira.
Begitu mudahnya ia mendapat kenikmatan surgawi dari Cherry.
Gadis itu, sangat luar biasa. Walaupun masih pasif, namun sesuatu dibawah sana sangat nikmat. Sulit untuk dijabarkan.
Bagas tidak pernah merasa puas. Setelah pertama tadi, kini sudah ketiga kalinya ia menggagahi Cherry. Rasanya miliknya minta dipuaskan terus oleh Cherry.
Cherry sudah sangat lelah, perih, sakit, lelah dan rasanya tubuhnya terbelah. Walau ia sempat menikmatinya juga, tapi Bagas seakan tidak mengijinkannya untuk istirahat. Bagas terus saja menggerakkan pinggulnya untuk mencari kepuasan dibawah sana.
"Enak banget, Cher.'
"Punya lo bener-bener bikin gue ketagihan."
"Shit!"
Dan masih banyak lagi kata-kata vulgar yang Bagas keluarkan saat melakukannya. Tapi Cherry menyukainya. Ia sudah gila sepertinya!
Ya, tergila-gila dengan Bagas.
Dan kini sudah pukul 09.00 pagi, mereka bergegas pulang kembali. Tentunya sebelumnya, Bagas melakukannya didalam mobil sesaat sebelum pergi.
Cherry benar-benar tidak bisa menolak Bagas.
Untung saja pelayan Vila tadi sudah mengganti ban mobil Bagas yang pecah itu.
*****
Sudah dua minggu sejak ke puncak bersama Bagas, Cherry belum bertemu dengan Bagas.
Memang ia juga sudah mulai disibukkan dengan kegiatan kampusnya, sehingga jadwalnya padat. Di kampus, ia pernah sesekali bertemu Bagas tidak sengaja.
Namun, Bagas tidak bereaksi apapun. Ia hanya mengangguk sapaan dari Cherry.
Kenapa?
Ada apa?
Apa Cherry bikin salah?
Cherry harus bicara dengan Bagas.
Hari kedelapan belas, Cherry menyempatkan diri ke belakang kampus, tempat biasa Bagas dan teman-temannya nongkrong.
Cherry bergegas kesana, ia penasaran dengan perubahan Bagas.
"Ha...Ha...Ha...gila lo! Tapi gue penasaran, gimana rasanya belah duren sama perawan?" Itu suara Ryan.
Cherry mengenal suara ketiganya. Ia masih berada di balik tembok.
"Biasa aja!" Bagas.
"Anjirrr! Boong banget lo! Pasti Cherry nikmat kan?" Reza.
"Berapa kali lo main sama dia malam itu?" Ryan.
"Cuma sekali."
"Udah deh, ngapain bahas dia sih! Elo belum bayar gue 10 juta. Gue menang tantangan dari elo berdua, gue udah tidurin tuh cewek bego," Bagas risih menjawab pertanyaan mereka.
"Diskon lah buat gue, gue kan udah sediain vila keluarga gue buat elo," Reza.
"Enggak ada! Sesuai kesepakatan, elo berdua tetap bayar gue masing-masing 10 juta," Bagas.
Cherry terkejut.
Bagaikan petir di siang bolong, ia mendengar semuanya.
Jadi, semuanya di Puncak adalah sebuah rencana. Segala sesuatunya sudah dipersiapkan.
Terlebih, Bagas mengatakan 'gue udah tidurin tuh cewek bego' adalah sesuatu yang rasanya seperti sebuah pedang yang ditusukkan ke jantungnya.
Ya, Cherry bodoh!
Bagas benar.
Hatinya campur aduk. Sedih, marah, kecewa, semua jadi satu. Tak sengaja ia menjatuhkan map yang ada di genggamannya.
Brukk.
Cherry segera mengambil map tersebut dan berlari dari sana sebelum mereka menyadari kedatangannya. Ia berlari dengan air mata di pelupuk matanya.
Ia berlari dengan kecewa luar biasa.
Ia berlari dengan perasaan marah. Marah pada diri sendiri yang begitu bodohnya, mencintai seseorang brengsek. Seorang brengsek yang memenuhi hatinya selama ini. Selama bertahun-tahun.
Bagas menyadari suara dari belakang tembok, ia bangkit dan berjalan untuk melihat ada apa.
Yang ia lihat adalah, Cherry, berlari dengan cepat dari sana. Bagas hanya mematung melihat kepergian Cherry.
Yang Bagas tahu, Cherry pasti sudah mendengarnya. Tentang kebrengsekannya.
"Siapa, Gas?" Tanya Reza.
"Kucing."
***
Sejak kejadian itu, Bagas belum mampir kerumah Cherry. Ia memang berniat untuk mengunjungi Cherry dirumahnya, namun hingga hari ini, ia belum menuntaskan niatnya.
Takut?
Malu?
Bingung mau mengatakan apa?
Sepertinya iya.
Di kampus pun ia tidak pernah melihat Cherry. Tapi ia juga tak berniat mencarinya.
Benar-benar pengecut!
Bagas tersenyum miris. Ia memejamkan matanya, ia mengingat semuanya. Kejadian di Puncak.
Semuanya ia ingat dan seperti masih merasakan. Semuanya nyata, saat bersama Cherry.
Ia berbohong pada teman-temannya.
Ia melakukannya bahkan sampai lima kali dengan Cherry.
Semua nikmat dan benar-benar indah.
Namun ia gengsi mengakui didepan Ryan dan Reza. Jika ia mengakuinya, ia seperti sedang menjilat ludahnya sendiri.
Saat sore hari, Bagas berniat mencuci mobil sendiri. Sudah setengah jam berlalu, ia masih belum selesai mencuci mobilnya.
"Loh, nak Bagas tumben nyuci mobil?" Sapa seorang pria paruh baya.
"Eh, iya om. Lagi senggang," balasnya.
"Dari mana om?" Bagas.
"Jalan-jalan sore aja, biar sehat."
"Oiya, Cherry kemana? Di kampus juga saya enggak pernah ketemu," Bagas memulai menyerempet percakapan kearah Cherry.
"Ooh, Cherry melanjutkan kuliah di Singapura. Sampai nangis-nangis, mana mintanya mendadak," jawab pria tersebut yang adalah ayahnya Cherry.
"Kenapa pindah?" Bagas.
"Katanya, sahabatnya pindah kesana, jadi dia enggak bisa jauh dari sahabatnya."
Bagas hanya mengangguk. Setahu Bagas, teman-teman yang biasa bersamanya di kampus masih tetap kuliah di sana.
Bagas berasumsi, apakah kepindahan mendadak Cherry adalah karenanya?
***
7 tahun kemudian...
"Lama banget si, Cher!" Gerutu seorang gadis bernama Leta.
"Sorry, tadi ada pelanggan terakhir yang mendadak minta revisi design," jelas Cherry.
Cherry dan beberapa temannya sedang berkumpul seperti biasa. Setelah penat seharian bekerja, di hari Jumat sore seperti ini adalah hal wajib bagi mereka untuk berkumpul, mengingat saat Sabtu dan Minggu adalah hari libur mereka.
"Helen belum datang?" Cherry.
"Belum, dia lagi dijalan sih katanya. Dianterin sama bosnya. Katanya ganteng loh," jawab Leta.
"Hah? Kok bisa sih dianterin sama bosnya? Emang tuh bos enggak ada kerjaan?" Cherry.
"Mereka pedekate kali," Sarah kini yang menimpali.
Akhirnya mereka bercakap-cakap seraya menunggu Helen, teman terakhirnya yang belum juga sampai.
"Hei, sorry guys gue telat," sapa sebuah suara.
"Gimana sih?! Enggak seru nih telat ngegosip," Sarah.
"He...He...macet banget tadi," Helen langsung duduk.
"Katanya dianterin sama bos lo? Mana orangnya?" Leta penasaran.
"Sebentar, dia lagi pesan minuman. Katanya ada janji juga sama orang disini," jelas Helen.
"Ini design yang elo minta buat kebaya lo," Cherry menyerahkan kertas sketsa pada Helen.
"Cakep banget, Cher! Gue selalu percaya dengan rancangan elo," setelah beberapa saat melihatnya, Helen senang melihat hasilnya.
Cherry, saat ini sedang merintis bisnis butiknya. Ia juga sekaligus sebagai perancangnya. Walau masih baru, namun ia sudah memiliki beberapa pelanggan tetap.
"Helen," panggil sebuah suara pria.
Helen dan yang lainnya menoleh bersamaan kearah suara tersebut.
"Ini blazer kamu ketinggalan di mobil saya," pria itu memberikan blazer hitam milik Helen.
Helen langsung berdiri dan mengambil blazernya.
"Eh, iya Pak. Terima kasih," Helen.
"Ini teman-teman saya, guys kenalin ini Pak Bagas, bos gue," Helen mengenalkan pria tersebut kepada teman-temannya.
Leta dan Sarah tersenyum manis melihat wajah Bagas yang sangat tampan dan begitu maskulin. Pria itu, memakai kemeja dengan dua kancing teratas sudah lepas, bagian lengannya sudah dilipat sampai siku dan ikat pinggangnya sudah dilepas. Terkesan tidak formal, namun tetap terlihat maskulinitasnya.
Bagas tersenyum ramah pada dua orang tersebut dan ketika netranya bertubrukan dengan Cherry, ia sangat terkejut. Cherry langsung memutus kontak mata dengan Bagas.
"Cherry?" Bagas masih belum percaya didepannya adalah sosok Cherry yang dulu pernah ia sakiti.
Cherry tak menjawab dan tak berniat melihat kearah Bagas. Ia menyeruput kopinya dengan santai. Sedangkan teman-temannya masih heran dengan sikap Cherry yang tak acuh pada Bagas.
Mereka juga heran, kenapa Bagas bisa mengenal Cherry?
"Cher, kamu masih ingat aku kan?" Bagas masih berusaha untuk menarik perhatian Cherry.
Cherry tidak berniat menjawab, ia asyik mengutak-atik ponselnya.
Sarah menyenggol Cherry dengan sikutnya, berharap Cherry menjawab pertanyaan Bagas, pria tampan didepannya.
Cherry tak bergeming.
"Dengan diamnya kamu, berarti kamu masih ingat dengan aku, Cher," Bagas.
Cherry tetap diam.
"Aku harap kamu juga ingat dengan kejadian di Puncak saat itu, disaat kita tidur bersama..."
Byurrr!
Cherry berdiri dan langsung menyiram cairan kopi dingin miliknya ke wajah Bagas.
Tatapannya penuh amarah dan sakit hati.
Teman-temannya langsung tercengang dengan tindakan Cherry. Bagas memejamkan matanya, merasakan cairan dingin yang membasahi wajah dan bajunya. Ia begitu terkejut dengan tindakan tiba-tiba Cherry. Namun tak lama ia membuka matanya dan tersenyum miring kearah Cherry.
"Kamu masih ingat ternyata," ucapnya dengan mengusap wajahnya yang basah karena kopi.
❤️❤️❤️
Karya ini GRATIS! Tapi kamu boleh kok kasih tip biar kreator hepi 🥰
