FREE-KEMBALI MELALUI SIHIR-BAB-6

0
0
Deskripsi

"Aku berhasil!" seru Yuki dengan penuh semangat. "Aku benar-benar berhasil!"

BAB-6: Pembelajaran Sihir Dasar

Yuki akhirnya belajar sihir dasar kepada Aira sesuai kesepakatan. Yuki sudah sangat tidak sabar untuk belajar agar dirinya bisa hidup di dunia sihir yang menurutnya sangat asing itu.

Yuki, Aira, dan Seira yang berbentuk gadis cilik itu duduk melingkar di rerumputan.

"Kamu tahu jika di dunia ini ada beberapa elemen sihir, Yuki?" Aira memulai pelajarannya dengan memberikan Yuki pertanyaan tentang ilmu pengetahuan mengenai sihir.

"Aku tidak tahu," jawab Yuki jujur. Dirinya memang sama sekali tidak tahu tentang ilmu sihir. Sebab, di dunia asalnya sihir itu hanyalah sebuah imajinasi yang ditulis oleh para seniman saja.

"Ha? Kamu tidak tahu? Bahkan anak kecil pun tahu akan hal ini. Kamu dari mana sebenarnya sih?" Aira merasa aneh saja. Tapi tetap saja gadis itu membantu Yuki karena keduanya sudah membuat kesepakatan.

Yuki hanya cengengesan karena tidak mungkin dirinya mengatakan jika berasal dari dunia modern, bukan asli dari dunia sihir.

“Jadi? Kamu ingin belajar apa dulu?” Aira yang sedikit jengkel nada suaranya menjadi ketus.

Gadis itu merasa jika telah mengangkat murid yang benar-benar bodoh tanpa tahu jika sebenarnya Yuki adalah sosok yang spesial.

“Hmm, aku ingin belajar jenis-jenis sihir terlebih dahulu agar aku bisa memahami dengan cepat saat praktek nanti. Aku ingin mempelajari teorinya terlebih dahulu.” Semangat jiwa pelajar Yuki meluap-luap.

“Hmm, teori ya. Bagus juga. Teori memang penting untuk bisa mempelajari sihir. Maka oleh sebab itu….” Aira yang setuju dengan perkataan Yuki terlihat memsukkan tangannya ke dalam tas ransel miliknya sambil merapalkan mantra.

“Item box!” Aira menyebut sebuah mantra dan saat itu terlihat cahaya berwarna putih layaknya pintu dimensi lain terpancar keluar dari dalam tas ransel milik Aira.

Yuki benar-benar tercengang melihat hal itu. Kini Yuki paham kenapa saat mau memasak Aira bisa mengambil panci besar dari dalam tas yang kecil.

 

“Seperti sebuah game,” gumam Yuki tanpa sadar.

“Apa? Game?” Aira yang hampir selesai dengan pekerjaannya itu mengulangi ucapan Yuki yang bisa dirinya dengar padahal sedang sibuk sendiri.

“Ah, itu bukan apa-apa kok. Aku cuman takjub saja sama itu.” Yuki menunjuk tas ransel tempat dimana Aira telah mengeluarkan sebuah buku yang lumayan tebal.

“Oh, ini namanya sihir penyimpanan. Sihir penyimpanan dimana terdapat sub ruang yang tidak terbatas serta tidak terikat waktu. Intinya mantra ini sangat penting untuk dimiliki oleh para petualang. Bacalah ini!” Aira melemparkan buku yang ada di tangannya dan melemparkan pelan kepada Yuki.

“Itu buku dasar belajar sihir.” Seolah tahu jika Yuki penasaran, Aira pun kembali menjelaskan.

“Ooh…” Yuki mengangguk dan mulai membuka sampul buku dilanjut dengan membuka halaman per halaman.

Yuki terlihat sangat serius saat memperhatikan buku yang ada di tangannya sampai-sampai dahinya berkerut-kerut dan itu membuat Aira kehabisan kesabaran.

“Kenapa? Kamu nggak bisa membacanya?” Aira sebenarnya curiga, jangan-jangan Yuki adalah orang bodoh yang memiliki wajah tampan.

Namun, Yuki ternyata bisa membaca tulisan yang ada di dalam buku pemberian Aira. Sejujurnya Yuki sendiri bingung kenapa dirinya bisa membaca huruf-huruf yang benar-benar asing dan baru pertama kali dirinya temui.

“Aku bisa baca kok.” Yuki tersenyum menyembunyikan rasa kagetnya. Yuki berusaha keras agar Aira tidak semakin curiga kepadanya.

“Oh, syukurlah kalau begitu. Aku tak perlu repot-repot mengajarimu belajar membaca dan menulis.” Aira lega karena paling tidak dirinya tidak perlu mengajari Yuki membaca dan menulis.

“Jadi, apa aku bisa mempelajari sihir itu?”

“Sihir itu? Maksudnya item box?” Aira mengulangi perkataan Yuki.

“Iya, sepertinya sihir seperti itu sangatlah efisien.” Yuki sangat bersemangat.

Namun, lain halnya dengan Yuki yang bersemangat, Aira justru terlihat menghela nafas.

“Apa terlalu sulit?” Yuki yang melihat wajah Aira langsung saja menebak.

“Sebenarnya bukan sulit atau tidaknya menggunakan sihir sub ruang. Bahkan, sebenarnya sihir item box adalah sihir paling rendah perihal sub ruang. Kita bahkan bisa berpindah ke dimensi lain dan membuat dimensi kita sendiri menggunakan sihir sub ruang yang mana bahkan dunia bisa kita simpan di dalam sihir sub ruang yang kita ciptakan. Hanya saja…” Aira menghentikan penjelasannya yang justru membuat Yuki semakin penasaran.

“Hanya saja apa?” Yuki tidak tahan untuk tidak bertanya.

“Penggunaan sihir sub ruang itu membutuhkan energi sihir yang sangat besar dan jika pengguna sihir sub ruang tidak memiliki energi sihir yang cukup yang ada bukannya kita bisa menggunakan sihir sub ruang melainkan justru kita sendiri yang akan dilahap sihir sub ruang itu sendiri. Jadi, sihir ini masih terlalu cepat untukmu.” Aira dengan tegas langsung mematahkan semangat Yuki yang ingin mempelajari sihir sub ruang.

“Energi sihir ya, jadi seperti novel fantasi.” Lagi-lagi Yuki bergumam sendiri.

“Novel fantasi?” Dan kali ini Aira juga bisa mendengar gumaman Yuki yang sebenarnya sangat pelan.

“Ah, bukan apa-apa kok. Jadi energi sihir itu maksudnya gimana?” Yuki langsung mengganti topik pembicaraan karena takut Aira curiga.

Sejujurnya Yuki merasa aneh kenapa pendengaran Aira sangatlah tajam, padahal menurut Yuki gumamannya sangatlah pelan, bahkan hampir tidak terdengar sama sekali.

“Hmm, baiklah. Jadi energi sihir itu begini.” Aira terlihat mengambil sebatang ranting dan menggambar gambar manusia yang sangat sederhana.

Yuki yang melihat gambar Aira di tanah ingin tertawa, tapi lelaki itu sekuat tenaga menahannya karena tidak ingin menyinggung perasaan Aira yang sudah mau mengajarkan ilmu sihir.

“Energi sihir manusia itu berpusat pada ketiga titik ini. Yaitu jantung, kepala, dan perut. Dan dari ketiga titik pusat ini nanti energi sihir akan menyebar ke seluruh sel tubuh pengguna sihir dan maka terjadilah sihir tadi yang bermacam-macam bentuknya.” Aira menjelaskan sambil mencoret-coret gambarnya.

“Gampang ternyata.” Yuki menganggukkan kepalanya berkali-kali.

“Apa yang gampang? Para pengguna sihir atau penyihir harus bisa mengatur aliran energi sihir yang ada pada tubuhnya. Salah sedikit saja bisa menimbulkan efek samping pada tubuh pengguna. Efek samping paling ringan yaitu kesemutan di setiap sendi dan paling parah itu kelumpuhan kehilangan panca indera hingga kematian.” Aira nada suaranya menjadi ketus karena Yuki telah menyepelekan penjelasannya.

"Maaf, maaf. Aku hanya takjub saja," Yuki menggaruk-garuk kepalanya sambil tersenyum malu. "Jadi, bagaimana caranya mengatur aliran energi sihir itu?"

Aira menghela napas panjang, berusaha menahan kekesalannya. "Oke, perhatikan baik-baik. Pertama, kamu harus bisa merasakan energi sihir di dalam tubuhmu. Tutup matamu dan fokus pada napasmu. Rasakan aliran energi yang mengalir dari jantung, kepala, dan perutmu."

Yuki menutup matanya, mengikuti instruksi Aira. Ia mencoba fokus pada napasnya, merasakan setiap aliran energi yang berdenyut di dalam tubuhnya.

"Rasakan energinya, Yuki. Bayangkan aliran itu seperti aliran sungai kecil yang mengalir lembut di dalam tubuhmu," lanjut Aira dengan suara yang lebih lembut.

Setelah beberapa menit yang tampak seperti keheningan total, Yuki membuka matanya perlahan. "Aku bisa merasakannya! Ada aliran energi kecil di dalam tubuhku!"

Aira tersenyum tipis. "Bagus, itu langkah pertama. Sekarang, kita akan coba mengarahkan aliran energi itu ke telapak tanganmu. Fokuskan energimu ke satu titik, bayangkan energi itu mengalir seperti air yang mengalir dari sumbernya menuju telapak tanganmu."

Yuki kembali menutup matanya dan mencoba mengikuti instruksi Aira. Ia membayangkan aliran energi yang mengalir dari jantung, kepala, dan perutnya menuju telapak tangannya. Perlahan, ia merasakan hangat di telapak tangannya.

"Bagus, Yuki. Kamu melakukannya dengan baik," puji Aira dengan nada yang lebih lembut. "Sekarang, coba rasakan energi itu dan bentuklah menjadi bola kecil di telapak tanganmu."

Yuki membuka matanya sedikit, menatap telapak tangannya dengan fokus. Ia merasakan energi itu semakin kuat, dan perlahan terbentuk bola kecil yang bercahaya di telapak tangannya.

"Aku berhasil!" seru Yuki dengan penuh semangat. "Aku benar-benar berhasil!"

Aira tersenyum bangga. "Bagus, Yuki. Itu adalah langkah awal yang luar biasa. Tapi ingat, ini baru permulaan. Masih banyak yang harus kamu pelajari dan kuasai."

Yuki mengangguk dengan semangat. "Aku siap, Aira. Aku siap belajar lebih banyak lagi."

Seira yang sejak tadi diam memperhatikan, tersenyum lembut. "Kalian berdua hebat. Aira, kamu guru yang baik. Yuki, kamu murid yang cepat belajar."

Aira tersenyum sambil mengangguk. "Terima kasih, Seira. Kita akan terus belajar dan berlatih bersama."

Dengan semangat yang baru, Yuki siap menghadapi tantangan belajar sihir di dunia yang penuh keajaiban ini. Ia tahu, dengan bantuan Aira dan Seira, ia akan mampu menguasai sihir dan menjadi bagian dari dunia yang menakjubkan ini.

 

Karya ini GRATIS! Tapi kamu boleh kok kasih tip biar kreator hepi 🥰

Selanjutnya FREE-KEMBALI MELALUI SIHIR-BAB-7
0
0
“Maaf sekali, Yuki. Sayangnya aku tidak bisa melakukan itu. Dan jika pun aku bisa, itu melanggar peraturan manusia. Para manusia tidak mengizinkan seseorang mengecek kemampuan mereka secara mandiri karena itu dianggap ilegal. Mereka yang ingin tahu orang lain memiliki kekuatan apa saja dan mencatatnya seolah kekuatan para penyihir manusia adalah kekuatan milik kerajaan. Jadi lebih baik kamu datang ke tempat yang biasa para manusia mengukur kekuatannya.” Aira menolak mentah.
Apakah konten ini melanggar ketentuan yang berlaku sesuai syarat dan persetujuan? Laporkan