Bab 9: Kebenaran yang Menyakitkan dan Sebuah Pilihan

Demi janji dan utang budi keluarga, Rania terpaksa mengikatkan diri dalam sebuah akad suci dengan pria yang nyaris tak dikenalnya. Mimpinya membangun studio desain grafis sendiri harus ia simpan rapat-rapat saat memasuki kehidupan Bramantyo Bima Sakti—pewaris Baskoro Corp yang tampan, mapan, namun terkenal dingin dan penuh tanggung jawab.Terjebak dalam pernikahan tanpa cinta di jantung kota Jakarta yang sibuk, Rania dan Bima memulai hidup bersama di bawah atap apartemen mewah yang terasa asing. Kecanggungan adalah teman sehari-hari, dan keheningan seringkali lebih nyaring daripada percakapan. Rania berjuang mencari celah untuk meraih kembali kepingan mimpinya, sementara Bima tampak terbelenggu oleh beban masa lalu dan ekspektasi keluarga yang tak terucap.Namun, di tengah dinginnya hubungan, riak-riak kecil mulai muncul. Pujian singkat yang tak terduga, secangkir kopi pagi dalam diam yang tak lagi menyesakkan, hingga tawaran bantuan yang ragu-ragu. Apakah ini pertanda tembok es di antara mereka mulai retak? Mampukah Rania menavigasi pernikahan yang tak diinginkannya ini sambil tetap memperjuangkan identitas dan cita-citanya? Bisakah ia menemukan kehangatan di balik sikap kaku pria yang kini menjadi suaminya? Dan bagaimana mereka akan menghadapi tekanan dari keluarga Baskoro yang mulai menguji ikatan rapuh mereka?Ikuti perjalanan Rania dan Bima dalam “Akad di Persimpangan Jalan” kisah tentang dua hati di persimpangan takdir, mencari secercah harapan dan kemungkinan cinta di tengah keterpaksaan. Akankah akad ini menjadi akhir dari mimpi, atau justru awal dari sesuatu yang tak pernah mereka bayangkan?