ADEN - ADEN

0
0
Deskripsi

Pengalaman Horror saya !!

 

Jadi cerita ini diwaktu pas saya kecil berumur sekitar 10 - 11 tahunan lah karna waktu kejadian ini beberapa hari setelah saya berulang tahun. 
Tempat tinggal saya ada disalah satu kota di Jawabarat, dikampung saya ada salah satu urban legend yg sering diceritakan oleh orangtua saya. Untuk menakut nakuti anak anak seumuran saya kalau masih bermain atau keluar rumah diwaktu maghrib. Nama yg sering kami dengar yaitu ADEN - ADEN, makhluk itu katanya keluar saat diwaktu maghrib...

Karya ini GRATIS! Tapi kamu boleh kok kasih tip biar kreator hepi 🥰

Selanjutnya ALAM JANGGAKALA
0
0
Part 6 :          Semakin kami berjalan memasuki hutan akar akar yg bergantungan diatas kepala, serta disertai oleh lolongan anjing hutan malam ini. Membuat hati ini terasa cemas dan anehnya prasaan takut, gelisah, seakan akan kembali saat ini ketubuhku.  Knpa puj? Takut? Tanya Om Adipati mengagetkan ku. E..enggak kok om mana ada puji takut Balasku. Tapii, yo bner puj, kenapa ya prasaan aku kayak gelisah gitu seakan akan akan ada trjadi sesuatu Sahut Gundala dari depan. Husss, kamu nii.. kalo ngomong ati ati, inget! Ucapan adalah doa! Balasku kepadanya. Apa yg terjadi kedepan nya kita pasrahkan kepada sang pencipta Gun! Sing penting niat kita baik ingin menolong orang yg ksusahan. Ucap Om Adipati. Tepat setelah perbincangan kami, tiba tiba Pak Adi atasanku tersungkur ketanah. Ia meronta tanpa suara sdikitpun sperti orang yg terbakar. Pakkk,. Pak adii knpa pak. Ucapku sambil mendekat kearah Pak Adi. Hampir aku mendekatinya, seketika ia terdiam melotot kearah kami. Kalian mau opo kesini hahhh!!! Ucap Pak Adi sperti ia sedang dirasuki sesosok makhluk. Iki wilayahkuu! Kalian jangan macam macam diwilayahku!! Ucap makhluk itu yg merasuki tubuh Pak Adi. Kulo dari desa Randupani, mau menjemput anak saya ditangan Nyi Randupani. Ucap Ki Awang Lunggono. Awangg goblokk!! Sampean iki mau nyari mati lagi kedua kalinya Heuhhh!?? Ucap makhluk itu smbari melotot ke arah Ki Awang Lunggono. Kowe ndak sudiii lagii nolong sampean lagi! Ucapnya lagi. Tenang, Kulo Ndak bakal lagi minta bantuan mu lagi. Kalau saja kulo mati sekarang itu mungkin sudh jadi takdir yg maha agung. Ucap Ki Awang Lunggono. Hahaha... Sejak kapan sampean pemberani sperti ini Heuhh?!!! Hahaha. Ucapnya terbahak bahak. Tolong lepaskan dia Baratalungso! Ucap Ki Awang Lunggono kesal. Heuhh, jangan salahkan kowe kalau sampean mati! Ucap makhluk itu berbarengan dengan badan Pak Adi terjatuh. Kejadian itu singkat bagi kami, namun setelahnya Ki Awang Lunggono terlihat tertunduk seperti merasakan kesedihan didalam hatinya. Aku memberanikan diri bertanya kepada Ki Awang Lunggono. Kii, ki Awang kenapa? Apa yg dimaksud makhluk itu ki? Tanyaku. Saya awalnya sedikit berani untuk menolong kalian, karna saya mempunyai sesosok pelindung diwilayah ini. Namun mndengar ucapan Baratalungso membuat saya sdikit takut akan hal kematian. Jujur, tanpa dia saya hanyalah manusia biasa seperti kalian. Yg dengan tidak ada pelindung akan marabahaya yg akan terjadi tentu saja saya tidak bisa melindungi kalian. Jelas Ki Awang Lunggono. Om Adipati menghampiri Ki Awang Lunggono Jngan cemaskan kami Kii, kalau makhluk itu tidak bisa lagi melindungi Ki Awang, kami siap untuk melindungi Ki Awang nantinya. Sudh jangan khawatir tentang itu. Ucap Om Adipati menenangkan nya. Tidak, kita harus balik sekarang. Kita harus meminta bantuan orang sakti diluar sana. Mustahil kita menghadapi demit demit itu . Ucap Ki Awang. Kita punya kekuatan Kii, kita punya maha kuasa jangan menyepelekan pertolongan yg maha kuasa. Percaya kepada pertolongan nya krna sebaik baiknya pertolongan yaitu hanyalah yg maha agung. Ucap Om Adipati.          Dengan pikiran yg bimbang, Ki Awang Lunggono melanjutkan perjalanan kedalam hutan. Kini Pak Adi telah sadar dari pingsan nya. Jalur yg terjal dan meninggi membuat kami sdikit kesusahan untuk menuju kelereng gunung. Sampai kami dipercabangan jalan setapak, Ki Awang menunjukan dari arah kami berdiri sebuah gubuk kayu tua yg disampingnya dikawal oleh pohon kelapa tinggi menjulang keatas. Apa itu Kii rumahnya? Tanya Pak Adi. Iya, itu tempat Nyi Randupani. Lihat dengan mata batin kalian. Perintah Ki Awang. Benar saja, dengan mata batin kami bertiga, ratusan dedemit berpakaian pandawa sedang mengerubungi gubuk itu seolah ada sebuah acara ritual jaman kerajaan. Jujur aku melihat itu gentar, tanganku gemetar seolah harus menghadapi perang sungguhan yg ada dicerita cerita buku prasejarah. Ada yg menepuk pundakku.. Jngan gentar puj! Justru kita harus memperlihatkan kekuatan kesaktian Trah kita! Ucap Om Adipati membakar rasa gentarku saat ini. Aku melihat kearah wajah Gundala, sama saja, diraut wajahnya ada rasa ketakutan dan kecemasan. Gunnn!! Ayo kita keluarin kemampuan penuh kita kepada mereka! Ucapku membangkitkan semangat kepercayaan diri Gundala. Ia hanya mengangguk dan menelan ludah bersiap untuk menyerang ratusan demit demit pandawa itu. Kalian gila yo! Cari mati?!! Ucap Ki Awang Lunggono. Sudh Ki Awang dan Pak Adi selamatkan Ajeung, biar kami yg menangani demit demit ini Ucap Om Adipati. Jangan bercanda kamu iki!! Balas Ki Awang lagi. Sudh! Selagi kami menghadapi demit demit itu, Pak Adi dan Ki Awang nyusup kedalam gubuk itu! Ucap Om Adipati.  Tanpa menunggu balasan dari Ki Awang, Aku dan Gundala lebih dulu menerjang kearah kumpulan demit demit itu. Satu persatu demit pendawa bersungkuran ke tanah dengan tendangan tendangan ku dan Gundala. Kini demit demit yg berkumpul semuanya memandang kearah kami berdua. Aku tdk menghiraukan nya dan melanjutkan menghajar demit demit itu satu persatu. Banyak demit yg bersungkuran ditanah namun aku lengah, dari arah belakang salah satu demit memukul ku smpai terpental jauh kedepan. Demit sialan!. Teriak Gundala dengan amarahnya. Gundala mencabut kujang pusaka nya dari dlm mulutnya lalu menerjang demit itu smpai ia mundur. Aku merapalkan ajian lebur saketi ku pada kepalan tangan dan menghantam kan ke arah segerombolan demit yg akan menerjang Gundala dari belakang. Seketika segerombolan demit itu terpental berhamburan. Badanku lemas, penglihatanku kabur, ntah apa yg terjadi yg jelas ini bukan efek yg ditimbulkan ilmu ku. Pujjii.. kamu kenapa puj? Terdengar samar samar suara Gundala. Namun stelahnya sontak aku tersadar penuh. Sepertinya Om Adipati dari kejauhan melindungiku dari serangan serangan goib demit demit ini.  Puji!!! Jngan khawatir lanjutkan pertarunganmu! Teriak Om Adipati menggema. Aku mencabut keris Joyo Rokso dari lengan ku. Segerombolan demit terlihat berlari kearahku bersiap menyerang kami berdua. Dengan cepat aku menghempaskan keris Joyo Rokso kearah berlarinya segerombolan demit itu. Demit demit itu tersentak mundur, gentar akan kekuatan keris Joyo Rokso ku. Tidak hanya itu aku berlari menerjang ke segerombolan demit itu, mereka bertunggang langgang menjauhi hempasan keris pusakaku. Tak sdikit demit yg terkena hempasan kerisku, terluka bagai sayatan pisau berkali kali. Kini Gundala sibuk menghadapi sebagian demit itu, memang, kujang pusaka yg dimiliki gundala tidak mampu menyerang jarak jauh sperti kerisku. Tapi kekuatan jarak dekat kujangnya melebihi kekuatan keris pusakaku. Dengan waktu yg singkat gundala mampu menghabisi puluhan demit demit yg mencoba menyerangnya.          Samar samar terlihat sosok demit dari arah kegelapan hutan, badan nya 10x lipat dari ukuran demit biasa. Anehnya saat aku melihat kearahnya, badanku merespon seakan ada bahaya yg kami hadapi. Om Adipati mendekati kearah kami,  Demit itu membawa mala petaka, kalian urus demit demit ini, Om yg akan menghadapinya! Ucap Om Adipati bersiap. Memang benar makhluk itu memiliki energi yg kuat dari demit demit biasanya. Mungkin kalau Om Adipati yg menghadapinya, mungkin saja seimbang kekuatannya. Tak berpikir lama aku melanjutkan menerjang demit demit ini dengan hempasan kerisku, begitupula dengn gundala.  Namun, sesosok makhluk besar kini sudh ada dihadapanku. Mencengkram leherku sampai aku kesusahan untuk bernafas, makhluk itu sangat cepat bahkan aku blum sempat menyadarinya. Aku melirik kearah Om Adipati, ia juga sedang kewalahan menghadapi demit besar itu. Aku berusaha berteriak memanggil Om Adipati namun suara ku tertahan oleh cengkraman nya. Bagaimana ini, aku hanya berharap Om Adipati menoleh kearahku dan berharap ia menyadari keadaanku saat ini.  Demit brengsek!!!. Aku mengayunkan kerisku dan menebas tepat dilehernya. Cengkraman nya terlepas dan aku segera melompat mundur dari nya. Ia meronta kesakitan sambil memegang lehernya dengan cepat aku membacakan ajian lebur saketi pukulan jarak jauhku kepada demit itu. Ia terpental tidak berdaya.Part 7 :          Nafasku kini tersendak tidak beraturan, aku mencoba memulihkan nafasku.  Gun, gimna? Ki Awang sama Pak Adi sudh masuk? Teriakku kpda gundala. Sudh daritadi Puj! Mereka belum kembali lagi. Balas gundala smbari menghalau serangan serangan demit itu. Pujii.. segera susul Ki Awang Puj! Cepat!. Perintah Om adipati. Tak membuang buang waktu, aku berlari kearah gubuk itu.  Aku membuka pintu kayu gubuk, terlihat dengan mataku sndiri Ki Awang Lunggono bersimbah darah dilantai.  Kii!! Kenapa kii!. Ucapku panik smbari menghampirinya. Nini bajingan itt..itu, menyerang saya tanpa ampun... Selamatkan Adi, dia akan dibunuh oleh nini bajingan ituuu. Ucapnya tersendak sendak oleh darah dimulutnya. Haahhh!! Bajingan! Dimana Pak Adi skrang Kii?!.  Dia lari membawa anaknya ke arah pintu belakang, cepat selamatkan merekaaaa!!! Perintahnya. Aku berlari ke arah yg ditunjukkan, spertinya Pak Adi dikejar ke hutan belakang gubuk ini. Jauhku berlari, terlihat nampak siluet Pak Adi dan Ajeung dengan dikejar oleh nenek itu. Hentikannn Nenek Demit!!!! Sembari ku hempaskan keris pusakaku kearah punggung nenek itu. Ia tersungkur dan memuntahkan darah dari mulutnya. Pak Adi!! Kemari! Perintahku teriak. Pak adi smbil membopong tubuh anaknya itu sdikit berlari kearahku. Pak Adi tetap dibelakang saya jangan jauh jauh! Perintahku. Nini sialan!!! Apa yg kau lakukan ke Ki Awang heuhhh?!! Tanyaku kpda nenek jahanam itu. Heuhaha.. bocah sialan! Mau melawanku heuh?! Ucapnya smbil berdiri. Aku tak membiarkan nya berdiri, langsungku hujamkan keris pusaka ku kearahnya. Ia berhasil menghindar dari terjanganku dan mundur sdikit jauh dari jarakku. Terlihat gerakan bibirnya sperti merapalkan mantra. Seketika ia berubah menjadi mengerikan, matanya memerah, giginya memanjang membentuk taring. Kini ia merubah wujudnya menjadi seorang demit alas yg liar. Wujudnya sperti siluman ular dengan lidahnya yg memanjang menjulur kekaki nya. Ia merangkak sperti ular dan siap untuk menyerangku. Namun aku sudh bersiap untuk itu. Aku merapalkan mantra ke keris Joyo Rokso ku, sketika kerisku menyala memerah sperti besi yg panas. Saat demit itu mau menerjangku, aku terlebih dahulu membacakan ajian penghilang raga, demit ular itu kini kebingungan dan terlihat wajah panik darinya. Secepatnya aku menghujamkan kerisku kepunggung kanan nya, sontak ia meronta kesakitan ditanah. Tak hanya itu disaat kerisku menancap ketubuhnya aku mulai membacakan mntra ke kerisku. Perlahan tubuhnya bergetar seakan merespon kekuatan keris Joyo Rokso,  Huahhhh, panas!!! Panass!!! Huarggghh! Teriak demit itu. Sampai aku mencabutnya kembali dan mundur kedepan Pak Adi. Sialan kau bocah!! Apa yg kau lakukan heuhh! Ucapnya lirih. Kini sosok demit itu berubah mnjadi nenek tua tidak berdaya. Tak selang lama Om Adipati dan Gundala menghampiri kami. Om Adipati membacakan doa untuk menenangkan roh nenek itu. Untung kamu tidk terlambat Puj, kalau saja terlambat Pak Adi dan Ajeung sudh menjadi santapan demit itu. Ucap Om Adipati. Kii Awang Om! Kii awang terluka parah ayo kembali ke gubuk itu Ucapku kpda Om Adipati. Namun Om Adipati menggelengkan kepala. Kii Awang sudh menjadi santapan ratusan demit demit itu Puj. Ucapnya. Aku sontak kaget mendengar ucapan Om Adipati. Bgaimana bisa Om? Apa yg trjadi? Tanyaku. Kii Awang merelakan Roh nya untuk jadi santapan ratusan demit itu agar kita semua selamat dari malam ini. Sbelum nya ia sempat brbicara agar menjaga cucunya. Jelas Om Adipati. Hatiku terguncang mendengar penjelasan Om Adipati, air mata ku tak bisa lagi menahan diklopak mataku. Bagaimana bisa seseorang mengorbankan nyawanya hanya untuk kita selamat. Sungguh pengorbanan yg tak akan pernah ku lupakan saat itu. Bagaimana caranya mengatakan ke gadis cucunya bhwa kakek yg ia sayangi kini sudh meninggalkan dunia ini dengn cara tragis. Aku sudh membayangkan bagaimana hatinya rapuh mndengar kakek nya sudh tiada. Aku merasa bersalah, gagal menjadi ksatria yg harusnya menyelamatkan tanpa mengorbankan nyawa seseorang. BERSAMBUNG...
Apakah konten ini melanggar ketentuan yang berlaku sesuai syarat dan persetujuan? Laporkan